You are on page 1of 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Dipericarper fan merupakan salah satu mesin yang berada dalam Pabrik
Kelapa Sawit yang berfungsi sebagai penyedia udara yang akan digunakan untuk
memisahkan serabut dan biji sawit yang berasal dari ampas press yang telah
dicacah sebelumnya di cake breaker conveyor (CBC), Serabut yang telah
dipisahkan merupakan bahan bakar utama untuk pembangkitan listrik dan
pembangkitan uap di PKS, selain cangkang yang berasal dari pengolahan biji.
Dimana Poros merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap mesin
yang termasuk Depericarper fan yang berfungsi untuk meneruskan daya dan
putaran. Poros biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen
seperti roda gigi, pulley, roda gila (flywheel), engkol, sproket, v-belt dan elemen
pemindah daya lainnya. Sehingga getaran yang terjadi pada poros juga perlu
diperhatikan, sehingga tidak merusak elemen mesin lain yang lebih sensitif.
Poros biasanya mengalami getaran resonansi dengan elemen mesin lain, di
karena kan memiliki frekuensi pribadi yang sama. Untuk itu perlu dilakukan
pemisahan getaran resonansi terhadap getaran poros dimana dalam hal ini dapat
dilakukan dengan persamaan deret fourier.



Universitas Sumatera Utara
2.1 Klasifikasi Fan
Fan dapat diklasifikasikan dalam dua klasifikasi yaitu:
Axial Fan, beroperasi seperti propeler, yang menghasilkan aliran udara
disepanjang porosnya yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Tiga jenis blade axial fan
Axial fan berdasarkan bentuk blade-nya dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
a) Tube-axial fan lebih efisien dari pada propeller fan dengan ciri housing
fan yang berbentuk silinder dipasang tepat pada radius ujung blade, dan
diaplikasikan untuk sistem pemanas, ventilasi, air conditioning dan
industri, dengan tekanan rendah dan jumlah volume udara yang dialirkan
besar.
b) Vane axial fan merupakan fan axial dengan efisiensi tinggi dengan ciri
housing fan yang berbentuk silinder dipasang tepat pada radius blade, dan
Universitas Sumatera Utara
(a) (b)

(c) (d) (e)
diaplikasikan untuk sistem sistem pemanas, ventilasi, dan air conditioning
yang memerlukan aliran lurus dan efisiensi tinggi.
c) Propeller fan merupakan desain dasar fan aksial yang diaplikasikan untuk
tekanan rendah dan volume udara yang dialirkan sangat besar volume. Fan
jenis ini biasa diaplikasikan untuk sistem ventilasi yang menembus
tembok.
2) Centrifugal fan menghasilkan aliran udara dengan mempercepat arus udara
secara radial dan mengubah energi kinetik menjadi tekanan. Centrifugal fan
dapat menghasilkan tekanan tinggi dengan efisiensi tinggi, dan dapat dibuat
dalam berbagai tingkat kondisi operasional. Berbagai jenis centrifugal fan
dapat dilihat pada gambar 2.2.





Gambar 2.2. Lima jenis blade centrifugal fan
Sesuai Gambar 2.2, centrifugal fan memiliki beberapa jenis blade, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Forward curve fan, memiliki kecepatan putar yang sangat rendah untuk
mengalirkan sejumlah udara serta bentuk lengkungan blade menghadap
arah putaran, sehingga kurang efisien dibandingkan tipe air foil dan
backward inclined. Fan jenis ini biasanya diaplikasikan untuk sistem
pemanas bertekanan rendah, ventilasi, dan air conditioning
b) Radial blade fan, secara umum yang paling efisien diantara centrifugal fan
yang memiliki bentuk blade mengarah titik poros. Fan jenis ini digunakan
untuk pemindahan bahan dan industri yang membutuhkan fan dengan
tekanan di atas menengah.
c) Radial tip fan, lebih efisien dibandingkan fan tipe radial blade yang di
desain tahan terhadap keausan dan aliran udara yang erosif.
d) Backward-inclined fan memiliki blade yang lurus dengan ketebalan
tunggal. Fan ini diaplikasikan pada sistem pemanas, ventilasi, air
conditioning dan industri dimana blade akan mengalami lingkungan yang
korosif dan lingkungan yang erosif.
Air foil fan adalah tipe centrifugal fan yang dikembangkan untuk
memperoleh efisiensi tinggi. Fan ini diaplikasikan pada sistem pemanas, ventilasi,
air conditioning dan udara bersih industri dimana penghematan energi sangatlah
penting.


