You are on page 1of 131

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegagalan dunia usaha di Indonesia dalam menciptakan kehidupan bisnis yang sehat, bersih dan bertanggung jawab adalah manajemen laba. Upaya untuk merekayasa informasi ini telah menjadi faktor yang menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai fundamental suatu perusahaan. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai asimetri informasi (information asymetric) yaitu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pemegang saham dan stakeholders. Ada tuntutan publik yang berkembang sejalan dengan maraknya

kasus-kasus penyimpangan korporasi, publik semakin menyadari kasus penyimpangan korporasi sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh manajer perusahaan tetapi melibatkan pemilik (owner), auditor internal, komisaris, regulator (pemerintah dan asosiasi profesi). 1

Kasus-kasus penyimpangan itu seolah merupakan ajang konspirasi dari semua pihak yang mempunyai hubungan dengan perusahaan itu. Auditor internal dan komisaris yang seharusnya mengarahkan manajer agar berjalan sesuai dengan aturan, justru merestui manajer melanggar aturan yang ada untuk mengamankan posisi dan rejekinya. Publik pun tetap akan menuntut dunia usaha sebagai pihak yang harus berperan aktif untuk mewujudkan bisnis yang adil (fairness), transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), dan responsibilitas (responsibility). Dalam prinsip good corporate governance ditekankan pentingnya keberadaan komite audit dan komisaris independen sebagai pengawas dan pengendali sebuah perusahaan agar berjalan efektif dan efisien. Untuk itu kunci utama untuk mewujudkan bisnis yang bersih, sehat, dan bertanggung jawab adalah dengan membangun system pengawasan dan pengendalian. Komite audit dan komisaris independen harus merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial. Penelitian yang akan dilakukan merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurna Aziza dkk. Untuk itu penulis mencoba mengembangkan permasalahan dalam skripsi dengan judul HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN LABA, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN STRUKTUR AUDIT. PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERENCANAAN

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari penjelasan sebelumnya, masalahmasalah penelitian yang dapat dirumuskan dan dibatasi permasalahannya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan perencanaan auditing yang dipengaruhi oleh adanya manajemen laba dan good corporate governance, serta mengetahui struktur pengendalian intern perusahaan tersebut. 2. Bagaimana penerapan good corporate governance, dan struktur pengendalian intern yang baik serta adanya intervensi auditor. 3. Bagaimanakah melakukan pemahaman dan evaluasi atas struktur pengendalian internal yang diterapkan di perusahaan yang akan diaudit. Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah dalam hal ini adalah pemahaman tentang hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit hanya pada data survey pendapat dari kantor akuntan publik yang akan diteliti. maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada hubungan antara manajemen laba, secara signifikan terhadap good corporate governance ?.

2. Apakah struktur pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap praktik perencanaan audit ?. 1.3. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini dilaksanakan pada pendapat-pendapat auditor dari beberapa kantor akuntan publik diperoleh dari : 1. Survey beberapa kantor akuntan publik melalui kuesioner yang dibagikan 2. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor. 3. Serta Literatur perusahaan lainnya yang mendukung penelitian.

1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan bahwa penelitian skripsi ini adalah: 1. Untuk membuat langkah-langkah dalam perencanaan audit yang sistematis, efektif dan efisien, apakah sesuai dengan Standar Auditing (SA) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2. Untuk mempelajari dan mengevaluasi struktur pengendalian intern sebelum melakukan substansif dan compliance test.

3. Untuk dapat memberikan informasi atau masukan yang berguna bagi Kantor Akuntan Publik lainnya mengenai permasalahan yang dibahas atau diteliti. 4. Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menambah dan

mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku kuliah, sehingga dapat melatih cara berpikir logis dan menginterpretasikan teori-teori yang ada untuk diterapkan dalam penelitian. Sedangkan tujuan dari penelitian skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara manajemen laba dengan good corporate governance. 2. Untuk mengetahui hubungan sistem pengendalian intern perusahaan dengan ruang lingkup pemeriksaan. 3. Sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan program pendidikan S1 (Strata Satu) jurusan Akuntansi pada Universitas Timbul Nusantara-IBEK, dan untuk mengembangkan ilmu ekonomi, khususnya Akuntansi keuangan.

1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk dapat memberikan kontribusi pada pengembangan literature dibidang auditing dan akuntansi perilaku, khususnya yang berkaitan

dengan

hubungan

antara

manajemen

laba,

good

corporate

governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit. 2. Untuk dapat menyempurnakan langkah-langkah dalam perencanaan audit yang efektif dan efisien, sebagai bahan masukan dan sumber pemikiran untuk auditor dalam menjalankan tugasnya, juga

meningkatkan kinerja pegawai atau staf-staf yang bekerja di Kantor Akuntan Publik. 3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penulisan karyakarya ilmiah yang sejenis. 4. Untuk dapat menambah pengalaman dan wawasan atau pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis miliki, khususnya masalah topik penelitian yang dibahas.

1.6. Metodologi Penelitian Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis tidak lupa untuk menggunakan metode penelitian, karena dengan adanya metodologi penelitan ini, maka penulis mudah untuk melakukan penelitian ini dengan menjabarkan langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh penulis dalam hal pengumpulan data-data, dimana antara lain terdapat sumber-sumber data yang diperoleh penulis, metode pengumpulan data, data terakhir adalah metode analisis dan hasil penelitian

1.7. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, akan diberikan pembahasan yang terdiri dari lima pembahasan: BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan dalam skripsi ini mencakup latar belakang, identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah, ruang lingkup penelitian, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini menguraikan teori-teori yang dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian dan teori-teori tersebut tercakup dalam tinjauan pustaka serta dikaitkan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu pengertian manajemen laba, good corporate governance, struktur pengendalian intern, perencanaan audit, dan penelitian sebelumnya, dan kerangka penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, operasional variabel, teknik

pengumpulan data, dan metode analisa data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini.

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini terdiri dari deskripsi objek penelitian yang menerangkan tentang gambaran umum hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit, analisa dan pembahasan hasil temuan penelitian, uji hipotesis, dan interprestasi hasil penelitian.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran yang bermanfaat bagi perkembangan kinerja perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Perencanaan Audit 2.1.1 Pengertian Perencanaan Audit Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada

pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh Variabel ini diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit. Keberhasilan

penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. 1. Menurut Standar pekerjaan lapangan pertama Profesional Akuntan Publik (SPAP) mensyaratkan adanya perencanaan yang memadai yaitu: Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. (IAI, 2001). 2. Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya Auditing, menerangkan bahwa:

10

Perencanaan dan supervise berlangsung terus menerus selama audit, auditor sebagai penanggung jawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervise auditnya dalam kantor akuntannya (asisten). 8 3. Menurut Standar Auditing 316 dalam Standar Profesional Akuntan Publik (Ikatan Akuntan Indonesia, 2001) mensyaratkan agar audit dirancang untuk memberikan keyakinan memadai atas 8 pendeteksian salah saji yang material dalam laporan keuangan. 4. Menurut SA Seksi 326 (PSA No. 07), Paragraf Audit No. 20 menyatakan bahwa: Auditor pada hakikatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar .

2.1.2. Prosedur Perencanaan Audit Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam

perencanaan dan supervise biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi : a. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanent, laporan keuangan, dan laporan audit tahun lalu.

11

b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan staf kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non audit bagi satuan usaha. c. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak terhadap satuan usaha. d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan. e. Membicarakan type, luas, dan waktu audit dengan manajemen, dewan komisaris, atau komite audit. f. Mempetimbangkan dampak diterapkanya pernyataan standar akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, terutama yang baru. g. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan data. h. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis, dan auditor intern i. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule) j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit. k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan

12

memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu.

Isi dari Audit Plan mencakup 1. Hal-hal mengenai klien Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam : a. Mengindentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus. b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah, direview dan dikumpulkan dalam organisasi. c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi, penyisihan piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang. d. Menilai kewajaran representasi manajemen e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan pengungkapannya. 2. Halhal yang mempengaruhi klien Bisa didapat dari majalahmajalah ekonomi / surat kabar, antara lain : Business News, Ekonomi Keuangan Indonesia. Contoh : adanya peraturan-peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien. 3. Rencana kerja auditor, halhal penting antara lain: a.Staffing b. Waktu pemeriksaan, 1. Waktu dimulainya suatu pemeriksaan

13

2. Berapa lama waktu pemeriksaan 3. Dead Line 4. Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya pemeriksaan c. Jenis jasa yang diberikan 1. General Audit 2. Special Audit. 3. Bantuan Adminstrasi 4. Menyusun Neraca / Laba Rugi 5. Perpajakan Halhal tambahan : b. Bantuanbantuan yang dapat diberikan klien. 1. Mengisi formulir konfirmasi piutang, utang 2. Membuat schedule-schedule c. Time Schedule

2.1.3. Elemen-elemen Perencanaan Audit Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi sesuai dengan besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang diperiksa dan pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Adapun elemen-elemen perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke (2000:219) adalah :

14

1. Praplan 2. Memperoleh latar belakang informasi 3. Memperoleh informasi tentang kewajiban sah/tentang undangundang klien 4. Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan 5. Materialitas yang diset dan auditor bisa mengambil risiko dan tidak bisa dipisahkan 6. Memahami struktur pengawasan intern dan menilai risiko kendali 7. Mengembangkan program audit dan rencana audit.

2.1.4. Perencanaan Awal Beberapa hal penting yang terdapat dalam perencanaan awal ini adalah menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk diaudit,

menerima atau menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit, menentukan staf untuk penugasan dan memperoleh surat penugasan. Perencanaan awal itu terdiri dari hal-hal berikut ini : o Menyelidiki klien baru

Menyelidiki klien baru adalah hal yang penting bagi auditor sebelum mereka memutuskan untuk menerima atau menolak klien tersebut. Hal itu dilakukan dengan cara mengevaluasi prospek klien dalam lingkungan usaha, stabilitas keuangan dan hubungan klien dengan kantor akuntan terdahulu. Auditor pengganti diwajibkan untuk berhubungan dengan auditor sebelumnya dan harus mendapatkan izin dari klien sebelum komunikasi dilakukan.

15

Melanjutkan klien lama Untuk melanjutkan klien lama juga harus di evaluasi untuk memutuskan apakah diterima atau tidak dapat dilanjutkan, penyebab tidak bisa dilanjutkannya pemeriksaan karena perselisihan sebelumnya, jika terjadi tuntutan hukum terhadap Kantor Akuntan Publik oleh klien.

Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti audit yang akan dikumpulkan adalah siapa pemakai laporan dan maksud penggunaan laporan. Auditor mungkin akan mengumpulkan lebih banyak bahan bukti audit jika laporan digunakan secara luas.

Staf untuk penugasan Menentukan staf yang pantes untuk penugasan adalah penting untuk memenuhi standar auditing yang telah ditetapkan dan meningkatkan efisiensi audit. Pertimbangan yang mempengaruhi penyusunan staf adalah orang-orang yang diserahi tugas harus akrab dengan bidang usaha klien.

