Professional Documents
Culture Documents
PENGANTAR
Profit-Loss Sharing (PLS) merupakan jantung (hubb) sistem keuangan Islam PLS diyakini lebih mencerminkan keadilan bagi pelaku ekonomi
PLS sesuai dengan fitrah bisnis yang selalu untung dan rugi. Secara umum implementasi konsep ini terdapat dalam mudharabah & musyarakah.
PENGERTIAN MUSYARAKAH-1
Menurut Bahasa: Musyarakah = percampuran (( )Taqiyudin, t.th:208). Yang dimaksud percampuran disini = seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin dibedakan (al-Jaziri,1969:63). Menurut Istilah:
Akad antara dua orang bersyarikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan" (Sabiq, 1977:294).
PENGERTIAN MUSYARAKAH-2
Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Antonio, 2001:90).
Maka mereka berserikat pada 1/3 (QS An Nisaa/4:12)
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan amat sedikitlah mereka ini (QS Shaad/38:24).
Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak berkhianat kepada yang lainnya. Jika terjadi penghianatan, maka aku akan keluar dari mereka. (HR Abu Daud)
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNyalah pengetahuan tentang hari kiamat,dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang di dalam rahim, Dan Tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa (berapa) hasil usahanya besok dan tiada seorangpun mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha Mengenal.(QS Luqman:34)
Para ahli ekonomi Islam menjadikan ayat ini sebagai landasan (dasar/dalil) bagi konsep bagi hasil. Hasil Investasi PLS (bagi hasil) tidak bisa dipastikan, karena hanya Allah yang mengetahui hasilnya di masa depan. Ayat ini bertentangan dengan konsep bunga yang memastikan jumlah hasil investasi di masa depan. Kepastian tersebut bertentangan dengan fitrah bisnis yang mengandung 3 kemungkinan ; untung, no return (BEP) dan rugi.
Besarnya keuntungan juga berfluktuasi, sehingga tidak bisa dipatok pada angka tertentu.
Oleh karena hanya Allah yang bisa memastikan berapa hasil keuntungan di masa depan dan bagaimana hasil bisnisnya, sementara manusia tidak bisa mengetahuinya, maka maka konsep bunga yang diterapkan manusia sesungguhnya bertentangan dengan konsep tauhid, karena bunga memastikan berapa keuntungan di masa depan.
RUKUN MUSYARAKAH
Musyarakah yang tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih
Musyarakah Akad
Musyarakah yang terjadi karena kesepakatan dua orang/lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.
10
Syirkah
Uqud
Inan
Mufawadhoh
Wujuh
Abdan
11
Musyarakah Uqud
Inan Wujuh
Musyarakah
Mufawadhah Abdan
Mudharabah
12
MACAM-MACAM SYIRKAH
Objek Percampuran
Uang Rp.(xx) Uang Rp.(yy) Skill/Tenaga Goodwill Skill/Tenaga Uang Rp.(xx) Uang Rp.(xx) Uang Rp.(zz) Uang Rp.(zz) Skill/Tenaga
Jenis-jenis Syirkah
Syirkah Mufawadah Syirkah Inan Mudarabah Syirkah Wujud Syirkah Abdan
13
SYIRKAH AL-INAN ()
Setiap pihak memberikan porsi dari keseluruhan dana Berpartisipasi dalam kerja Berbagi keuntungan dan kerugian yang besar kecilnya telah disepakati bersama Semua ulama membolehkan jenis Musyarakah ini
14
SYIRKAH MUFAWADHAH )(
Dibagi Sama
15
SYIRKAH AMAAL ((
Kerjasama dua pihak atau lebih yang masingmasing mempunyai keahlian yang sama Contoh :
Arsitek dengan arsitek yang lain bekerjasama untuk membangun proyek Penjahit dengan penjahit menerima order pembuatan seragam kantor
16
SYIRKAH WUJUH ()
Yang dipertaruhkan dalam praktek ini adalah REPUTASI dan PRESTISE Membeli barang secara kredit dan dijual secara tunai Keuntungan & kerugian dibagi berdasarkan jaminan yang diberikan kepada penyuplai Karena tidak perlu modal, maka kontrak ini lazim disebut sebagai SYIRKAH PIUTANG
17
Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal.
Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk 18 kepentingannya sendiri.
Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama. Sebagian dari modal bukan piutang salah satu pihak musyarakah bersangkutan atas yang lain. Tidak boleh mencampur adukan harta pribadi bagi salah satu pihak dengan harta musyarakah.
Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan atau menyumbangkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan. 19
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan bagi dirinya.
Syarat-Syarat Musyarakah -KerjaSetiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak.
20
Keuntungan harus dikuantifikasi ( nisbah) untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.
Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra.
Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya.
21
Contoh :
Jika X dan Y berkongsi dalam musyarakah dan keduanya menyepakati bahwa X mendapatkan Rp 1.500.000,per bulan, .. MAKA : Jika keduanya bersepakat bahwa X mendapatkan 25% dari dana investasinya,
22
Maka
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka kecuali salah satu pihak merelakan bagiannya diberikan kepada pihak lain.
