You are on page 1of 23

P2U

BIOREMIDIASI LIMBAH DOMESTIK RAMAH LINGKUNGAN: ISOLASI DAN ENUMERASI ACTINOMYCETES DAN FUNGI DALAM LIMBAH SEPTIC TANK, COMBERAN, DAN BEKAS AIR MANDI DI KOTA MALANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh Drs. Lud Waluyo, M.Kes. NIP 131 930 144

Dibiayai oleh Anggaran Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang Tahun Anggaran 2005 berdasarkan Surat Tugas Pembantu Rektor I Nomor: E.2.b/036/BAA-UMM/II/2005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Tahun 2005

Bioremidiasi Limbah Domestik Ramah Lingkungan: Isolasi Dan Enumerasi Actinomycetes Dan Fungi Dalam Limbah Septic Tank, Comberan, dan Bekas Air Mandi Di Kota Malang *) Oleh Lud Waluyo**) *) Dibiayai oleh Anggaran Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang Tahun Anggaran
2005 berdasarkan Surat Tugas Pembantu Rektor I Nomor: E.2.b/036/BAA-UMM/II/2005 **) Dosen pada Jurusan PMIPA Pend. Biologi Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: 1). Mengisolasi Actinomycetes dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang;2) Mengenumerasi Actinomycetes dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang; 3). Mengisolasi fungi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang;dan 4) Mengenumerasi fungi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang. Metode yang dipakai adalah penelitian observasional laboratoris. Sampel penelitian adalah air limbah domestik (septic tank, comberan, dan bekas air mandi) yang diambil dari kawasan padat huni Kota Malang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional laboratorik. Pendekatan deskriptif untuk menentukan pengambilan sampel limbah septic tank, comberan, bekas air mandi di daerah padat huni kota Malang, dalam rangka untuk mendapatkan isolat mikrobe asal Malang. Pendekatan observasional laboratorik dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Malang untuk mengisolasi dan mencari jumlah (enumerasi) mikrobe pada limbah septic tank, comberan, bekas air mandi dengan berbagai media mikrobiologis. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Isolat-isolat Actinomycetes yang dapat diisolasi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang ada 16 isolat. Isolat Actinomycetes dari limbah septic tank berjumlah 6 isolat, dari limbah comberan berjumlah 4 isolat, dan dari limbah bekas air mandi berjumlah 3 isolat; (2) Jumlah Actinomycetes dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang pada berbagai pengenceran berbeda-beda. Jumlah tertinggi terdapat pada limbah septic tank; (3) Isolat-isolat fungi yang dapat diisolasi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang ada 15 isolat. Isolat Fungi dari limbah septic tank berjumlah 9 isolat, dari limbah comberan berjumlah 3 isolat, dan yang berasal dari limbah air bekas mandi berjumlah 3 isolat, dan (4) Jumlah fungi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang berbeda-beda pada berbagai tingkat pengenceran. Jumlah tertinggi adalah fungi yang didapatkan dari limbah septic tank. Kata kunci: isolat Actinomycetes- isolat Fungi- bioremidiasi- air limbah domestik

ABSTRACT
Familiar Environmental Domestic Pollutant Bioremidiation: Isolation and Enumeration Actinomycetes and Fungi into Septic tank, Sewer, and Sewage Toilet on Malang

This research is aimed:1) Isolation Actinomycetes in septic tank, sewer, and sewage toilet on Malang; 2) Enumeration Actinomycetes in septic tank, sewer, and sewage toilet on Malang; 3). Isolation fungi in septic tank, sewer, and sewage toilet on Malang; and 4). Enumeration fungi in septic tank, sewer, and sewage toilet on Malang. Used methodology in research descritive observasional laboratoric. Sample from septic tank, sewer, and sewage toilet crushing rural resident on Malang to aim microorganism isolat propided Malang. Laboratory study for isolation and enumeration microorganism in septic tank, sewer, and sewage toilet at Microbiology Laboratory Muhammadiyah University of Malang. This research showed:1) Isolat Actinomycetes in septic tank, sewer, and sewage toilet on Malang 16 isolat. Isolat counts Actinomycetes from septic tank isolat, from sewer 4 isolat, and from sewage toilet 3 isolat, 2). Actinomycetes counts in septic tank, sewer, and sewage toilet difference pada various dilution. Counts highest according septic tank; 3). Isolat Fungi in septic tank, sewer, and sewage toilet on Malang 15 isolat. Isolat Fungi counts from septic tank 9 isolat, from sewer 3 isolat, and from sewage toilet 3 isolat, 4). There was difference counts fungi in septic tank, sewer, and sewage toilet on Malang. Total fungi highest from waste septic tank.

Key words: isolat Actinomycetes- isolat Fungi- bioremidiation-domestic pollutant sewage