Memperoleh surat penugasan Tujuan dibuatnya surat penugasan adalah untuk mengurangi salah pengertian sehingga harus dibuat secara tertulis. Surat penugasan adalah

16

kesepakatan antara KAP dengan klien, isi dari surat tersebut adalah menyatakan batasan dari penugasan, batas waktu, bantuan akan diberikan atau daftar rincian yang perlu disiapkan untuk auditor, serta honorariuran. 2.1.5. Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien Auditor harus memiliki tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan klien yang akan diaudit yang berguna sebagai acuan dalam menentukan surat penugasan atau perlu tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal yang harus dilakukan untuk memperoleh informasi sehingga dapat

memahami latar belakang klien adalah dengan cara : meninjau lokasi pabrik dan kantor, menelaah kebijakan-kebijakan penting perusahaan,

mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar. 2.1.6. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien Faktor-faktor yang menyangkut lingkungan hukum industri klien mempunyai dampak besar terhadap hasil audit. Pengetahuan auditor untuk menafsirkan fakta yang berkaitan selama pekerjaan berlangsung akan meyakinkan bahwa pengungkapan yang semestinya telah dilaksanakan dalam laporan keuangan. Dalam hal ini dokumen-dokumen hukum yang penting untuk diperiksa oleh auditor adalah Akta Pendirian Perusahaan,

17

anggaran dasar perusahaan, masalah rapat dewan komisaris, para pemegang saham, komite audit dan para pejabat eksekutif termasuk didalamnya adalah ringkasan pokok mengenai keputusan yang dibuat oleh direksi dan pemegang saham serta dokumen mengenai kontrak penjualan maupun pembelian. 2.1.7. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan Melakukan analisis ini sangat penting artinya karena dengan demikian keseluruhan kegiatan pemeiksaan dapat tergambar didalamnya. Prosedur analitis ini diantaranya : Memahami bidang usaha klien, penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya, indikasi adanya kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan dan mengurangi pengujian yang terinci. 2.1.8. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima. Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat pertimbangan pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab auditor adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah saji material, apabila auditor berpendapat adanya salah saji yang material ia harus memberitahukan hal ini pada klien, sehingga koreksi dapat dilakukan.

18

Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan tersebut maka auditor dapat memberikan pendapat dengan pengecualian. Ada lima langkah dalam menetapkan materialitas dua langkah pertama diperlukan untuk merencanakan luas pengujian, sedangkan tiga langkah berikutnya untuk mengevaluasi hasil atau melaksanakan pengujian audit, langkah-langkah tersebut adalah: 1. Menentukan pertimbangan awal mengenai materialitas 2. Mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas kedalam segmen. 3. Mengestimasikan total salah saji dalam segmen 4. Mengestimasikan salah saji gabungan. 5. Membandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai materialitas. 2.1.9. Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh Untuk melaporkan serta memberikan pendapat yang tepat maka auditor harus melakukan wawancara, melakukan pemeriksaan dan meneliti keaslian bukti-bukti. Guna mempermudah pelaksanaan maka auditor harus menyusun program yang direncanakan secara logis untuk prosedur-prosedur audit bagi setiap pemeriksaan. Program pemeriksaan juga merupakan suatu alat pengendalian dimana pemeriksa dapat menyesuaikan pemeriksaannya

19

dengan anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam hal ini Ikatan Akuntansi Indonesia (2001:311.3) menyatakan bahwa: Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit secara tertulis. Program audit membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi.

2.1.10. Proses Audit Proses audit adalah metodologi penyelenggaraan audit yang jelas untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti pendukung yang kompeten. Ada empat tahap dalam proses audit, keempat tahap tersebut digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Empat tahap Audit Tahap I : Merencanakan dan merancang pendekatan audit Tahap II : Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi Tahap III : Melaksanakan prosedur analisis dan pengujian terinci atas saldo Tahap IV : Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit

20

Sumber : Arens and Loebbecke, yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf ( 1996:132)

2.2.

Manajemen laba

2.2.1. Pengertian Manajemen Laba Manajemen laba adalah tindakan yang ditujukan untuk

memaksimumkan utilitas manajer dan cenderung untuk menguntungkan diri mereka (manajer) sendiri dengan cara mempengaruhi proses pelaporan keuangan. Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Beberapa ahli mengajukan teori mengenai manajemen laba yaitu : 1. Menurut H. Sri Sulistyanto dalam bukunya Manajemen Laba, menerangkan bahwa: Manajemen laba adalah upaya untuk mengubah, menyembunyikan, dan merekayasa angka-angka dalam laporan keuangan dengan mempermainkan metode dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan. 2. Menurut Davidson, Stickney, dan Weil (1987) ,mengartikan

Manajemen Laba yaitu : Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil eng tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan e laba yang dilaporkan.

21

3. Menurut Schipper (1989) mengartikan Manajemen Laba sebagai : Penyusunan. laporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses). 4. Menurut National Association of Certified Fraud Examiners (1993) mengartikan Manajemen Laba yaitu : Manajemen laba adalah kesalahan atau kelalaian yang disengaja dalam membuat laporan mengenai fakta material atau data akuntansi sehingga menyesatkan ketika semua informasi itu dipakai untuk membuat pertimbangan yang akhirnya akan menyebabkan orang yang membacanya akan mengganti atau mengubah pendapat atau keputusannya. 5. Menurut Fisher dan Rosenzweig (1995) mengartikan Manajemen Laba sebagai : Manajeman laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikkan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang. 6 Menurut Lewitt (1998) mengartikan Manajemen Laba yaitu : Manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk menutupi konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer. 7. Menurut Healy dan Wahlen (1999), berpendapat tentang Manajemen Laba yaitu : Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan

22

tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

8. Menurut Scott (1997:369) yang menyatakan bahwa : manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan utilitas manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan. 2.2.2. Pola Manajemen Laba Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dilakukan dengan cara : 1. Taking a bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim rendah (bahkan rugi) atau sangat ekstrim tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya. 2. Minimisasi laba (income minimization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya. 3. Maksimisasi laba (income maximization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya. 4. Perataan laba (income smoothing) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode-periode tertentu menunjukkan fluktuasi yang normal dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat laba yang diinginkan. 2.2.3. Faktor faktor Munculnya Praktik Manajemen Laba Ada tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan munculnya praktik-praktik manajemen laba yaitu :

23

1. Manajemen Akrual Manajemen akrual yang biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer. Contoh manajemen akrual antara lain adalah dengan mempercepat

pengakuan atau menunda pengakuan pendapatan (revenue). 2. Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib (adoption of management accounting changes) Terkait dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan, manajemen perusahaan mempunyai dua pilihan, yaitu apakah perusahaan akan menetapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau

menundanya sampai saat berlakunya kebijakan akuntansi baru yang wajib (mandatory accounting policy). 3. Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes) Perubahan metode akuntansi secara sukarela, biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau mengubah suatu metode akuntansi tertentu di antara sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada. Unsur-unsur laporan keuangan yang sering dijadikan sasaran perekayasaan atau manipulasi oleh manajemen yaitu :

24

Unsur Penjualan 1. Saat penjualan faktur. Misalnya, penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang, fakturnya dibuat pada periode ini akan dilaporkan sebagai penjualan periode ini. 2. Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif 3. Penurunan produk, misalnya dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalam kelompok produk rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah

Unsur Biaya 1. Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk suatu pembelian atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dan tanggal yang berbeda dan kemudian melaporkannya ke dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda 2. Mencatat prepayment (biaya dibayar di muka) sebagai biaya. Misalnya melaporkan biaya iklan dibayar di muka untuk tahun depan sebagai biaya iklan tahun ini. Berbagai perubahan kebijakan akuntansi yang sering dijadikan alat perekayasaan laba antara lain : 1. Perubahan metode pencatatan persediaan ke metode LIFO

25

2. Perubahan metode pencatatan biaya jaminan hari tua 3. Perubahan metode depresiasi aktiva tetap, amortisasi aktiva tidak berwujud dan konsolidasi 4. Perubahan dalam penaksiran atau estimasi masa manfaat aktiva tetap maupun aktiva tidak berwujud 5. Perubahan kebijakan terhadap pembebanan atau

pengkapitalisasian.

2.2.4. Motivasi Manajemen Laba Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya

manajemen laba, yaitu: 1. Bonus Purposes Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini. Political Motivation Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. Taxation Motivation Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk penghematan pajak pendapatan. Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

2.

3.

4.

26

5.

Initial Public Offering (IPO) Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik. 2.2.5. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab

6.

manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba. Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral hazard. 1. Adverse Selection Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. 2. Moral Hazard Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu

27

transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. 2.3. Good Corporate Governance

2.3.1. Pengertian Good Corporate Governance Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance. Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Beberapa ahli mengajukan teori mengenai manajemen laba yaitu : 1. Menurut Shleifer dan Vishny (1997), dijelaskan bahwa : corporate governance sebagai bagian dari cara atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh imbal

28

hasil

(return)

yang

sesuai

dengan

investasi

yang

telah

ditanamkan. 2. Prowsen (1998) mengatakan bahwa: corporate governance merupakan alat untuk menjamin direksi atau manajer bertindak yang terbaik menurut kepentingan investor luar (kreditor dan investor publik). 3. Dalam Forum of Corporate Governance for Indonesia (FCGI) 2001, diuraikan bahwa: corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan (dengan kata lain sebagai sistem yang mengendalikan perusahaan) antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. 4. Azhar Maksum (2005:2) mengartikan corporate governance sebagai: suatu sistem yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang baik, adil dan transparan diantara berbagai pihak yang terkait dan memiliki kepentingan (stakeholder) dalam perusahaan. 2.3.2. Prinsip dasar good governance Pada organisasi Kantor Akuntan Publik meliputi: 1. Fairness (keadilan) : akuntan publik dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, harus bersikap

29

independen dan menegakkan keadilan terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri. 2. Transparency/tranparansi : hendaknya berusaha untuk selalu

transparan terhadap informasi laporan keuangan klien yang diaudit. 3. Accountability : menjelaskan peran dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi perkerjaan, juga pelaporan. 4. Responsibility/pertanggungjawaban : memastikan dipatuhinya prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar profesional akuntan publik selama menjalankan profesinya.

2.3.3. Teori Keagenan Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory, yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Cara untuk mengatasi masalah

30

ketidakselarasan kepentingan adalah melalui pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Tiga bentuk hubungan keagenan, yaitu antara pemilik dengan manajemen (bonus plan hypothesis), kreditur dengan manajemen (debt/equity hypothesis), dan pemerintah dengan manajemen (political cost hypothesis).

2.3.4. Teori Bid-Ask Spread Teori keagenan menggunakan tiga asumsi manusia yaitu: 1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest); 2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa datang (bounded-rationality); dan 3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

2.4.

Struktur Pengendalian Intern

2.4.1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern Alasan perusahaan untuk menyusun struktur pengendalian intern adalah dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Sistem terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberi keyakinan kepada pihak manajemen bahwa tujuan dan sasaran perusahaan dapat dicapai. Beberapa ahli mengajukan teori mengenai struktur pengendalian intern yaitu: 1. Menurut SPAP SA seksi 150, (IAI 2001:312.2) menyebabkan bahwa :

31

Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat ini dan lingkup pengujian yang akan ditentukan. 2. Menurut IAI (2001:319.2) mendefinisikan pengendalian intern sebagai: suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : a. Keadalan pelaporan keuangan, b. Efektifitas dan efisien operasi, dan c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi, menerangkan bahwa: Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinir untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen . 4. Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Sistem Akuntansi yang dikutip dari AICPA, pengendalian intern didefinisikan sebagai berikut : Pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi dan membantu menjaga dipatuhinya kebijakan-kebijakan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu 5. Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya Auditing Kontemporer yang dikutip dari Committee on Auditing Procedure, yang dipublikasikan tahun 1949 dengan judul Internal Control Elements of Coordinate System and its Importance to Management and the Independent Public Accountant , berbunyi sebagai berikut :

32

Pengawasan intern mencakup struktur organisasi dan seluruh metode serta prosedur yang terkoordinir yang diterapkan oleh perusahaan untuk mengamankan hartanya, mencek ketelitian dan kepercayaan terhadap data akuntansi, mendorong kegiatan agar efisien, dan mengajak untuk mentaati kebijakan perusahaan. 6. Menurut Anies S.M Basmalah, dalam bukunya Auditing PDE menerangkan bahwa : Pengendalian intern adalah seluruh kebijakan, prosedur, dan praktik akuntansi yang dibuat oleh manajemen untuk membantu mereka melindungi organisasi dari kesalahan (error) dan penyalahgunaan (fraud) 7. Menurut Dr. Slamet Sugiri, M. B. A. Akuntan dalam bukunya Pengantar Akuntansi , menerangkan bahwa : Pengendalian intern dapat dipandang dari 2 (dua) arti yaitu : a. Pandangan yang sempit menyatakan bahwa pengendalian intern adalah pengecekan penjumlahan, baik mendatar (cross footing) maupun penjumlahan menurun (footing). b. Pandangan yang luas menyatakan bahwa pengendalian intern lebih luas dari pada pengecekan, yaitu meliputi semua alat yang digunakan manajemen untuk melakukan pengendalian (pengawasan). 8. Menurut Bambang Hartadi dalam bukunya Sistem Pengendalian Intern dalam hubungan dengan Manajemen dan Audit, pengendalian intern merupakan : Semua metode dan ketaatan-ketaatan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya meningkatkan efisiensi usaha dan menolong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan. 9. Menurut James D. Wilson dan John B. Campbell dalam bukunya Controllership, menerangkan bahwa :