Universitas Sumatera Utara
2.2. Sistem Transmisi Centifugal Fan (V-belt)
Sesuai dengan tipe centrifugal fan yaitu 2 SWSI dengan posisi motor Z,
maka untuk mentransmisikan putaran dan daya digunakan sabuk. Transmisi sabuk
dapat dibagi atas 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1. Sabuk rata (flat belt) dipasang pada puli silinder dan meneruskan momen
antara dua poros yang jaraknya dapat mencapai 10 meter dengan
perbandingan putaran antara 1:1 sampai dengan 6:1.
2. Sabuk dengan penampang trapesium (v-belt) dipasang pada puli dengan
alur dan meneruskan momen antara dua poros yang jaraknya dapat
mencapai 5 meter dengan perbandingan putaran antara 1:1 sampai dengan
7:1.
3. Sabuk dengan gigi (timing belt) yang digerakkan dengan sproket pada
jarak pusat sampai 2 meter, dan meneruskan putaran secara tepat dengan
perbandingan antara 1:1 sampai 6:1.
Dari 3 kelompok ini yang paling umum dijumpai di industri adalah v-belt,
karena penanganannya mudah serta harga murah. Kecepatan sabuk pada
umumnya direncanakan antara 10 20 m/s, serta dapat mentransmisikan daya
hingga 500 kW.
V-belt terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Tenunan
tetoron atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa
tarikan yang besar, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3. Penampang v-belt klasik
2.2.1. Tipe Dan Ukuran Nominal V-belt
Tiap dimensi v-belt telah distandarisasi oleh pabrikan dan pada umumnya
dapat dibagi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu: heavy-duty (industri)
dan light-duty (fractional-horsepower). V-belt untuk industri berdasarkan
penampangnya (Gambar 2.32) terdiri dari 2 tipe dasar, yaitu: penampang
konvensional/klasik (A, B, C, D, dan E) dan penampang sempit/narrow (3V, 5V,
dan 8V).
Gambar 2.4. Penampang v-belt industri: (a) Penampang konvensional, dan
(b) Penampang sempit
(a) (b)
Terpal
Bantal karet
Bagian penarik
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Panjang V-belt
Untuk menyatakan panjang dari v-belt ada tiga nomenklatur yang umum
digunakan sesuai cara pengukurannya, yaitu: panjang bagian luar (OC: outside
circumference), panjang efektif (Le: effective length), dan panjang pitch (Lp: pitch
length).
Panjang bagian luar (OC) biasanya diukur secara sederhana dengan pita
ukur yang diletakkan dibagian luar v-belt. Cara ini merupakan metode yang baik
untuk memperoleh panjang nominal, namun sulit untuk mendapatkan nilai yang
akurat dan konsisten oleh karena v-belt diukur pada saat tidak diberi tegangan
(tension), sehingga tidak dapat menyatakan panjang sabuk saat dioperasikan.
Panjang efektif (Le) diukur langsung saat terpasang yang ditentukan berdasarkan
penjumlahan dari dua kali jarak poros ditambah dengan panjang keliling bagian
luar dari sebuah puli, ukuran ini yang biasa digunakan dilapangan.
Panjang pitch (Lp) merupakan panjang dari aksis netral dari sabuk, yaitu panjang
dari kabel (tension cord line). Oleh karena kabel berada di dalam sabuk, sehingga
sulit untuk diukur namun dapat dihitung dengan rumus,
( ) ( )
C
d D d D
C L
p
4 2
2
2