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka Bila keuntungan dibawah proyeksi Keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka, kecuali apabila salah satu pihak merelakan bagiannya untuk menutup proyeksi
Maka
23
Bila terjadi kerugian yang bukan disebabkan oleh pengurangan kapasitas kerja atau melanggar syarat-syarat yang telah disepakati oleh pelaksana operasional, maka kerugian itu ditanggung oleh semua pemilik saham. Masing-masing sesuai dengan persentase sahamnya dalam modal, dan pembagiannya tidak boleh dengan persentase lain, seperti dalam pembagian laba.
24
Keuntungan sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian sesuai modal (disetor)
Contoh :
Seorang partner menyetor 40% saham ke dalam musyarakah, maka jika syirkah rugi, ia hanya bertanggung jawab 40% dari kerugian
25
Para pemilik saham tidak boleh menuntut pelaksana operasional dalam keadaan rugi. Kecuali, bila terbukti bahwa pelaksana mengurangi kapasitas kerjanya, maka ganti rugi dapat diminta senilai kerugian akibat pengurangan kapasitas kerja itu
26
1.Trust Financing ( pihak 1. Joint Financing ( pihak pertama pertama/ shahibul maal dan pihak kedua memiliki menyediakan seluruh modal kontribusi modal) (100%) dan pihak kedua (mudharib) bertindak sbg pengelola. 2. Keuntungan yang diperoleh 2. Keuntungan dan kerugian yang dibagi secara proporsional timbul dibagi secara proporsional sesuai nisbah. sesuai akad. 3. Kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama bukandiakibatkan karena kelalaian pengelola usaha.
27
5.
Pemilik modal tidak turut 4. Pemilik modal dapat turut campur dalam campur dalam pengelolaan pengelolaan usaha tetapi usaha. mempunyai hak untuk melakukan pengawasan . 5. Biaya operasional dibebankan kepada modal Biaya operasional bersama dibebankan kepada mudharib.
28
Profit Sharing
Bagi hasil dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya yang berkaitan langsung dengan pengelolaan dana mudharabah/musyarakah
29
30
Imam Hambali:
Membolehkan mudharib untuk menafkahkan sebagian dari harta mudharabah baik dalam keadaan menetap atau bepergian dengan izin shahibul maal. Besarnya nafkah yang boleh digunakan adalah nafkah yang telah dikenal (menurut kebiasaan) para pedagang dan tidak boleh boros.
31
Karena mudharib telah mendapatkan bagian keuntungan, maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta itu, atau mendapatkan bagian yang lebih besar dari shahibul maal.
32
33
Berdasarkan kesepakatan antara Bank dan Nasabah. Nisbah satu nasabah dengan nasabah lain, bisa saja berbeda walaupun jenis usahanya sama.
2 3
34
Apabila usaha musyarakah mengalami kerugian yang terjadi bukan karena pengurangan kapasitas kerja atau pelanggaran syarat-syarat yang telah disepakati dalam transaksi, musyarik tidak dibebani membayar modal dengan jaminan. Tetapi apabila terjadi akibat pengurangan kapasitas kerja atau pelanggaran syarat-syarat yang telah disepakati, shahibul maal mempunyai hak untuk menerima kembali modalnya secara utuh dan meminta ganti rugi. Maka bank syariah boleh meminta kepada musyarik jaminan atau barang yang layak.
35
Jaminan musyarakah adalah jaminan pengurangan kapasitas kerja musyarik dan pelanggaran syarat-syarat transaksi. Jaminan bukanlah sebagai imbalan dari mendapatkan keuntungan tertentu dan bukan untuk ganti rugi yang terjadi diluar kemampuan musyarik.
36
Ciri khas pembiayaan musyarakah menuntut saling percaya yang tinggi antar nasabah dengan bank. Menurut pendapat para fuqaha bahwa pada prinsipnya tidak perlu dan tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan, sebagaimana dalam akad syirkah lainnya. Dalam hal character risk, mudharib pada hakikatnya menjadi wakil dari shahibul mal dalam mengelola dana dengan seizin shahibul mal, sehingga wajiblah baginya berlaku amanah.
3 37 7
Jika musyarik melakukan keteledoran, kelalaian, kecerobohan dalam merawat dan menjaga dana, yaitu melakukan pelanggaran, kesalahan, dan keterlaluan dalam perilakunya yang tidak termasuk bisnis musyarakah yang disepakati, atau ia keluar dari ketentuan yang disepakati, musyarik tersebut harus menanggung kerugian musyarakah sebesar bagian kelalaiannya sebagai sanksi dan tanggung jawab-nya.
38
Bank syariah tidak dapat menyalurkan begitu saja dananya kepada musyarik atas dasar kepercayaan, karena selalu ada risiko bahwa pembiayaan yang telah diberikan kepada musyarik tidak dipergunakan sebagaimana mestinya untuk memaksimalkan keuntungan kedua belah pihak.