33

Pengendalian intern mencakup rencana organisasi dan semua metode serta tindakan yang digunakan dalam perusahan untuk mengamankan harta, mengecek kecermatan dan keandalan dari data akuntansinya, memajukan efisiensi operasi, dan memastikan pentaatan pada kebijaksanaan yang telah ditetapkan manajemen. 2.4.2. Tujuan Pengendalian Intern Tujuan pengendalian diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berikut : a. Pengendalian Preventif Bertujuan sama dengan pengendalian pra tindak, disamping untuk mengarahkan direncanakan, kegiatan-kegiatan pengendalian ini agar sering sesuai dengan lebih yang baik

dikatakan

dibandingkan dengan pengendalian detektif dan korektif karena alasan-alasan sebagai berikut : 1. 2. 3. Pengendalian preventif sifatnya lebih murah Biaya Pelaksanaanya lebih murah Lebih baik mencegah sebelum suatu masalah timbul daripada mendeteksi atau memperbaiki persoalan setelah hal tersebut terjadi. b. Pengendalian Detektif Dimaksudkan untuk menentukan dan mengidentifikasi adanya kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas tertentu, disamping itu untuk mengurangi frekuensi terjadinya kesalahan. Keterbatasan pengendalian ini adalah bahwa pengendalian detektif hanya dapat memberitahukan mengenai masalah yang timbul saja.

34

c.

Pengendalian Korektif Tujuan pengendalian korektif adalah untuk memberikan informasi yang diperlukan oleh personil-personil yang terlibat dalam

penyelidikan dan perbaikan kesalahan yang telah terdeteksi oleh pengendalian detektif. Meskipun namanya korektif, pengendalian ini hanya mengumpulkan bukti saja dan komputer tidak memperbaiki sendiri kesalahan yang terjadi. 2.4.3. Unsur-unsur Pengendalian Intern Unsur-unsur pengendalian intern dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini : a.Integritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d. Struktur organisasi e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

35

2. Penaksiran Risiko Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan, risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini : a. Perubahan dalam lingkungan operasi b. Personel baru c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki d. Teknologi baru e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru f. Restrukturisasi korporasi g. Operasi luar negeri h. Standar Akuntansi baru 3. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini :

36

a. Review terhadap kinerja b. Pengolahan informasi c. Pengendalian fisik d. Pemisahan tugas 4. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. 5. Pemantauan Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. 2.4.4. Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup (scope) Pemeriksaan Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka

kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan

37

dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik hal tersebut menumbuhkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan substantive test, sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektif, maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bisa dipersempit. Gambar 2.2 Komponen Internal Control

MONITORING (Ongoing)

RISK ASSESSMENT

CONTROL ACTIVITIES
INFORMATION AND COMMUNICATION

Infrastructure

CONTROL ENVIRONMENT (Foundation)

38

Sumber : Konrath (2002 : 207)

2.4.5. Melakukan Pemahaman dan Evaluasi atas Pengendalian Intern Auditor harus mendokumentasikan pemahamanya tentang komponen pengendalian intern entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit. Bentuk dan isi dokumen dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas, serta sifat pengendalian intern entitas. Sebagai contoh dokumentasi pemahaman tentang pengendalian intern entitas yang besar dn kompleks dapat mencakup bagan alir (flowchart), kuesioner, atau tabel keputusan. Namun untuk entitas yang kecil, dokumentasi dalam bentuk

memorandum sudah memadai. Umumnya semakin komleks pengendalian intern dan semakin luas prosedur yang dilaksanakan, seharusnya semakin luas dokumentasi yang dilakukan oleh auditor. Karena baik buruknya pengendalian intern akan memberikan

pengaruh yang besar terhadap : Keamanan harta perusahaan Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan Tinggi rendahnya audit fee Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik

Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan publik, yaitu :

39

1. Internal Control Questionnaires Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena diaggap lebih sederhana dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang standar, yang bisa digunakan untuk memahami dan mengevaluasi pengendalian intern diberbagai jenis perusahaan. Yang perlu diperhatikan adalah : a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan di ICQ kepada staf klien dan kemudian mengisi sendiri jawabanya, jangan sekedar menyerahkan ICQ kepada klien untuk diisi. b. Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut harus dimutakhirkan berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien. c. Ada kecendrungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakanakan pengendalian intern sangat baik. Karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk membuktikan efektifitas dari pengendalian intern klien. 2. Flow Chart (bagan arus) Flow chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di suatu unit usaha, untuk auditor yang terlatih baik, penggunaan flow chart lebih disukai, karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kelemahan dan kebaikan dari suatu sistem dan prosedur.

40

Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil dua atau tiga dokumen untuk mentest, apakah prosedur yang dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flow chart. 3. Narrative Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan prosedur akuntansi yang berlaku di perusahaan, cara ini biasa digunakan untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana. 2.4.6. Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya,

pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas. Hal ini mencakup kenyataan bahwa

pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut. Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan

pengendalian intern. Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. 2.5. Kerangka Pemikiran Maraknya kasus-kasus penyimpangan korporasi yang terjadi dalam dunia usaha di Indonesia, seolah merupakan ajang konspirasi antara

41

manajemen dan semua pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut, karena telah gagal dalam menciptakan kehidupan bisnis yang sehat, bersih, dan bertanggung jawab. Dengan menjalankan manajemen laba dan mengabaikan konsep good corporate governance. Dalam prinsip good corporate governance pentingnya sistem

pengawasan dan pengendalian yang baik sebuah perusahaan agar efektif dan efisien, harus melibatkan Komite Audit dan Komisaris Independen yang merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial, serta mengadakan evaluasi terhadap struktur pengendalian intern

perusahaan tersebut.

42

Tabel 2.5 Kerangka Pemikiran Fenomena: Maraknya kasus-kasus penyimpangan yang terjadi dalam dunia usaha, seolah merupakan ajang konspirasi antara manajemen dan semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan. Gagal dalam menciptakan kehidupan bisnis yang sehat, bersih, dan bertanggung jawab dikarenakan perusahaan tersebut menjalankan praktik manajemen laba, dan mengabaikan konsep good corporate governance. Dalam prinsip good corporate governance pentingnya ditekankan system pengawasan dan pengendalian yang baik sebuah perusahaan agar efektif dan efisien, harus melibatkan komite audit dan komisaris independen yang merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial Berdasarkan fenomena ini, penulis ingin meneliti sejauh mana hubungan manajemen laba, good corporate governance, struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit.. .
PSAK (2007)

SA, AICPA (2000) Mulyadi (2001,2007) Sukrisno Agoes (2004) H.Sri Sulistyanto (2008) Johny S. (2004)Dll

Grand Theory:

Perencanaan Audit

Middle Theory: Standar Auditing, SPAP

Diimplikasikan pada beberapa Kantor Akuntan Publik

Hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit

Variabel dependen (Y): Perencanaan audit

Variabel independent (X): Manajemen laba, Good corporate governance, struktur Pengendalian intern

Model: PA = + 1 ML+ 2 GCG+ 3 SPI +

Uji asumsi: Uji Validitas(ketepatan) dan Uji Reliabilitas(keandalan)

Uji hipotesis: Menggunakan model analisis regresi untuk mengetahui pengaruh/tidak manajemen laba, good corporate governance, struktur Pengendalian intern terhadap perencanaan audit

Hasil analisis yang diperoleh mengenai pengaruh atau tidak manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit

43

Keterangan: ML : Manajemen Laba GCG : Good Corporate Governance

SPI PA

: Struktur Pengendalian Intern : Perencanaan Audit

2.6.

Tinjauan Penelitian Sebelumnya Tabel 2.6. Matrik Penelitian Sebelumnya

No 1

Nama Peneliti Bedard & Johnstone (2004)

Sampel Penelitian Tidak diketahui

2 3 4 5 6

Wallace & Koplan (1984) Nelson et.al (2002) Dechow et al (1996) Richardson (1998) Nurna Aziza, dkk (2006)

Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui

Ayres (1994)

Tidak diketahui

Hasil Penelitian Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan perencanaan audit awal, sampai pada pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh. Auditor meningkatkan upaya perikatan dengan pengendalian internal secara signifikan lemah Manajemen laba dapat dikurangi dengan adanya campur tangan auditor Hubungan positif antara kualitas corporate governance dengan kehandalan laporan keuangan. Keberadaan asimetris informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Manajemen laba tidak berhubungan positif dengan perencanaan audit, good corporate governance, tidak berhubungan positif Ada tiga faktor yang dikaitkan dengan munculnya praktik-praktik tersebut, yaitu manajemen akrual, penerapan suatu perubahan yang wajib, perubahan akuntansi yang tidak diwajibkan

2.7.

Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan pada latar belakang penelitian dan teori yang telah dijelaskan maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern memiliki pengaruh atau tidak terhadap perencanaan audit yang akan dinyatakan dalam

rumusan hipotesis sebagai berikut:

44

1. Manajemen Laba, Good Corporate Governance, dan Struktur Pengendalian Intern berpengaruh signifikan terhadap Perencanaan Audit, baik secara parsial maupun secara simultan.

45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa Kantor Akuntan Publik yang berlokasi di Jakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai dengan Mei 2009.

3.2. Objek Penelitian Objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan tempat dimana variable melekat merupakan subjek penelitian. Merujuk pada pendapat tersebut maka yang menjadi objek dari penelitian ini adalah hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern dengan perencanaan audit, untuk itu meneliti objek tersebut penulis melakukan studi pada beberapa Kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta yang terdaftar di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pemilihan objek tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern adalah faktor penentu bagi suatu KAP untuk mengetahui ada tidaknya hubungan terhadap perencanaan audit. Sedangkan penulis memilih

perencanaan audit adalah karena perencanaan audit merupakan langkah 45

46

awal dari suatu proses pemeriksaan yang menentukan baik atau tidaknya proses selanjutnya.

3.3. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Metode penelitian deskriptif adalah metode dalam melakukan penelitian atas suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah, dianalisa, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori yang telah dipelajari untuk kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadiankejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable

sosiologis dan psikologis.

3.4. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta sebanyak 50 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (judgmental sampling). Kriteria sampel adalah pertama, auditor yang berpartisipasi/menjadi auditor

47

eksternal pada perusahaan (klien) selama dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2007-2008. Kedua, auditor mengaudit klien yang telah membentuk dewan komisaris atau/dan komite audit. Sampel penelitian ini ditentukan minimum sebesar 30 responden. Dasar penentuannya adalah Central Limit Theorem (Mendenhall dan Beaver, 1992) yang menyatakan bahwa jumlah minimum sampel untuk mencapai kurva normal setidaknya adalah dengan mencapai nilai responden minimum 30.

