You are on page 1of 12

1

PERAN ADANYA KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimipinan, pemimpin, ketata pengurusan,

administrasi, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya ada beberapa definisi atau pengertian dari manajemen, yaitu sebagai berikut: John D. Millett membatasasi manajemen menjadi: management is the proceess of directing and facilitating the work of people organized in formal groups to achive a desired goal (adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan). Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai suatu tujuan bersama. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukanya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi. Ada beberapa pendapat mengenai kepemimpinan. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24). Selain itu, meneurut Jacob dan Jacques (1990, 281) Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti

kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan. Manajemen pendidikan untuk saat ini merupakan hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan keluaran yang diinginkan. Kenyataan yang ada, sekarang ini banyak institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas. Hal ini mengakibatkan sasaran-sasaran ideal pendidikan yang seharusnya bisa dipenuhi ternyata tidak bisa diwujudkan. 2. Masalah a. Apa yang dimaksud manajemen pendidikan? b. Mengapa kepemimpinan dalam manajemen pendidikan diperlukan? c. Hal apa saja yang harus dimiliki seorang pemimpin? d. Faktor apa saja yang mempengaruhi efektvitas pemimpin dalam pendidikan? e. Bagaimana pendidikan di Indonesia? f. Solusi atas permasalahan pendidikan di Indonesia? 3. Tujuan Tujuan makalah Kepemimpinan dalam Manajemen Pendidikan ini adalah : a. Agar mengetahui pentingnya peran kepemimpinan dalam

manajemen pendidikan b. Dapat mengetahui permasalahan pendidikan di Indonesia dan dapat menentukan solusinya.

B. Hasil dan Pembahasan 1. Tinjauan Teoritis Manajemen pendidikan adalah penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam mengelola praksis pendidikan agar efektif dan efisien sehingga outputdari organisasi pendidikan mempunya mutu yang tinggi. Manajemen pendidikan nasional pada masa lalu merupakan gambaran dari penjabaran manajemen kehidupan politik dan bangsa selama ini. Cara-cara otoriter, sentralistik, dan tidak memberikan ruanagan kepada alternatif-alternatif mengakibatkan cara pengelolaan pensisikan erjalan secara tradisisonal tanpa perubahan . Dengan sendirinya terjadi pembekuan bahkan pembusukan dari dalm sistem pendidikan itu sendiri. birokrasi pendidikan mengarah kepada pengukuhan kekuasaan dan manajemen pendidikan tidak lebih dari praktik melestarikan kekuasaan yang ada (Tilaar, 2003). Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981) 1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan. 2. Harapan dan perilaku atasan. 3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan. 4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin. 5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan 6. Harapan dan perilaku rekan.

Meskipun dikalangan para ahli persyaratan pemimpin belum disepakati sepenuhnya namun ada sejumlah sifat-sifat kepribadian yang perlu dimiliki para memimpin - Pendidikan umum yang luas - Kematangan mental - Sifat ingin tahu - Kemampuan analitis - Memiliki daya ingat yang kuat Integrative. Seorang wirausaha harus memiliki kepribadian terpadu tidak terpecah-pecah yang membuat dia terombang-ambing - Keterampilan berkomunikasi - Keterampilan mendidik. Seorang wirausaha harus mampu memberi petunjuk dan mendidik para karyawan dalam beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaan - Rasional dan objektif. Pemikiran-pemikiran, kesimpulan dan keputusan yang diambil oleh seorang wirausaha harus berlandaskan pada pemikiranpemikiran sehat, rasional dan objektif, tidak pilih kasih dan tidak emosional - Pragmatisme. Keputusan-keputusan seorang wirausaha harus dibuat sesuai kemampuan dan sumber daya yang tersedia - Ada naluri prioritas. Berhubungan terbatasnya sumber daya yang tersedia maka seorang wirausaha harus mampu menetapkan skala prioritas apa yang harus dikerjakan lebih dulu - Pandai mengatur waktu. Seorang wirausaha harus mampu bertindak cepat dan tepat dan mempertimbangkan waktu secara efisien - Sifat keberanian - Kemampuan mendengar. Seorang wirausaha harus mampu menggali. informasi dan mendengar apa ide dan keinginan dari para karyawannya (Anonima, 2010).

