You are on page 1of 6

RUSA TOTOL HABIS KAWIN COPOT TANDUKNYA

Tak salah bila Bang Yos, penguasa Kota Jakarta itu, ingin mengumbar rusa totol di pelataran Monas. Dari keluarga rusa, si totol ini paling diakui kecantikannya. Diharapkan, si cantik bertotol ini akan menambah indahnya Taman Monas. Dari sisi itu iya, tetapi dari segi lain mungkinkah?

Jika rusa lain dinilai keindahannya dari tanduknya yang bercabang, rusa totol Axis axis tidak. Ia dinilai dari kulit tubuh cokelat kemerahan yang bertaburkan bintik-bintik putih. Pada bagian dalam di antara kaki dan batang lehernya mencuat warna putih. Semakin tua umurnya, cokelatnya makin gelap dan letak totolnya tersusun dalam deretan longitudinal. Mirip garis lurus putih yang terputus-putus. Maka, tak heran kalau rusa ini lalu dikenal sebagai rusa totol. Di tempat kita keberadaan rusa totol identik dengan Istana Bogor. Ya, di sanalah kawanan rusa dalam jumlah cukup banyak bisa ditonton secara gratis. Dilepas di halaman seluas 20 ha yang ijo royo-royo, mereka tak perlu repot kalau mau merumput. Juga kalau ingin minum. Maklum, mereka hidup di kota hujan, tempat ideal bagi tumbuhnya berbagai tanaman, termasuk rerumputan. Rusa tergolong hewan menyusui dan masuk dalam keluarga Cervidae dan genus Axis. Dari genus Axis, selain rusa totol masih ada tiga spesies lain: Axis calamianensis yang ada di Pulau Calamian (bagian barat Filipina), Axis kuhlii di Pulau Bawean (Indonesia), dan Axis pornicus di Indochina, Thailand, dan Srilanka. Bentuk badannya ramping dan kakinya panjang. Tingginya 0,6 - 1 m dengan bobot 27 - 45 kg. Panjang keseluruhan sekitar 1,5 m. Rusa totol jantan berbulu lebih gelap dan punya tanda hitam di mukanya.
1

Cuma 10 detik Hewan yang hidup di halaman Istana Bogor itu tinggalan zaman Belanda, yang didatangkan dari perbatasan Nepal dan India pada 1811. Jumlahnya enam pasang. Sekarang, setelah hampir 200 tahun, jumlahnya sekitar 500 ekor. Mereka enggak kenal KB, makanya lumayan produktif. Seekor induk bisa melahirkan 1 - 3 ekor anak. Kalau yang rajin bisa dua kali melahirkan dalam tahun yang sama. Maklum, masa hamil induknya sekitar 7,5 bulan. Kayak judul sinetron, kecil-kecil jadi manten. Betul, gadis-gadis dewasa rusa totol memang sudah siap dikawini rata-rata ketika berumur dua tahun. Perjakanya malah lebih cepat lagi akil-baliknya, 15 bulan. Namun, tidak ada musim khusus untuk kawin bagi pasangan yang sedang jatuh cinta. Enggak usah menunggu bulan baik, hari baik. Kapan saja mau dan siap, hayo saja! Ini terbukti dari waktu tanggal tanduk yang tidak tentu. Seperti disebut Muhamad Sudirman dalam karya ilmiahnya, rusa jantan dewasa akan menanggalkan tanduknya setelah kawin. Sewaktu masa berahi, rusa totol berubah jadi sangat agresif. Makanya, Dr. Machmud Thohari, dosen Konservasi Sumber Daya Hutan IPB wanti-wanti, jangan coba-coba mendekati atau mengajak bercanda rusa yang sedang berahi. "Didekati satwa lain saja galaknya bukan main, apalagi oleh manusia," tegasnya. Kecuali itu, mereka juga menggaruk-garukkan tanduknya ke tanah. Mirip petinju yang berhasil meng-KO lawannya, rusa jantan yang berahi mengeluarkan suara teriakan. Dengan sikap gagah dan tegap ia berjalan sambil mengarahkan moncongnya ke betina yang juga sedang kasmaran. Pejantan lain yang berani mendekati kelompoknya akan cepat-cepat diusir. "Emang-nya salome (satu lubang rame-rame)," mungkin begitu pikirnya. Dengan setia pula ia terus membuntuti si gadis atau betina taksirannya tanpa perlu khawatir kehilangan jejak calon
2

