You are on page 1of 23

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


ANAMNESIS Nama Lengkap Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Pekerjaan Pendidikan Terakhir Tgl Home visit I Tgl Home visit II Jaminan kesehatan Nama : Bp. HS Umur : 35 thn : Bp.HS : 70 thn : Laki-laki : Ng I / 38 Ngampilan Yogyakarta : Islam : Tukang parkir : SMP : 23 Februari 2012 : 23 Februari 2012 : 24 Februari 2012 : JAMKESMAS

NO.RM: 01-6252-00

Ruang : B.P.U PUSKESMAS :NGAMPILAN

Tgl kunjungan PUSKESMAS

Tanggal 23 Februari 2012 KELUHAN UTAMA KELUHAN TAMBAHAN : 1. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan nyeri sendi pada lengan kanan sejak 5 hari yang lalu, nyeri terasa seperti diikat dan makin memberat jika digerakkan. Menurut pasien, nyeri tersebut mulai terjadi saat memarkir motor beberapa hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, pasien mengaku selalu minum obat rutin tetapi tekanan darahnya selalu tinggi (beberapa bulan ini selalu 160/90 mmHg). Pasien juga sulit tidur pada malam hari, saat sudah tertidur akan terbangun malam hari dan susah untuk memulai tidur kembali. Pasien juga mengaku sering memikirkan penyakitnya karena dia tau resiko dapat terkena stroke dan memikirkan biaya untuk memperbaiki rumahnya yang tidak pernah dibicarakan dengan anak-anaknya. : Nyeri sendi lengan kanan

2. Riwayat Penyakit Dahulu

RM.01.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Keluhan serupa sebelumnya disangkal Riwayat Hipertensi dibenarkan sejak 5 tahun yang lalu Riwayat Penyakit DM disangkal Riwayat penyakit Jantung disangkal Riwayat alergi disangkal

NO.RM: 01-6252-00

3. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Hipertensi disangkal Riwayat Penyakit DM disangkal Riwayat penyakit Jantung disangkal Riwayat alergi disangkal 4. Riwayat Pengobatan Sebelumnya Pasien rutin berobat ke PUSKESMAS untuk kontrol hipertensinya namun belum pernah berobat karena keluhan nyeri sendi. 5. Riwayat Gaya hidup Pasien makan tiga kali sehari dengan pola makan yang teratur, sering makan makanan asin, buahbuahan dan goreng-gorengan. Pasien seorang porokok berat, sehari dapat menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien juga rajin berolahraga tiap pagi selama 30 menit. Saat ditanya tentang pengetahuan tentang hipertensi, pasien mengetahui makanan apa saja yang boleh dan yang dikurangi konsumsinya. 6. Riwayat Pribadi Pasien merupakan seorang ayah dari 4 anak dengan 9 cucu. Pasien tinggal bersama istri, anak sulung dan anak bungsu serta cucu dari anak bungsunya dirumah peninggalan orangtua pasien, sedangkan anak ke dua dan ketiganya hidup mandiri bersama keluarganya masing-masing. 7. Riwayat Sosial Pasien termasuk orang yang senang bergaul dengan tetangga sekitarnya, pasien juga ikut arisan warga dan selalu mengikuti kegiatan ronda. 8. Riwayat Ekonomi RM.02.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

NO.RM: 01-6252-00

Pasien merasa kondisi ekonominya cukup untuk kebutuhan diri dan istrinya sehari-hari saja, kadang pasien memikirkan cara mencari uang untuk memperbaiki rumahnya. anak sulung dan bungsunya sudah bekerja dan kadang juga memberikan uang kepada pasien. Anamnesis Sistem Neurologi Respirasi Kardiovaskular Gastrointestinal Urogenital Muskuloskeletal Integumentum PEMERIKSAAN JASMANI PEMERIKSAAN UMUM Kesan umum Kesadaran Tanda Utama - Nadi / HR - Suhu badan - Pernafasan - Tekanan Darah Antropometri - Berat badan - Tinggi badan - BMI Status Generalis RM.03. : 65 kg : 168 cm : 23 (Normal) : 88 x/menit, isi dan tegangan : cepat dan teratur : 36,3C : 24 x/menit : 170/100 mmHg : Baik : Kompos mentis : Panas (-), pusing (-), kelumpuhan anggota gerak (-), kesadaran menurun (-) : Batuk (-), pilek (-), sesak napas (-), pernapasan dangkal (-) : Pucat (-), takikardi (-), : Muntah (-), nyeri uluhati (-), BAB cair (-) warna hitam, perut kembung(-), sakit pada anus (-), flatus (+) : BAK lancar, nyeri BAK (-) : Lemas (-), kaku sendi (-), nyeri sendi (+) lengan kanan : Gatal (-), nyeri tekan epigastrium(-) Nama : Bp. HS Umur : 70 Tahun Ruang : B.P.U PUSKESMAS : Ngampilan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


