You are on page 1of 6

Alfred North Whitehead: Suatu Sintesis Antara Cosmologi Plato Dengan Cosmologi Modern

Alfred North Whitehead: Suatu Sintesis Antara Cosmologi Plato Dengan Cosmologi Modern
Apabila kita mengalami segalanya tentang matahari, segalanya tentang atmosfer dan segala tentang rotasi bumi, kita masih luput untuk melihat kecemerlangan sinar matahari terbenam Alfred North Whitehead

Arkeologi Pemikiran Dari Aristoteles, Whitehead mengambil konsep Hylermorphisme tidak sebagaimana yang dipahami Plato bahwa forma memiliki realitas yang terlepas dari pengejawantahannya (istilah Whitehead, Ingression) dalam sesuatu yang aktual. Dan menolak konsep substansi Aristoteles, sebagai betes noires (kambing hitam kritik). Dari Descartes, melawan monisme Spinoza, Whitehead mengambil pluralitas kenyataan, namun menolak substansi Descartes yang mengesampingkan pentingnya relasi dengan yang lain. Dari Leibniz, Whitehead menolak bahwa monade tak berjendela. Bagi Leibniz hubungan antar monade berdasarkan preestablished harmony (hubungan keselarasan yang telah ditetapkan oleh Tuhan sejak awalnya), lalu ditolak Whitehead dan diklaim argumen Leibniz tersebut adalah pelarian atas ketidakmampuan manusia pada ketiak Tuhan sebagai penutupnya, tidak rasional, dan bersifat deus ex machine. Dari Locke, melawan sensasionalisme David Hume, Whitehead menerima gagasan tentang perception of particulars. Dan yang menarik bagi Whitehead dari Locke adalah gagasan tentang akal budi merupakan suatu kesatuan yang muncul dari proses menyerap dan mengolah secara aktif ide-ide menjadi suatu hal yang kongkret. Whitehead menolak dari segi dualisme Cartesian antara tubuh dan jiwa. Menurut Whitehead, Locke dan pemikir sezamannya telah secara tidak kritis menerima asumsi bahwa kesederhanaan logis (logical simplicity) dapat disamakan dengan begitu saja dengan prioritas dalam proses pengalaman. Namun walaupun demikian, Locke dipandang oleh Whitehead sebagai penulis pendahulu yang paling dekat gagasan-gagasannya dengan pendapat-pendapat pokok filsafat Organisme (the writer who most fully anticipated the main positions of the philosophy of Organism). Dari Kant, Whitehead menerima bahwa tindakan mengalami kenyatan itu merupakan suatu proses penyusunan (a process of construction) yang melibatkan objek sebagai data bagi subjek yang aktif. Namun ia menolak pandangan Kant bahwa tindakan mengalami selalu mengarah ke pengetahuan dan perlu dimengerti sebagai bentuk primitif dari pengetahuan. Menurutnya, pengalaman lebih kaya diri pada pengetahuan dan tidak