3 39 9
informasi bank terhadap usaha musyarik menjadi terbatas. Dengan demikian, terjadi assymmetric information di mana musyarik mengetahui informasi-informasi yang tidak diketahui oleh bank.
Pada saat yang sama timbul moral hazard dari si
musyarik, yakni musyarik melakukan hal-hal yang hanya menguntungkan musyarik dan merugikan shahib al-mal (dalam hal ini bank syariah dan nasabah pemilik dana pihak ketiga).
40
Untuk menghindari moral hazard musyarik, bukan untuk "mengamankan nilai investasi bank Syariah jika terjadi kerugian karena faktor risiko bisnis. Tegasnya, bila kerugian yang timbul disebabkan karena faktor risiko bisnis, jaminan musyarik tidak dapat disita oleh shahib al-mal.
Pengenaan jaminan yang bertujuan untuk menjaga harta masyarakat DPK disebut maslahah li hifzil mal
41
Untuk menghindari adanya moral hazard dari pihak musyarik yang lalai atau menyalahi kontrak ini, maka shahib al-mal dibolehkan meminta jaminan tertentu kepada musyarik. Jaminan ini akan disita oleh shahib almal jika ternyata timbul kerugian karena musyarik melakukan kesalahan, yakni lalai dan/atau ingkar janji.
4 42 2
Setiap pihak berhak mengakhiri musyarakah dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak lain.
Jika salah satu pihak meninggal, maka musyarakah berakhir dengannya. Ahli warisnya yang akan menggantikan kedudukannya.
Jika salah satu pihak hilang akal, seperti gila atau terkena penyakit yang mengakibatkan tidak mampu melakukan kegiatan komersial, musyarakah berhenti dengannya.
43
Jenis musyarakah dimana musyarik berhak menggantikan bank dalam memiliki proyek dengan satu kali bayar atau cicilan, sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati. Sifat operasionalnya, adalah berdasarkan pengaturan rencana demi terhindarnya sebagian pemasukan musyarik, sebagai bagian untuk mengembalikan nilai saham.
Para ahli fikih modern menyebut musyarokah mutanaqisah dengan bermacam-macam istilah seperti al-bay at-Tajiri.
44
MUSYARAKAH MUTANAQISAH-2
Pemakaian Musyarakah mutanaqisah adalah menunjuk kepada pemikiran bank syariah yang memberikan suplai dana, dimana musyarakahnya berkurang begitu bagian suplai dananya dikembalikan. Musyarakah mutanaqisah juga dinamakan dengan musyarakah yang berakhir dengan pemilikan. Penamaan ini berdasarkan atas pemikiran musyarik, akan memiliki proyek atau operasional kerja setelah ia mampu untuk mengembalikan saham bank.
45
MUSYARAKAH MUTANAQISAH-3
Biasanya Bank Syariah dalam memberikan suplai dana musyarakah mutanaqisah mensyaratkan bahwa bank mulai melepaskan proyek, setelah periode tertentu yang sebelumnya telah ditetapkan. Dalam menentukan periode tersebut, proyek tetap yang dibiayai itu, telah mulai menghasilkan pendapatan rata-rata rasional, dan tidak melepaskan proyek pada periode permulaan dimana rata-rata pendapatan masih sangat rendah.
46
Bank menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
Manfaat Musyarakah
Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cara cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
47
Asymmetric information problem, yaitu kecenderungan salah satu pihak yang menguasai informasi lebih banyak untuk tidak bersikap jujur. Oleh karena itu penerapan pembiayaan bagi hasil haruslah dilakukan dengan memperhatikan incentive compatible constraints (batasan-batasan untuk memberikan insentif bagi nasabah untuk berlaku jujur).
Risiko Musyarakah
Side streaming, yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam akad.
48
Bank konvensional menyalurkan berbagai kredit (kredit mobil,kredit rumah,kredit modal kerja,kredit usaha kecil) yang seluruhnya berbasis bunga.
Bank konvensional menetapkan return tetap, misalkan 18% per tahun dari plafond kredit, sedangkan return bagi hasil nasabah bisa diatas atau dibawah 18%.
49
SKEMA MUSYARAKAH
Nasabah Parsial : Asset Value PROYEK/USAHA KEUNTUNGAN Bagi Hasil Keuntungan Sesuai porsi kontribusi modal (nisbah) Bank Syariah Parsial : Pembiayaan
50
PROJECT
30 %
30% x Rp 65 Jt = Rp 19.5 Jt
Profit Rp 65 Jt
70 %
70% x Rp 65 Jt = Rp 45.5 Jt
51
PROJECT
60 %
(Rp100Jt/Rp250Jt) x Rp 25 Jt = Rp 10 Jt Modal berkurang Rp 90 Jt
Rugi Rp 25 Jt
40 %
52
Rp 50.000.000
Rp 12.000.000 24 % dari proyeksi keuntungan
53