- Kulit - Kelenjar limfe - Kepala - Muka - Mata cahaya (+/+) - Hidung - Mulut/Gigi - Telinga - Leher - Otot - Tulang - Sendi : Deviasi sputum (-), discharge (-) : Bibir kering (-), lidah tidak kotor, carries (-) : Simetris, serumen (-/-) : pembesaran kelejar tiroid dan kelenjar limfe (-) : tonus normal. : deformitas (-). : pembesaran (-) : Simetris, mesochepal, distribusi rambut merata : Simetris, tidak ada jejas

NO.RM: 01-6252-00

: teraba hangat, tidak kering, turgor kulit kembali < 2 detik, petekie (-).

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikhterik (-/-), pupil isokor 3 mm, reflek

: gerakan bebas, anggota gerak lemas (-), nyeri gerak (+).

PEMERIKSAAN KHUSUS Thoraks : Inspeksi : Simetris, gerakan respirasi dalam batas normal, massa (-), retraksi suprasternal (-), retraksi intercosta (-), hematom (-),deformitas (-). Jantung Palpasi Perkusi Batas-batas Jantung Batas kanan atas Batas kiri atas : SIC II, LPS dextra ; : SIC II, LMC sinistra : : iktus kordis tak kuat angkat

Auskultasi

Batas kanan bawah : SIC IV, LPS dextra ; Batas kiri bawah : SIC IV, LMC sinistra : S1 > S2 reguler, bising (-), gallop (-)

RM.04.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Paru-paru Depan : Inspeksi : Kanan Tampak simetris, retraksi suprasternal (-), retraksi intercosta (-), tidak ada ketinggalan gerak, hematom (-). Palpasi Perkusi Vokal fremitus kanan sama dengan kiri, ketinggalan gerak (-) Sonor pada seluruh lapang paru Ronkhi basah (-), krepitasi (-), Kanan Simetris, Ketinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki. Sonor pada seluruh lapang paru Ronkhi basah (-), krepitasi (-). Abdomen Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi Ektremitas : Auskultasi Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-), Belakang Inspeksi Palpasi Perkusi

NO.RM: 01-6252-00

Kiri Tampak simetris, retraksi suprasternal (-), retraksi intercosta (-), tidak ada ketinggalan gerak, hematom (-). Vokal fremitus kanan sama dengan kiri, ketinggalan gerak (-) Sonor pada seluruh lapang paru Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-), Ronkhi basah (-), krepitasi (-), Kiri Simetris, Ketinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki. Sonor pada seluruh lapang paru Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-), Ronkhi basah (-), krepitasi (-),

Auskultasi Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-),

: distended (-), sikatrik (-) : peristaltik normal : tegang (-), defans muskular (-), massa (-), nyeri tekan (+) seluruh abdomen, nyeri lepas tekan (+), turgor kulit kembali cepat < 2 detik (normal) : Timpani : : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup Meloxicam 1x7,5mg B6 1x1 RM.05.

Akral hangat, perfusi jaringan baik, kapilari refil < 2 detik, deformitas (-). Superior kanan Superior kiri Inferior kanan Inferior kiri Terapi : Amlodipin 2x5mg Hct 0-1-0

Diagnosis : Atralgia pada pasien Hipertensi Stage II

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Riwayat Pengukuran TEKANAN DARAH : 09-01-2012 24-01-2012 4-02- 2012 160/90 mmHg 160/80 mmHg 170/90 mmHg

