You are on page 1of 6

KONDISI INDUSTRI TELEKOMUNIKASI 1.

Umum Di Indonesia layanan jasa telekomunikasi telah dilakukan oleh perusahaan milik negara mulai tahun 1961. Seperti halnya negara berkembang lainnya, pengembangan dan modernisasi atas infrastruktur telekomunikasi menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi secara umum di Indonesia. Disamping itu jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan telah menimbulkan permintaan yang tinggi akan layanan telekomunikasi. Kenyataan ini mendorong Pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika untuk berperan aktif dalam menciptakan pertumbuhan bisnis telekomunikasi yang berkesinambungan dengan menerapkan seperangkat kebijakan, kewenangan dan fungsi pengawasan sebagaimana tertuang dalam perundangundangan dan peraturan di bidang telekomunikasi. Secara historis, implikasi peran Pemerintah ini terlihat dimana bila semula layanan jasa telekomunikasi di Indonesia hanya dipegang oleh perusahaan tertentu dengan diberikan hak eksklusif, kemudian hak eksklusifitas tersebut mengalami degradasi secara gradual yang lebih diorientasikan pada sistem kompetisi, seiring dengan reformasi kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No.36 tahun 1999 tentang telekomunikasi, beserta peraturan teknis dibawahnya. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat penetrasi layanan telekomunikasi atau rasio teledensitas yang masih terbilang rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Pada akhir Desember 2006, tingkat penetrasi pelanggan telepon tetap dan telepon bergerak masing-masing sebesar 4% dan 28% (sumber: Perseroan dan artikel Bisnis Indonesia, Maret 2007). Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia sebagai akibat dari meningkatnya jumlah populasi serta meningkatnya pendapatan per kapita pada beberapa tahun terakhir ini, pasar telekomunikasi

bergerak di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa selama periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 yaitu dari total 6,4 juta pelanggan di tahun 2001 menjadi 69,8 juta di tahun 2006 atau CAGR 61,8% (sumber: riset Perseroan berdasarkan publikasi para operator telekomunikasi). Diperkenalkannya jasa prabayar telah memiliki pengaruh besar pada meningkatnya jumlah pelanggan di Indonesia. Dibandingkan dengan negara Asia lainnya, sektor telekomunikasi di Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk bertumbuh. Menurut Gartner, sebuah lembaga riset independen menyatakan bahwa pendapatan agregat sektor industri telekomunikasi di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi USD 10 miliar per tahunnya pada tahun 2010 sejalan dengan.peningkatan ekonomi sebesar 5%-6% per tahun dan meningkatnya pendapatan per kapita yang berdampak pada naiknya tingkat teledensitas dan pola pengeluaran dibandingkan sebelumnya. Kontribusi terbesar pendapatan diperkirakan berasal dari percakapan (voice calls), yang mana sampai dengan saat ini tetap mendominasi pemakaian di Indonesia meskipun adanya pengenalan mobile data seperti SMS dan GPRS, serta berbagai layanan nilai tambah seperti content download dan ring back tone. 2. Teknologi CDMA Saat ini dua teknologi yang umum digunakan oleh telepon bergerak, yaitu GSM dan CDMA. Teknologi GSM diperkenalkan pada awal tahun 1990 sementara teknologi CDMA 2000 1x masih relatif baru di Indonesia yang diperkenalkan pada tahun 2003. Produk FWA Limited Mobility dengan teknologi CDMA 2000 1x yang diperkenalkan pada awal tahun 2003 di Indonesia mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat pengguna layanan telekomunikasi, mengingat tarifnya yang lebih murah dibandingkan dengan tarif produk seluler berbasis teknologi GSM. CDMA (Code Division Multiple Access) adalah teknologi akses jamak dimana masingmasing pengguna menggunakan kode yang unik dalam mengakses kanal yang terdapat dalam sistem. Pada CDMA 2000 1x, sinyal informasi pada transmitter di-coding dan disebar dengan