Kesalahan terbesar metode pendidikan yang dikembangkan di Indonesia adalah Pendidikan kita sangat tidak memperhatikan aspek afektif (merasa), sehingga kita hanya tercetak sebagai generasi-generasi yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini. Sudah 45 tahun Indonesia merdeka, dan setiap tahunnya keluar ribuan hingga jutaan kaum intelektual. Tapi tak kuasa mengubah nasib bangsa ini. Maka pasti ada yang salah dengan sistem pendidikan yang kita kembangkan hingga saat ini. Kesalahan kedua, sistem pendidikan yang top-down atau dari atas kebawah. Freire menyebutnya dengan banking-system. Dalam artian peserta didik dianggap sebagai safe-deposit-box dimana guru mentransfer bahan ajar kepada peserta didik. Dan sewaktu-waktu jika itu diperlukan maka akan diambil dan dipergunakan. Jadi peserta didik hanya menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk berpikir lebih jauh tentang apa yang diterimanya, atau minimal terjadi proses seleksi kritis tentang bahan ajar yang ia terima. Dalam istilah bahasa arab pendidikan seperti ini dikatakan sebagai taqlid. Artinya menerima atau mengikuti apa saja yang dikatakan oleh para pendidik. Dan ini tidak sejalan dengan substansi pendidikan yang membebaskan manusia (Ki Hajar Dewantara). Kesalahan ketiga, Saat ini terjadi penyempitan makna dari pendidikan itu sendiri ketika istilah-istilah industri mulai meracuni istilah istilah pendidikan. Di tandai dengan bergantinya manusia menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) (Anonimb, 2008). Kepemimpinan merupakan suatu peran yang sangat penting dalam manajemen pendidikan. Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan menuntut

kepemimpinan yang efektif. Tantangan bagi seorang pemimpin pendidikan adalh bagaimana ia mampu berperan secara efektif dalam mendorong dan pelopor perubahan organisasi menuju organisasi yang bermutu. Peran kepemimpinan penting sekali dalam mengejar mutu yang diinginkan pada

setiap sekolah. Sekolah hanya akan maju bila dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner, memiliki keterampilan manajerial,serta integritas kepribadian dalam melaksanakan perbaikan mutu. Kepemimpinan kepala sekolah tentu menjalankan manajemen sesuai dengan iklim organisasinya (Syafarudin, 2002:05) (FIP-UPI, 2007). 2. Hasil Kajian Literatur Manajemen pendidikan adalah penerapan pronsip-prinsip manajemen dalam membina para praksis pendidikan agar efektif dan berketerampilan memadai agar output dari organisasi pendididkan tersebut mempunyai kualitas dan mutu tinggi. Di masa lalu, pensisikan nasional mengalami keterpurukan. Hal itu tercermin dari kehidupan politik yang otoriter dan sentralistik serta tidak memberikan kesempatan untuk dapat mengubah pendidikan menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, terjadi kebobrokan pada sistem pendidikan yang sekarang dan pembinaan praksis pun hanya ala kadarnya saja. Kepemimpinan mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan, dunia pendidikan

membutuhkan figur seorang pemimpin yang berkuaitas agar bisa memeperbaiki mutu pendidikan yang telah ada. Tantangan bagi pemimpin pendidikan adalah bagaimana ia dapat menjadi seorang pelopor perubahan organisasi menjadi sebuah organisasi yang bermutu tinggi dengan cara yang efektif tentunya. Seperti halnya sebuah sebuah sekolah yang hanya akan maju, bila kepala sekolahnya adalah seorang yang visioner, berketerampila manajerial, dan berintegritas tinggi dalam membangun pendidikan di sekolahnya. Pemimpin saat melaksanakan aktivitasnya bahwa dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor yang tersebut sebagaimana

dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981) sebagai berikut :

1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan. 2. Harapan dan perilaku atasan. 3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan. 4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin. 5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan 6. Harapan dan perilaku rekan. Selain itu, pemimpin juga diharap memiliki kepribadian tertentu

dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin sebuah organisasi, antara lain : - Pendidikan umum yang luas - Kematangan mental - Sifat ingin tahu - Kemampuan analitis - Memiliki daya ingat yang kuat - Integrative. - Mempunyai keterampilan berkomunikasi - Berketerampilan mendidik. - Punya pemikiran yang rasional dan objektif. - Pragmatis. - Dapat menentukan dan melaksanakan skala prioritas dengan baik. - Pandai mengatur waktu. - Sifat keberanian, misalnya dalam pengabilan keputusan. - Kemampuan mendengar, misalnya mendengar ide atau saran dari bawahan.