NO.RM: 01-6252-00

HASIL KUNJUNGAN KE RUMAH : KONDISI PASIEN Kunjungan ke rumah dilakukan pada tgl 23 februari 2012 pukul 17.00-18.00 WIB. Kunjungan kedua dilakukan pada tgl 24 februari 2012 pukul 10.00- 12.00. Pasien tampak sedang beristirahat di rumah. Keluhan pasien nyeri sendi lengan kanan sudah membaik dan tangan kanannya sudah enak untuk digerakkan. KEADAAN RUMAH a) Lokasi gang. b) Kondisi rumah langit-langit. c) Luas orang d) Lantai Rumah e) Pembagian ruangan di dalam rumah f) Jendela rumah g) Pencahayaan : terdapat 1 jendela di tiap ruangan perbandingan jendela di tiap : Cahaya yang masuk ke ruang depan sangat cukup, jendela dibuka, kamar lebih dari 25 % dari luas lantai pasien tidak pernah menyalakan lampu pada siang hari. Pencahayaan diukur dengan cara manual yaitu pemeriksa kemampuan membaca di dalam ruangan tanpa menggunakan alat bantu penerangan. h) Kebersihan dan tata letak barang dalam ruangan : kebersihan dalam rumah baik dan RM.06. tata letak barang-barang dalam rumah bersih dan rapi. : lantai plester semen kondisi bersih : terdapat 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi : luas rumah 6x3 m2 , jumlah penghuni dalam 1 rumah ada lima : bangunan semi permanen, tidak bertingkat, dinding bagian bawah tembok sedangkan dinding atas dari kayu maupun triplek, atap dari genting tidak ada : Rumah yang dihuni pasien terletak di pemukiman yang padat, saling berimpit antar tetangga, didepan rumah pasien berbatas langsung dengan jalan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


i) Sanitasi Dasar

NO.RM: 01-6252-00

: persediaan air berasal dari PAM, jamban terletak didalam

rumah, sarana pembuangan air lmbah dialirkan ke selokan kecil dibelakang rumah, tempat pembuangan sampah khusus di belakang rumah j) Halaman tanaman. k) Kesan kebersihan l) Kepemilikan barang : Pasien memiliki kursi dan meja tamu,3 tempat tidur, 2 lemari pakaian, perlengkapan dapur dan perlengkapan eletronik berupa 1 unit tv 14, Tabel. Variabel dan Nilai Skor Variabel Rumah Sehat
No 1 2 3 4 5 6 Variabel Lokasi Kepadatan Hunian Lantai Pencahayaan Ventilasi Air bersih Skor a. Tidak rawan 3 b. Rawan banjir 1

: tidak memiliki halaman, didepan rumah pasien langsung

berhubungan dengan jalan kecil menuju rumah penduduk yang lain, tidak terdapat : cukup bersih

a. Tidak padat (> 8 m2 / orang) 3


1 a. Semen, ubin, keramik, kayu 3 b. Tanah a. Cukup 1 3

b. Padat (< 8 m2 / orang)

b. Tidak cukup 1 a. Ada ventilasi 3 b. Tidak ada ventilasi 1 a. Air dalam kemasan 3 b. Ledeng / PAM c. Mata air terlindung d. Sumur pompa tangan e. Sumur terlindungi f. 3 2 2 2

Sumur tidak terlindung 1 1

g. Mata air tidak terlindung 1 7 Pembuangan kotoran (kakus) h. Lain-lain a. Leher angsa 3 b. Plengsengan 2 c. Cemplung / cubluk 2

RM.07.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

NO.RM: 01-6252-00

d. Kolam ikan/ sungai/ kebun 1 8 Septi tank e. Tidak ada 1 a. Dengan jarak >10 m ari sumber air minum 3 9 Kepemilikan WC b. Lainnya 1 a. Sendiri 3 b. Bersama 2 10 SPAL c. Tidak ada 1 a. Saluran tertutup 3 b. Saluran terbuka 2 11 Saluran got c. Tanpa saluran 1 a. Mengalir lancar 3 b. Mengalir lambat 2 12 Pengelolaan sampah c. Tidak ada got 1 a. Diangkut petugas 3 b. Ditimbun 2 c. Dibuat kompos 3 d. Dibakar 2 e. Dibuang ke sungai 1 f. 13 14 Polusi udara Bahan bakar masak Dibuang sembarangan 1 g. Lainnya 1 a. Tidak ada gangguan polusi 3 b. Ada gangguan 1 a. Listrik dan gas 3 b. Minyak tanah 2 c. Kayu bakar 1 TOTAL d. Arang/ batu bakar 1 35

Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut : Baik Sedang Kurang NILAI APGAR : skor 35-42 (>83 %) : skor 29-34 (69-83 %) : skor <29 (<69 %)

Pada pasien termasuk kedalam kategori rumah yang baik.

