You are on page 1of 18

Makalah Kimia Industri

Disusun oleh : NAMA NIM JURUSAN PRODI : TIASINA HARAHAP : 408231048 : KIMIA : KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu hanya kepada Allah, yang tiada hentinya memberikan semua nikmat dalam kehidupan. Serta shalawat beriring salam kepada sang kuduah hasanah, Nabiallah Muhammad saw, keluarga beserta sahabatnya. Makalah Kimia Industri yang berjudul Green Industry ini disusun untuk memenuhi tugas final mata kuliah kimia industri oleh dosen mengampu mata kuliah Drs. Eddyanto. Ph.D. Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu sumber yang dapat menambah pengetahuan tentang Green Industry atau Industri hijau. Saya sebagai penyusun menyadari bahwa penjelasan Green Industry yang telah dijabarkan masih kurang dari kata cukup karena melihat Green Industry merupakan program yang dapat dikatakan baru sehingga referensi-referensi yang membahas tentang hal ini juga sangat terbatas. Oleh karena itu, diharapkan bagi para pembaca untuk mencari referensi-referensi yang lebih banyak lagi tentang Green Industry. Demikian sedikit pengantar dari saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan terima kasih atas segala perhatian.

Medan, Juni 2012 Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Industri BAB II. ISI 2.1. Green Industry 2.1.1. Defenisi Green Industry 2.1.2. Prinsip- prinsip Penerapan Green Industry 2.1.3. Pencapaian Green Industry 2.2. Tantangan Dan Strategi Pengembangan Green Industry (Industri Hijau) 2.2.1. Upaya Kementrian Perindustrian Dalam Mengembangkan Industri Hijau (Green Industry) BAB III. PENUTUP 3.1. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA 16 17 14 13 1 2 3 4 4 8 8 11 12 12

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Tuntutan Global Dilakukannya Green Industry Gambar 2.2. Komitmen Pemerintah Dalam Penurunan Gas Rumah Kaca Gambar 2.3. Kebijakan Kementrian Perindustrian Gambar 2.4. Skema Prinsip-Prinsip Green Industryi 10 11 12 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Industri Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah berjalan sekitar 50 (lima puluh) tahun selain telah memberi dampak positif bagi negara, juga memberikan dampak negatif terhadap permasalahan lingkungan terutama pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri serta pemanfaatan sumber daya alam yang tidak efisien. Dengan semakin terbatasnya sumber daya alam, krisis energi dan menurunnya daya dukung lingkungan, maka tuntutan untuk mengembangkan industri yang ramah lingkungan atau yang dikenal dengan istilah industri hijau (green industry )telah menjadi isu penting. Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dunia usaha juga berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangan faktor lingkungan hidup. Dunia usaha atau industri tidak lagi hanya memperhatikan berapa keuntungan yang didapat, melainkan harus juga memperhatikan aspek lingkungan. Dicky Hindarto dari Dewan Nasional Perubahan Iklim menjelaskan dalam Workshop Strategi Menuju Green Industry mengatakan, perusahaan di Indonesia dapat membiayai green industri dengan 3 cara, yaitu lewat pasar karbon (market), non-market (Fund) dan peningkatan efisiensi. Jadi sebenarnya Green Industry adalah usaha sebuah perusahaan bagaimana mengurangi jejak karbon dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Dan Green industry ini menjadi sebuah peluang besar untuk meningkatkan ekonomi. Penerapan green industry tambah Hindarto dapat dilakukan dengan mempertemukan tiga dasar bidang yaitu sosial, lingkungan dan ekonomi. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, gerakan industri hijau (green industry) bukan hal mustahil untuk dilakukan. Gerakan green industry, kata Hidayat, merupakan industri yang berwawasan lingkungan, menselaraskan pembangunan dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta mengutamakan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan (http://economy.okezone.com/read/2011/06/27/320/473050/menperin-green-industrytidak-mustahil-dilakukan)