pasangannya. Rusa betina memang acuh tak acuh, tapi butuh! Buktinya, ia meninggalkan jejak berupa urine. Tidak jarang rusa jantan tak sabar lalu mencoba mengejar mendekatinya. Siapa tahu si mojang Axis axis segera mau menerima pinangan si Akang Totol. Ironisnya, begitu pinangan diterima, proses perkawinan mereka hanya berlangsung kira-kira 10 detik! Wes-ewes-ewes, beres. Tak sesuai dengan persiapannya yang rada njelimet. Orang Surabaya bilang, gak cucuk, rek, tidak sepadan, Bung! Cuma, supaya pembuahan berhasil, aksi kawin itu diulangulang tiga sampai lima kali. Malam hari oke, siang pun tak masyalah. Enggak ada Hansip ini. Liar & sensitif Di habitat aslinya, rusa senang berdiam di padang rumput. Jarang mereka berkeliaran di tengah pekatnya hutan. Mungkin takut kecantol tanduknya. Sejumlah penelitian yang menyoroti kehidupannya menyebut, suhu rata-rata yang dibutuhkan oleh rusa adalah 26oC. Terendah 21,8oC dan tertinggi 30,4oC, dengan kelembapan udara sekitar 70%. Mereka suka memilih tempat yang curah hujannya lumayan tinggi, berkisar 3.500 - 4.000 mm per tahun dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari. Bukan karena suka main hujan-hujanan, tetapi untuk menjamin kebutuhan pasokan makanan. Mereka bisa hidup di dataran rendah sampai pada ketinggian 1.000 - 2.000 m dpl. (dari permukaan laut). Selain padang datar berumput, rusa juga menyukai daerah yang banyak kolam dan peneduhnya. Jangan salah, satwa cantik berbulu cokelat ini termasuk perenang ulung. Kalau lagi senggang, mereka suka berkubang sambil berjemur dan ... ngrumpi. Maklum, mereka biasa hidup berkelompok 10 - 30 ekor dengan kawalan dua atau tiga pejantan. Di alam bebas, rusa perlu tempat berteduh untuk berlindung dari panas dan hujan. Menurut Thohari, tempat teduh itu tidak boleh diganggu. Don't disturb! "Tujuannya, lokasi itu bisa
3

menjadi tempat nyaman bagi rusa untuk melangsungkan perkawinan, istirahat sambil berteduh menahan panas, hujan, dan angin, serta tempat makan yang tenang," jelasnya. Karena itu, kalau mau dipiara di tempat yang banyak dikunjungi orang, "Manajemen saling menguntungkan antara pengunjung dan satwa itu harus diadakan," tambahnya. Masih menurut Thohari, rusa totol memang lebih eksotik dan atraktif. "Bisa menarik perhatian manusia untuk tergerak mencintai makhluk hidup dibandingkan dengan rusa lainnya." Namun, pada pokoknya rusa termasuk binatang liar yang sensitif, tapi mudah dijinakkan. Jika ada anjing yang mengejar-ngejar, rusa bakal kelelahan, stres, sebelum akhirnya dipanggil pulang oleh Yang Mahakuasa. Itu baru dikejar-kejar, bagaimana kalau sampai digigit? Dalam kasus ini, berlaku hukum rimba. Digigit sedikit saja, rusa yang ternyata ter masuk binatang angkuh ini akan ditinggalkan kawanannya. Begitu sakit atau lemah, nafsu makannya akan cepat menurun dan akhirnya bisa mati, kalau tidak segera ditangani. Memang, rusa mudah beradaptasi dengan manusia, dan tidak ragu-ragu mendatangi orang yang menyodorinya makanan. Namun, Thohari khawatir kalau-kalau ada pengunjung iseng memberinya plastik supaya dimakan. Barang yang sulit dicerna ini bisa membuat saluran pencernaannya terganggu dan membuatnya tewas. Selain itu, satwa ini juga tidak tahan bising. Di Istana Bogor, misalnya, mereka bisa hidup nyaman dan tenteram lantaran jauh dari kebisingan. Jika ditaruh di Monas, Thohari wantiwanti, bising suara kendaraan di sekitarnya dikhawatirkan mempengaruhi daya hidupnya. Perlu garam dapur Si totol yang eksotik ini ternyata gampang-gampang susah dalam hal makanan. Kondisi ini berpengaruh dalam berbagai peristiwa faali yang terjadi dalam proses tumbuh menjadi dewasa serta proses repro duksi. Kalau mereka sampai
4

