You are on page 1of 28

5/23/12

Indra hutama

21030110141125

yusuf ebta firmansa 21030110141101 shodaqta saori


Present

21030110141021

Click to edit Master subtitle style

5/23/12

Monosodium Glutamat (MSG)

Sejarah dan Latar Belakang


Selama berabad-abad orang Jepang mampu menyajikan masakan yang sangat lezat. Rahasianya adalah penggunaan sejenis rumput laut bernama Laminaria Japonica. Kikunae Ikeda menemukan kunci kelezatan itu pada kandungan asam glutamate. Penemuan ini melengkapi 4 rasa sebelumnya asam, manis, asin, dan pahit dengan umami (dari akar kata umai yang dalam bahasa Jepang berarti lezat). Menurut Gold (1995) glutamat adalah neurotransmitter penting, senyawa kimia yang tersedia pada sel saraf di otak untuk berkomunikasi dengan sel saraf yang lain. Secara normal, glutamat berlebih dipompa kembali ke sel gliol disekeliling sel saraf. Namun demikian, ketika sel terbuka maka

5/23/12

5/23/12

Kegunaan Produk

Digunakan sebagai bahan penyedap makanan.

Digunakan sebagai campuran dalam pembuatan bahan kosmetik.


Digunakan sebagai nutrisi pertumbuhan tanaman.

Karakteristik Produk
Glu (singkatan IUPAC) Asam glutamat Alternatif Nama Asam 2-Aminopentanedioic Asam 2-Aminoglutarat Asam 1-Aminopropana-1, 3-dikarboksil Bentuk Bentuk Molekul Rasa Kemurnian Kadar Air NaC Pengotor Lebih dari 90% Tidak lebih dari 0,5% Tidak lebih dari 0,5% Harus tidak ada senyawa arsen, besi, dan kalsium Kristal C5H9NO4 Tidak ada

5/23/12

Spesifikasi Bahan Baku dan produk


Bahan Baku utama dalam produksi MSG adalah tetes tebu (molase). Molase ini merupakan hasil samping (by produk) dalam industri gula tebu.

5/23/12

Molase Sifat-sifat fisika dan kimia : Wujud Warna Densitas Viscositas : Cairan coklat : Coklat kehitam-hitaman : 1.47 gr/mL : 4.323 Cp

Panas Spesifik: 0.5 Kkal/Kg 0C Komponen dalam molase : Gula : 62 %

NaOH

Sodium hidroksida digunakan pada proses netralisasi dan proses pembentukan MSG dimana bahan ini bereaksi dengan Glutamic acid. Sifat fisik dan kimia : Rumus Molekul Berat Molekul Wujud Melting Point Boiling point : NaOH : 40 : putih : 318 0C : 1390 0C (padatan) ; 140 0C (larutan 50%)

5/23/12

Specifik gravity (bj air :1) Kelarutan

: 2,12 g/mL (padatan) ; 1,52 (larutan 50%)

: Mudah larut dalam air.

Air
: H2O

Rumus Molekul

Monosodium Glutamat (MSG)

5/23/12

Sifat fisik dan kimia : Rumus Molekul Berat Molekul Wujud Kelarutan pH Titik leleh Rasa Kadar air Kadar NaC Kemurnian : HOOCCH2CH2CH(NH2)COONa.H2O : 187,13 : Kristal berwarna putih : mudah larut dalam air0.739 Kg/L pada suhu350C : 7,0 (laturan 2%) : 232 OC : Tidak ada : Tidak lebih dari 0,5% : Tidak lebih dari 0,5% : Lebih dari 90%

Urea

Spesifikasi Bahan Baku Pembantu MSG

5/23/12

NaOH

Pada proses pembuatan MSG, NaOH (bersifat basa) digunakan dalam proses netralisasi untuk bereaksi dengan asam glutamat (bersifat asam) menghasilkan MSG. Sehingga akan diperoleh pH 6,87,2,

HCl

Menciptakan suasana asam saat proses isolasi asam glutamat. HCl mempunyai sifat-sifat tidak berwarna atau sedikit kuning, korosif, larut dalam air, alkohol, benzen, berasap dan tidak mudah menyala atau terbakar

Mekanisme Reaksi
5/23/12
2C6H12O6(l) + (NH2)2CO(l) + 3O2(g) 2C5H9O4N(l) + 3CO2(g) + 5H2O(l) Gula