RM.08.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

NO.RM: 01-6252-00

APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat/tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga /tingkat kesehatan keluarga.
KRITERIA ADAPTASI PERTANYAAN Apakah pasien puas dengan keluarga karena masing-masing anggota keluarga telah menjalankan kewajiban sesuai dengan KEMITRAAN seharusnya? Apakah pasien puas dengan keluarga karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang PERTUMBUHAN dihadapi ? Apakah pasien puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga untuk mengembangkan kemampuan pasien KASIH SAYANG miliki? Apakah pasien puas dengan kehangatan yang HAMPIR SELALU (2) KADANGKADANG (1) HAMPIR TIDAK ADA (0)

RM.09.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


KEBERSAMAAN diberikan keluarga Apakah pasien puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan TOTAL 8 1

NO.RM: 01-6252-00

Skor klasifikasi APGAR : 8-10 4-7 0-3 Fungsi keluarga baik Disfunsi keluarga sedang Disfungsi keluarga berat

Berdasarkan hasil penilaian APGAR kesimpulannya fungsi keluarga baik GENOGRAM Dibuat tanggal 24 Februari 2012 Genogram keluarga Bp.HS

BD

HT

c 66thn 64thn 61thn 58thn 56thn

75thn 72thn 70thn

45thn Keterangan ; Perempuan Laki-laki Pasien Meninggal FAMILY MAP anak ke-1, usia 45 tahun

43thn HT B D

36thn Hipertensi Tinggal serumah Breadwinner Decision maker

32thn C Caregiver

Istri, usia 66 tahun

RM.010.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

NO.RM: 01-6252-00

Anak ke-4, usia 32 tahun NILAI SCREEM


ASPEK SOSIAL SUMBER DAYA Interaksi antar pasien dengan keluarga baik Interaksi pasien dengan CULTURAL masyarakat baik Pasien dan keluarga tidak mempercayai mitos-mitos yang RELIGIUS tidak jelas kebenarannya Keluarga pasien beragama islam, rutin mengerjakan kewajiban ECONOMY sebagai muslim Biaya hidup dan kebutuhan keluarga ditanggung sendiri dan terkadang dibantu oleh anakEDUCATION anaknya Memiliki TV sebagai sumber informasi Pasien dapat membaca dan MEDICAL menulis latin Jika sakit pasien langsung ke puskesmas Pasien memiliki jamkesmas Pengetahuan pasien mengenai penyakitnya kurang Pendidikan pasien terakhir SMP pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu Pasien termasuk pekerja keras Tidak ada Tidak ada PATOLOGI Tidak ada

FUNGSI KELUARGA a. Fungsi biologis dan reproduksi Pasien memiliki 1 orang istri dengan 4 anak dan 9 cucu, b. Fungsi afektif

RM.011.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

NO.RM: 01-6252-00

Pasien hidup dengan istri, anak pertama, anak keempat beserta istri dan 2 cucu dari anak keempat sedangkan anak ke 2 dan ke 3 pasien tinggal bersama keluarga masing-masing, tidak ada konflik antar keluarga. c. Fungsi ekonomi Pasien bekerja sebagai tukang parkir dan istrinya membuat kerajinan tangan dirumah, penghasilan yang meraka dapatkan dirasa cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. d. Fungsi religius Pasien dan keluarga termasuk keluarga yang religius e. Fungsi sosialisasi dan pendidikan Pendidikan terakhir pasien adalah SMP f. Fungsi sosial dan budaya Pasien termasuk orang yang supel dan aktif dilingkungan tempat tinggalnya, pasien selalu mengikuti kegiatan warga seperti arisan dan ronda. LOKASI RUMAH U
PUSKESMAS NGAMPILAN Rumah pasien

Ruko Tingkat Perhentian bis

PUSTU NGAMPILAN

DENAH RUMAH Denah rumah Bp.HS dibuat 24 Februari 2012 U RM.012.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Kamar Dapur Kamar 1