Kesalahan terbesar metode pendidikan yang dikembangkan di Indonesia adalah pendidikan kita sangat tidak memperhatikan aspek afektif (merasa), sehingga kita hanya tercetak sebagai generasi-generasi yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini. Sebenarnya Indonesia sudah menelurkan putra-putri bangsa yang pintar, namun hingga sekarang tak ada perubahan pada kehidupan bangsa ini. Maka pasti ada yang salah dengan sistem pendidikan yang kita kembangkan hingga saat ini. Pada pendidikan di Indonesia sekarang dikenal sebagai sistem pendidikan yang top-down atau dari atas kebawah. Freire menyebutnya dengan bankingsystem. Dalam artian peserta didik dianggap sebagai safe-deposit-box dimana guru mentransfer bahan ajar kepada peserta didik . Jadi peserta didik hanya menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk menyeleksi lebih jauh ataupun mengkritisi pelajaran yang diberikan. berpikir lebih jauh tentang apa yang diterimanya, atau minimal terjadi proses seleksi kritis tentang bahan ajar yang ia terima. Hal ini tidak sejalan dengan substansi pendidikan yang membebaskan manusia menurut Ki Hajar Dewantara. Kesalahan selanjutnya adalah adanya penyempitan makna dari pendidikan ketika istilah-istilah industri mulai meracuni istilah istilah pendidikan. Misalnya, dengan bergantinya manusia menjadi Sumber Daya Manusia (SDM). Seakan-akan pendidikan bagi manusia merupakan sebuah barang yang digunakan sepentingnya saja. Permasalahan-permasalahan di atas sangat memprihatinkan. Jika dibiarkan begitu saja, bukan tidak mungkin bangsa Indonesia tetap berjalan di tempat atau bahkan mengalami kemunduran. Pihak asing pun semakin merajalela dalam mengeksploitasi kekayaan Indonesia. Menurut saya, pemerintah atau para pemimpin pendidikan mengganti cara belajar dengan siswa sebagaimana rupa agar siswa lebih aktif dan lebih kritis dalam berpikir. Selama ini memang pemerintah sudah ada upaya, seperti penggantian kurikulum misalnya. Namun pada kenyataannya masih belum

berjalan optimal sehingga efek positifnya belum terasa. Mungkin karena siswa sebelumnya terbiasa hanya diberi pelajaran oleh gurunya secara satu arah saja. Hal tersebut mengakibatkan siswa malas untuk berpikir lebih jauh lagi ataupun mungkin malu dalam menyampaikan pendapat mereka karena mereka belum terlatih untuk menyampaikan pendapat mereka di depan banyak orang. Sikap tersebut dapat diantisipasi dengan melatih anak dari kecil untuk menyampaikan apa yang dirasakannya tanpa merasa disalahkan. Orang tua pun dituntut untuk bijaksana dalam membangun mental dan karakter anak-anaknya, termasuk karakter menjadi seorang pemimpin dan berakhlak mulia. Selain itu, para siswa, walaupun pintar dalam akademis tetapi masih belum bisa membawa perubahan positif bagi bangsa. Menurut saya hal itu disebabkan para siswa hanya mengejar nilai bagus saja di atas kertas ujian mereka,walaupun harus dengan jalan pintas. Mereka tidak tahu bahwa yang seharusnya dikejar adalah ilmu. Untuk apa nilai bagus tapi mereka tidak tahu cara mengaplikasikannya dan tidak pernah menerapkannya. Yang demikian itu, tidak akan membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia. Hanya stagnan saja. Sebaiknya para siswa dibekali dengan keterampilan (skill) yang benarbenar memadai. Tak hanya teori, tetapi perlu praktik juga hingga per individu siswa memahaminya. Siswa juga perlu dibekali pengembangan karakter agar menjadi seorang penuntut ilmu sejati, bukan hanya pengejar nilai saja. Poin di atas mempunyai hubungan mengapa manusia sekarang disebut SDM. Bisa jadi orang-orang Indonesia hanya mempunyai karakter sebagai pekerja saja hingga pendidikan pun dijalani hanya sekedar formalitas saja, asal memenuhi persyaratan saja. Mereka tidak tahu bahwa sejatinya ilmu lah yang memuliakan mereka. Dengan ilmu, kita dapat menciptakan berbagai inovasi agar kehidupan menjadi lebih baik dan kita tidak akan kalah dengan pihak asing. Selain itu, para generasi bangsa harus dididik sematang