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu aspek pembangunan berkelanjutan adalah penanganan limbah yang ramah dan akrab lingkungan. Penanganan secara mikrobiologis dengan bioremidiasi limbah salah satu penanganan limbah yang akrab lingkungan, diperlukan formula khusus inolulum pengurai limbah sesuai dengan jenis limbahnya. Sebagai langkah awal untuk menghasilkan suatu formula inokulum pengurai limbah adalah dengan cara mengisolasi mikrobe-mikrobe pengurai dari limbah itu. Pada tahap ini yang diisolasi adalah Actinomycetes dan fungi pada limbah septic tank, limbah comberan, dan limbah bekas air mandi. Isolat-isolat dari limbah lokal dimana didapatkan berperan sebagai salah satu komposisi dari formula inokulum pengurai limbah yang dihasilkan nanti. Inokulum pengurai limbah terdiri dari berbagai macam mikrobe. Mikrobe yang cukup berperan adalah Actinomycetes dan fungi. Inokulum pengurai limbah yang spesifik untuk jenis limbah tertentu harus diisolasi dari limbah yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk jangka panjang diperlukan upaya-upaya penanggulangan terhadap pencemaran kota-kota besar yang berasal dari limbah domestik salah satunya dengan zat-zat yang aman terhadap lingkungan (akrab lingkungan). Zat yang aman lingkungan artinya bahwa setelah zat diberikan untuk penguraian suatu limbah tidak menimbulkan akibat tambahan dengan kehadiran zat-zat sisanya, termasuk mikrobe berbahaya. Kota Malang terkenal dengan semboyannya Tri Bina Cipta, yakni sebagai Kota Pendidikan, Kota Pariwisata, dan Kota Industri dengan penduduk yang cukup padat tentunya mempunyai dampak pada lingkungan, terutama semakin bertambahnya limbah, baik domestik maupun non domestik pada daerah padat huni. Beberapa pemecahan permasalahan terhadap semakin bertambahnya limbah domestik adalah dengan pemberian inokulum pengurai limbah yang aman dan akrab lingkungan; dimana inokulum tersebut diisolasi dari daerah setempat. PERUMUSAN MASALAH 1). Isolat-isolat Actinomycetes apa saja yang dapat diisolasi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang?, 2). Berapa jumlah Actinomycetes dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang?, 3) Isolatisolat fungi apa saja yang dapat diisolasi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang?, 4). Berapa jumlah fungi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang. 4

TINJAUAN PUSTAKA Actinomycetes merupakan salah satu prokariota yang bentuk mirip dengan fungi. Actinonomycetes awalnya dinamakan ray fungi. Actinomycetes tumbuh dalam bentuk filamen miselium dan membentuk spora. Ada dua hal penting untuk membedakan antara fungi dengan Actinomycetes, yakni: 1). Actinomycetes tidak mempunyai nukleus, sehingga dimasukkan prokariotik; 2) bentuk hifa Actinomycetes dengan diameter 0,5 1,0 m, sehingga lebih kecil dari hifa jamur (3 8 m diameternya) (Coyne, 1999; Holt et al, 1994). Actinomycetes terdiri dari 10 50 % total populasi mikrobe dalam tanah. Organisme ini ditemukan dalam tanah (hampir semua), kompos, dan sedimen. Kelimpahan populasi Actinomycetes di dalam tanah adalah terbesar kedua setelah bakteri, yakni rentang dari 500.000 100.000.000 propagul per gram tanah. Proppagul adalah bagian dari suatu mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berkembangbiak (Coyne, 1999; Holt et al, 1994). Actinomycetes diklasifikasikan berdasarkan komosisi kimiawi dinding sel, komposisi keseluruhan gula (untuk mendiagnostik kelompok Actinomycetes), hibridisasi ADN dan ARN (melihat kekerabatan diantara Actinomycetes yang memilik genotif serupa). Beberapa kelompok (genera) Actinomycetes adalah Micromonospora, Nocardia, Streptomyces, Streptosporangium, dan Thermoactinomycetes (Holt et al, 1994). Streptomyces memiliki lebih banyak prevalensi daripada Nocardia; tetapi prevalensi Nocardia lebih besar daripada Micromonospora. Sembilan puluh (90%) Actinomyctes yang diisolasi dari tanah adalah Sreptomyces, dan genus ini meliputi 5 20% dari total mikrobe isolat dari pengenceran cawan total (dilution plate counts). Tabel berikut menunjukkan beberapa perbedaan genus Actinomycetes yang ditemukan dari berbagai macam lingkungan. Apa perbedaan antara bakteri dan fungi? Bakteri adalah kelompok prokariota, artinya mereka tidak memiliki selubung inti. Sedangkan fungi adalah eukariota yang biasanya berbentuk filamen dan lebih besar daripada bakteri. Peran fungi yang lain adalah memulai sebagai reservoar nutrien ke bentuk biomassa mikrobial. Mereka pada membantu tanaman mengikat dan hewan. kaki agregat tanah. Jamur mendekomposisi menyebabkan valley. nutrien dalam bentuk senyawa organik. Jamur dapat juga Misalnya, Histoplasma uniseluler

patogen

capsulatum merupakan jamur endemik patogen pada penduduk di Ohio River Trichophyton menyebabkan penyakit atletik. Fungi bereproduksi dengan perkuncupan, yang secara umum dinamakan yeast. Candida 5