semua pengalaman merupakan suatu bentuk pengetahuan. Dan lebih jauh Kant, menurut Whitehead, subjek melahirkan dunia (the world emerges from the subject), sedang dalam filsafat proses dunia yang melahirkan subjek (the subject emerges from the world), dan Kant telah sebegitu mudahnya menerima sensasionalisme David Hume dengan menyatakan bahwa objek atau isi pengetahuan hanya diperoleh melalui pencerapan inderawi. Seperti Hegel, Whitehead menekankan nilai positif atau kegunaan tradisi filsafat dan berpendapat bahwa cara berfilsafat yang baik adalah secara kreatif mengolah kembali gagasan dan alur pemikiran pemikir sebelumnya dengan mengambil data dari pengalaman primer sebagai titik tolak refleksi. Pengaruh dari Filsafat Hegel kemungkinan besar datang dari Idealisme Inggris Ellis McTaggart (berteman lama dengan Whitehead) dan Francis H. Bradley (Whitehead mengakui ada kemiripan dalam konsep feeling), kemudian dengan Lord Haldane di mana Whitehead mengatakan bahwa filsafat Haldane sebagai semacam transformasi beberapa gagasan Idealisme Absolut ke alam Realisme sebagai basis. Dengan John Dewey, Whitehead menekankan bahwa filsafat mesti bersumber dan bermuara pada pengalaman manusia, bukan saja yang bersifat kognitif saja, melainkan juga yang bersifat affektif dan veluatif. Whitehead menolak Dewey, selain pada naturalime yang tertutup pada realitas Ilahi, pada pendapatnya bahwa satu-satunya analisis kenyataan yang bisa dilakukan adalah analisis genetik, bagi Whitehead dapat dan perlu dilakukan juga dengan analisis struktural (istilah Whitehead, morphological anlysis) untuk mengungkap hal-hal yang bersifat normatif dan tetap. Sedangkan konsep keabadian dan waktu Whitehead dipengaruhi oleh Samuel Alexander, tentang event dari Lloyd Morgan. Dan terpengaruh juga oleh Henry Bergson. Dari Williams James, Whitehead menerima gagasan tentang radical empiricism dan menolak rasonalisme Descartes maupun empirisme ala David Hume. Bagi James, radical empiricism adalah suatu sikap dan pandangan bahwa dalam kontak langsung dengan kenyataan, kenyataan yang dialami manusia bukanlah sebagai sesuatu yang sudah terperinci dan terpilah-pilah, melainkan sebagai suatu gumpalan pengalaman dalam keutuhan yang kompleks, kaya, dan tidak teratur. Filsafat Proses: Sebuah Pancalogi Filsafat proses memiliki terpusat pada sekitar kategori eksistensi dasariah yang Whitehead sebut dengan Satuan Actual (actual entities atau actual occasions). Bagi whitehead, tidak ada suatupun yang lebih nyata dan dasariah daripada satuan actual. Sehingga prinsip ontologism yang dibangun Whitehead adalah segala sesuatu yang ada, atau dia sendiri merupakan suatu satuan actual atau, kalau tidak, merupakan suatu derivasi (sesuatu yang diturunkan) dari suatu satuan actual. Satuan actual adalah suatu peristiwa pangalaman, suatu proses yang aktif dan bergiat mewujudkan dirinya secara baru berbekalkan masa lalu yang secara objektif diwarisinya. Tuhan, manusia, dan lainnya walau ada gradasi kepentingan lain dan keneranekaan fungsi, namun semua satuan actual tersebut memiliki suatu