+
+
+ = (2.1)
dimana: C = jarak antar poros
D = diameter puli besar
d = diameter puli kecil
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Tegangan Statik dan Gaya Defleksi V-belt.
V-belt dapat mentransmisikan daya dengan baik pada rentang tegangan
yang cukup lebar. Teknisi yang berpengalaman dapat mengembangkan
perasaannya untuk melakukan penyetelan terhadap tegangan v-belt pada rentang
ini. Namun untuk mengoptimalkan umur dan performa sabuk serta menghindari
tegangan pada poros dan bantalan yang tidak diinginkan, perlu dihitung dan
diukur tegangan yang diberikan berdasarkan beban yang akan bekerja. Standar
untuk menghitung ini mengacu kepada standar yang dikeluarkan oleh Mechanical
Power Transmission Association (MPTA). Standar ini dapat digunakan untuk
penggerak dengan v-belt jenis classic, yang menghubungkan dua puli seperti
rencana penelitian. Cara ini dikenal juga dengan metode defleksi gaya (force
deflection). Metode ini menerjemahkan tegangan statik menjadi gaya defleksi
yang diberikan pada sabuk dan menghasilkan defleksi dengan norma defleksi q,
sebesar 1/64 tiap 1 inci panjang span (L
s
) atau 1,6 mm tiap 100 mm span, hal ini
dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Pengukuran defleksi v-belt
Universitas Sumatera Utara
Defleksi sabuk diukur ditengah span dalam arah tegak lurus span (L
s
).
Jarak defleksi q, dalam satuan inci yang disyaratkan dihitung dengan rumus:
64
s
L
q = (2.2)
dimana panjang span (Ls) dapat dihitung dengan rumus:
2
2
2
|
.
|

\
|
=
d D
C L
s
(2.3)
dimana : Ls = panjang rentangan (inci)
C = Jarak antar poros (inci)
D,d = Diameter puli (inci)
Besarnya tegangan pada v-belt idealnya adalah tegangan terendah dimana
sabuk tidak akan slip pada kondisi beban tertinggi, lihat Gambar 2.6. Hal ini akan
menghasilkan umur sabuk yang paling baik dan beban pada poros yang rendah.

Gambar 2.6. Vektor tegangan statik sabuk
Universitas Sumatera Utara

Metode praktis untuk menghitung dan mengukur tegangan statik (static
tension) sabuk berdasarkan beban/daya rencana dihitung dengan rumus:
(
(

|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
=
c b
d
st
g
V
W
V N
P
K
K
T
1
60
9 . 0
10 5 . 2
15
2
3

(2.4)
dimana
st
T =Tegangan statik sabuk (lb),
K

= Faktor koreksi busur kontak


P
d
= Daya rencana (hp)
W = Berat sabuk tiap kaki satuan panjang (lb),
V = Kecepatan sabuk (fpm)
g
c
= kontanta gravitasi : 32.2 ft/sec
2

N
b
= Jumlah sabuk yang digunakan





Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Berat sabuk (W) dan faktor modulus sabuk(K
y
)
Penampang
Sabuk
Berat Sabuk W (lb/ft) Faktor Modulus sabuk
3L
4L
5L
A
AX
B
BX
C
CX
D, DX
3V, 3VX
5V
0.04
0.06
0.09
0.07
0.06
0.13
0.11
0.23
0.21
0.42
0.05
0.14
5
6
9
6
7
9
10
16
18
30
4
12
Universitas Sumatera Utara
5VX
8V, 8VX
0.12
0.37
13
22
(Sumber: Mechanical Power Transmission Ascociation)

Faktor koreksi busur K

, dapat dihitung dengan rumus:


|
.
|

\
|
=
R
R
K
1
25 . 1

(2.5.)
dimana R adalah rasio tegangan yang dihitung dengan rumus:
( )( ) 008941 . 0
e R = (2.6)
dan = sudut busur kontak dari diameter puli terkecil dalam satuan derajat:

|
.
|

\
|
=

C
d D
2
cos 2
1
(2.7)
Daya rencana dihitung dengan rumus:
P P
d
15 . 1 = (2.8)
Universitas Sumatera Utara
yang mana P adalah daya motor terpasang dalam horse power (hp). Sedangkan
kecepatan sabuk dapat dapat dihitung dengan rumus:
12
Dn
V

= (2.9)
Rentang gaya minimum dan maksimum yang direkomendasikan untuk
menentukan tegangan statis v-belt untuk mesin yang dipasang v-belt berjumlah
satu dapat dihitung dengan rumus:
Gaya minimum yang direkomendasikan
16
min
y
y
s
st
K
L
L
T
P
|
|
.
|

\
|
+
=

(2.10.)
Gaya maksimum yang direkomendasikan
16
5 . 1
max
y
y
s
st
K
L
L
T
P
|
|
.
|