Sektor industry di Indonesia telah tumbuh dengan kondusif dan mampu bertahan mengahadapi krisis global di tahun 2009. Bahkan secara makro dunia industri masih mempertahankan surplus perdagangannya. Peningkatan kapasitas industry tentu dibarengi dengan peningkatan konsumsi sumber daya alam. Sudah sepantasnya lingkungan hidup mendapatkan perlakuan yang baik, setimpal dengan jasanya menyediakan sumber daya alam yang berlimpah. Air, udara, tanah dan segala kompleksitas kandungannya telah banyak dieksploitasi untuk menopang kehidupan manusia. Diperlukan langkah bijak untuk menjaga keseimbangan sumber daya alam dengan melakukan manajemen lingkungan yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan. Manajemen Lingkugan seyogyanya diterapakan tidak berat sebelah dengan manajemen perusahaan. Orinetasinya sama-sama profit. Hanya saja dalam manajemen lingkugnan profitnya berupa saving resources yang akan berperan dalam menjaga keberlanjutan usaha. Untuk mendorong perusahaan menerapkan manajemen lingkungan dengan baik, pemerintah melalaui Kementerian Perindustrian telah membangun sebuah program yang dibernama Penghargaan Industri Hijau. Industri Hijau mengusung konsep terintegrasinya perencanaan dan implementasi pengelolaan lingkungan dalam manajemen industri. Dinamakan industry hijau berarti industry yang berwawasan lingkungan. Pengelolaan Lingkungan telah diberikan tempat bersamaan dengan proses perancangan hingga operasional suatu industri. Indistri hijau memiliki pola pengelolaan sebagai berikut: Membuat dokumen lingkungan pada tahap perencanaan proyek

Melakukan pengelolaan aspek lingkungan baik di input-proses-output untuk masingmasing unit/sub kegiatan.

Berupaya melakukan efisiensi penggunaan sumber daya alam melalui langkahReduce, Reuse, Recycle, Recovery

Bertanggungjawab terhadap aspek lingkugan yang akan dilepaskan ke alam dengan tidk melampaui beban maksimum lingkungan

Bertanggung jawab terhadap potensi kondisi darurat dengan menerapkan upaya pengendalian dan pemulihan lingkungan

Penerapan manajemen lingkungan dan konsep industri hijau memerlukan pemahaman yang komperhensif. Selain itu diperlukan juga strategi pengelolaan lingkungan yang relevan dengan regulasi maupun program lingkungan yang diterapkan pemerintah. Pelatihan ini juga memberikan pemahaman tentang criteria industri hijau yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No 05 Tahun 2011. (http://www.benefita.com/view.php?item=pelatihan&id=EP-06) 5