prinsip-prinsip universal yang disebut dengan proses. Prinsip ini menyatakan bahwa hakikat setiap pengada (being) ditentukan oleh bagaimana ia menciptakan diri dalam proses menjadi dirinya. Whitehead membedakan dua aspek yang berbeda, yakni yang bersifat Mikroskopis dan Makroskopis. Proses mikroskopis (atau kongkresi, proses pertumbuhan bersama menjadi satu kesatuan baru dari banyak unsur (data) masa lalu yang diwarisi) yang ia sebut dengan proses subjektifikasi, adalah proses menjadi satu satuan actual, suatu unit individual dengan aktualitas tertentu, dari banyak data-data objektif warisan masa lalu yang mengkondisi proses tersebut. Sedangkan proses yang bersifat makroskopis yang dia sebut dengan proses objektifikasi adalah proses perubahan (transition) dari satuan aktual yang sudah mencapai kepenuhan adanya (satisfaction) ke proses menjadi datum bagi munculnya satuan actual yang baru. Proses yang bersifat makroskopis ini memiliki prinsip relativitas yang menyatakan bahwa setiap pengada (being) adalah suatu sumber daya (a potential) untuk suatu proses menjadi (becoming) satu satuan actual yang baru. Walaupun proses menjadi dirinya sudai selesai, misalnya mati, secara objektif memperoleh objective immortality dengan menjadi sumber daya yang mempengaruhi proses kehidupan yang baru. Bagi whitehead, pengada (being) dan proses menjadi (becoming) merupakan dua sisi dari kenyataan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Namun, berbeda dengan filsafat substansi (filsafat yang memandang substansi sebagai ketegori dasar dalam menjelaskan realitas) yang menekankan pengada (being) sebagai realitas primer dan menjadi (becoming) sebagai realitas sekunder. Filsafat proses sebaliknya menekankan proses menjadi sebagai realitas primer, sedangkan pengada, yang merupakan hasil proses dan sekaligus sumber daya penyebab munculnya proses selanjutnya, merupakan realitas sekunder. Demikian pula berbeda dengan filsafat substansi yang menganggap kategori relasi sebagai sesuatu yang aksidental, filsafat proses menganggapnya sebagai sesuatu yang hakiki. Apa dan siapa sesuatu itu amat ditentukan oleh bagaimana ia secara aktif menjalin relasi dengan seluruh kenyataan yang ikut mempengaruhi dan membentuk dirinya. Disebabkan kategori proses atau menjadi merupakan suatu realitas primer, maka mutlak diperlukan prinsip dasariah yang memungkinkan terjadinya gerak proses tersebut, yakni prinsip Creativity. Adalah prinsip yang mendasari terjadinya proses konkresi yang melahirkan satu satuan actual baru dari banyak satuan actual lain yang sudah komplit atau sudah mencapai kepenuhan (satisfaction) mereka. Dengan kata lain, kreatifitas adalah prinsip kebaruan (novelty), suatu daya dinamis dalam alam semesta yang memungkinkan terjadinya proses perubahan terus menerus dan yang menjelaskan mengapa setiap satuan actual selalu terlibat dalam kedua jenis proses seperti di atas. Kreativitas dalam system pemikiran Whitehead tidak bisa dikenali dan dimengerti lepas dari perwujudannya dalam proses menjadinya suatu satuan actual. Kreativitas merupakan prinsip penciptaan atau suatu daya cipta yang dikenali dan secara logis dituntut keberadaannya dari suatu analisis satuan actual sebagai wujud ciptaannya. Perwujudan asali (primordial actualisation) kreativitas yang bersifat nontemporal dari prinsip kreativitas ini adalah Tuhan, sekaligus merupakan prinsip dasar konkresi atau proses munculnya satau satuan actual dari banyak satuan actual lain yang menjadi data warisan masa lalu. Tuhan bagi Whitehead merupakan perwujudan