adalah jamur patogen yang dapat menginfeksi manusia. Bakers yeast dan yeast digunakan untuk memfermentasi alkohol oleh genus Saccharomyces. Tidak seperti Candida, Saccharomyces tidak bersifat patogen tetapi menguntungkan. Beberapa jamur yang dimakan oleh manusia antara lain Agaricus bisporus, Shitake, Portabella (Coyne, 1999; Holt et al, 1994). Di dalam zat pengurai limbah mengandung berbagai mikroba pengurai, yakni makhluk bersel satu yang hidup di sekitar kita yang kita kenal sebagai bakteri tanah. Mikroba ini berfungsi untuk menguraikan sisa-sisa bahan organik yang berupa tinja, sampah, bangkai, limbah, dan lain sebagainya menjadi zat atau partikel yang aman bagi lingkungan dan berfungsi dalam penurunan volume atau berat sampah serta pengomposan. Dalam hal penguraian limbah memerlukan waktu berapa lama masih dicari jawabannya, sehingga persistensi (daya tahan) bakteri patogen dalam limbah tersebut dapat diketahui (Anonim, 1998a; Anonim, 1998b; Urson, tanpa tahun, Anonim, 1998; Anonim, 2000a; Anonim, 2000b). Upaya-upaya penanggulangan terhadap pencemaran kota yang berasal dari selokan dengan zat-zat yang aman terhadap lingkungan (akrab lingkungan). Artinya bahwa setelah zat diberikan untuk penguraian suatu limbah tidak menimbulkan akibat tambahan dengan kehadiran zat-zat sisanya (Anonim, 1995; Anonim, 1998a; Anonim; 2000a; Suriawiria, 1996, BPPT, tanpa tahun; Anonim, 1995; Anonim, 1997a; Anonim, 1997b).Upaya ini merupakan salah satu program penyehatan lingkungan di daerah perkotaan (Depkes RI, 1992; Entjang, 1997). Limbah yang aman akan berpengaruh terhadap kualitas air bersih, kualitas udara di sekitar daerah pembuangan limbah tersebut. Limbah selokan merupakan salah satu limbah rumah tangga. Menurut Pelczar dan Chan (1988), air limbah terdiri dari lebih kurang 99,9% air. Jumlah bahan padat yang tersuspensikan di dalamnya sangat kecil sehingga dinyatakan dengan satuan ppm (part per million = bagian persejuta). Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah kandungan zat padat, kejernihan, bau, serta warna (Sugiharto, 1987; Soerjani, dkk., 1987; Soemirat, 1994; Pelczar dan Chan, 1988; Suriawiria, 1996; Entjang, 1997). Semakin tingginya jumlah buangan yang memasuki badan air, dapat menyebabkan berbagai penyakit mudah berjangkit. Hasil survey dari Coggestal dan Stoll, 1943 dalam Winarno, 1986, diketahui bahwa 5-10% dari jumlah penduduk merupakan karier Entamoeba histolytica. Dua puluh lima persen jumlah penduduk lainnya merupakan pembawa6 cacing Ascaris, cacing pita, dan cacing

tambang. Dengan mengetahui jumlah bakteri patogen yang terdapat dala tinja, maka dapat diketahui pula penyakit-penyakit penyebab diare, disentri, hepatitis, tifus, dan lain-lain. Hal ini karena adanya buangan yang berasal dari limbah yang merupakan sumber mikroba penyebab penyakit (Feachem et al., 1983; (Entjang, 1997) Beberapa menggali dekomposer mikroorganisme yang seperti berguna disampaikan bagi di atas, Proses merupakan salah satu cara mengurangi pencemaran lingkungan dan upaya beberapa mikroorganisme manusia. dekomposisi lainnya atau degradasi substansi berbahaya ini yang ada di lingkungan, untuk

termasuk limbah domestik dengan menggunakan bakteri dinamakan bioremidiasi. Proses dapat

atau mikroorganisme dimanfaatkan

membersihkan limbah minyak, limbah bahan kimia, dan pengolahan air limbah (Pelczar dan Chan, 1988; Laksmi dan Rahayu, 1993; Waluyo, 2002) TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini secara garis besar bertujuan: 1). Mengisolasi Actinomycetes dari limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang; 2). Mengenumerasi Actinomycetes dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang; 3). Mengisolasi fungi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang; dan 4). Mengenumerasi fungi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang. Manfaat Penelitian Berdasarkan pada permasalahan dan orientasi penelitian, luaran penelitian ini berupa konsep dasar tentang; 1) isolat Actinomycetes dari limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang; 2) isolat fungi dari limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif prospektif observasional laboratorik. Pendekatan deskriptif untuk menentukan pengambilan sampel limbah septic tank, comberan, bekas air mandi di daerah padat huni kota Malang, dalam rangka untuk mendapatkan isolat mikrobe asal Malang. Pendekatan observasional laboratorik dilaksanakan di Laboratorium Mikrobilogi untuk mengisolasi dan mencari jumlah (enumerasi) mikrobe pada limbah septic tank, comberan, bekas air mandi.

Proses Pengumpulan Data

1. Isolasi

Actinomycetes dari Bekas Air Mandi

Limbah Septic tank, Comberan, dan

Aktinomycetes diambil sampelnya dari limbah septic tank, comberan, bekas air mandi dengan dengan random sampling daerah padat huni kota Malang. Langkah pertama adalah pengenceran pada medium agar. Inkubasi dilakukan pada temperatur 28 30 C selam 2 7 hari. Koloni actinomycetes dapat dibedakan dari koloni jamur dan koloni bakteri. Koloni Actinomycetes kelihatan kompak, kadang-kadang membentuk kerucut dengan permukaan kering, kadang-kadang ditutupi dengan miselium udara. Jika koloni berkembang baik dan miselium udara lebat, maka spora yang pada permukaan mudah sekali diambil dengan jarum ose. Jika perkembangan kurang baik atau miselium udaranya tidak terbentuk maka harus menggunakan spatel inokulasi untuk memindahkan koloninya ke medium yang baru. Jika ditumbuhkan pada medium cair kebanyakan Actinomycetes tumbuh pada permukaan medium, membentuk massa yang kompak dan dapat diambil dengan penyaringan menggunakan kertas biasa. Medium yang mengandung glukosa, gliserol atau tepung sebagai sumber karbon; nitrat dan kasein sebagai sumber nitrogen, dan mineral-mineral tertentu seperti NaCl, K2HPO4, MgSO4 7 H2O, CaCO3, dan FeSO4. 7H2O merupakan medium aktinomisetes. Antibiotika nistatin dan siklohexide ditambahkan ke medium untuk menghambat menekan fungi tanpa mempenagruhi ke dalam Actinomycetes, medium sedangkan untuk pertumbuhan bakteri ditambahkan antibiotika

polimizin atau penisilin. Untuk isolasi Nocardia ditambahkan kholesterol dan natrium azide dicampur dengan alkali-agar pada pH 8,0. 2. Cara kerja: a. Cara Taburan