NO.RM: 01-6252-00

Mandi Kamar 2 Ruang Tamu Kamar 3 3M

6M Keterangan; Pintu Jendela DIAGNOSIS KEDOKTERAN KELUARGA (Holistik) : Artralgia dan Hipertensi Grade II pada pasien geriatri perokok berat dengan kecemasan, stressor psikis dan kepribadian cenderung introvert dengan pengetahuan akan penyakitnya yang kurang. PENATALAKSANAAN : Short management Promotive Mid management Long management

Edukasi tentang penyebab Edukasi pentingya berpikir Edukasi untuk menjaga agar tidak sakitnya,pentingnya kontrol positif, membuat hati lebih stress dengan mencari solusi rutin senang. bersama anggota keluarga lainnya, tidak hanya dipikirkan sendiri.

Preventive

Mengurangi makanan asin dan gorengan Edukasi tentang pekerjaan, jangan terlalu sering mengangkat berat

menyemangati pasien agar Selalu berpikir optimis, Melatih meneruskan kebiasaan berpikir positif, menghilangkan yang baik seperti olahraga kecemasan akan masalah dan makan buah kehidupannya dan lebih mendekatkan diri pada Allah,rajin beribadah

RM.013.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Curative Medikamentosa : Amlodipine 2x5mg Hct 0-1-0 Meloxicam 1x7,5mg B6 1x1

NO.RM: 01-6252-00

Rehabilitative

Konseling factor psikis dan kecemasan pasien akan penyakitnya.

Edukasi dan konseling untuk mengurangi intensitas merokok secara bertahap

Edukasi tentang hipertensi secara detail, makanan apa saja yang mengandung garam dan menyemangati pasien agar meneruskan kebiasaan yang baik seperti olahraga dan makan buah serta mengurangi kebiasaan buruk seperti makan gorengan dan merokok. Edukasi dan konseling untuk tetap kontrol HT dan untuk mengurangi intensitas merokok secara bertahap. Konseling tentang factor psikis dan kepribadian introvert pasien, agar dibicarakan dengan anakanaknya untuk membantu memperbaiki rumahnya dan agar jika ada masalah pasien tidak memendam sendiri tapi membicarakan dengan keluarganya agar pasien bisa tidur nyenyak malam hari dan menjelaskan bahwa psikologis juga mempengaruhi tekanan darah. Konseling mengenai hipertensi, bahwa hipertensi hanya bisa dikontrol tapi tidak bisa disembuhkan.

PRIORITAS MASALAH DAN PELAKASANAAN PROGRAM


Masalah yang dihadapi Pengetahuan tentang yang diderita pasien Rencana pembinaan Sasaran pembinaan penyakit Konseling dan edukasi pada pasien Pasien dan keluarga dan keluarga tentang keluhan penyakit dan penyebabnya serta penyakitnya yang hanya dapat dikontrol tapi tidak bisa

RM.014.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Pekerjaan pasien disembuhkan. yang Edukasi tentang pekerjaannya agar pasien mengurangi mengangkat beban

NO.RM: 01-6252-00

membutuhkan tenaga fisik

berat. Faktor psikis, kepribadian introvert Edukasi dan konseling tentang cara Pasien dan keluarga dan sulit tidur malam hari bersyukur dan agar membicarakan masalahnya dengan anak-anaknya dan tidak dipikirkan sendiri agar beban pasien berkurang dan dapat tidur malam hari dan memungkinkan untuk menurunkan tekanan darah pasien yang selama ini sulit dikontrol. Kebiasaan merokok

Edukasi dan konseling pasien Pasien dan keluarga untuk mengurangi intensitas merokok secara bertahap dan agar keluarga selalu mensupport pasien untuk berhenti merokok.

Goal dari penatalaksanaan diatas adalah untuk menghilangkan kecemasan pasien akan keadaan ekonomi dan penyakitnya, kebiasaan makan yang tidak baik dan menghilangkan kebiasaan merokok agar tekanan darah dapat terkontrol karena berkurangnya beban psikologis.