10

mungkin agar memiliki jiwa seorang pemimpin agar kita tetap merdeka atas tanah kita sendiri dan tidak diremehkan bangsa lain.

C. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah Peran Adanya Kepemimpinan dalam Manajemen Pendidikan adalah : a. Manajemen pendidikan adalah penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam membina para praksis pendidikan agar efektif dan berketerampilan memadai. b. Kepemimpinan mempunyai peranan penting dalam pendidikan karena pendidikan membutuhkan figur seorang pemimpin yang berkuaitas agar bisa memeperbaiki mutu pendidikan yang telah ada. c. Pemimpin juga diharap memiliki kepribadian tertentu seperti

pendidikan umum yang luas,kematangan mental, sifat ingin tahu, kemampuan analitis, memiliki daya ingat yang kuat,

integrative,mempunyai keterampilan, berkomunikasi, berketerampilan mendidik. punya pemikiran yang rasional dan objektif, pragmatis, dapat menentukan dan melaksanakan skala prioritas dengan baik, pandai mengatur waktu. sifat keberanian misalnya dalam pengabilan keputusan, kemampuan mendengar, misalnya mendengar ide atau saran dari bawahan. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektvtitas pemimpin adalah

kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan; harapan dan perilaku atasan; karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi

terhadap apa gaya kepemimpinan; kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin; iklim dan kebijakan organisasi

11

mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan; harapan dan perilaku rekan e. Permasalahan pendidikan di Indonesia antara lain pendidikan kita sangat tidak memperhatikan aspek afektif (merasa), peserta didik hanya menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk menyeleksi lebih jauh ataupun mengkritisi pelajaran yang diberikan, penyempitan makna dari pendidikan ketika istilah-istilah industri mulai meracuni istilah istilah pendidikan. f. Solusi yang ditawarkan antara lain melatih siswa untuk menyampaikan pendapat serta para siswa dibekali dengan keterampilan (skill) yang benar-benar memadai pengembangan karakter agar menjadi seorang penuntut ilmu sejati dan menjadi seorang pemimpin. 2. Saran Anak maupun siswa adalah aset bangsa, kita harus mengasahnya agar bangsa ini tidak lagi merasakan penderitaan berkepanjangan. Karena itu sudah seharusnya kita memberi pendidikan yang terbaik serta pendidikan karakter. Dengan ilmu yang memadai, rasa kepemimpinan, kebijaksanaan dalam menghadapi suatu masalah, serta akhlak yang luhur kita akan memimpin apa yang kita mulai, tanpa tertindas atau terintimidasi lagi oleh bangsa asing ataupun pihak yang tak bertanggung jawab karena tujuannya adalah dapat membawa kebermanfaatan bagi sesama. Dengan izin Tuhan Yang Maha Esa, Indonesia bisa bangkit kembali dari keterpurukan.

12

DAFTAR PUSTAKA

Anonima.

2010. Makalah Kepemimpinan dalam Manajemen Pendidikan. http://d4uthabsi.typepad.com/blog/2010/01/makalah-kepemimpinandalam-manajemen-pendidikan.html. Diakses hari Kamis tanggal 26 Mei 2011 pukul 10.25 WIB 2008. Pendidikan di Indonesia. http://km.itb.ac.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id =80:pendidikan-di-indonesia&catid=63:diskusi-isupendidikan&Itemid=109. Diakses hari Jumat tanggal 27 Mei 2011 pukul 05.23 WIB

Anonimb.

FIP-UPI, Tim. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Imperial Bhakti Utama. Tilaar, H.A.R. 2003. Kekuasaan dan Pendidikan. Magelang : Indonesia Tera.

You might also like