Mencairkan medium Nutrien-agar dalam penangas air Mendinginkan medium sampai lebih kurang 50 C. Tuangkan medium agar tersebut dalam petri disk steril secara aseptik, biarkan Mengambil 1 ose suspensi bahan (limbah septic tank, comberan, dan bekas

sampai dingin dan padat. air mandi dan setelah dingin dinokulasi dengan 1 ose suspensi yang mengandung Actinomycetes yang diduga dari limbah. Digojog dengan hati-hati agar campuran dalam tabung merata. Menuangkan ke dalam petri disk dalam keadaan aseptik. 8

Diinkubasikan

ke

dalam

petri

dish

secara

terbalik

pada

terbalik

pada

temperatur antara 28 30 C selama 2 7 hari. Tahapan selanjutnya adalah dengan cara isolasi agar miring. Mencairkan medium dalam penangas air. b. Isolasi pada agar miring (Tahap II)

Mendinginkan sampai suhu lebih kurang 50 C, dan setelah dingin dituangkan ke petri disk secara aseptik Mengambil 1 ose suspensi bahan yang mengandung Actinomycetes, kemudian dibuat goresan pada permukaan luar medium agar. Diinkubasian pada petri disk secara terbalik pada temperatur antara 28 30 C selama 2 7 hari. Setelah tumbuh koloninya kemudian diamati perbedaaanya dengan koloni bakteri dan fungi. Diambil secara aseptik dengan ose steril sedikit koloni Actinomycetes dan dipindahkan ke dalam agar miring (media nutrien agar), disamping itu juga diadakan pengamatan secara mikroskopik.
Inkubasikan biakan agar miring pada temperatur 28 30 C selama 2 7 hari. Setelah tumbuh periksa kembali secara mikroskopik dan apabila tidak ada kontaminasi, maka isolasi berhasil. Langkah berikutnya adalah menghitung jumlah Actinomycetes per bahan limbah yang diambil sampel. Ambil secara aseptik dengan ose satu koloni yang dikehendaki dan suspensikan dalam air steril. Diperiksa dengan Pewarnaan Gram atau dengan lactofenol blue Mencatat ciri-ciri khas isolat yang telah ditemukan.

3. Isolasi Fungi dari Limbah Septic tank, Comberan, dan Bekas Air Mandi
a. Cara pengenceran dan penaburan, tetapi salah satu metode ini. Cara kerja menurut Hansen: Membuat suspensi spora yang encer dari limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi yang telah diambil dari lapang. Pengenceran disesuaikan dengan dengan kepekatan limbah; diusahakan seencer mungkin. Mencairkan medium Czapek Doc. agar dan didinginkan pada suhu 50 C. Menginokulasikan suspensi spora secara aseptik dan digojog dengan baik supaya merata. Inkubasikan pada temperatur kamar atau temperatur 25C selama 2 3 hari, sehingga tumbuh koloni yang mungkin hanya berasal dari 1 jamur. Ambil sedikit koloni secara aseptik dan pindahkan ke agar miring pada medium SDA/ NA yang steril Menginkubasikan pada suhu kamar atau pada temperatur 25 C selama 2 3 hari; spora tersebut berkecambah dan tumbuh menjadi koloni yang berasal dari 1 spora. Amati dengan mikroskop. Langkah berikutnya adalah menghitung jumlah fungi per bahan limbah yang diambil sampel. Mencatat isolat-isolat yang berhasil ditemukan. 9

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian isolat-isolat Actinomycetes dan Fungi yang diisolasi dari limbah septic tank, air comberan, dan air bekas kamar mandi pada media Nutrien agar dan media Czapek Doc agar disajikan seperti pada tabel-tabel berikut ini. Tabel 1 Data Pengamatan Isolat-isolat Actinomycetes yang Didapatkan dari Limbah Septic Tank dengan Media Nutrien Agar No 1 Ciri-ciri yang diamati Miselium tunggal, pendekpendek Miselium tidak bercabang Aerob Terlihat pada pengenceran 10-1 dan 10-2 Miselium tunggal, panjang Berada di permukaan media Miselium bercabang-cabang Terlihat pada pengenceran 10-3 Miselium tunggal, panjang Miselium bercabang-cabang Berada pada permukaan media Warna koloni kekuningan Terlihat pada pengenceran 10-4 Miselium panjang seperti batang Miselium tidak bercabang Pada miselium terdapat bulatan-bulatan Koloni berada di permukaan media Terlihat pada pengenceran 10-5 Miselium pendek-pendek Miselium bercabang Bersifat Aerob Miselium tunggal Terlihat pada pengenceran 10-6 Miselium panjang Miselium tidak bercabang Tumbuh di permukaan media Terlihat pada pengenceran 10-7 Jumlah 62 Kode Isolat I

2.

37

II

3.

31

III

4.

28

IV

5.

21

6.

12

VI

10

11

Tabel 2 Data Pengamatan Isolat-isolat Actinomycetes yang Didapatkan dari Limbah Comberan dengan Media Nutrien Agar No 1 Ciri-ciri yang diamati Miselium panjang Tidak terdapat spora Miselium bercabang-cabang Tumbuh pada permukaan media Terlihat pada pengenceran 10-1 Miselium tunggal Berada di permukaan media Miselium bercabang-cabang Tidak terdapat spora Terlihat pada pengenceran 10-2 Miselium panjang dan berpilin (seperti berputar) Miselium tidak bercabang Berada di dalam media (anaerob) Terlihat pada pengenceran 10-3 Miselium pendek-pendek Miselium bercabang-cabang Tidak terdapat spora Koloni berada di permukaan media (aerob) Terlihat pada pengenceran 10-5 Jumlah 43 Kode Isolat VII

2.