bandwith sebesar 1.25 MHz (spread spektrum) kemudian pada sisi repeater dilakukan decoding sehingga didapatkan sinyal informasi yang dibutuhkan. Teknologi ini dapat dimanfaatkan dalam layanan telepon rumah, telepon bergerak dan layanan FWA Limited Mobility. Teknologi CDMA pada awalnya dipergunakan dalam komunikasi radio militer Amerika Serikat mulai tahun 1990 dan dijadikan sebagai standar seluler digital di AS sejak tahun 1993. Teknologi CDMA diperkirakan akan berkembang dengan pesat beriringan dengan teknologi wireless lainnya. Berdasarkan data CDMA Development Group (CDG), terdapat 217 operator yang berbasis teknologi CDMA 2000 (termasuk CDMA 2000 1x dan 1xEV-DO) di 95 negara di dunia pada pertengahan tahun 2007. Jumlah pelanggan CDMA 2000 di dunia pada kuartal pertama tahun 2007 diperkirakan sudah lebih dari 350 juta. (sumber: CDMA Development Group). Perkembangan pelanggan FWA Limited Mobility yang berbasis CDMA di Indonesia sangat signifikan sejak mulai diluncurkan pada tahun 2003. Pada tahun 2003, pelanggan CDMA hanya 268 ribu, sedangkan pada akhir tahun 2006 telah mencapai lebih dari 6 juta pelanggan, atau tumbuh sebesar CAGR 182,5%. 3. Kelebihan CDMA Jika diimplementasikan pada sistem telepon seluler, teknologi CDMA menawarkan banyak kelebihan untuk penyelenggaraan seluler dan para pelanggannya. Berikut ini adalah ringkasan kelebihan dari CDMA : a Kemampuan kapasitas hingga lebih dari 2 kali dibandingkan dengan sistem GSM pada jumlah spektrum dan frekuensi yang sama (sumber: CDG) b Jangkauan BTS CDMA2000 1x pada frekuensi lebih luas mencapai lebih dari 2 hingga 3 kali dibandingkan dengan BTS GSM, sehingga investasi jaringan per pelanggan lebih rendah c Migrasi trafik suara dan data ke layanan nirkabel. Perseroan memprediksikan layanan nirkabel akan semakin populer akibat dari jangkauan populasi yang lebih luas, meningkatnya kualitas jaringan nirkabel, semakin terjangkaunya harga ponsel dan semakin banyaknya paket layanan prabayar. Munculnya paket prabayar bagi kelas menengah ke bawah, yang memberikan penawaran layanan data dan suara dasar

dengan harga yang kompetitif dan dalam denominasi kecil, pada khususnya, telah memperluas pasar yang dapat dilayani oleh operator nirkabel terutama FWA Limited Mobility. d Kualitas sambungan lebih baik, dengan suara lebih jernih (noise reduction) e Perencanaan sistem telah disederhakanan dengan penggunaan frekuensi sama pada setiap sektor dari setiap cell, sehingga investasi lebih fleksibel dan minim f Power output kecil, sehingga penggunaan baterai telepon selular lebih tahan lama g Lebih menjamin perpindahan sinyal dari satu BTS ke BTS lainnya dengan mulus tanpa putus sehingga meminimalisir drop call h Kecepatan (actual throughput) transmisi data mencapai 4 kali dibandingkan dengan teknologi GSM/GPRS. 4. Tren Industri Beberapa tren yang mendasari pertumbuhan sektor telekomunikasi dapat diidentifikasi sebagai berikut: Sektor telekomunikasi yang terus tumbuh berkesinambungan. Perseroan berharap industri telekomunikasi dan kebutuhan atas jasa telekomunikasi akan meningkat dalam jangka menengah bersamaan dengan berkembang dan semakin modernnya Indonesia dan juga meningkatnya penetrasi fixed wireless di Indonesia. Migrasi trafik suara dan data ke layanan nirkabel. Perseroan memprediksikan layanan nirkabel akan semakin populer akibat dari jangkauan populasi yang lebih luas, meningkatnya kualitas jaringan nirkabel, semakin terjangkaunya harga ponsel dan semakin banyaknya paket layanan prabayar. Munculnya paket prabayar bagi kelas menengah ke bawah, yang memberikan penawaran layanan data dan suara dasar dengan harga yang kompetitif dan dalam denominasi kecil, pada khususnya, telah memperluas pasar yang dapat dilayani oleh operator nirkabel terutama FWA Limited Mobility.. Stabilnya tingkat pemakaian fasilitas telekomunikasi. Pertumbuhan atas penggunaan layanan data dan SMS diprediksikan akan mengalami peningkatan di tahun-tahun