3.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah menggunakan data primer, yaitu: a). Observasi Merupakan teknik pengumpulan data langsung dilapangan dimana penulis mengadakan penelitian ke perusahaan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan, seperti mengumpulkan data identitas para responden yang diberikan kuesioner. b). Angket atau Questioner Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Selanjutnya untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat ditentukan skornya. Salah satu cara yang sering digunakan dalam

48

menentukan skor adalah dengan menggunakan skala Likert. Bentuk skala Likert memiliki lima kategori. Apabila dirangking maka susunannya akan dimulai dari sangat tidak setuju (strongly disagree) sampai kepada sangat setuju (strongly agree). Maka dari itu jawaban dari setiap item dalam variabel penelitian yang menggunakan skala Likert mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata dan akan diberi skor 1 sampai 5. Untuk lebih jelasnya akan diberikan contoh sebagai berikut : Apabila responden menjawab (sangat setuju) diberi nilai 5 Apabila responden menjawab (setuju) diberi nilai 4 Apabila responden menjawab (netral) diberi nilai 3 Apabila responden menjawab (tidak setuju) diberi nilai 2 Apabila responden menjawab (sangat tidak setuju) diberi nilai 1

3.6. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Dalam hal ini penulis menggunakan dua jenis variable, yaitu variable bebas (independent), dan variable terikat (dependen) atau variable yang dipengaruhi oleh variable bebas. Sesuai dengan judul yang diajukan penulis, yaitu hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit, maka variable -variabelnya sebagai berikut :

49

1. Perencanaan Audit (Y) Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada. Variabel ini diukur dengan menggunakan jam. Diukur dengan menjabarkannya dalam dimensi dan indikator, perencanaan awal merupakan langkah awal dari setiap kegiatan, perencanaan audit merupakan suatu keharusan apabila kita menghendaki pemeriksaan yang efektif, dimensi dan indikator terdapat pada lampiran. 2. Manajemen laba (X1) Manajemen laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah risiko yang akan ditanggung auditor atas tindakan manajemen (klien) terhadap laba yang diciptakan. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang telah digunakan oleh Bedard dan Johnstone (2004) dan dimodifikasi dengan skala likert satu sampai lima yaitu dari sangat tidak berisiko =1 sampai dengan sangat berisiko =5. Instrumen ini terdiri dari delapan item yang mengukur adanya manajemen laba. dimensi dan indikatornya terdapat pada lampiran. 13. Good Corporate Governance (X2) Good corporate governance merupakan risiko yang ditanggung auditor atas baik buruknya tata kelola dalam perusahaan klien, diukur dengan menggunakan instrumen. Instrumen terdiri dari instrumen tentang

50

dewan komisaris ada empat item dengan skala likert satu sampai lima yaitu dari sangat setuju =5 sampai dengan sangat tidak setuju =1, dimensi dan indikatornya terdapat pada lampiran. 4. Struktur Pengendalian Intern (x4) Variabel ini merupakan penerapan di perusahaan untuk menyusun struktur pengendalian intern adalah dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Diukur dengan menjabarkannya dalam dimensi dan indikator yang terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur

yang dirancang untuk memberi keyakinan kepada pihak manajemen bahwa tujuan dan sasaran perusahaan dapat dicapai, kebijakan dan prosedur ini disebut pengendalian intern. Instrumen terdiri dari instrumen tentang dewan komisaris ada empat item dengan skala likert satu sampai lima yaitu dari sangat setuju =5 sampai dengan sangat tidak setuju =1, dimensi dan indikatornya terdapat pada lampiran. Tabel 3.1. Operasionalisasi variable
No 1 Variabel Perencanaa n Audit (Y) Dimensi - Perencanaan Awal Indikator - Evaluasi alasan klien untuk diaudit - Mutu lingkungan pekerja sesuai dengan ditentukan pekerja - Mutu dan integritas Memahami bidang industri klien untuk mempekerjakan orang yang tepat No. Pertany aan 1 2 3 4 Skala Likert Likert Likert Likert Sumber Data Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner

- - Memperoleh Informasi mengenai latar belakang klien

51

- Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien

Memahami Akte Pendirian, Anggaran dasar Perusahaan, meneliti dokumen rapat, dan kontrakkontrak Pelaksanaan prosedur analitis dengan baik. Evaluasi laporan keuangan secara keseluruhan, memberikan pendapat sesuai PABU Penetapan materialitas dan risiko audit perlu untuk merencanakan luas pengujian serta mengevaluasi laporan keuangan. Penyusunan rencana dan program audit dengan baik

Likert

Kuesioner

-Melaksanakan prosedur analisis pendahuluan -Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima

6 7

Likert Likert

Kuesioner Kuesioner

Likert

Kuesioner

Manajemen Laba (X1)

-Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh (Sumber : Soekrisno Agus, Auditing) Pola manajemen laba

Likert

Kuesioner

Taking bath Minimalisasi laba Maksimalisasi laba Perataan laba Bonus purposes Political motivation Taxation motivation Pergantian CEO Initial public offering (IPO) terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, kepentingan akuntan publik pembagian tugas antar rekan kerja seprofesi terhadap informasi laporan keuangan klien pembagian fee mempertahankan integritas, objektivitas, dan independensi

10 11 12 13 14 15 16 17 18

Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert

Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner

- Motivasi manajemen laba (Sumber : H. Sri Sulistyanto :2008, Manajemen Laba )

Good Corporate Go (x2)

- Keadilan (fairness)

19

Likert

Kuesioner

- Transparansi (transparency) - Akuntabilitas (accountability) -

20 21 22 23

Likert Likert Likert Likert

Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner

52

- Pertanggung jawaban (responsibility) (Sumber :Prinsip GCG Organization for Economic Corporation and Development (OECD) dalam Surya dan Yustiavandana (2006:68) 4 Struktur Pengendalia n Internal -Tujuan Struktur Pengendalian Intern -Unsur-unsur Struktur Pengendalian Intern Boynton, Johnson) (2001) alih bahasa Paul A. Rajoe et al. (2003) Dan SPAP (2001) (x4

mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum dan berpedoman pada SPAP

24

Likert

Kuesioner

Pengendalian Preventif Pengendalian Detektif Pengendalian Korektif Lingkungan pengendalian Penaksiran risiko Aktivitas pengendalian Informasi dan komunikasi Pemantauan

25 26 27 28 29 30 31 32

Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert

Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner

3.7. Metode Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena analisis data merupakan suatu usaha untuk menemukan jawaban atas suatu permasalahan yang terjadi. Berdasarkan yang telah dibuat, maka metode yang digunakan dalam menganalisis data antara lain : 1. Kriteria utama yang digunakan untuk menilai suatu alat pengukuran ialah validitas (ketepatan) dan reliability (keandalan). Validitas merujuk kepada sejauhmana suatu uji dapat mengukur apa yang sebenarnya ingin kita ukur. Keandalan berkaitan dengan ketepatan dari prosedur pengukuran. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : a. Uji Validitas

53

Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan tugasnya sebagai alat ukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mengikuti kaidah product moment (r) yaitu : uji validitas dengan metode ini merupakan uji validitas item, dasar kerjanya dengan komputerisasi korelasi antar setiap item dengan skor total test sebagai kriteria validasinya. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai suatu instrument dinyatakan valid apabila harga koefisien rhitung rtabel maka dapat dikatakan jika semua item dalam variabel yang digunakan adalah valid, begitu juga sebaliknya. b. Uji Reliabilitas Suatu pengukur adalah andal sepanjang pengukur tersebut menghasilkan hasil-hasil yang konsisten. Uji reliabilitas

(kehandalan) ditujukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (reliabel). Suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, maksudnya ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. untuk mengatasi

persoalan ini adalah dengan menggunakan koefisien Alpha. Nilai

54

alpha akan berkisar antara 0 sampai dengan 1. Suatu pengukuran dikatakan reliabel bilamana paling tidak nilai alphanya 0,6. 2. Dalam pengujian analisis jalur (path analysis) data berskala ordinal harus diubah ke dalam data berskala interval, dengan menggunakan rumus yang dikutip dari Riduwan dan Kuncoro (2007: 30)

3. Analisis regresi berganda dilakukan bila jumlah variabel bebasnya minimal dua (lebih dari 1). digunakan adalah : Y Dimana : Y = variabel yang dipengaruhi ; X = variabel yang mempengaruhi a = konstanta regresi ; b = koefisien regresi = a + b1 X1 + b2 X2 + + bn Xn Adapun persamaan regresi yang

Tahap-tahap Pengujian dalam Regresi Berganda 1. Mempersiapkan persamaan regresi linier berganda dengan model : Y = + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 2. Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, perlu diuji validitas dan reliabilitas dengan bantuan SPSS 16.0.

55

3. Untuk menguji hubungan perubahan variabel dependent yang dapat dijelaskan oleh variabel independent secara bersama-sama

digunakan koefisien determinasi disesuaikan (adjurted R2) bergerak dari 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai adjurted R2 berarti semakin banyak variasi variabel dependent dapat dijelaskan oleh variabel independent dan semakin baik model tersebut. 4. Uji Hipotesis Pembentukan suatu hipotesis memerlukan teori-teori terlebih dahulu sebagai pendukung pernyataan hipotesis yang diusulkan. Dalam membentuk hipotesis terhadap beberapa hal yang dipertimbangkan: a. Hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha) yang diususlkan. b. Daerah penerimaan dan penolakan serta tektik arah pengujian. c. Penentuan nilai hitung statistik. d. Menarik kesimpulan menerima atau menolak hipotesis yang diusulkan. 1) Uji-F, digunakan untuk mengetahui signifikansi seluruh

koefisien regresi, dengan langkah sebagai berikut : Ho : 1 = 2 = 3 = 0, yang berarti tidak ada pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent secara bersama-sama. Ha : 1 2 3 0, yang berarti bahwa ada pengaruh variabel terhadap variabel dependent secara serempak.

independent

Nilai Ftabel dengan tingkat signifikansi () sebesar 5% dan df =

56

(n-k) (k-l), dimana n = jumlah sampel, k = jumlah variabel. Kemudian dilakukan perbandingan dengan Fhitung untuk

menentukan Ho diterima atau ditolak, dengan ketentuan : Ho diterima apabila Fhitung < Ftabel dan Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel. 2) Uji-t, digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individu, dengan ketentuan sebagai berikut : Ho : 1 = 0, yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel independent dengan variabel dependent. Ha : 1 0, yang berarti bahwa ada pengaruh antara variabel-variabel independent dengan variabel dependent secara individual. Langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat signifikansi () yaitu sebesar 5% dengan df = (n-k) untuk menentukan nilai ttabel. Dilakukan perbandingan dengan thitung untuk menentukan Ho ditolak atau diterima, dengan ketentuan : Ho diterima apabila thitung < ttabel.

Pelaksanaan uji statistic dalam penelitian ini digunakan SPSS.

57

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN


4.1. 4.1.1. Hasil Penelitian Gambaran Umum Unit Penelitian Data yang diperoleh berasal dari kuesioner yang dibagikan ke beberapa Kantor Akuntan Publik di Jakarta, berikut daftar dan Alamat Kantor Akuntan Publik yang dibagikan kuesioner. Yaitu : 1. KAP. Abdul Aziz & Rekan Bumi Malaka Asri 3, Jl. Flamboyan Raya H1/9, Malaka Sari Duren Sawit, Jakarta Timur 13460 Telp : 021-863 2184, 8660 2049, 8660 2051 2. KAP. Trisno, Hendang, Adams & Rekan Jl. Biak No.18 Jakarta 10150, telp : 021-6386 3277, 79 3. KAP. Johan Malonda Astika & Rekan Jl. Pluit Raya 200 Blok V No.1-5, Jakarta 14450 Telp : 021-661 7155 4. KAP. Anwar, BAP & Rekan Komp. Ruko Roxy Mas Blok E2 No. 47 Jl. K.H.Hasyim Ashari No.125 Jakarta 10150 Telp : 021-631 5210, 631 5057 5. KAP Bayudi Watu & Rekan Jl. Sangihe No.10, Jakarta Pusat 10150 Telp : 021-6386 3065, 67, 632 4242 Kuisioner yang telah terisi seluruhnya terkumpul kepada peneliti pada tanggal 12 Mei 2009, data penelitian yang diolah adalah jawaban responden dari kuisioner yang dikirim. Data yang diolah adalah data primer dalam

58

bentuk kuesioner dari hasil jawaban responden yang memuat pertanyaan terkait dengan hubungan antara manajemen laba, good corporate

governance, struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel dan Statistic Package for the Sosial Sciences (SPSS) versi 16.0. Kuesioner sebagai instrumen penelitian didistribusikan langsung oleh peneliti kepada semua level auditor pada kantor akuntan publik yaitu senior auditor dan yunior auditor. Dalam penelitian ini, terkumpul kuesioner sebanyak 50 kuesioner, berasal dari kantor akuntan publik. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 55 kuesioner dan dari jumlah tersebut, kuesioner yang kembali berjumlah 50 atau sebanyak 89.5% responden yang mengembalikan. Walaupun tingkat pengembalian kuesioner tidak 100% tetapi masih mencukupi untuk pengolahan data menggunakan software SPSS 16.00.