\
|
+
= (2.11)
Sesuai rekomendasi MPTA, untuk keperluan analisa tegangan statis v-belt
berjumlah satu, akibat gaya defleksi P
a
, dengan defleksi berjarak q, dapat dihitung
dengan rumus:
y
p
s
a st
K
L
L
P T
|
|
.
|

\
|
=16 (2.12.)
Dimana : P
a
= Gaya defleksi yang aktual diukur (lb)
Universitas Sumatera Utara
K
y
= Faktor Modulus sabuk (lihat Tabel 2.13)
L
s
= Panjang span (inci)
L
p
= Panjang pitch sabuk (inci)
2.4.4. Beban Statis pada Poros Akibat Tegangan V-belt
Beban statis pada poros F
s
, didefinisikan sebagai resultan dari tarikan
akibat tegangan statis sabuk T
s
disepanjang garis sumbu penggerak (drive center
line) pada saat diam, lihat Gambar 2.7. Besar beban statis poros F
st
, adalah sama
untuk puli penggerak dan yang digerakkan, yang dihitung dengan rumus:
(

|
.
|

\
|
=
2
sin 2

st b st
T N F (2.13)

Gambar 2.7. Vektor tegangan sabuk dan beban statis poros
2.2.5. Tegangan Operasi dan Beban Dinamis V-belt
Tegangan v-belt pada saat mesin beroperasi menimbulkan dua tegangan
yaitu tight side tension T
T
, dan slack-side tension T
S
, yang dihasilkan oleh
adanya torsi Q dan tegangan statis T
st
, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.8. Vektor tegangan operasi dan beban dinamis poros v-belt
Torsi merupakan fungsi dari daya nyata yang ditransmisikan P
r
dan
kecepatan v-belt. Untuk menentukan daya nyata dapat digunakan pengukuran
sehingga perhitungan lebih akurat, namun apabila tidak tersedia, dapat
menggunakan daya motor. Sehingga tegangan efektif T
e
(lb) untuk tiap sabuk
dapat dihitung dengan rumus:
( )
b
S T e
VN d
Q
T T T
Pr 33000 2
= = = (2.14)
Tight side tension T
T
(lb) dapat dihitung dengan rumus:
2
1
60
9 . 0
9 . 0
2
e
c
st
T
T
g
V
W
T
T +
(
(

|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
= (2.15)
maka slack side tension T
S
dapat dihitung dengan rumus:
e T S
T T T = (2.16)
Universitas Sumatera Utara
Sama seperti beban statis poros, maka beban dinamis poros F
dy
juga
merupakan resultan dari tegangan yang terdapat pada sabuk . Besar beban
dinamis poros akibat tarikan sabuk merupakan penjumlahan vektor dari T
T
dan T
S
.
Sehingga besar beban dinamis poros dapat dihitung dengan rumus:
( ) cos 2
2 2
S T S T b dy
T T T T N F + = (2.17)
2.3. Bantalan Anti Gesek
Bagian yang berputar dari suatu mesin ditahan oleh suatu jenis bearing
(bantalan). Bantalan ini dapat diklasifikasikan atas dua group: journal atau sleeve
bearing dan antifriction bearing (bantalan anti gesek).
Journal atau sleeve bearing menawarkan paling sedikit dan paling
ekonomis peralatan penahan bagian bergerak, lihat Gambar 2.9. Tidak ada bagian
yang bergerak dan normalnya sepotong metal menutupi (enclosing) sebuah poros.
Istilah journal artinya bagian penahan (supporting) pada poros.

Gambar 2.9. Bantalan journal atau sleeve
Universitas Sumatera Utara
Bantalan jenis bola (ball) atau peluru, rol (roller) dan jarum (needle), pada
Gambar 2.10, diklasifikasikan sebagai bantalan anti gesek (antifriction bearing)
dimana gesekan telah berkurang pada nilai minimum. Bantalan jenis ini dapat
dibagi atas dua group : radial bearing dan thrust bearing.




Gambar 2.10. Berbagai tipe elemen gelinding pada bantalan
Kecuali untuk desain khusus, bantalan peluru/bola dan rol terdiri atas dua
buah cincin (ring), satu set elemen gelinding (rolling element) dan rumah
bantalan (cage) yang dapat dilihat pada Gambar 2.11.