kekurangan zat makanan tertentu, dapat timbul kerusakan dan kegagalan total dalam proses reproduksi. Termasuk hewan ruminansia, rusa itu mirip sapi dan kambing. Kebutuhan makanannya cukup dipenuhi oleh bahan makanan hijauan saja. Rusa totol di Istana Bogor demen sekali menyantap rumput pait Axonopus compressus, rumput king Zoysia matrella, dan domdoman Chrysopogon aciculatus. Dari hasil penelitian Pusat Studi Satwa Luar IPB pertengahan Desember lalu diketahui, rusa totol juga sangat membutuhkan garam (natrium klorida - NaCl) untuk membantu metabolisme makanan. Thohari menyebutkan, pemberian zat garam ini penting, terutama jika kaum rusa itu akan dilepaskan di Taman Monas yang lokasinya sangat terbatas. "Jika di hutan, mereka bisa leluasa mencari zat garam. Misalnya, dengan menjilati bebatuan atau kerikil. Namun, di tempat penangkaran, zat garam ini harus disediakan secukupnya," ujar Thohari. Bentuknya bisa batangan, kristal, atau larutan. Garam dapur ini diperlukan terutama untuk aktivitasnya sehari-hari. Menurut penelitian, setiap harinya tiap ekor rusa di halaman Istana Bogor mengonsumsi 2,204 g garam batangan, 3,63 g garam kristal, atau 2,4 g garam dapur larutan. Di tempat penangkaran, garam dapat dilarutkan begitu saja, lalu diciprat-cipratkan pada rerumputan. Namun, jangan terlampau banyak jumlahnya, karena bisa merusak ginjalnya. "Jadi, ya susah-susah gampang memelihara rusa jenis totol ini. Butuh ketekunan dan ketelatenan," katanya. Jika pemberian garam tidak memadai, jangan heran kalau sewaktu-waktu rusa-rusa itu akan kembali pada pola perilaku primitifnya, yakni menjilati bekas air seninya. Itu belum seberapa. Bagaimana kalau sampai menggaruk-garuk tanah atau membuat lubang di sana-sini. Hamparan rumput di Monas jadi bopeng-bopeng dong! Wah, repot juga ya .... Baca juga: Rendah Kolesterol dan Kalori
5

Stefanus Osa, di Bogor/yds RENDAH KOLESTEROL& KALORI Pernah mencicipi dendeng rusa? Dagingnya memang bisa menjadi salah satu sumber protein untuk kita. Rasa dan kandungan gizi dagingnya tak kalah dengan ternak lain. Dalam tes rasa yang dilakukan Dr. Elizabeth Cary Mungall di situs venison. com, daging rusa menduduki posisi atas dibandingkan dengan 22 jenis daging binatang liar lainnya. Karena merupakan hewan tropis, lemaknya tidak terlalu tinggi. Lagi pula, kualitas dagingnya hampir seragam sepanjang tahun. Selain rendah lemak, juga rendah kalori dan kolesterol. Setiap ons steik daging rusa mengandung 0,06 g lemak, 26 kalori, dan 13,9 mg kolesterol. Bandingkan daging ayam tak berkulit yang mengandung 0,88 g lemak, 34 kalori, dan 20,0 mg kolesterol. Daging sapi (lean beef) 1,76 g lemak, 41 kalori, dan 16,86 mg kolesterol. Warna dagingnya merah seperti daging sapi dan rasanya mirip daging sapi muda. Bila melihat sifat reproduksinya, rusa totol mempunyai potensi besar untuk dikembangbiakkan, terutama untuk memasok kebutuhan kita akan protein hewani. Bahkan bisa dijadikan salah satu sumber daging merah alternatif. Yds

You might also like