4.1.2.

Data Penyebaran Kuesioner 4.1.2.1 Data Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner Kuesioner yang dipergunakan untuk penelitian ini dikirimkan ke auditor yang berkerja Kantor-Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta, yang secara lengkap disajikan dalam tabel 4.1 berikut:

59

Tabel 4.1 Kalkulasi Perbandingan Kuesioner yang Dikirimkan No 1. 2. 3. 4. 5. Organisasi KAP. ABDUL AZIZ & REKAN KAP. TRISNO, HENDANG, ADAMS & REKAN KAP. JOHAN MALONDA ASTIKA & REKAN KAP. ANWAR BAP & REKAN KAP. BAYUDI WATU & REKAN TOTAL Sumber: diolah sendiri Kirim 10 10 15 10 10 55 Tidak kembali 0 0 0 0 5 5 Kembali 10 10 15 10 5 50 Tidak lengkap 0 0 0 0 0 0 Dapat diolah 10 10 15 10 5 50

4.2.1 Statistik Deskriptif Data Responden 1. Data Responden berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin dibagi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Dengan melihat tabel dibawah ini dapat diketahui persentasi responden laki-laki dan persentasi responden perempuan.

60

Tabel 4.2.

Sumber: Output SPSS

Dari table jenis kelamin diatas dilihat bahwa total responden adalah 50, dan 46 % perempuan yaitu sebanyak 23, sedangkan sisanya 54 % laki-laki yaitu sebanyak 27. 2. Data Responden berdasarkan Usia Berdasarkan usia responden dibagi empat kategori yaitu kurang dari 26 tahun, 26 tahun sampai 35 tahun, 36 tahun sampai 45 tahun, dan lebih dari 45 tahun. Rincian dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 4.3.

Sumber: Output SPSS

Dari tabel usia diatas dapat dillihat bahwa responden yang paling banyak adalah usia <26 th dengan persentase sebanyak 52% yaitu 26 responden. Kemudian sisanya terdiri dari 38 % usia 26 35 th yaitu

61

sebanyak 19 responden, 6 % usia 36 45 th yaitu sebanyak 3 responden dan 4 % usia > 45 th yaitu sebanyak 2 responden. 3. Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja Berdasarkan lama bekerja, data responden dibagi empat kategori yaitu kurang dari 2 tahun, 2 tahun sampai 4 tahun, 5 tahun sampai 6 tahun dan 7 tahun sampai 10 tahun. Rincian nya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.4.

Sumber: Output SPSS

Dari tabel lama bekerja diatas dapat dilihat bahwa 58 % responden lama bekerja 2 4 th yaitu sebanyak 29 responden, sedangkan sisanya 22 % responden lama bekerja 5 6 th yaitu sebanyak 11 responden, dan 20 % responden lama bekerja 7 10 th yaitu sebanyak 10 responden. 4. Data Responden Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan pendidikan, data responden dibagi empat kategori yaitu S3, S2, S1, dan D3.

62

Tabel 4.5.

Sumber: Output SPSS

Dari

tabel

pendidikan

diatas

dapat

dilihat

bahwa

10

berpendidikan D3, 90 % berpendidikan S1. Maka disimpulkan responden paling banyak adalah yang berpendidikan S1

4.2.2

Statistik Deskriptif Pertanyaan

1) Variabel Y (Perencanaan Audit) Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata keseluruhan jawaban responden 1. Pertanyaan 1 Perencanaan audit di KAP ini, menghendaki setiap Auditor lebih dahulu mengevaluasi apa alasan klien untuk diaudit. Berikut hasil jawaban responden :

63

Tabel 4.6.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 rensponden menjawab setuju, 14 responden menjawab sangat setuju, dan 1 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 2. Pertanyaan 2 Untuk meningkatkan efisiensi audit dan memenuhi Standar Auditing yang telah ditetapkan, staf-staf yang ditugaskan di KAP ini, harus yang familiar dengan bidang usaha klien. Berikut hasil jawaban responden : Tabel 4.7.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27 rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju, 9

64

responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%. 3. Pertanyaan 3 Agar tidak terjadi salah pengertian, anda sebagai auditor harus membuat kesepakatan tertulis antara KAP dengan klien secara jelas, tegas dan termuat dalam kontrak audit. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.8.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 40 responden, 23 rensponden menjawab sangat setuju, 11 responden menjawab setuju, dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah sangat setuju sebesar 57.5%. 4. Pertanyaan 4 Staf-staf yang ditugaskan di KAP ini, lebih baik yang akrab dengan bidang usaha klien, oleh karena itu, auditor lebih dahulu harus memahami bidang usaha klien. Berikut hasil jawaban responden:

65

Tabel 4.9.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29 rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, 10 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 58 %. 5. Pertanyaan 5 Akte Pendirian, dan anggaran perusahaan klien, notulen rapat, dan kontrak-kontrak perusahaan diperhitungkan oleh auditor di KAP ini, dalam membuat perencanaan audit. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.10.

Sumber: Output SPSS

66

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33 rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 3 responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%. 6. Pertanyaan 6 Keseluruhan kegiatan pemeriksaan di KAP ini, harus tergambar dalam prosedur analitis pendahuluan. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.11.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33 rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, dan 7 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%. 7. Pertanyaan 7 Dalam menentukan materialitas dan risiko audit, anda sebagai auditor harus mengevaluasi laporan keuangan secara keseluruhan. Berikut hasil jawaban responden:

67

Tabel 4.12.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 rensponden menjawab setuju, 11 responden menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 8. Pertanyaan 8 Penetapan materialitas dan risiko audit di KAP ini, perlu dilakukan untuk merencanakan luas pengujian, mengevaluasi hasil dan

melaksanakan pengujian audit. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.13.

Sumber: Output SPSS

68

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29 rensponden menjawab setuju, 15 responden menjawab sangat setuju, dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 58 %. 9. Pertanyaan 9 Penyusunan rencana dan program audit harus dilaksanakan oleh auditor di KAP ini, agar auditor dapat memahami petunjuk, mengenai langkah-langkah apa yang harus dilakukan. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.14.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju, dan 2 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 2) Variabel X1 (Manajemen Laba) Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing

69

nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata keseluruhan jawaban responden. 1. Pertanyaan 10 Menurut anda, dalam mengevaluasi laporan keuangan, auditor perlu mereview hasil audit periode sebelumnya, apalagi jika sangat ekstrim terhadap periode sekarang. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.15.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33 rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju, 3 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%. 2. Pertanyaan 11 Pada laporan keuangan klien, auditor di KAP ini, harus dapat melihat dan menganalisis apakah ada kecendrungan melakukan manajemen laba. Berikut hasil jawaban responden:

70

Tabel 4.16.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29 rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 6 responden menjawab netral, dan 3 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 58%. 3. Pertanyaan 12 Anda sebagai auditor, harus mengetahui apa saja tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.17.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 34 rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju,

71

dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 68 %. 4. Pertanyaan 13 Anda sebagai Auditor, perlu memahami mengapa laporan laba rugi mengalami fluktuasi yang sama hampir setiap bulannya. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.18.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 rensponden menjawab setuju, 8 responden menjawab netral, 5 responden menjawab sangat setuju, dan 2 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 5. Pertanyaan 14 Di KAP ini, auditor harus mengetahui apa saja motivasi manajemen laba yang dilakukan manajer sebagai orang yang mempunyai andil besar dalam laporan keuangan. Berikut hasil jawaban responden:

72

Tabel 4.19.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 36 rensponden menjawab setuju, 7 responden menjawab sangat setuju, 5 responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 72%. 6. Pertanyaan 15 Political motivasion menyebabkan perusahaan melakukan manajeman laba, anda sebagai auditor, mempertimbangkan hal tersebut dalam keputusan audit. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.20.

Sumber: Output SPSS

73

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 34 rensponden menjawab setuju, 8 responden menjawab sangat setuju, 7 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah sangat setuju sebesar 68%. 7. Pertanyaan 16 Penghematan pajak menjadi motivasi perusahaan melakukan

manajemen laba, di KAP ini, auditor harus mempertimbangkan hal tersebut dalam keputusan audit. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.21.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 32 rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab netral, 7 responden menjawab sangat setuju dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 64%. 8. Pertanyaan 17 Anda sebagai auditor, jika menemui mengapa bonus yang diterima CEO meningkat, bersamaan dengan pergantian CEO, maka hal tersebut menjadi pertimbangan dalam keputusan audit. Berikut hasil jawaban responden:

74

Tabel 4.22.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27 rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab netral, 8 responden menjawab sangat setuju. Dan 3 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%. 9. Pertanyaan 18 Untuk menaikan harga saham, perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajeman laba, dalam hal itu anda sebagai auditor harus melihat apa yang menyebabkan peningkatan laba tersebut. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.23.

Sumber: Output SPSS

75

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 30 rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, 9 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 60%.

3) Variabel X2 (Good Corporate Governance) Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata keseluruhan jawaban responden. 1. Pertanyaan 19 Anda sebagai auditor, ketika memberi pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan, hendaklah bersikap independent, adil terhadap keputusan klien, pemakai, dan akuntan public. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.24.

Sumber: Output SPSS

76

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33 rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 4 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%. 2. Pertanyaan 20 Di KAP ini, anda sebagai auditor selama melaksanakan pemeriksaan harus adil dalam pembagian tugas sesama rekan kerja seprofesi. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.25.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 32 responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 5 responden menjawab netral dan 4 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 64%. 3. Pertanyaan 21 Sebagai auditor, menurut anda Good corporate governance suatu perusahaan, harus transparansi terhadap informasi dalam laporan keuangan yang diaudit. Berikut hasil jawaban responden:

77

Tabel 4.26.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 30 responden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 6 responden menjawab netral dan 2 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah sangat setuju sebesas 60%. 4. Peratanyaan 22 Di KAP ini, Antara rekan kerja seprofesi, haruslah adil dan bijaksana dalam hal pembagian bonus kerja untuk senior dan Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.27. junior auditor.

Sumber: Output SPSS

78

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 26 responden menjawab setuju, 13 responden menjawab netral, 9 responden menjawab sangat setuju dan 2 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 52%. 5. Pertanyaan 23 Menurut Anda, auditor dalam bertugas harus mempertahankan integritas, objektivitas, dan independensi. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.28

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27 responden menjawab setuju, 18 responden menjawab sangat setuju, 4 responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%. 6. Pertanyaan 24 Di KAP ini, anda sebagai auditor, harus menjalankan peran dan tanggung jawab dengan baik dalam melaksanakan pemeriksaan. Berikut hasil jawaban responden:

79

Tabel 4.29

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 28 rensponden menjawab setuju, 16 responden menjawab sangat setuju, 5responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 56%. 7. Pertanyaan 25 Selama menjalankan profesi auditor, anda berpedoman pada PABU & SPAP, dan SAK, yang harus selalu dipatuhi dalam bertugas. Berikut hasil jawaban responden:

Tabel 4.30

Sumber: Output SPSS

80

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 31 responden menjawab setuju, 15 responden menjawab sangat setuju, 3 responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 62%.

4) Variabel X3 (Struktur Pengendalian Intern) Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata keseluruhan jawaban responden. 1. Pertanyaan 26 Untuk mencegah sebelum masalah timbul, sebaiknya auditor membuat pengendalian preventif, yang mempunyai tujuan sebagai pra tindak, agar sesuai dengan yang direncanakan. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.31.