TINJAUAN PUSTAKA I1.1. Definisi. Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. I1.2. Etiologi. Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi dua macam yaitu : RM.015.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

NO.RM: 01-6252-00

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, atau disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat pada sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem rennin-angiostensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya resiko seperti obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia. 2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat pada sekitar 5 % kasus. Penyebabnya spesifik diketahui, seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer dan sindroma cushing, feokromositomia, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. I1.3. Klasifikasi. WHO memberikan klasifikasi terhadap hipertensi yang dipakai diseluruh dunia, begitu juga dengan Perhimpunan Nefrologi Indonesia yang ikut merujuk pada kriteria WHO tersebut.
Klasifikasi Normotensi Hipertensi Ringan Hipertensi Perbatasan Hipertensi Sedang-Berat Hipertensi Sistolik Terisolasi Hipertensi Sistolik Perbatasan Sistolik (mmHg) <140 140-180 140-160 >180 >140 140-160 Diastolik (mmHg) <90 90-105 90-95 >105 <90 <90

Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama atau lebih dari 160 mmHg, tetapi tekanan diastolic kurang dari 90 mmHg. Keadaan ini berbahaya dan memiliki peranan sama dengan hipertensi diastolic sehingga harus diterapi. Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan kriteria Joint National comitte (JNC VII) tahun 2003 adalah sebagai berikut: Sistolik Kategori Normal Prehipertensi Stage I Stage Sedang & Berat (mmHg) <120 120-139 140-159 160 Diastolik (mmHg) <80 80-89 90-99 100 RM.016.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


I1.4. Manifestasi Klinik.

NO.RM: 01-6252-00

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada mata, ginjal, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditimbulkan adalah sakit kepala, epistaksis, sering marah, telinga mendengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. I1.5. Anamnesis. Ananmesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler, dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga , gejala-gejala yang berkaitan dengan pentebab hipertensi, perubahan akifitas/kebiasaan (seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek terapi antihipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan, dan sebagainya). I1.6. Pemeriksaan Fisik. Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak sekitar 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral. Dikaji perbandingan berat badan dan tinggi pasien. Kemudian perlu dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising karotik, pembesaran vena, pembesaran tyroid. Dicari adanya gangguan irama dan denyut jantung, pembesaran ukuran, bising, gallop dan bunyi jantung ketiga atau keempat. Paru diperiksa untuk mencari ronkhi atau bronkospasme. Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mencari adanya massa, pembesaran ginjal dan pulsasi aorta yang abnormal. Pada ekstremitas dapat ditemukan pulsasi arteri perifer yang menghilang, edema dan bising, dilakukan pula pemeriksaan neurology. I1.7. Pemeriksaan Penunjang. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan untuk menentukan ada tidaknya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah, foto Thorak dan EKG. Sebagai

RM.017.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


ekokardiografi. I1.8. Diagnosis.

NO.RM: 01-6252-00

tambahan dilakukan pemeriksaan klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL dan

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda., kecuali terdapat kenaikan yang tinggi ataupun terdapat gejala-gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada keadaan pasien duduk di kursi, bersandar, setelah pasien beristirahat selama 5 menit dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan ). Tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukur yang terbaik. Ananmesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler, dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga , gejala-gejala yang berkaitan dengan pentebab hipertensi, perubahan akifitas/kebiasaan (seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek terapi antihipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan, dan sebagainya I1.9. Penatalaksanaan. Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90 mmHg serta mengontrol factor resiko. Hal ini dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja atau dengan obat antihipertensi. Kelompok resiko dikategorikan menjadi : A. Pasien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1,2, atau 3 tanpa gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ dan factor resiko lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberikan obat antihipertensi.

RM.018.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

NO.RM: 01-6252-00

B. Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya, tetapi memiliki satu atau lebih factor resiko yang tertera diatas, namun bukan diabetes mellitus. Jika terdapat beberapa factor, maka harus segera langsung diberikan obat antihipertensi. C. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya yang jelas. Factor resiko : umur lebih dari 60 tahun, merokok, dislipidemia, diabetes mellitus, jenis kelamin (pria dan wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskuler pada keluarga. Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskuler : penyakit jantung (hipertrofi ventrikel kiri, infark miokard, angina pectoris, gagal jantung, riwayat revaskularisasi koroner, stroke, transient ischaemic attack, nefropati, penyakit arteri perifer dan retinopati. Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko :
Tekanan Darah 130-139/85-89 140-159/90-99 >160/>100 Kelompok Resiko A Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat Kelompok Resiko B Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat Kelompok Resiko C Dengan obat Dengan obat Dengan obat