Ada yang beranggapan pemanasan global hanya bualan saja. Anggapan seperti ini mungkin saja muncul lantaran tidak ada informasi memadai mengenai besarnya dampak pemanasan global itu. Atau, karena memang belum ada dampak negatif yang dirasakan sehingga menganggapnya sebagai isapan jempol. Menurut Forum Kemanusiaan Global (GHF) kematian yang disebabkan oleh pemanasan global di seluruh dunia tidak kurang dari 315 ribu orang. Jumlah sebesar itu berasal dari kelaparan, berbagai penyakit, dan aneka bencana alam. Bahkan, pada tahun 2030 jumlah kematian langsung dari pemanasan global bisa mencapai 500.000 orang. Maka, tidak heran jika kemudian kesadaran akan pentingnya kehidupan yang lebih ramah lingkungan menggema di mana-mana. Tuntutan bukan saja terhadap individu, tetapi pada perusahaan yang telah begitu banyak memberikan andil besar terhadap perusakan lingkungan. Harus diakui kegiatan industri memiliki potensi tinggi terjadinya kerusakan lingkungan melalui pencemaran-pencemaran yang ditimbulkannya. Apalagi, jika perusahaan tidak menerapkan baku mutu limbah yang aman untuk sampai pada pembuangan akhir. Jelas, kondisi ini selain dapat merusak lingkungan, dapat membahayakan masyarakat sekitar industri, belum lagi bila ditinjau dari segi kerugian moral. Racun kimia yang diproduksi pabrik-pabrik terus mengaliri sungai, kali dan meresap ke tanah-tanah. Jenis bahan kimia yang telah dipergunakan setidaknya telah mencapai 60.000 jenis, dari lima juta jenis kimia yang telah dikenal. Jumlah itu belum termasuk ribuan bahan kimia lain yang diperdagangkan. Maka, tuntutan perusahaan dan industri menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan menjadi tidak belebihan. Memang banyak anggapan yang mengatakan bahwa industri yang berbasis ramah lingkungan biaya operasinya menjadi sangat mahal. Mungkin saja demikian, jika sudut pandang yang dipakai pengolahan limbah hanya sebatas biaya. Namun, jauh di luar itu, jika industri memandangnya dari sisi lain tentu akan berbeda. Industri ramah lingkungan bukan saja ikut melestarikan kekayaan alam yang jelas-jelas juga diperlukan perusahaan tetapi juga menjadi investasi untuk kegiatan industri itu sendiri. Mengapa? Saat ini penghargaan masyarakat terhadap industri yang ramah lingkungan semakin tinggi. Dampak positifnya tentu saja produk-produk yang dihasilkan akan makin diminati. Investasi bukan semata soal keuntungan. Dengan pengolahan limbah yang baik, secara moril perusahaan telah ikut bertanggung-jawab terhadap lingkungan yang dieksploitasinya. Kenyamanan kerja bisa muncul jika kondisi perusahaan juga ramah terhadap lingkungan. Yang lebih penting lagi, limbah yang dihasilkan seringkali menjadi pemicu konflik utama antara masyarakat dengan perusahaan atau industri. Tidak sedikit 6

konflik ini berujung bentrok atau diajukan ke muka hukum. Biaya untuk mengurusi hal-hal seperti ini tentu sangat besar. Kondisi kerja yang tidak kondusif seperti ini pada akhirnya menurunkan produktifitas. Sebaliknya, penerapan prinsip-prinsip industri ramah lingkungan bisa jadi justru mendapatkan dukungan masyarakat. Harus diakui menuntun perusahaan untuk beramah lingkungan memang tidak mudah. Setidaknya diperlukan instrument pendukung, yang bersifat pembinaan, pengawasan dan pemantauan. Instrument bias berupa administratif, sosial dan teknis. Instrumen administratif meliputi hukum dan kebijakan, peraturan dan ketentutanketentuan,guideline, dan penegakan hukum. Pemberian insentif bagi industri yang menerapkan prinsip ramah lingkungan dapat dimasukkan dalam kategori ini. Sedangkan, intrumen sosial adalah partisipatif masyarakat dalam meningkatkan kapasitasnya. Intrumen yang tidak kalah pentingnya adalah teknis dimana mencakup AMDAL, penilaian risiko, penentuan kriteria dan standar. Seperangkat infrastuktur tersebut sejatinya sudah ada dan beberapa lagi terus diperbaiki. Peran pemerintah tidak dipungkiri begitu penting. Dalam upaya mendorong kebutuhan sikap beberapa pengusaha yang sulit tergerak memang harus ada semacam intensif yang diberikan. Beberapa kemudahanterutama yang terkait dengan biaya tidak-bisa-tidak harus bisa dilaksanakan. Pengolahan limbah, bahan baku, produk yang berwawasan lingkungan serta budaya membutuhkan dana besar, meski manfaat yang didapat jika mempraktikkannya jelas jauh lebih besar. Menyadari hal tersebut pemberdayaan dan kemitraan harus mampu membentuk kesadaran dan melibatkan partisipasi aktif pemangku kepentingan tentang pentingnya pelestarian lingkungan pada proses ini, aspek otonomi daerah menjadi signifikan, yakni pengelolaan dan pelestarian lingkungan dan sumber daya manusianya harus melibatkan masyarakat. Baik dalam perencanaan dan pelaksanaan pelestarian itu. (http://ahmadi74.wordpress.com/2012/04/05/industri-hijau-mengapa-tidak/)