mendatang. Hal tersebut akan membantu menstabilisasi penurunan tingkat ARPU dari layanan suara. Meningkatnya tingkat kompetisi jasa pelayanan telekomunikasi. Dengan adanya investasi yang dilakukan operator-operator telekomunikasi asing di Indonesia, persaingan akan semakin meningkat dalam jangka menengah apabila para pemain baru yang memasuki pasar mampu mengembangkan jaringan yang ekstensif dan menawarkan layanan yang berkualitas. 5. Regulasi Di Indonesia, penyelenggaraan jasa telekomunikasi telepon tanpa kabel (wireless) dapat dibedakan berdasarkan ijin yang diberikan oleh Pemerintah, yaitu: 1. Ijin Penyelenggara Jaringan Telepon Bergerak Seluler Operator yang memiliki ijin ini dapat memberikan layanan tanpa dibatasi oleh kode area tertentu. Contoh beberapa operator yang memiliki ijin ini adalah: - PT Telkomsel - PT Indosat Tbk - PT Excelcomindo Pratama Tbk - PT Mobile-8 Telecom - PT Hutchinson CP Telecom - PT Smart Telecom - PT Natrindo Telepon Selular - PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia 2. Ijin Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel (FWA Limited Mobility) Operator yang memiliki ijin ini dapat memberikan layanan yang hampir sama dengan layanan full mobility, namun dibatasi oleh kode area tertentu. Terdapat 3 operator yang memiliki ijin ini, yaitu: - PT Telkom Tbk - PT Indosat Tbk - Perseroan

Undang-undang Telekomunikasi No. 36 tahun 1999 (UU Telekomunikasi) merupakan UU Telekomunikasi terbaru yang menggantikan Undang-undang sebelumnya, yaitu UU No. 3 tahun 1989 dan berlaku sejak tanggal 8 September 2000. Undang Undang Telekomunikasi ini memberikan pedoman kunci bagi reformasi industri telekomunikasi, termasuk liberalisasi industri, ketentuan bagi penyelenggara baru dan peningkatan struktur kompetitif industri. Undang Undang Telekomunikasi yang baru ini memberikan kerangka kerja dan prinsip dasar bagi liberalisasi industri telekomunikasi Indonesia. Pemerintah menetapkan peraturan peraturan pelaksanaannya melalui Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri dan peraturan peraturan lainnya. Berdasarkan UndangUndang Telekomunikasi, seluruh penyelenggara telekomunikasi wajib membayar biaya hak penyelenggaraan telekomunikasi, biaya hak penggunaan frekuensi dan/atau biaya hak penggunaan orbit satelit kepada Pemerintah seperti yang sudah ditetapkan. Biaya hak penyelenggaraan telekomunikasi ditentukan sebesar 1% dari penghasilan kotor per tahun untuk setiap penyelenggara telekomunikasi dan disesuaikan untuk hal-hal seperti pendapatan dari leasing jaringan, biaya interkoneksi, aktivasi pelanggan baru, biaya airtime, biaya roaming dan kartu RUIM. Pemerintah telah mengeluarkan rancangan proposal kebijakan penggunaan bersama dimana setiap penyelenggara dapat menggunakan menara milik penyelenggara lainnya dan untuk menerapkan standarisasi menara melalui penerapan standar teknis minimum baik untuk menara yang sudah ada maupun menara baru yang akan digunakan bersama. Standar tersebut diharapkan akan mencakup antara lain standar mengenai masalah operasional dan pemeliharaan serta pengawasan. Kebijakan tersebut telah diberlakukan di DKI Jakarta berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 89 Tahun 2006 mengenai Pembangunan dan Penataan Menara Telekomunikasi di Provinsi di daerah DKI Jakarta yang ditetapkan pada 22 September 2006.

You might also like