Sumber: Output SPSS

81

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 rensponden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 3 responden menjawab netral 3 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 2. Pertanyaan 27 Di KAP ini, jika kesalahan terjadi dalam pelaksanaan aktivitas pemeriksaan, auditor harus membuat pengendalian detektif, yang tujuannya untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.32.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 39 responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 78%. 3. Pertanyaan 28 Informasi yang diperlukan oleh personil-personil dalam penyelidikan dan perbaikan kesalahan, di KAP ini, auditor harus memahami lebih dahulu tujuan dari pengendalian korektif. Berikut hasil jawaban responden:

82

Tabel 4.33.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 30 responden menjawab setuju, 11 responden menjawab sangat setuju, dan 8 responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 60%. 4. Pertanyaan 29 Anda sebagai auditor, dalam mengevaluasi struktur pengendalian intern, harus mengetahui lingkungan pengendalian, karena merupakan landasan komponen pengendalian lainnya. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.34.

Sumber: Output SPSS

83

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 responden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, 5 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 5. Pertanyaan 30 Sebagai auditor, menurut anda perhitungan risiko perlu diidentifikasi sejak awal, untuk mengetahui laporan keuangan telah disajikan secara wajar atau tidak. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.35.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 38 responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 76%. 6. Pertanyaan 31 Menurut anda, sebagai auditor harus mengetahui apa saja unsur-unsur struktur pengendalian intern perusahaan tersebut, agar memperoleh keyakinan, bahwa kebijakan-kebijakan dan prosedur telah dijalankan dengan baik. Berikut hasil jawaban responden:

84

Tabel 4.36.

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 31 responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 7 responden menjawab tidak setuju, dan 3 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 62%. 7. Pertanyaan 32 Di KAP ini, anda sebagai auditor, harus mengadakan pemantauan terhadap kualitas kinerja dalam struktur pengendalian intern perusahaan tersebut. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.37

Sumber: Output SPSS

Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 28 rensponden menjawab setuju, 9 responden menjawab

85

tidak setuju, 7 responden menjawab sangat setuju dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 56%.

4.3 Pembahasan atau Temuan penelitian 4.3.1 Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan tugasnya sebagai alat ukur. Dengan uji validitas dapat diketahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output spss pada tabel dengan judul Item-Total Statistics. Melihat kevalidan masing-masing pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected ItemTotal Correlation. Dapat dikatakan valid apabila nilai dari Corrected ItemTotal Correlation (r-hitiung) > dari pada r-tabel. Hasil output masing-masing pertanyaan dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini.

86

a. Uji Validitas Terhadap Y (Perencanaan Audit) Tabel 4.38.

Sumber: Output SPSS

Nilai r-tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n k, dimana k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel, dan n merupakan jumlah responden. Maka df = 50 - 9 = 41. Tabel r product moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 41 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,301. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. r hitung P1 sebesar 0.409 > r table 0.301, kesimpulan valid. r hitung P2 sebesar 0.444 > r table 0,301, kesimpulan valid. r hitung P3 sebesar 0.435 > r table 0.301, kesimpulan valid. r hitung P4 sebesar 0.298 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. r hitung P5 sebesar 0.215 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. r hitung P6 sebesar 0.394 > r table 0.301, kesimpulan valid. r hitung P7 sebesar 0.291 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. r hitung P8 sebesar 0.089 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. r hitung P9 sebesar 0.255 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.

87

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r yang lebih besar dari nilai r
table hitung

, telah valid. Sedangkan 5 indikator


hitung

pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r yang lebih kecil dari nilai r
table

dinyatakan tidak valid, maka dari itu di uji lagi 4

indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini : Tabel 4.39.

Sumber: Output SPSS

Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,285. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. r hitung P1 sebesar 0.469 > r table 0.285, kesimpulan valid. r hitung P2 sebesar 0.363 > r table 0.285, kesimpulan valid. r hitung P3 sebesar 0.376 > r table 0.285, kesimpulan valid. r hitung P6 sebesar 0.408 > r table 0.285, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.
hitung

88

b. Uji Validitas Terhadap X1 (Manajemen Laba) Tabel 4.40.

Sumber: Output SPSS

Maka df = 50 - 9 = 41. Tabel r product moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 41 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,301. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. r hitung P10 sebesar 0.121 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. r hitung P11 sebesar 0.389 > r table 0,301, kesimpulan valid. r hitung P12 sebesar 0.374 > r table 0.301, kesimpulan valid. r hitung P13 sebesar 0.408 > r table 0.301, kesimpulan valid. r hitung P14 sebesar 0.279 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. r hitung P15 sebesar 0.266 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. r hitung P16 sebesar 0.025 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. r hitung P17 sebesar 0.333 > r table 0.301, kesimpulan valid. r hitung P18 sebesar 0.067 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r
hitung

89

yang lebih besar dari nilai r

table

, telah valid. Sedangkan 5 indikator


hitung

pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r yang lebih kecil dari nilai r
table

, dinyatakan tidak valid, maka dari itu di uji lagi 4

indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.41.

Sumber: Output SPSS

Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,285. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. r hitung P11 sebesar 0.518 > r table 0.285, kesimpulan valid. r hitung P12 sebesar 0.511 > r table 0.285, kesimpulan valid. r hitung P13 sebesar 0.554 > r table 0.285, kesimpulan valid. r hitung P17 sebesar 0.298 > r table 0.285, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.
hitung

90

c. Uji Validitas Terhadap X2 (Good Corporate Governance) Tabel 4.42.

Maka df = 50 - 7 = 43. Tabel r product moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 43 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,294. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. r hitung P19 sebesar 0.406 > r table 0. 294, kesimpulan valid. r hitung P20 sebesar 0.139 < r table 0. 294, kesimpulan tidak valid. r hitung P21 sebesar 0.243 < r table 0. 294, kesimpulan tidak valid. r hitung P22 sebesar 0.325 > r table 0. 294, kesimpulan valid. r hitung P23 sebesar 0.563 > r table 0. 294, kesimpulan valid. r hitung P24 sebesar 0.608 > r table 0. 294, kesimpulan valid. r hitung P25 sebesar 0.298 > r table 0. 294, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 5 indikator pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi memiliki r
hitung

yang lebih besar dari nilai r

table

, telah valid. Sedangkan 2

indikator pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi memiliki r
hitung

lebih kecil dari nilai r

table,

dikatakan tidak valid. maka

91

dari itu di uji lagi 5 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini : Tabel 4.43

Maka df = 50 - 5 = 45. Tabel r product moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 45 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,288. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. r hitung P19 sebesar 0.350 > r table 0.288, kesimpulan valid. r hitung P22 sebesar 0.330 > r table 0.288, kesimpulan valid. r hitung P23 sebesar 0.554 > r table 0.288, kesimpulan valid. r hitung P24 sebesar 0.596 > r table 0.288, kesimpulan valid. r hitung P25 sebesar 0.351 > r table 0.288, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 5 indikator pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.

92

d. Uji Validitas Terhadap X3 (Struktur Pengendalian Intern) Tabel 4.44.

Maka df = 50-7 = 43. Tabel r product moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 43 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,294. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. r hitung P26 sebesar 0.483 > r table 0.294, kesimpulan valid. r hitung P27 sebesar 0.197 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid. r hitung P28 sebesar 0.186 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid. r hitung P29 sebesar 0.540 > r table 0.294, kesimpulan valid. r hitung P30 sebesar 0.313 > r table 0.294, kesimpulan valid. r hitung P31 sebesar 0.265 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid. r hitung P32 sebesar 0.311 > r table 0.294, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi memiliki r
hitung

yang lebih besar dari nilai r

table

, telah valid. Sedangkan 3

indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi memiliki r
hitung

yang lebih kecil dari nilai r

table,

dikatakan tidak valid.

93

maka dari itu di uji lagi 4 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.45.

Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,285. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. r hitung P26 sebesar 0.281 < r table 0.285, kesimpulan tidak valid. r hitung P29 sebesar 0.541 > r table 0.285, kesimpulan valid. r hitung P30 sebesar 0.526 > r table 0.285, kesimpulan valid. r hitung P32 sebesar 0.326 > r table 0.285, kesimpulan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 3 indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi memiliki r
hitung

yang lebih besar dari nilai r

table

, telah valid. Sedangkan 1

indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi memiliki r
hitung

yang lebih kecil dari nilai r

table,

dikatakan tidak valid.

maka dari itu di uji lagi 3 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini:

94

Tabel 4.46.

Maka df = 50 - 3 = 47. Tabel r product moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 47 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,285. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 r hitung P29 sebesar 0.532 > r table 0.285, kesimpulan valid. 2 r hitung P30 sebesar 0.533 > r table 0.285, kesimpulan valid. 3 r hitung P32 sebesar 0.330 > r table 0.285, kesimpulan valid. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 3 indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.

4.3.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas (kehandalan) ditujukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (reliabel). Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel. Hasilnya output spss dapat dilihat dibawah ini

95

a. Uji Reliabilitas Terhadap Y (Perencanaan Audit) Tabel 4.47.

Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa Cronbachs Alpha 0.621 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk variabel Y sudah reliabel.

b. Uji Reliabilitas Terhadap X1 (Manajemen Laba) Tabel 4.48.

Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa Cronbachs Alpha 0.679 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk variabel X1 sudah reliabel.

96

c. Uji Reliabilitas Terhadap X2 (Good Corporate Governance) Tabel 4.49.

Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa Cronbachs Alpha 0.677 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk variabel X2 sudah reliabel.

d. Uji Reliabilitas Terhadap X3 (Struktur Pengendalian Intern) Tabel 4.50.

Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa Cronbachs Alpha 0.43 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk variabel X3 sudah reliabel.

4.3.3 Uji Regresi Linear Berganda Analisis regresi dilakukan untuk menguji apakah ada atau tidaknya pengaruh dari variabel manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit.

97

Dengan rumus: Y = + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + Uji regresi dapat dilakukan setelah mentranformasikan data hasil kuesioner dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan hasil output spss dapat dilihat dibawah ini Tabel 4.51.

Dari tabel 4.51 diatas menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed) dalam penelitian ini, atau dapat dikatakan bahwa variabel manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern sebagai variabel bebas dimasukkan dalam perhitungan regresi Tabel 4.52.

98

Pada tabel 4.52 didapat R sebesar 0,285 menunjukkan bahwa hubungan perencanaan audit (Variabel Y) dalam mempengaruhi manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern (Variabel X) kuat. Adjusted R Square sebesar 0,021 yang menunjukkan bahwa 21 % perencanaan audit dipengaruhi oleh manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern. Sedangkan sisanya 79 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Pada tabel diatas, dapat dilihat standar deviasi perencanaan audit adalah 81,80 yang jauh lebih besar dari standar error of estimate hanya 1.364. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor perencanaan audit terhadap manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern. Tabel 4.53.

Analisis pada tabel 4.3.3.3 terlihat uji ANOVA (F test) atau F hitung sebesar 15,417 dengan tingkat signifikansi 0,000, probabilitas jauh dibawah 0,05, yang berarti bahwa perspektif keuangan, perspektif pelanggan,

99

perspektif

proses

bisnis

internal

dan

perspektif

pembelajaran

dan

pertumbuhan secara bersama-sama mempengaruhi kinerja perusahaan. Tabel 4.54.

Besarnya kontribusi Perspektif Keuangan (X1) yang secara langsung mempengaruhi kinerja perusahaan (Y) adalah 0,351.

Besarnya kontribusi Perspektif Konsumen

(X2) yang secara

langsung mempengaruhi kinerja perusahaan (Y) adalah 0,468 Besarnya kontribusi Perspektif Proses Bisnis Intrernal (X3) yang secata langsung mempengaruhi kinerja perusahaan (Y) adalah 0,253 Besarnya kontribusi Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan (X4) yang secara langsung mempengaruhi Kinerja Perusahaan (Y) adalah -0,117

100

Gambar Histogram diatas dengan variabel independent :perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dan variabel dependent yaitu kinerja keuangan, menunjukan hasil nilai skewness 0. artinya data yang baik memiliki nilai skewness mendekati 0.