BAB II ISI

2.1. Green Industry Green Industry adalah sebuah istilah yang dikenal melalui International Conference on Green Industry in Asia di Manila, Filipina tahun 2009, atas kerjasama antara United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP), United Nations Environment Programme (UNEP), International Labour Organization (ILO), dan dihadiri 22 negara termasuk Indonesia. Salah satu output dari pertemuan tersebut adalah dokumen Manila Declaration on Green Industry in Asia. Deklarasi Manila tersebut bersifat nonlegally binding, dan merupakan komitmen bersama negara-negara di Asia dalam upaya penanganan masalah lingkungan hidup melalui efisiensi penggunaan sumber daya dan pengurangan emisi gas karbon utamanya disektor industri. Efisiensi sumberdaya dapat dilakukan dengan menerapkan 3R (reduce, reuse, dan recycle) yang merupakan inti dari cleaner production, sedangkan rendah karbon dapat dicapai dengan menerapkan CO2 emission reduction yang sejalan dengan Clean Development Mechanism (CDM); effisiensi energi dan diversifikasi dalam rangka mendapatkan energi terbarukan. Green Industry adalah komitmen setiap industri untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan akibat proses produksi dan produk yang dihasilkannya melalui efisiensi penggunaan sumberdaya secara terus menerus serta bersifat rendah karbon yang diterapkan pada pemilihan bahan baku, proses produksi, produk akhir, dan pelayanan di suatu kegiatan/industri (www.unido.org). Green industry merupakan konsep pengembangan industri yang berkelanjutan secara ekonomi, lingkungan, dan sosial, dimana setiap jenis industri berpotensi untuk green. Dalam Rencana Aksi Deklarasi Manila, telah dirumuskan langkah-langkah yang diperlukan untuk mereduksi intensitas penggunanan sumberdaya alam dan emisi karbon dari sektor industri di Asia, serta memonitor upaya-upaya dalam skala nasional. Dalam deklarasi tersebut, pilar-pilar yang tercakup dalam green industry adalah produksi bersih produk dan layanan yang berwawasan lingkungan serta pertumbuhan dan daya saing. Secara menyeluruh, konsep green industry merupakan cara pengembangan sektor industri yang berkesinambungan, baik secara ekonomi, lingkungan, maupun sosial (EPS, 2009). Industri-industri yang dapat menerapkan green industry adalah industri yang bergerak di 8

sektor environmental good dan jasa, meliputi : industri pendaur ulang, pengolah limbah, pemusnah limbah, pengangkut limbah, konsultan lingkungan, industri pengolah air limbah, pengendali pencemaran udara, peralatan pengolah limbah, industri manufaktur dan instalasi peralatan energi yang terbarukan, konsultan energi, laboratorium khusus pengukuran dan analisa lingkungan, dan industri yang memproduksi teknologi bersih. Menurut OECD, konsumsi sumber daya alam per kapita di wilayah Asia jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju (OECD). Sedangkan dilihat dari intensitas konsumsi sumber daya untuk menghasilkan satu satuan GDP sebesar dua kali dari intensitas konsumsi sumber daya di Eropa dan Amerika Utara. Dengan demikian, masih ada peluang untuk meningkatkan efisiensi sumber daya di Asia. Dengan melakukan efisiensi sumber daya terutama di sektor industri antara lain melalui 3R dan penggunaan low carbon resources, maka akan menurunkan biaya produksi sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing internasional serta mencapai target di bidang lingkungan yaitu penurunan emisi CO2. (http://bpkimti.wordpress.com/2010/06/10/green-industry/) Berdasarkan kebijakan Kementrian Perindustrian (2012), latar belakang perlunya dilakukan industry hijau (green industry) dapat dilihat dalam beberapa gambar yang tersaji berikut ini :