Urea

asam glutamate

Kondisi Operasi Reactor

: High Performance Compact Reactor Suhu Optimum : 600o K Tekanan : 6 atm pH : 6.2 8.4 Katalis : H2SO4 Konversi optimum : 80 % Perbandingan mol :3:1

5/23/12

Proses Pembuatan

Proses hidrolisis

hidrolisis protein dengan asam sulfat, yang diperoleh dari kacang-kacangan, jagung atau padi-padian. Bahan baku biji jagung yang sudah digiling terlebih dahulu dimasak dengan menggunakan steam dengan menambah SO2 untuk dijadikan larutan gluten yang mengandung 70% protein. Selanjutnya dilakukan pemisahan antara filtrat (gluten) dengan ampas jagung (pati, serat, abu, dan minyak) menggunakan filter press. Kemudian gluten tersebut dihirolisis pada suhu 110C dan tekanan 1 atm dengan penambahan H2SO4, sehingga terurai menjadi asam amino.
C5H7NO3(l) + H2O(g) C5H9NO4(l)

Hasil dari hidrolisis didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH. Sebelumnya NaOH padat dilarutkan dengan air

Reaksi penetralan : H2SO4(l)+ 2NaOH(l) Na2SO4(s) + 2H2O(g) Kemudian dilakukan pemisahan filtrat antara filtrat dan endapan Na2SO4 dengan menggunakan rotary drum vacuum filter pertama. Filtrat hasil penyaringan dipekatkan dalam evaporator triple effect forward feed yang dilengkapi dengan barometric condensor. Kemudian produk yang telah dipekatkan, diumpankan menuju Kristalizer untuk mengkristalkan asam glutamat, leusin dan tyrosin. Setelah asam glutamat, leusin dan tyrosin dikristalkan ditambahkan HCl sebanyak 30% berat untuk menetralkan larutan yang mengandung sodium hidroksida. Reaksi :

5/23/12

Proses sintesis

mengubah acrylonitrile menjadi cyanopropianaldehide yang terdiri dari hidroformitasi olefin dengan hidrogen dan karbon monoksida pada temperatur sedang dan tekanan tinggi. NCCHCH2(l) + CO(g) H2NCCH2CH2CHO(l) Setelah itu dengan menggunakan reaksi steeker, cyanopropianaldehide direaksikan dengan amina sianida yang diperoleh dari pembakaran partial methane dan ammonia sehingga dihasilkan amino glutarrodinitrite. Reaksi : NCCH2CH2(l) + NH4CN(l) NCCH2CH2CH(NH2)CN(l)+ H2O(g) Hidrolisis amino glutaronitrite dengan menambah NaOH sehingga dihasilkan asam glutamat, yang selanjutnya dikristalkan dengan menetralkan larutan alkali dan merecyecle larutan asam glutamat yang mengandung asam sulfat pada titik isolektrik dengan pH 3,2 dari asam amino tersebut. Selanjutnya dilakukan optical resolution, yaitu proses pemutaran campuran nomer-nomer optical dari asam glutamat yang menggandung leburan recemic dari asam glutamat pada konsentrasi tertentu, sehingga kristal L dan D akan keluar secara bergantian dengan masing-masing isomer aktifnya. Selanjutnya di

5/23/12

5/23/12

Proses fermentasi:

Seeding Di tangki ini bakteri tersebut dibiarkan berkembangbiak dengan baik, dilengkapi dengan penganduk, alat pendingin, pemasukan udara dan lain-lain.

Fermentasi Setelah dari tangki seeding, bakteri tersebut dipindahkan ke tangki fermentor. Pengawasan proses merupakan pekerjaan yang sangat penting. Pengaturan pH dengan pemberian NH3, pemberian udara, jumlah gula, jumlah bakteri harus selalu diamati.

Pengambilan asam glutamat

Setelah fermentasi selesai 30-40 jam cairan hasil fermentasi yaitu TB (Thin Broth) dipekatkan untuk mengurangi kadar airnya kemudian ditambahkan HCl untuk mencapai titik isoelektrik pada pH 3,2. Netralisasi atau refining, pada tahapan ini dilakukan pencampuran NaOH. Kristalisasi asam glutamat.