101

Hasil dari output spss normal p-p plots diatas untuk perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap kinerja perusahaan menunjukan bahwa distribusi dari titik-titik data perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menyebar disekitar garis diagonal, dan penyebaran titik searah dengan garis diagonal.

Output spss pada gambar Scatterplot meunjukan penyebaran titik-titik data yaitu (1)Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0, (2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau di bawah saja, dan (3) Titik-titik data tidak membentuk pola. 4.4 Uji Hipotesis 4.4.1 Uji t

102

Peneliti menggunakan uji-t test untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara parsial antara Perspektif yang ada pada Balance Scorecard terhadap kinerja perusahaan, signifikan apabila nilai probabilitas < 0,05. Uji t ini dilihat dari tabel 4.3.20 yaitu tabel Coefficients. Dengan hasil output spss sebagai berikut: 1. Variabel Perspektif Keuangan memiliki nilai t hitung sebesar 2.962 dengan nilai Sig 0,005 0,05, artinya signifikan. Signifikan disini berarti Ha1 dierima dan Ho1 ditolak. Artinya, perspektif keuangan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. 2. Variabel Perspektif Pelanggan memiliki nilai t hitung sebesar 3.673 dengan nilai Sig 0,001 < 0,05, artinya signifikan.

Signifikan disini berarti Ho2 ditolak dan Ha2 diterima. Artinya, Perspektif Pelanggan secara parsial berpengaruh langsung ternadap kinerja perusahaan. 3. Variabel Perspektif Proses Bisnis Internal memiliki nilai nilai t hitung sebesar 1.803 dengan nilai Sig 0,080 > 0,05, artinya tidak signifikan. Tidak signifikan disini berarti Ho3 diterima dan Ha3 ditolak. Artinya, Perspektif Proses Bisnis Internal secara parsial tidak berpengaruh langsung ternadap kinerja

perusahaan.

103

4. Variabel Perspektif Proses Bisnis Internal memiliki nilai nilai t hitung sebesar -0.958 dengan nilai Sig 0,344 > 0,05, artinya tidak signifikan. Tidak signifikan disini berarti Ho4 diterima dan Ha4 ditolak. Artinya, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan secara parsial tidak berpengaruh langsung ternadap kinerja perusahaan. Uji F Peneliti menggunakan uji-F test untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel Perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan perspektik pembelajaran adan pertumbuhan terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan Tabel 4.3.19 yaitu tabel ANOVA

menunjukkan nilai Sig. 0,000<0,05, artinya signifikan. Signifikan disini artinya Ha1,Ha2,Ha3, dan Ha4 diterima dan Ho, Ho2, Ho3 dan Ho4 ditolak. 4.5 Interprestasi 4.5.1 Interprestasi hasil Jawaban Kuesioner/Pertanyaan dilihat dari Indikator Utama dari setiap Variabel 1. Kinerja Perusahaan (Y) Indikator/tolak ukur dari kinerja perusahaan disini yaitu dilihat dari SDM/Tenaga kerja, lingkungan kerja, dan kepemimpinan eksekutif. Dilihat

104

dari hasil jaawaban kuesioner, mayoritas menjawab sangat setuju. Dimana kinerja perusahaan didukung oleh SDM yang bermutu,

lingkungan kerja yang mendukung, dan kepemimpinan eksekutif yang berpotensi/berkualitas. 2. Perspektif Keuangan (X) Perusahaan yang melakukan pengukuran keuangan harus

mendeteksi keberadaan industri yang dimilikinya. Ada tiga tahap dalam kehidupan bisnis yaitu tahap berkembang (growth), tahap bertahan (sustain), dan tahap panen (harvest). Sesuai dengan siklus kehidupan bisnis tersebut PT. Inhutani III berada pada tahap bertahan menuju pada tahap panen, ini dilihat dari hasil jawaban kuesioner yang telah dibagikan kepada karyawan PT. Inhutani III.Tahap bertahan menuju pada tahap panen, dimana produk/jasa yang dihasilkan perusahaan mulai pada tingkat kejenuhan. Hal tersebut dilihat dari pertanyaan kuesioner dengan indikator memperluas bauran pendapatan, memaksimalkan produktifitas, dan meminimalkan biaya. Perusahaan berusaha meningkatkan persentasi penjualan, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan pelanggan, meningkatkan efesiensi operasi dan pemantauan besarnya pengeluaran, itu dilihat dari jawaban responden atas pertanyaan tersebut banyak menjawab sangat setuju. Akan tetapi tidak ada aplikasi baru dari produk/barang yang dihasilkan perusahaan dan tingkat pengembalian investasi perusahaan, kecuali pengeluaran untuk pendapatan karyawan,

105

pemeliharaan dan perbaikan fasilitas (aktiva perusahaan), itu dilihat dari jawaban pertanyaan tersebut mayoritas responden menjawab tidak setuju. 2. Perspektif Pelanggan Pelanggan merupakan salah satu faktor yang penting dalam bisnis perusahaan. Sesuai dengan misi PT. Inhutani III (Persero) yaitu selalu berusaha memuaskan pelanggan, oleh sebab itu untuk dapat memuaskan pelanggan (dilihat dari hasil kuesioner responden), dengan indikator pertanyaan yaitu atribut produk/jasa, citra perusahaan, dan hubungan dengan pelanggan, perusahaan berusaha membuat produk kayu yang berkualitas, dan prosedur pendistribusian kayu yang cepat serta memberikan layanan yang terbaik bagi pelanggan. 3. Perspekti Proses Bisnis Internal Pengukuran kinerja pada perspektif proses bisnis internal yang menjadi tolak ukur adalah: Proses Inovasi

Dilihat dari hasil kuesioner responden, mayoritas jawaban pertanyaan sangat setuju dan setuju bahwa PT. Inhutani III (persero) selalu melakukan proses inovasi dengan cara mengidentifikasi pasar,

membangun keahlian dalam teknologi dan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Hal ini dilakukan perusahaan mungkin agar selalu dapat

106

memenuhi kepuasan pelanggan. Proses inovasi ini khususnya dilakukan perusahaan mungkin untuk mengutamakan efektifitas dan ke efisiensian dalam menciptakan niali tambah bagi pelanggan. Tetapi ada beberapa responden menjawab netral atas pertanyaan dengan indikator ini mungkin dikarena responden ini ragu-ragu atau tidak mengetahui proses inovasi yang dijalankan perusahaan. Proses Operasi

Proses operasi menunjukan kegiatan perusahaan dalam membuat produk sampai mendistribusikan produk ke pelanggan. Dilihat dari hasil kuesioner responden, mayoritas menjawab setuju bahwa perusahaan menjamin produk yang diproduksi, perusahaan mengukur fleksibelitas dan

karakteristik biaya/non biaya untuk produk, dan perusahaan mengukur waktu yang diperlukan untuk pengembangan produk. Layanan Purna Jual

Dilihat dari hasil kuesioner responden, mayoritas yang menjawab sangat setuju. Dimana perusahaan berusaha memberikan layanan inovatif, cepat dan tepat kepada pelanggan. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Tolak ukur perspekti pembelajaran dan pertumbuhan terdiri dari kepuasan karyawan, kemampuan sistem informasi, dan motivasi,

107

pemberdayaan serta pensejajaran. Penulis melakukan survei melalui kuesioner yang dibagikan kepada 40 karyawan PT. Inhutani III (Persero). Kepuasan karyawan

Kepuasan karyawan, dalam hal ini tolak ukurnya adalah tingkat kepuasan karyawan, tingkat perputaran karyawan, besarnya pendapatan, dan nilai tambah. Rata-rata dari hasi kuesioner karyawan menjawab puas dengan perusahaan, disebabkan kjarena perusahaan memperhatikan

kenyamanan untuk karyawan. kemampuan sistem informasi sistem informasi dilihat dari segi komunikasi yaitu

Kemampuan

komunikasi dan kerjasama yang terjalin antara karyawan dangan atasan, kesempatan memberikan pendapat, dan kesempatan mengambil

keputusan. Perusahaan Inhutani merupakan perusahaan BUMN yang segala keputusannya berada pada pemengang saham, baik menejer atau staff tidak bisa begitu saja mengambil keputusan. Namun karyawan merasa puas terhadap kemampuan sistem informasi yang diberikan perusahaan. motivasi, pemberdayaan serta pensejajaran Motivasi, pemberdayaan dan pensejajaran dinilai dari tolak ukur loyalitas dan kesetiaan, program pendidikan dan pembagian tugas. Dilihat dari hasil jawaban kuesioner, mayoritas responden menjawab tidak setuju.

108

Gambar 4.5.1 Peta Balanced Scorecard PT Inhutani III


VISI Menjadi perusahaan pengelola hutan dan hasil hutan yang terbaik di Indonesia TUJUAN Pertumbuhan Jasa Unggul Teknologi SDM Kepuasan Laba Unggul Profesional Pelangaan dan Berkomitnen Perspektif Keuangan
Arus kas operasional yang maksimum Penurunan Modal Kerja

Strategi Harvert

Pelanggan
Kepuasan terhadap atribut produk/jasa Citra Perusahaan Quality relationship dengan customer

Proses Bisnis Internal

Proses Inovasi Kendali mutu hutan

Proses operasi yang efektif Ketepatan waktu

Pembelajaran dan Perumbuhan


Kepuasan Karyawan Kemampuan system informasi Motivasi pembelajaran, pensejajaran

Sumber: diolah sendiri 4.5.2 Interprestasi Hasil Penelitian dari Hasil Uji 1. Adjsuted R Square, yang diperoleh adalah sebesar 0,597 atau 59,7%. Hal ini berarti bahwa, variabel X1, X2, X3, dan X4 hanya mampu menjelaskan 59,7% Kinerja Perusahaan (Y), sisanya (dihitung dengan rumus 1 - 0,597) yaitu sebesar 0,403 atau 40,3%, dijelaskan oleh

109

variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Data adjusted R Square dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

2. Hasil Uji Regresi Berganda secara Simultan (Uji F): Hasilnya ada pengaruh secara bersama sama dari seluruh variabel X (Perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajran dan pertumbuhan) terhadap Y (kinerja perusahaan). Hal ini dapat dilihat dari kolom sig. yang berada dibawah 0.05 atau tepatnya 0.000, hal ini berarti Ha diterima, sedangkan Ho ditolak. Dengan nilai F atau F hitung 15.417.

3. Hasil Uji Regresi Berganda secara Parsial (Uji t): Hasilnya pengaruh yang signipikan ada pada variabel X1 yaitu Perspektif Keuangan sebesar 0.005, hal ini berarti Ha diterima,

110

sedangkan Ho ditolak untuk X1 dan pada variabel X2 yaitu Perspektif Pelanggan sebesar 0.001, hal ini berarti Ha diterima, sedangkan Ho ditolak untuk X2. sedangkan variabel X3 (Perspektif Proses bisnis internal) dan X4 (Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan) tidak signifikan. Pada X4(perspektif pembelajaran dan pertumbuhan)

mempunyai nilai signifikan yang besar 0.344 dan mempunyai pengaruh negatif yaitu 0,117, mungkin karena rata-rata lama bekerja responden 7 sampai 10 tahun dimana selama mereka bekerja di perusahaan tidak ada program pendidikan dan pelatihan untuk karyawan ini dilihat dari indikator pertanyaan kuesioner, jadi tentang penerapan metode Balanced Scorecard pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada perusahaan belum sepenuhnya diterapkan.