perdana dari kreativitas. Kreativitas sendiri, lepas dari Tuhan, yang merupakan prinsip harmoni (keselarasan) dan keteraturan dalam alam semesta, hanyalah suatu daya dinamis tanpa arah tertentu. Demikianlah Tuhan yang merupakan perwujudan perdana kreativitas itu sekaligus juga menjadi pembatas dan pemberi arah baginya, aktivitas Tuhan dalam sistem pemikiran Whitehead tidak bisa dipisahkan dari kategori eksistensi yang lain yang disebut dengan objek-objek abadi (eternal objects). Bagi whitehead Tuhan terdiri dari dua aspek, yakni awali dan akhiri (the primordial nature of God dan the consequent nature of god). Yang pertama adalah Tuhan yang pada awal mula memikirkan segala kemungkinan yang bisa diwujudkan dalam seluruh alam semesta. Yang kedua adalah Tuhan penyelamat dan penebus, Tuhan yang menampung segala macam hasil proses perwujudan berbagai satuan actual, masingmasing dengan kekhasan mereka. Hasil primordial atau awali Tuhan erat berkaitan dengan unsur pembentuk lainya dalam filsafat proses Whitehead yang disebut Objek-Objek Abadi (eternal objects), yaitu kemungkinan-kemungkinan murni (pure potentials) yang akan menjadi prinsip pembentuk atau pemberi wujud bagi satuan actual. Tanpa objek-objek abadi, tidak mungkin ada satuan aktual, karena tidak ada suatu halpun yang mewujud. Prinsip perwujudan tertentu itu merupakan objek, Karena sifatnya pasif; ia menjadi bahan yang perlu diambil dan dimanfaatkan oleh subjek-subjek dalam proses membentuk dirinya. Objek-objek tersebut bersifat abadi karena keberadaannya tidak terbatas pada perwujudannya dalam satuan-satuan actual yang bersifat spasio-temporal. Objek-objek badi terbuka untuk berbagai macam perwujudan kongkret dalam berbagai macam satuan actual. Tuhan dalam aspeknya yang primordial memberi wujud konseptual pada semua objek abadi dengan memikirkan segala macam bentuk kemungkinan yang bisa terwujud untuk setiap satuan aktual. Oleh Karena itu Tuhan dalam aspeknya yang primordial menjadi sumber segala cita-cita tau tujuan akhir semua proses konkresi untuk perwujudan diri suatu satuan actual. Demikian Tuhan menjadi prinsip dasar konkresi. Kendati setiap satuan actual itu memiliki kebebasan dalam mencipta diri, namun kebebasan dalam penciptaan diri itu tidak bersifat sewenang-wenang karena dibatasi oleh kondisi masa lalunya dan kerangka cita-cita atau tujuan sebagaimana kemungkinannya tela dipikirkan Tuhan dalam keabadiannya. Aktifitas perekat keterkaitan antara keempat unsure tersebut adalah aktifitas satuan actual yang disebut Prehensi (prehension). Proses konkresi dan transisi tidak lain adalah suatu relasi prehensi antar satuan actual. Whitehead membedakan dua macam prehensi, yaitu prehensi positif (feeling) dan prehensi negative. Yang pertama merupakan proses inklusi atau pemasukan unsur-unsur dari lingkngan ke dalam proses pembentukan diri oleh satuan actual yang sedang dalam proses menjadi, sedangkan yang kedua merupakan proses ekslusi atau penyingkiran unsur-unsur dari lingkungan dalam proses yang sama. Inklusi dan ekslusi terjadi berdasarkan kerangka relevansi unsur-unsur dari lingkungan (yang sekaligus merupakan data warisan masa lampau) bagi pembentukan diri satuan actual yang bersangkutan. Segalanya yang relevan bagi proses pembentukan diri diambil (diinklusikan), dan yang tidak releva untuk pembentukan tersebut, akan ditolak (diekslusikan).

Dalam setiap prehensi terlibat lima faktor, yakni, subjek yang merasakan (the subject which feels), data awal yang dirasakan (initial data which are being felt), eliminasi unsur-unsur yang dieksklusikan dalam prehensi negative (elimination trough negative prehension), data objektif yang dirasakan (objective datum being felt), dan forma subjek (subject form), yakni cara bagaimana subjek merasakan data objektif. Subjek yang merasakan itu bukannya sesuatu yang sudah lebih dulu sebelum ada kegiatan merasakan, melainkan sesuatu yang dituju dan lahir dari proses perpaduan berbagai perasaan (feeling). Data awal adalah keseluruhan yang diprehensi atau dirasakan. Whitehead membedakan antara data awal dan data objektif. Data awal adalah seluruh satuan actual masa lampau yang dalam perspektif subjek akan lahir atau mewujud itu menjadi bahan untuk diambil unsure-unsurnya. Data objektif adalah data actual sejauh itu secara actual diambil oleh subjek yang bersangkutan, melibatkan suatu eksklusi atau eliminasi beberapa unsure data awal yang dirasa tidak relevan. Forma subjektif mengungkapkan cara bagaimana data objektif dirasakan oleh subjek. Subjek forma mengkarakteristikkan atau menyifatkan rasa (feeling). Subjektif form sepenuhnya tertanam dalam feeling, artinya terus menerus menyertai dan meresapi serta tidak pernah lepas dari proses yang sedang berjalan; sedangkan data dan hasil proses (subject-superject) mengandung unsur transenden artinya tidak hanya terbatas pada proses yang bersangkutan.

Daftar Bacaan

Sudarminta, J (1998) Filsafat Proses; Pengantar Sistematis Filsafat Alfred North Whitehead, Kanisius, Yogyakarta. Hadi, Hardono (2000) Jatidiri Manusia; Berdasar Filsafat Organisme Whitehead, Kanisius, Yogyakarta.

You might also like