Penanggulan hipertensi dibagi dua penatalksanaan, yaitu: 1. Penatalaksanaan non farmakologis 2. Penatalaksanaan farmakologis. 1.Penatalaksanaan non farmakologis Modifikasi gaya hidup yang cukup efektif dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dengan biaya sedikit dan resiko yang minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meskipun harus disertai pemakaian obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang dianjurkan antara lain : o Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan. o Membatasi alkohol. o Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit sehari) RM.019.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


o Mengurangi asupan natrium. o Mempertahankan asupan kalium yang adekuat. o Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.

NO.RM: 01-6252-00

o Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam menu makanan sehari-hari. 2. Penatalaksanaan farmakologis Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi seuai dengan umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar serta melindungi pasien terhadap resiko dari kematian mendadak, serangan jantung, stroke akibat peningkatan tekanan darah yang mendadak setelah bangun tidur. Setelah diputuskan untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat indikasi untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan beta blocker atau diuretic. Jika respon tidak baik dengan dosis penuh, maka dilanjutkan sesuai dengan algoritma. Diuretik biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat lain. Jika tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara bertahap dan progresif.

RM.020.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

NO.RM: 01-6252-00

ALGORITMA PENATALAKSANAAN PENDERITA HIPERTENSI

Mulai atau lanjutkan perubahan kebiasaan hidup TD <140/90 mmHg tidak tercapai untuk pasien Dengan diabetes mellitus atau gangguan ginjal Terdapat perbedaan nilai Pilihan obat Hipertensi tanpa komplikasi : Diuretik, Beta bloker Indikasi tertentu : Inhibitor ACE, penghambat reseptor, Angiostensin II, alfa bloker, beta bloker, antagonis Ca, diuretic Indikasi yang sesuai : (1)diabetes mellitus type 1 dengan proteinuria : inhibitor ACE (2) Gagal jantung : inhibitor ACE, diuretic (3) Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca, dihidropiridin kerja lama (4) Infark miokard : beta bloker (non-ISA), inhibitor ACE (dengan disfungsi sistolik) Tekanan darah yang dituju tidak tercapai Tidak ada respon atau efeksamping yang tidak diinginkan Respon tidak adekuat tapi toleransi baik

Ganti dengan obat golongan lain

Tambahkan obat kedua dari golongan yang berbeda (diuretic, bila belum diberikan)

Tekanan darah yang dituju tidak tercapai

Tambahkan obat dari golongan lain, Pertimbangkan untuk dirujuk pada dokter spesialis hipertensi

RM.021.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

NO.RM: 01-6252-00

KESIMPULAN
Dari kasus ini dapat disimpulkan beberapa hal : 1. Tidak ditemukan riwayat penyakit yang sama pada keluarga pasien. 2. Nilai Apgar, rumah sehat dalam keluarga ini sudah tergolong cukup baik. 3. Dari identifikasi fungsi-fungsi keluarga sebagian sudah memenuhi, dalam arti kualitas cukup baik 4. Penyebab masalah kasus penyakit pasien adalah dari factor psikis, kecemasan pasien dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang kurang sehingga dibutuhkan konseling dan edukasi mengenai hal tersebut. 5. Goal dari penatalaksanaan diatas adalah untuk menghilangkan kecemasan pasien akan keadaan ekonomi dan penyakitnya, kebiasaan makan yang tidak baik dan menghilangkan kebiasaan merokok agar tekanan darah dapat terkontrol karena berkurangnya beban psikologis.

REFERENSI
RM.022.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

NO.RM: 01-6252-00

Mansjoer A., Triyanti K., Savitri R., Wardhani W.I., Setiowulan W., 1999, Hipertensi, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Jilid-1, Media Aesculapius-FKUI, Jakarta, 518-22 Prodojosudjadi,2000, Hipertensi: Mekanisme dan Penatalaksanaan, Berkala Neurosains, Vol.1, No.3:133-160 Wiyono, A., Supriyatiningsih, Kusbaryanto, Andan W., Sukirman I., 2003, Panduan Kepaniteraan Program Pendidikan Profesi Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jogjakarta, Yogyakarta

RM.023.

You might also like