Gambar 2.1. Tuntutan Global Dilakukannya Green Industry 9

Gambar 2.2. Komitmen Pemerintah Dalam Penurunan Gas Rumah Kaca

10

Gambar 2.3. Kebijakan Kementerian Perindustrian

2.1.1. Defenisi Green Industry (Industri Hijau) Industri Hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyrakat (RUU Perindustrian) (Kementerian Perindustrian RI, 2012).

11

2.1.2. Prinsip-prinsip Penerapan Green Industry Prinsip-prinsip Penerapan Green Industry (Kementerian Perindustrian RI, 2012) dapat dilihat pada skema berikut :

Gambar 2.4. Skema Prinsip-Prinsip Green Industry 2.1.3. Pencapaian Green Industry Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guna mencapai keberhasilan program Green Industry, antara lain : 1. Meningkatkan upaya-upaya pengelolaan internal/housekeeping; 2. Meningkatkan proses pengawasan; 3. Daur ulang bahan/material; 4. Modifikasi peralatan yang ada; 5. Teknologi bersih; 6. Perubahan bahan baku; 12

7. Modifikasi produk;dan 8. Pemanfaatan produk samping. Adapun manfaat dari penerapan program Green Industryi ini adalah antara lain : Meningkatkan profitabilitas (keuntungan) melalui peningkatan efisiensi sehingga dapat mengurangi biaya operasi, pengurangan biaya pengelolaan limbah dan tambahan pendapatan dari produk hasil samping Meningkatkan image perusahaan Meningkatkan kinerja perusahaan Mempermudah akses pendanaan Flexsibelitas dalam regulasi Terbukanya peluang pasar baru Menjaga kelestarian fungsi lingkungan (Kementerian Perindustrian RI, 2012). 2.2. Tantangan dan Strategi Pengembangan Industri Hijau Adapun Tantangan dan strategi dalam rangka pengembangan program Green

Industry (Industri Hijau) antara lain adalah sebagai berikut : Tantangan: 1. Dibutuhkan penggantian/modifikasi mesin industri untuk mengganti/modifikasi mesin dibutuhkan investasi, sementara bunga komersial perbankkan nasional tinggi (14%) serta tidak adanya industri permesinan nasional; 2. Dibutuhkan penghargaan bagi kalangan industri yang telah mewujudkan industri hijau, misal: pemberian kompensansi dalam bentuk bantuan dana; bantuan teknis, dll untuk meningkatkan upaya perbaikan; 3. Perlu dirumuskan pola insentif bagi industri yang telah menerapkan industri hijau.

Strategi: 1. Mengembangkan kerjasama internasional terkait perumusan kebijakan dan pendanaan dalam pembangunan dan pengembangan industri hijau; 2. Memperkuat kapasitas institutional untuk mengembangkan industri hijau; 3. Membangun koordinasi antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta; 4. Mempromosikan/ mensosialisasikan kebijakan dan regulasi teknis yang berkaitan dengan industri hijau (meliputi bahan baku, proses produksi, teknologi dan produk yang ramah lingkungan). 5. Meningkatkan kemampuan SDM, transfer teknologi, dan memperkuat R&D. 13