31

VIII

3.

23

IX

4.

Tabel 3 Data Pengamatan Isolat-isolat Actinomycetes yang Didapatkan dari Air Bekas Mandi dengan Media Nutrien Agar No 1 Ciri-ciri yang diamati Miselium pendek-pendek Tidak terdapat spora Miselium tunggal Tumbuh di atas permukaan media Terlihat pada pengenceran 10-1 Miselium tunggal Miselium pendek Jumlah 32 Kode Isolat XI

2.

27 12

XII

3.

4.

Tumbuh di permukaan media Miselium bercabang-cabang Tidak terdapat spora Terlihat pada pengenceran 10-2 Miselium panjang Miselium tidak bercabang Ujung miselium terdapat bulatan-bulatan tunggal Tumbuh pada permukaan media (aerob) Terlihat pengenceran 10-5 Miselium tunggal Miselium pendek Miselium tumbuh bercabangcabang Tumbuh pada permukaan media (aerob) Terlihat pada pengenceran 10-6

XIII

XII

Tabel 4 Data Pengamatan Isolat-isolat Fungi yang Didapatkan dari Limbah Septic Tank dengan Media Czapek Doc Agar No 1 Ciri-ciri yang diamati Warna koloni orange Miselium tunggal Miselium tidak bercabang Miselium panjang Tumbuh di bawah permukaan agar Terlihat pada pengenceran 10-1 Warna koloni coklat Miselium tunggal, panjang Berada di permukaan media Miselium bercabang-cabang Terlihat pada pengenceran 10-2 Warna koloni merah Miselium tunggal, panjang Miselium ujungnya tidak bercabang Tumbuh di dalam media (anaerob) Terlihat pada pengenceran 10-3 Warna koloni merah Miselium pendek-pendek 13 Jumlah 17 Kode Isolat A

2.

15

3.

12

4.

10

5.

Miselium tidak bercabang Miselium tunggal Koloni di dalam media Terlihat pada pengenceran 10-4 Warna koloni putih Miselium pendek-pendek Miselium tidak bercabang Koloni tumbuh di permukaan media (aerob) Miselium tunggal Terlihat pada pengenceran 10-5 Warna koloni putih Miselium panjang Miselium tidak bercabang Tumbuh di permukaan media Terlihat pada pengenceran 10-6 Warna koloni putih Miselium tunggal Miselium panjang Miselium bercabang-cabang Pada ujung miselium ada bulatan-bulatan Terlihat pada pengenceran 10-7 Warna dan tepi koloni coklat Miselium tunggal Miselium panjang Ujung miselium bercabangcabang Terlihat pengenceran 10-8 Warna koloni hijau Miselium tunggal Miselium pendek-pendek Ujung miselium tidak bercabang Terlihat pada pengenceran 10-8 Tabel 5 Data Pengamatan Isolat-isolat Fungi yang Didapatkan dari Air Comberan dengan Media Czapek Doc Agar 7 E

6.

7.

8.

No 1

Ciri-ciri yang diamati Warna koloni putih Miselium tunggal Miselium bercabang

Jumlah 19 14

Kode Isolat J

2. 3.

Miselium panjang Tumbuh di permukaan agar Terlihat pada pengenceran 10-1 Warna koloni putih Miselium jamak Miselium bercabang, panjang Berada di bawah permukaan media Miselium bercabang-cabang Terlihat pada pengenceran 10-2 Warna koloni putih Miselium tunggal Miselium tidak bercabang Miselium panjang Tumbuh di permukaan agar Terlihat pada pengenceran 10-3 Warna koloni putih Miselium tunggal Miselium bercabang Miselium panjang Tumbuh di permukaan agar Terlihat pada pengenceran 10-4 Warna koloni putih Miselium tunggal Miselium bercabang Miselium panjang Tumbuh di permukaan agar Terlihat pada pengenceran 10-5 Warna koloni putih Miselium tunggal Miselium bercabang Miselium panjang Tumbuh di permukaan agar Terlihat pada pengenceran 10-6 12 K

4.

5.

6.

Tabel 6 Data Pengamatan Isolat-isolat Fungi yang Didapatkan dari Air Bekas Mandi dengan Media Czapek Doc Agar No 1 Ciri-ciri yang diamati Warna koloni putih Miselium tunggal, seperti batang, lurus Miselium tidak bercabangcabang Miselium panjang Tumbuh di permukaan agar Terlihat pada pengenceran 10-1 15 Jumlah 9 Kode Isolat M

2.

3.

4. 5.

6.

Warna koloni putih Miselium tunggal, seperti batang, lurus Miselium tidak bercabangcabang Miselium panjang Tumbuh di permukaan agar Terlihat pada pengenceran 10-2 Warna koloni putih Miselium tunggal Miselium bercabang-cabang Miselium pendek Tumbuh di permukaan agar Terlihat pada pengenceran 10-3 Warna koloni putih Miselium tunggal Miselium tidak bercabang dan melengkung Miselium pendek Tumbuh di permukaan agar Terlihat pengenceran 10-4 Warna koloni putih Miselium tunggal, seperti batang, lurus Miselium tidak bercabangcabang Miselium panjang Tumbuh di permukaan agar Terlihat pengenceran 10-5 Warna koloni putih Miselium tunggal, seperti batang, lurus Miselium tidak bercabangcabang Miselium panjang Tumbuh di permukaan agar Terlihat pada pengenceran 10-6