4. Hubungan yang ada dalam pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel diatas yaitu: a. Perspektif Keuangan menghasilkan beta 0,351 (positif), hal ini berarti terdapat pengaruh yang positif dari perspektif keuangan

111

terhadap kinerja perusahaan. Peningkatan perspektif keuangan maka mempengaruhi peningkatkan kinerja perusahaan. b. Perspektif Pelanggan/konsumen menghasilkan beta 0,468 (positif), hal ini berarti terdapat pengaruh yang positif dari perspektif konsumen terhadap kinerja perusahaan. Peningkatan pelanggan maka mempengaruhi peningkatkan penurunan kinerja pelanggan. c. Perspektif proses bisnis internal menghasilkan beta 0,344 (positif), hal ini berarti terdapat pengaruh yang positif dari perspektif proses bisnis internal terhadap kinerja perusahaan. Peningkatan

Perspektif proses bisnis internal maka mempengaruhi peningktan terhadap kinerja perusahaan. d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menghasilkan beta -0,117(negatif), hal ini berarti terdapat pengaruh yang negatif dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Penurunan Perspektif terhadap kinerja dan

Pembelajaran

pertumbuhan maka mempengaruhi penurunan terhadap kinerja perusahaan. e. Persamaan Regresi yang dibentuk adalah Y= -8,261 + 0,494X1 + 0,502X2 + 0,304X3 - 0,137X4 + 4.6 Matrik Hasil Penelitian dan Implikasi Ekonomi Tabel 4.6

112

Matriks Penelitian Sebelumnya


No 1 Nama Peneliti dan Tahun Elkington (2001) Hasil Penelitian Kinerja bisnis memerlukan monitoring ukuran keuangan dan lingkungan sosial Heny Wahyuni 2008 Konsisten Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap kinerja perusahaan, dengan nilai sig.0.000 Konsisten Terdapat pengaruh (positif) yang signifikan perspektif keuangan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai sig. 0.005. artinya peningkatan perspektif keuangan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan Konsisten Perspektif pelanggan memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan. Dengan nilai 0.253 Tidak Konsisten Terdapat pengaruh (negatif) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap kinerja perusahaan, dengan nilai beta -0.117

Mulyadi (2001)

Balanced Scorecard merupakan alat untuk melipatgandakan kinerja keuangan.

Ratna (2002)

Safriliana

Kinerja tidak dapat diukur dengan keuangan saja tetapi juga dengan non keuangan Menunjukan perbedaan antara pengukuran kinerja tradisional dengan pengukuran kinerja Balanced Scorecard

Herlina (2003)

113

Jakarta, 20 April 2009 Kepada Yth: Bapak/Ibu Responden Hal : Permohonan untukmenjadi responden Bapak/Ibu yang terhormat, Saya, pengirim kuisioner ini : Nama Status Alamat : Hairu Ningsih : Mahasiswa fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UTIRA-IBEK Jakarta Barat : Jl. Semanan Raya No. 38, Kalideres. Jakarta Barat

114

No. Telp

: 0812 1980 5088

Dalam rangka melakukan penelitian ilmiah ini untuk skripsi (S1) UTIRA-IBEK Jakarta, saya membutuhkan informasi untuk mendukung penelitian yang sedang saya lakukan ini. Adapun penelitian ini menganalisa tentang Hubungan antara Manajemen Laba, Good Corporate Governance,dan Struktur Pengendalian Intern terhadap Perencanaan Audit. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Narumi Lapoliwa. MBA. MM. Ak, dan Ibu Riris R. S. SE. Ak. Sehubungan dengan hal diatas, saya mohon partisipasi bapak/ibu untuk memberikan informasi melalui kuisioner ini. Mengingat kesibukan dan pentingnya waktu bapak / ibu, saya berusaha membuat kuisioner ini seefisien mungkin. Semua informasi yang terkumpul melalui kuisioner ini hanya digunakan untuk kepentingan akedemis saja dan saya akan jaga kerahasiaannya. Partisipasi bapak/ibu merupakan kunci keberhasilan penelitian ilmiah ini. Atas kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini, saya ucapkan terima kasih. Hormat saya,

Hairu Ningsih Penelitian DATA RESPONDEN No :

Berilah tanda silang ( X ) pada alternative yang Bapak/Ibu pilih 1. Jenis Kelamin 2. Usia responden 3. Lama bekerja : : : Laki-laki < 26 th 26 35 th < 2 th 2 4 th Perempuan 36 45 th 45 th 5 6 th 7 10 th

115

4. Pendidikan

S3 S2 S1 D3

Responden Yth, Dimohon untuk membaca pertanyaan pertanyaan secara hati- hati dan menjawab dengan lengkap. Apabila terdapat salah satu nomor yang tidak disi maka kuisioner dianggap tidak berlaku. Tidak ada jawaban yang benar/ Salah dalam pilihan anda. Contoh Jawaban: Fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan perusahaan ? Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

116

117

Variabel (Y) Perencanaan Audit 8. Perencanaan audit di KAP ini, seorang Auditor lebih dahulu mengevaluasi apa alasan klien untuk diaudit. Sangat setuju Setuju Netral 9. Untuk meningkatkan efisiensi audit dan memenuhi Standar Auditing yang telah ditetapkan, staf-staf yang ditugaskan harus yang familiar dengan bidang usaha klien. Sangat setuju Setuju Netral 10. Agar tidak terjadi salah pengertian Auditor harus membuat Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

kesepakatan tertulis antara KAP dengan klien secara jelas, tegas dan termuat dalam perencanaan audit. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

11. Staf-staf yang ditugaskan lebih baik yang akrab dengan bidang usaha klien, oleh karena itu, pertama kali harus memahami bidang usaha klien. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

118

12. Akte Pendirian, dan anggaran perusahaan klien, notulen rapat, dan kontrak-kontrak perusahaan diperhitungkan oleh auditor dalam

membuat perencanaan audit. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

13. Keseluruhan kegiatan pemeriksaan tidak harus tergambar dalam prosedur analitis pendahuluan. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

14. Dalam menentukan materialitas dan risiko audit, auditor tidak perlu mengevaluasi laporan keuangan secara keseluruhan. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

15. Penetapan materialitas dan risiko audit perlu untuk merencanakan luas pengujian, mengevaluasi hasil dan melaksanakan pengujian audit. Sangat setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

119

Netral

16. Penyusunan rencana dan program audit yang baik harus dilaksanakan oleh auditor, agar auditor dapat memahami petunjuk mengenai langkah-langkah apa yang harus dilakukan. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Variabel (X1) Manajemen Laba 17. Auditor dalam mengevaluasi laporan keuangan harus memeriksa laporan keuangan periode sebelumnya, apalagi jika sangat ekstrim terhadap periode lalu. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

18. Pada laporan keuangan klien, auditor harus dapat melihat dan menganalisis apakah ada kecendrungan melakukan manajemen laba. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

120

19. Menurut anda, apakah auditor harus dapat mengetahui apa saja tindakan manajemen laba tersebut. Apabila diketahui mengapa laporan laba lebih tinggi dari periode sebelumnya. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

20. Sebagai Auditor tidak perlu memahami mengapa laporan laba mengalami fluktuasi yang sama hampir setiap bulannya. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

21. Auditor harus mengetahui apa saja motivasi yang dilakukan manajer sebagai orang yang mempunyai andil besar dalam laporan keuangan. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

22. Political motivasion menyebabkan perusahaan melakukan manajeman laba, sebagai auditor harus dapat memberikan kelonggaran karena adanya peraturan pemerintah yang ketat Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

121

23. Penghematan

pajak

menjadi

motivasi

perusahaan

melakukan

manajemen laba, sebagai auditor harus lebih detail lagi melihat buktibukti pendapatan perusahaan. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

24. Auditor harus dapat mengetahui mengapa bonus yang diterima CEO meningkat, bersamaan dengan pergantian CEO. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

25. Untuk menaikan harga saham, perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajeman laba, tetapi dalam hal itu auditor tidak perlu melihat peningkatan laba tersebut. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Variabel (X1) Good corporate governance

26. Anda sebagai auditor, ketika memberi pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan, hendaklah bersikap independent, adil terhadap keputusan klien, pemakai, dan akuntan public.

122

Sangat setuju Setuju Netral 27. Auditor selama

Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

melaksanakan

pemeriksaan

harus

adil

dalam

pembagian tugas sesame rekan kerja seprofesi. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

28. Good corporate governance harus selalu transparansi terhadap informasi dalam laporan keuangan yang diaudit. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

29. Antara rekan kerja seprofesi haruslah transparans dalam hal pembagian fee antara partner, senior, junior auditor. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

30. Anda sebagai auditor dalam bertugas mempertahankan integritas, objektivitas, dan independensi Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

123

31. Sebagai Auditor, anda tidak menjelaskan peran dan tanggung jawab dalam melaksanakan pemeriksaan. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

32. Selama menjalankan profesi auditor, bertanggung jawab bahwa PABU & SAK menjadi pedoman yang selalu dipetahui auditor. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Variabel (X1) Struktur Pengendalian Intern

33. Untuk mencegah sebelum masalah timbul sebaiknya auditor dapat membuat pengendalian preventif, yang mempunyai tujuan sebagai pra tindak agar sesuai dengan yang direncanakan. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

124

34. Jika ada kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas auditor tidak perlu membuat pengendalian detektif yang tujuannya untuk mengidentifikasi masalah Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

35. Informasi yang diperlukan oleh personil-personil dalam penyelidikan dan perbaikan kesalahan, auditor harus mengetahui tujuan dari pengendalian korektif. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

36. Sebagai auditor dalam mengevaluasi struktur pengendalian intern harus mengetahui lingkungan pengendalian, yang merupakan

landasan komponen pengendalian lainnya. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

37. Apakah perhitungan risiko perlu diidentifikasi untuk mengetahui laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

125

38. Untuk menyakinkan apakah kebijakan-kebijakan dan prosedur telah dijalankan sebagai auditor tidak perlu mengetahui aktivitas

pengendalian perusahaan tersebut. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

39. Pemantauan adalah suatu proses penilaian kualitas kerja dalam struktur pengendalian inten apakah auditor perlu untuk mengadakan pemantauan tersebut. Sangat setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

126

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM Program Studi : Heny Wahyuni : 141.030.184 : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Strata 1 (S-1) di UTIRAIBEK maka saya telah menulis skripsi berjudul : Analisa Kinerja PT. Inhutani III (Persero) dengan Balanced Scorecard Penyusunan dan penulisan skripsi ini merupakan buah karya saya sendiri yang diperoleh sebagai hasil studi pada program S1 Akuntansi di UTIRA IBEK Jakarta. Oleh karenanya saya menyatakan bertanggung jawab penuh atas skripsi tersebut. Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, agar semua pihak maklum. Jakarta,

Jakarta,

1 Juli 2008

Yang membuat pernyataan

127

(Heny Wahyuni)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Tempat/Tgl Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat

: Heny Wahyuni : Sampit, 12 Austus 1985 : Perempuan : Islam : Jl. Gelong Baru Utara IIC NO 3, RT 01 RW 07, Tomang Jakarta Barat

Telepon

: 081314333385

Pendidikan Formal: Tahun 1992 - 1997 Tahun 1997 - 2000 : SDN 2 KAL-TENG. : SLTP N 1 KALTENG.

128

Tahun 2000 - 2003 Tahun 2004-sekarang

: SLTA N 1 KALTENG. :Fakultas Ekonomi UTIRA-IBEK

Jakarta, 20 Juni 2008 Saya yang bersangkutan,

Heny Wahyuni

129

Heny WahyuniDengan indikator pertanyaan sebagai berikut:

130

Kuesioner 1) Akuntan publik dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, harus bersikap independen dan menegakkan keadilan terhadap kepentinga klien, pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri. 2) Akuntan publik yang berprofesi sebagai auditor, selama melaksanakan pemeriksaan hendaknya bersikap adil dalam hal pembagian tugas antar sesama rekan kerja seprofesi. 3) Akuntan publik hendaknya berusaha untuk selalu transparansi terhadap informasi laporan keuangan klien yang diaudit. 4) Akuntan publik hendaknya transparansi dalam hal pembagian fee antara partner, senior auditor dan auditor yunior. 5) Akuntan publik senantiasa menjelaskan peran dan tanggungjawannya dalam pelaksanaan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi pekerjaan, juga pelaporan. 6) Akuntan publik dalam menjalankan tugasnya harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi. 7) Akuntan publik selama menjalankan profesinya memastikan dipatuhinya prinsip akuntansi yang berlaku umum dan berpedoman pada Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). 8) Akuntan publik dalam menjalankan profesinya sebagai auditor, harus mentaati aturan etika profesi.

131

You might also like