You are on page 1of 9

ANALISIS KADAR ABU TANAMAN (Laporan Praktikum Biokimia Tanaman)

Oleh : DEDEN FERI SANDRIA E1A210203 AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2011

PENDAHULUAN

Gravimetri adalah metode analisis kimia secara kuantitatif dimana jumlah analit ditentukan dengan mengukur bobot substansi murni yang hanya mengandung analit dan metode Gravimetri digunakan untuk menghitung kadar air dan abu tanaman (Skoog, 2004). Kadar abu suatu bahan adalah residu senyawa oksida dan garam yang tersisa dari pengeringsn suatu bahan pada temperatur yang tinggi (Fennema 1996). Penentuan kadar abu adalah sisa pembakaran hasil pertanian yang bebas dari senyawa organik, yang diperoleh dari pengabuan bahan organik pada suhu yang sangat tinggi (5000C-6500C) selama 4-6 jam. Suhu pengabuan tidak boleh melebihi 6500C sebab ada senyawa tertentu akan hilang menguap seperti misalnya S, K, Na, dan P (Anonim1, 2006). Penemuan kadar abu banyak dipergunakan sebagai indikator dalam pengolahan bahan makanan yang dimurnikan, misalnya pembuatan gula pasir dan tepung. Kadar abu yang besar menunjukkan proses pengolahan yang kurang baik, sehingga kadar abu dapat menunjukkan tingkat kualitas suatu bahan. Mineral dalam abu sangat berguna untuk menentukan nilai gizi bahan makanan karena banyak minelral diperlukan dalam metabolisme tubuh tetapi sebagian mineral tak diperlukan bahkan berbahya bagi tubuh misalnya Pb, Sn, dan Se (Anonim2, 2006). Analisa kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara langsung dan cara tidak langsung. Analisa kadar abu cara langsung, bahan tidak mengalami penambahan apapun langsung diabukan. Sedangkan cara tidak langsung bahan sebelum diabukan ditambah pasir dan larutan gliserol alkohol yang baru kemudian

diabukan. Cara tidak langsung lebih cepat dibandingkan cara langsung (Anonim 3, 2006). Tujuan Praktikum Tujuan praktikum ini adalah mengetahui kadar abu pada organ tanaman yaitu pada daging buah mahkota dewa dan akar tanaman kangkung.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan Bahan yang digunanakan dalam praktikum ini adalah

1. Buah mahkota dewa 2. Akar tanaman kangkung

Alat Alat yang digunanakan dalam praktikum ini adalah

1. Cawan porselin, gunanya untuk tempat menyimpan sampel. 2. Oven, gunanya untuk mengeringkan sampel. 3. Desikator, gunanya untuk tempat mendinginkan sampel. 4. Neraca analitik (timbangan), gunanya untuk menimbang sampel. 5. Pisau, gunanya untuk memotong sampel. 6. Tanur, gunanya untuk proses pengabuan sampel.

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 oktober 2011 pada pukul 11.50 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Prosedur kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Memasukkan sempel yang sudah digunakan pada praktikum kadar air tanaman kedalam tanur dengan suhu awal 2000 C. 3. Setelah 20 menit kemudian tambahkan suhu menjadi 3000 C, 20 menit kemudian naikkan lagi suhunya menjadi 4500 C, dan setelah 20 menit kemudian dinaikkan lagi suhu menjadi 6000 C.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil praktikum kali ini adalah sebagai berikut: Berat akhir daun mahkota dewa 0,1 gr 0,01 gr

Tanaman Akar kangkung Daging buah mahkota dewa

Berat cawan 0,36 gr 0,34 gr

Penyelesaiaan: Berat Awal Basah Berat Akhir Kering KA = x 100% Berat basah a. Daging buah mahkota dewa 5,05 0,01 KA = 5,0 = 100 % b. Akar tanaman kangkung 5,00 0,1 KA = 5,00 = 82 % x 100% x 100%

Pembahasan

Dari hasil praktikum dapat dijelaskan, bahwa berat awal buah mahkota dewa dan akar tanaman kangkung yang sudah dihaluskan adalah 5,05 gram dan 5.00 gram. Kemudian dimasukkan kedalam tanur secara bertahap dengan suhu awal 2000 C, setelah 20 menit kemudian tambahkan suhu menjadi 3000 C, 20 menit kemudian naikkan lagi suhunya menjadi 4500 C, dan setelah 20 menit kemudian dinaikkan lagi suhu menjadi 6000 C. Setelah selesai proses pengabuan bahan maka bahan percobaan didinginkan dalam desikator, dan kemudian ditimbang. Berat buah mahkota dewa 0,01 gram dan berat kadar abu akar tanaman kangkung adalah 0,1 gram. Dari dua sampel di atas, sampel yang memiliki kadar abu yang tinggi adalah adalah sampel dari buah mahkota dewa yang memiliki kadar abu 100 % sedangkan sampel batang kangkung adalah 82 %. Menurut Fennema 1996. Kadar abu suatu bahan adalah residu senyawa oksida dan garam yang tersisa dari pengeringan suatu bahan pada temperatur yang tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Abu adalah sisa pembakaran hasil pertanian yang bebas dari senyawa organik, yang diperoleh dari pengabuan bahan organik pada suhu yang sangat tinggi (5000C-6500C) selama 1-2 jam. 2. Dalm proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar, tetapi zat organiknya tidak, karena itulah disebut abu. Saran

Sebaiknya di dalam melakukan praktikum gunakanlah alat-alat praktikum dengan hati-hati.

DAFTAR PUSTAKA Anonim1. 2006. Penentuan Kadar Abu. Sumber : http//id.wikipedia.org/wiki/kadar_ air_tanaman. Diakses pada tangal 16 Oktober 2011. Anonim2. 2006. International Rules for Seed Testing: Edition 2006. The International Seed Testing Association. Bassersdorf. CH-. Switzerlan. Anonim3. 2006. Analisa Kadar Abu. http://leeyaa-leeyaa.blogspot.com/ Di akses pada tanggal 22 Oktober 2011. Fennema Owen. 1996. Food Chemistry Third Edition. New York: Marcel Dekker Inc. Skoog Douglas et al. 2004. Fundamental of Analytical Chemistry. Singapura: Thomson Learning.

You might also like