Tabel 7 Jumlah Isolat Actinomycetes dan Fungi yang Didapatkan dari Septic Tank, Air Comberan, dan Air Bekas Mandi No 1 Asal limbah Septic tank Jumlah isolat yang ditemukan Actinomycetes Fungi 6 9 16 Keterangan

2 3

Air Comberan Air Bekas Mandi Jumlah total

4 3 16

3 3 15

Tabel 8 Jumlah Actinomycetes dalam Isolat yang Ditemukan Limbah Septic Tank, Air Comberan, dan Air Bekas Kamar Mandi pada Berbagai Tingkat Pengenceran No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Asal Limbah Septic tank 62 3,7 3,1 2,8 2,1 1,2 43 3,1 2,3 9,0 32 2,7 6,0 Jumlah Actinomycetes x x x x x 10 105 106 107 108
4

Pengenceran Kode Isolat I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII 10-1 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-1 10-2 10-3 10-5 10-1 10-2 10-5

Air Comberan

x 103 x 104 x 105 x 103 x 105

Air Bekas Mandi

Tabel 9 Jumlah Fungi dalam Isolat yang Ditemukan Limbah Septic Tank, Air Comberan, dan Air Bekas Kamar Mandi pada Berbagai Tingkat Pengenceran No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Asal Limbah Septic tank Fungi 17 1,5 x 103 1,2 x 104 1,0 x 105 7,0 x 105 5,0 x 106 2,0 x 107 2,0 x 107 2,0 x 107 1,9 x 101 1,2 x 103 9,0 x 103 9,0 6,0 x 103 2,0 x 104 Jumlah Kode Isolat A B C D E F G H I J K L M N O Pengenceran 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-8 10-1 10-2 10-3 10-1 10-3 10-4

Air Comberan

Air Bekas Mandi

17

Pembahasan Secara keseluruhan didapatkan 16 isolat Actinomycetes dan 15 isolat Fungi dari limbah septic tank, air comberan, dan air bekas kamar mandi. Isolat Actinomycetes yang ditemukan dari limbah septic tank septic tank berjumlah 6 isolat (dengan kode Isolat I, II, III, IV, V, dan VI), limbah comberan 4 isolat (dengan kode Isolat VII, VIII, IX, dan X), dan dari air bekas mandi sebanyak 3 isolat (dengan kode Isolat XI, XII, dan XIII). Sedangkan dari Fungi yang berhasil diisolasi secara keseluruhan sebanyak 15 isolat dengan jumlah isolat terbesar berasal dari limbah septic tank, yakni sebanyak 9 isolat (dengan kode Isolat A, B, C, D, E, F, G, H, dan I). Kemudian isolat dari limbah air comberan berjumlah 3 isolat isolat (dengan kode Isolat M. N. dan O). Cara membedakan antara Actinomycetes dan Fungi seperti pada Isolat-isolat yang berhasil ditemukan di atas adalah dengan mengamati bentuk hifa Actinomycetes yang lebih pendek daripada hifa dari jamur. Menurut Coyne, 1999 dan Holt, et al. Diameter hifa Actinomycetes 0,5 1,0 m, sedangkan hifa jamur berdiameter 3,0 8,0 m. Secara mikroskopik Actinomycetes tidak mempunyai nukleus, sehingga dimasukkan ke dalam prokariotik. Pada klasifikasi dari Bergeys tahun 1994 Actinomycetes dimasukkan ke dalam Dunia Protista, satu kelompok dengan bakteri. Actinomycetes yang didapatkan dari limbah tumbuh sebagaian besar pada permukaan media nutrien agar. Hal ini menunjukkan bahwa Actinomycetes tersebut bersifat aerobik, oleh karena itu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Isolat-isolat Actinomycetes yag telah didapatkan ini dalam penelitian yang lebih lanjut akan diuji kemampuannya untuk mendegradasi beberapa bahan organik seperti selulosa (bersifat selulolitik), amilosa (bersifat amilolitik), dan protein (bersifat proteolitik). Jumlah isolat yang ditemukan dari limbah septic tank, limbah comberan, dan limbah bekas air mandi berbeda-beda baik pada jumlah dan jenis isolatnya; yang terbanyak adalah isolat Actinomycetes yang berasal dari septic tank. Hal ini menunjukkan bahwa formula inokulum pengurai limbah itu bersifat spesifik, artinya hanya satu formula saja yang dapat digunakan untuk bioremidiasi satu jenis limbah. Ini juga berarti formula inokulum untuk bioremidiasi limbah septic tank harus menggunakan isolat-isolat yang juga didapatkan pada limbah septic tank tersebut; formula inokulum pengurai limbah untuk bioremidiasi limbah comberan juga harus diisolasi dari limbah comberan itu sendiri, dan seterusnya. 18 (dengan kode Isolat J, K, dan L) dan jumlah isolat yang berasal dari air bekas mandi sebanyak 3