Gambar 2.11. Struktur Bantalan Anti Gesek
Universitas Sumatera Utara
2.4. Dasar-Dasar Vibrasi
Bilamana diberikan tiga buah gaya dalam arah x, y, dan z seperti
diilustrasikan pada gambar 2.6, balok tersebut akan cenderung berputar translasi
terhadap tiga buah sumbu, yaitu balok yang memiliki enam derajat kebebasan.
Sistem itu bisa saja berupa gerak tertentu yang terkekang, dalam hal ini terdapat
paling tidak enam derajat kebebasan. Sebagai contoh, bila balok dapat berpindah
hanya secara vertikal, terdapat satu derajat kebebasan. Balok persegi dalam
gambar 2.6 dipilih agar lebih menarik. Pada kenyataannya, bentuknya bisa
terdapat dalam berbagai bentuk, tetapi bentuk persegi akan menjadikan formula
model matematikanya menjadi lebih mudah dibandingkan bentuk yang lain.


Gambar 2.12 Balok Fondasi Persegi dengan Suatu Harga Maksimum dari Enam
Derajat Kebebasan ( three displacement and three rotations)
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Gerak Harmonik
Gerak osilasi dapat berulang secara teratur. Jika gerak itu berulang dalam
selang waktu yang sama, maka geraknya disebut gerak periodik. Waktu
pengulangan disebut dengan periode osilasi dan kebalikannya, f = 1/ disebut
frekuensi. Jika gerak dinyatakan dalam fungsi waktu x(t), maka setiap gerak
periodik harus memenuhi hubungan (t) = x(1 + ). Secara umum, gerak harmonik
dinyatakan dengan persamaan:

t
A x 2 sin = (2.18)
dimana A adalah amplitudo osilasi yang diukur dari posisi setimbang massa, dan
adalah periode dimana gerak diulang pada t =.
Gerak harmonik sering dinyatakan sebagai proyeksi suatu titik yang bergerak
melingkar dengan kecepatan tetap pada suatu garis lurus, seperti terlihat pada
gambar 2.7. Dengan kecepatan sudut garis OP sebesar , perpindahan simpangan
x dapat dituliskan sebagai:
t A x sin = (2.19)
Besaran biasanya diukur dalam radian per detik dan disebut frekuensi
lingkaran. Oleh karena gerak berulang dalam 2 radian, maka didapat hubungan:
f
t

2
2
= = (2.20)
Universitas Sumatera Utara
dengan dan f adalah periode dan frekuensi gerak harmonik bertuturt-turut dan
biasanya diukur dalam detik dan siklus perdetik.Kecepatan dan percepatan gerak
harmonik dapat diperoleh secara mudah dengan diferensiasi simpangan gerak
harmonik. Dengan menggunakan notasi titik untuk turunannya, maka didapat:
(2.11)
(2.12)






Gambar 2.13 Gerak Harmonik sebagai Proyeksi Suatu Titik yang Bergerak Pada
Lingkaran
2.4.2. Gerak Periodik
Getaran mesin pada umumnya memiliki beberapa frekuensi yang muncul
bersama-sama. Gerak periodik dapat dihasilkan oleh getaran bebas sistem dengan
banyak derajat kebebasan, dimana getaran pada tiap frekuensi natural memberi

x
A sin t

2

t
O
P
A
= t
Universitas Sumatera Utara
sumbangannya. Getaran semacam ini menghasilkan bentuk gelombang kompleks
yang diulang secara periodik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.14.
Gerak harmonik pada Gambar 2.14, dapat dinyatakan dalam deretan sinus
dan cosinus yang dihubungkan secara harmonik. Jika ) (t x adalah fungsi periodik
dengan periode , maka fungsi ini dapat dinyatakan oleh deret Fourier sebagai:
t a t a t a a t x
n n
cos ... cos cos ) (
2 2 1 1 0 2
1
+ + + =
t b t b t b
n n
sin ... sin sin
2 2 1 1
+ + + (2.13)
dengan

2
1
=

1
2 =
n





Gambar 2.14. Gerak periodik gelombang sinyal segiempat dan gelombang
pembentuknya dalam domain waktu

t
x(t)