5/23/12

5/23/12

Proses pembuatan monosodium glutamat yang dipilih adalah metode fermentasi dengan alasan:
Ketersediaan

bahan baku molasses yang melimpah di Indonesia, sehingga menjaga kelangsungan berdirinya pabrik monosodium glutamat. fermentasi tidak memerlukan tekanan operasi yang tinggi sehingga biaya produksi lebih bisa ditekan. Bakteri yang dipilih ialah Microccocus glutamicus karena bakteri ini paling sesuai.

Proses

5/23/12

5/23/12

Tinjauan

Thermodinamika

C5H9NO4(l)+NaOH(l) H2O(l)
Asam Glutamat

C5H8NO4Na(l) +

Monosodium Glutamat

H reaksi = H produk - H reaktan = -484.500 kJ/mol 185 kJ/mol = -484.315 kJ/mol Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa nilai H bernilai negatif, sehingga reaksi bersifat eksotermis (mengeluarkan panas). G = -RT ln K 227.480 = - 8.314 (298) ln K

5/23/12

Dari perhitungan K di atas, dapat diketahui bahwa reaksi searah karena harga K lebih besar dari 1 (K>1). Kemudian dengan menggunakan rumus: (smith van ness, 487) (smith van ness, 476)

Didapatkan data sebagai berikut :


Suhu (K) 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 % Konversi 90 89 83 86 81 80 70 60 53 35

5/23/12

(Slamet Priyanto, 2010)

5/23/12

Tinjauan Kinetika

Persamaan Arhenius k = A e Ea/RT

dengan : k = konstanta kecepatan reaksi A = factor frekuensi tumbukan Ea = energy aktivasi R = konstanta T = suhu
Dari persamaan di atas, harga A, Ea, R adalah tetap, sehingga harga k hanya dipengaruhi oleh suhu, dengan kenaikan suhu maka kecepatan reaksi akan semakin besar, pembentukan MSG juga makin

5/23/12

Kecepatan reaksi : ra = k Cam Cb n

Molaritas:Hubungan

dengan

laju

rekasi

adalah,

semakin besar molaritas maka semakin cepat suatu reksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reasi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi. Konsentrasi:Naiknya konsentrasi maka naik pula

Dalam hal ini kami meninjau thermodinamika dan kinetika reaksi sehingga diperoleh grafik suhu vs konversi dengan penurunan rumus seperti di bawah ini: C5H9NO4 (l) + NaOH (l) (2) Dalam reaksi ini, CA selalu sama dengan CB, sehingga persamaan (2) dapat diintegralkan menjadi persarnaan (3). (3) Persamaan 3 di atas dapat dituliskan kembali menjadi menjadi bentuk sebagai berikut. (4) Nilai CAO dan k sudah tertentu, sehingga jika CAO dan k dimisalkan sebagai K, persamaan berubah menjadi : C5H8NO4Na (l) + H2O(l) (1)

5/23/12

Berdasarkan Rumus di atas, maka didapatkan data Suhu versus Konversi seperti Tabel di bawah ini:
Suhu (K) 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 % konversi 20 25 50 72 76 80 81 83 85 90

5/23/12

(Slamet Priyanto, 2010)

Bila grafik tinjauan Thermodinamika dan tinjauan Kinetika diplot bersamaan, maka akan diperoleh konversi dan suhu optimum dari titik potong grafik yaitu pada konversi 80 % dan suhu 600 K

5/23/12

5/23/12

Kesimpulan

Proses pembuatan monosodium glutamat yang dipilih adalah metode fermentasi karena ketersediaan bahan baku mollases yang berlimpah di Indonesia dan biaya produksi yang lebih bisa ditekan. Berdasarkan perhitungan H yang bernilai negative, reaksi bersifat eksotermis. Dan berdasarkan perhitungan harga K, reaksi berjalan searah karena harga K lebih dari 1. Harga k hanya dipengaruhi oleh suhu, dengan kenaikan suhu maka kecepatan reaksi akan semakin besar, pembentukan MSG juga makin besar (konversi makin besar).

5/23/12

Saran

Pembuatan MSG lebih baik menggunakan proses fermentasi karena ketersediaan bahan baku mollases yang berlimpah di Indonesia dan biaya produksi yang lebih bisa ditekan.

5/23/12

Kontrolah konsumsi asupan MSG anda demi kesehatan Semoga bermanfaat

You might also like