Jumlah isolat jamur yang didapatkan dari ketiga jenis limbah yakni limbah septic tank, limbah comberan, dan limbah bekas air mandi dengan media Czapek Doc Agar berbeda-beda; dengan jumlah isolat tertinggi dari limbah septic tank, yakni 9 isolat. Sedangkan dari limbah comberan dan limbah bekas air mandi masing-masing didapatkan 3 isolat. Seperti halnya dengan Actinomycetes maka isolat-isolat dari masing-masing jenis limbah untuk tahap selanjutnya diujikan dengan bahan-bahan organik, apakah isolat tersebut bersifat selulolitik, amilolitik, dan proteolitik. Dengan adanya jumlah isolat fungi yang berbeda-beda pada limbah yang berbeda, maka untuk membuat formula inokulum pengurai limbah harus secara spesifik, artinya untuk untuk satu jenis limbah memerlukan fungi yang berbeda pula. Tidak dapat satu produk inokulum pengurai limbah dapat digunakan untuk bioremidiasi berbagai jenis limbah, apalagi digunakan untuk berbagai bidang yang berbeda. Misalnya untuk dipakai di bidang pertanian untuk pupuk, bidang peternakan (untuk menguraikan limbah dan pakan), dan bidang perikanan (untuk memupuk plankton). Isolat fungi yang didapatkan pada penelitian tahap awal ini belum sampai diidentifikasi ke dalam takson-takson. Jumlah Actinomycetes yang didapatkan dari limbah septic tank, limbah comberan, dan limbah air bekas mandi berbeda walaupun pada pengenceran yang sama. Misalnya pada pengenceran 10-1 jumlah Isolat I dari limbah septic tank adalah 62; Isolat VII dari limbah comberan 43, dan Isolat XI dari limbah bekas air mandi adalah 32. Hal terjadi pada pengenceran berikutnya 10 -2 , 10-3 ,10-4, dan seterusnya. Jumlah Fungi yang berasal dari limbah septic tank pada pengenceran 10-1 berjumlah 17, kemudian pada limbah comberan berjumlah 19 dan pada limbah bekas air mandi berjumlah 9. limbah comberan, dan limbah bekas air mandi. Isolat-isolat fungi terlihat pada pengenceran sampai dengan 10 -8, sehingga didapatkan 9 isolat, sedangkan pada limbah comberan penampakan isolat-isolat yang baru sampai pada pengenceran 10 -3, dan selebihnya koloni-koloni yang nampak pada pengenceran yang lebih tinggi sama dengan pengenceran di bawah 10-4. Penampakan isolat pada limbah bekas air mandi juga terlihat hanya pada sampai pengenceran 10-4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Isolat-isolat Actinomycetes yang dapat diisolasi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang ada 16 isolat. Isolat Actinomycetes dari 19

limbah septic tank berjumlah 6 isolat, dari limbah comberan berjumlah 4 isolat, dan dari limbah bekas air mandi berjumlah 3 isolat. 2. Jumlah Actinomycetes dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang pada berbagai pengenceran berbeda-beda. Jumlah tertinggi terdapat pada limbah septic tank. 3. Isolat-isolat fungi yang dapat diisolasi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang ada 15 isolat. Isolat Fungi dari limbah septic tank berjumlah 9 isolat, dari limbah comberan berjumlah 3 isolat, dan yang berasal dari limbah air bekas mandi berjumlah 3 isolat. 4. Jumlah fungi dalam limbah septic tank, comberan, dan bekas air mandi di Malang berbeda-beda pada beerbagai tingkay pengenceran. Jumlah tertinggi adalah fungi yang didapatkan dari limbah septic tank. Saran Agar dilakukan penelitian lebih banyak sampel dari limbah septic tank, limbah comberan, dan air bekas mandi untuk memperoleh isolat Actinomycetes dan fungi.

DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G. dan Santika, S.S., 1987. Metode Penelitian Air, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya Anonim, 1995. Pedoman Penggunaan EM bagi Negara-negara Asia Pasifik, Nature Agriculture Network, Jakarta Anonim, 1997a. Penggunaan Bokashi EM dalam Bidang Ternak. Agdex 400/35, LIPTAN IP2TP, Yogyakarta Anonim, 1997b. Dextran, Persada Nusantara, IPB, Bogor Anonim, 1997c. Teknologi EM-4 pada Pertanian Ramah Lingkungan, BPTP, Palangkaraya Anonim, 1998. Effective Microorganism-4 (EM-4), PT Songgolangit Persada, Jakarta Anonim, 1998. Starbio Plus Mikroba Penguras WC dan Pemangsa Limbah, Lembah Hijau, Jakarta Anonim, 2000, Bio 2000: Serbuk Pengurai Limbah Organik, CV Alam Lestari Indonesia, Anonim, 2000. EMMA, CV Emindo, Malang BBPT, tanpa tahun. Decomic: Mikroorganisme Aktivator Pengomposan Bahan Organik, Puspitek Serpong, Tangerang Boyd, R.F., 1995. Basic Medical Microbiology, Fifth Edition, Little Brow and Company, Boston, New York-Toronto-London. 20

Bridson, E.Y. 1998. The Oxoid Manual. 8 th Edition, Oxoid Limited, Wade Road, Basingstoke, Hampshire, England Coyne, Mark, 1999. Soil Microbiology:An Exploratory Approach, Delmar Publishers an International Thomson Company (ITP) Depkes RI, 1992. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Dewi Harjani, P., 1993. Faecal Indikator Bacteria, Makalah Universitas Padjadjaran Bandung, Bandung. Dewi Harjani, P., Freisleben, H.J., dan Supardi, I., 1994. Aspek Mikrobiologik pada Pedoman Kualitas Air Minum. Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Drinking Water Quality Standard and Guidelines tanggal 3 Nopember 1994. Dewi Harjani, P., Hendrajatin, A.A., dan Usman, R.,1983. Pemeriksaan Coliform dan Escherischia coli Termotoleran pada Air Selokan Buangan Kakus di Beberapa Daerah Kotamadya Bandung. Makalah disampaikan pada Konggres dan Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi dan Parasitologi Kedokteran II, Surabaya Dwidjoseputro, 1993. Dasar-dasar Mikrobiologi, Penerbit Djambatan, Jakarta Entjang, I., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Fardiaz, S., 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Feachem, R., Mc. Garry, M., and Duncan, M., 1978. Water, Wastes, and Health in Hot Climated, English language Book Society and John Wiley & Sons, Chichester Feachem, R.G., Bradley, D.J., Garelick, H.and Mara, D.D.,1980. Appropiate Tecnologi For Water Supply and Sanitation : Health Aspects of Ekcreta and Sullage Management, The World Bank, Washington Feachem, R.G., Bradley, D.J., Garelick, H.and Mara,D.D., 1983. Sanitation and Disease : Health Aspects of Ekcreta and Sullage Management, John Wiley and Sons Chichester New York Brisbane Toronto Singapore Franson, M.A.H., 1992. Standard Methods for Examination of Wastewater, 18th Edition, APHA-AWWA-WPCF, Washington DC Water and