Universitas Sumatera Utara
Pada gelombang segiempat berlaku ) (t x = X pada t =0, dan t =, dan
seterusnya. Deret ini menunjukkan nilai rata-rata dari fungsi yang diskontinu.
Untuk menentukan nilai koefisien
n
a dan
n
b , kedua ruas persamaan (2.13)
dengan cos t dan sin t , kemudian setiap suku diintegrasi untuk lama perioda .
Dengan mengingat hubungan berikut,

n m jika
n m jika
tdt t
n m
, 2
, 0
cos cos
0

n m jika
n m jika
tdt t
n m
, 2
, 0
sin sin
0

(2.14)

n m jika
n m jika
tdt t
n m
, 0
, 0
cos sin
0


Dari persamaan (2.14), maka untuk m = n, diperoleh hasil

0
cos ) (
2
1
tdt t x a
n n
(2.15)

0
cos ) (
2
1
tdt t x b
n n
(2.16)
Persamaan deret Fourier berdasarkan nilai gelombang empat persegi:
X t x = ) ( untuk 0 < t < /2
dan
Universitas Sumatera Utara
X t x = ) ( untuk /2 < t <
Maka koefisien
n
a dan
n
b dapat dihitung, sebagai berikut:
0 cos cos
2
1
2
2
0
=
(
(

dt X dt X a
n n n

karena, 0 cos cos
2
2
0
= =

dt dt
n n

dan

(
(

2
2
0
sin sin
2
1
dt X dt X b
n n n

| |

2
0
2
) (cos ) (cos
) 2 (
1
n n
X X
n
+ =
| | ) cos 1 ( ) cos 1 (
) 2 (
2 2

n n
n
X
+ =
akan menghasilkan nilai
n
b =0 untuk n bilangan genap, dan
n
b =
2
4

X untuk n
bilangan ganjil. Sehingga deret Fourier yang merepresentasikan gelombang empat
persegi menjadi:
|
.
|

\
|
+ + + + = ....
7
7 sin
5
5 sin
3
3 sin
sin
8
) (
t t t
t
X
t x

(2.17)

Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Getaran Bebas (Free Vibration)
Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada
dalam sistem itu sendiri (inherent) dan apabila tidak ada gaya luar yang bekerja.
Sistem yang bergetar bebas akan bergetar pada satu atau lebih frekuensi
naturalnya yang merupakan sifat dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa
dan kekakuannya.
Perhatikan gerak dari sebuah elemen yang ditempatkan pada sebuah pegas seperti
diillustrasikan dalam gambar 2.15 yang menunjukkan sebuah jarak kecil x dari
posisi kesetimbangannya. Persamaan diferensial menjabarkan perpindahan
elemen setelah dilepaskan yang diperoleh dengan penjumlahan gaya dalam arah
vertikal. Aljabar penjumlahan F dengan gaya ke atas (+) adalah:










Gambar 2.15 Sistem Massa Pegas dan diagram benda bebas
Posisi keseimbangan
statik
Posisi tanpa
peregangan
k
m
m
w
x
k ( +
x)
w
.. .
x x

k
m

m
..
x
k(+x)
.
x
..
x
Universitas Sumatera Utara
Hukum Newton kedua adalah dasar pertama untuk meneliti gerak system
seperti ditunjukkan pada gambar 2.15 dimana gaya statik dan gaya pegas k
adalah sama dengan grvitasi w yang bekerja pada massa m:
Gerak statik: k = w = m.g (2.18)
k - w = 0
Gerak dinamik: 0 w - x) k( x m = + + (2.19)
dimana menghasilkan persamaan diferensial untuk gerak, karena k = W dan
menggunakan x = a yang merupakan turunan kedua dari x terhadap waktu.
(literatur 12, hal : 16)
= + 0 kx x m (2.20)
Persamaan ini merupakan persamaan diferensial linier dimana solusinya dapat
ditemukan sebagai berikut.
misal: t A x sin = (2.21)
(2.22)
substitusi persamaan (2.20) dan (2.21) ke persamaan (2.22) sehingga:

(2.23)
,
Universitas Sumatera Utara

sehingga dari persamaan untuk frekuensi natural adalah,
m
k
n
=
2
atau
m
k
n
=
dituliskan kembali persamaan (2.20) sebagai berikut:
0
2
= + x x
n
(2.24)






























Universitas Sumatera Utara

You might also like