2.2.1. Upaya Kementrian Perindustrian Dalam Mengembangan Industri Hijau (Green Industry). Yang Telah Dilakukan : 1. Penggunaan mesin ramah lingkungan melalui program restrukturisasi permesinan untuk industri tekstil dan produk tekstil, alas kaki, dan gula: program ini memberikan dampak yang signifikan berupa penghematan penggunaan energi sampai 25%, peningkatan produktivitas sampai 17%, peningkatan penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan efektivitas giling pada industri gula; 2. Penerapan produksi bersih dengan memberikan pelatihan kepada pelaku industri dan aparatur, menyusun pedoman teknis produksi bersih untuk beberapa komoditi industri dan bantuan teknis kepada beberapa industri; 3. Kebijakan teknis, yaitu perlindungan terhadap lapisan ozon melalui kontrol penggunaan Bahan Perusak Ozon (BPO ) secara bertahap.(Peraturan Menteri Perindustrian No. 33 Tahun 2007: larangan Memproduksi Bahan Perusak lapisan Ozon serta Memproduksi yang menggunakan BPO; 4. Penyusunan Data Inventori Emisi CO2 equivalent di 700 perusahaan dari 8 sektor industri untuk penetapan baseline emisi GRK; 5. 6. Penyusunan Grand Strategi Konservasi Energi; Implementasi Konservasi energi pada 35 perusahaan industri baja dan 15 perusahaan industri pulp dan kertas; 7. 8. Penyusunan Pedoman Teknis Penurunan Emisi GRK pada industri Semen; Himbauan kepada sektor industri agar lebih memanfaatkan mekanisme pembangunan bersih (clean development mechanism atau CDM); 9. Pemberian penghargaan industri hijau : Tahun 2010 kepada 9 perusahaan industri Tahun 2011 kepada 10 perusahaan industri 10. Program Re-use air limbah hasil pengolahan pada industri Penyamakan Kulit disentra industri Magetan 11. Program pengembangan biogas dari limbah industri tahu. Yang Sedang Dilakukan : 1. Revisi UU tentang Perindustrian, salah satunya adalah mengatur tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan industri hijau

14

2. 3. 4.

Penyusunan rencana induk pengembangan industri hijau Penyusunan standar industri hijau Penyusunan katalog bahan baku dan bahan penolong ramah lingkungan.

Yang Akan Dilakukan : 1. 2. 3. 4. Penyusunan kebijakan insentif untuk industri hijau Pengembangan R&D clean technology Bantuan teknis dan Pilot Project penerapan produksi bersih pada industri Penyusunan Baseline industri hijau (penggunaan energi, air, bahan baku dan

penolong, teknologi & proses produksi, mesin, SDM dan eco-product) 5. Pembentukan Lembaga Sertifikasi Industri Hijau (Kementerian Perindustrian RI, 2012)

15

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Green Industry atau Industri Hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyrakat. Green industry merupakan konsep pengembangan industri yang berkelanjutan secara ekonomi, lingkungan, dan sosial, dimana setiap jenis industri berpotensi untuk green. Green Industry juga dapat dikatakan komitmen setiap industri untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan akibat proses produksi dan produk yang dihasilkannya melalui efisiensi penggunaan sumberdaya secara terus menerus serta bersifat rendah karbon yang diterapkan pada pemilihan bahan baku, proses produksi, produk akhir, dan pelayanan di suatu kegiatan/industri. Dengan melakukan efisiensi sumber daya terutama di sektor industri antara lain melalui 3R dan penggunaan low carbon resources, maka akan menurunkan biaya produksi sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing internasional serta mencapai target di bidang lingkungan yaitu penurunan emisi CO2. Sehingga pengembangan Industri Hijau membutuhkan dukungan dari semua pihak, yaitu pelaku industri, pemerintah dan masyarakat.

16

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Perindustrian RI, (2012), Kebijakan Pengembangan Industri Hijau (Green Industry), Workshop Efisiensi Energi di IKM 27 Maret 2012, Jakarta. (http://economy.okezone.com/read/2011/06/27/320/473050/menperin-greenindustry-tidak-mustahil-dilakukan) (http://www.benefita.com/view.php?item=pelatihan&id=EP-06) (http://ahmadi74.wordpress.com/2012/04/05/industri-hijau-mengapa-tidak/) (www.unido.org). (http://bpkimti.wordpress.com/2010/06/10/green-industry/)

17

You might also like