Laksmi, J. dan Rahayu,W., 1993.Penanganan Limbah Industri Pangan, Kanisius, Jakarta. Lay, B.W., 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Mahtuti, E.Y, 1999. Pengaruh Pemberian Jenis dan konsentrasi Zat Pengurai Limbah terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Indikator Pencemar Air pada Efluen Tangki Septik. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang Pelczar, M.J. and Chan,E.C.S.1988. Dasar-dasar Mikrobiologi, jilid II, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Soemirat, J.S., 1994. Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 21

Soerjani, N., Ahmad, R., dan Munir, R., 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan, Penerbit UI, Jakarta. Sugiharto, 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, UI Press, Jakarta. Suriawiria, U., 1996. Mikrobiologi Air, Penerbit Alumni, Bandung. Urson, A.H.P, tanpa tahun. Pengolahan Limbah dengan Teknologi EM-4, Makalah disampaikan pada Pusat Pelatihan Pertanian Terpadu & Akrab Lingkungan, Wonosobo Waluyo, L. 2000. Peran Zat Pengurai Limbah Starbio Plus dalam Penurunan Bakteri Indikator Pencemar Air pada Air Limbah Domestik. Laporan Penelitian Bidang Ilmu, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang Waluyo, L. 2002. Upaya Mengatasi Pencemaran Air Limbah Domestik oleh Berbagai Jenis dan Konsentrasi Zat Pengurai Limbah: Sebagai Sumber Pembelajaran tentang Bioremidiasi dengan Metode Bioteknologi di SMU Laporan Penelitian Bidang Ilmu, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang Waluyo, L., 1999. Pengaruh Berbagai Variasi Waktu Kontak EM-4 (Effective Microorganism-4) terhadap Persistensi Bakteri Indikator Pencemar Tinja, Laporan Penelitian Bidang Ilmu, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang Waluyo, L., 2000. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengurai Limbah Starbio Plus terhadap Penurunan Bakteri Indikator Pencemar Tinja pada Air Limbah RPH (Rumah Pemotongan Hewan) Gadang. Laporan Penelitian Bidang Ilmu, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang Waluyo, L., 2001. Peran EMMA dalam Menghilangkan Bau pada Limbah Domestik, Laporan Penelitian Bidang Ilmu, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang LAMPIRAN BIOGRAFI/ DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA PENELITI a. Nama b. Tempat dan tanggal lahir c. Jabatan Fungsional d. Jabatan Struktural e. Unit kerja f. Pendidikan SD lulus tahun 1979 di Kediri SLTP lulus tahun 1982 di Kediri SMU lulus tahun 1985 di Kediri S-1 FPMIPA Pend. Biologi IKIP Malang lulus tahun 1990 di Malang S-2 Bidang kajian Utama Mikrobiologi & Parasitologi, Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar Universitas Padjadjaran Bandung. : Drs. Lud Waluyo, M.Kes. : Kediri, 5 Oktober 1966 : Lektor :: KOPERTIS Wil. VII. Dpk Universitas Muhammadiyah Malang :

g. Pengalaman penelitian: 22

1994, Tanggapan Mahasiswa Biologi terhadap Teori Evolusi Biologis 1997, Pengaruh Sumber dan Jarak Pencemar terhadap Kualitas Mikrobiologik Air Sumur Gali di Beberapa Tempat Kotamadya Bandung 1998, Evaluasi Kualitas Mikrobiologik Sumber-sumber Air di Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang 1998, Studi Kelayakan Syarat konstruksi dan Syarat Lokalisasi Sumur Gali Tanpa Pompa Tangan Penduduk Daerah Sekitar Kampus di Kotamadia Malang 1998. Studi Perilaku Pengelolaan Tempat Tinggal Berdasarkan Komposisi Alergen Inhalan dalam debu Rumah pada Masyarakat Perkotaan Jawa Timur (Penelitian Dasar, Anggota) 1999, Kontroversial tentang Konsepsi Teori Evolusi (Suatu Studi Kasus Tanggapan Guru-guru MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Model se-Indonesia 2000, Peran Zat Pengurai Limbah Starbio Plus dalam Penurunan Bakteri Indikator Pencemar Air pada Air Limbah Domestik 2000, Pengaruh Berbagai macam Konsentrasi Zat Pengurai Limbah Starbio Plus terhadap Penurunan Bakteri Indikator Pencemar Tinja pada Air Limbah RPH (Rumah Pemotongan Hewan) 2001, Korelasi antara Pengenceran dengan Metode MPN (Most Probable Number) 2002, Efektifitas EMMA Effective Microorganism-4 Malang) dalam Mematikan Mikrobe Patogen dan Penghilangan Bau pada Limbah Organik Selokan 2003, Upaya Mengatasi Pencemaran Air Limbah Domestik oleh Berbagai Jenis dan Konsentrasi Zat Pengurai Limbah: Sebagai Sumber Pembelajaran tentang Bioremidiasi dengan Metode Bioteknologi di SMU 2004, Bioremidiasi Limbah Domestik Ramah Lingkungan di Kota Malang: Suatu Upaya Mengatasi Pencemaran Kawasan Padat Huni

23

You might also like