You are on page 1of 11

Standarisasi Perawatan Paliatif pada Puskesmas di Indonesia ABSTRAK Latar Belakang : Pada umumnya puskesmas adalah tempat pelayanan

kesehatan terdekat bagi penduduk Indonesia,dimana orang dapat memperoleh pengobatan dan memperoleh informasi mengenai kesehatan lainnya. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Untuk itu diperlukan adanya tempat-tempat pelayanan bagi pasien yang membutuhkan terapi paliatif tersebut. Salah satunya adalah puskesmas yang memiliki standarisasi untuk perawatan paliatif Presentasi Kasus : Ibu Z,80 tahun,dengan penyakit parkinson dan miksoma yang membutuhkan perawatan paliatif. Pasien tidak dirawat di rumah sakit karena usia yang sudah sangat lanjut dan atas saran dari pihak perusahaan yang menjamin biaya kesehatan untuk dilakukan perawatan paliatif di rumah saja. Namun terbatasnya obat-obatan dan tenaga medis menjadi kendala bagi pasien. Untuk itulah puskesmas paliatif sangat dibutuhkan sebagai alternatif rawat jalan yang terdekat Diskusi : Di Indonesia sendiri,pada kenyataannya puskesmas paliatif tersebut belum tersedia. Seharusnya syarat puskesmas tersebut mengacu kepada standar klinik di Australia. Puskesmas paliatif di Indonesia harus segera diwujudkan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri (SK Menteri) mengingat banyaknya jumlah pasien yang membutuhkan perawatan paliatif di Indonesia,dibanding dengan tersedianya perawatan paliatif tersebut baik di Rumah Sakit ataupun puskesmas. Kurangnya tenaga medis dan ketidakpedulian pemerintah menjadi kunci utama bobroknya kualitas pelayanan medis di Indonesia. Hal ini sangat menyusahkan pasien paliatif,dikarenakan susahnya mendapatkan perawatan yang sesuai bagi mereka Simpulan : Perawatan paliatif sendiri masih sangat terbatas pelayanannya di rumah sakit karena kurangnya tenaga medis (dokter,perawat) yang mengerti tentang paliatif tersebut. Dan mahalnya biaya perawatan yang juga masih menjadi kendala. Standar pelayanan rumah sakit yang masih kurang memadai dan tidak adanya puskesmas paliatif yang merupakan kendala bagi pasien rawat paliatif di Indonesia. Untuk itu hendaknya SK menteri ini perlu ditindaklanjuti dan direalisasikan sesegera mungkin sehingga program keperawatan paliatif ini dapat berjalan sebagaimana mestinya dan dapat dimanfaatkan oleh pasien paliatif di Indonesia. Kata kunci : puskesmas paliatif,standarisasi puskesmas paliatif,pasien kanker

Latar Belakang
1

Pada umumnya puskesmas adalah tempat pelayanan kesehatan terdekat bagi penduduk Indonesia,dimana orang dapat memperoleh pengobatan dan memperoleh informasi mengenai kesehatan lainnya. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Untuk itu diperlukan adanya tempat-tempat pelayanan bagi pasien yang membutuhkan terapi paliatif tersebut. Salah satunya adalah puskesmas yang memiliki standarisasi untuk perawatan paliatif. Dalam merealisasikan tujuan semua tersebut diatas maka tidak hanya mutu pelayanan perawatan paliatif yang terus ditingkatkan tetapi pemerataan pelayanan juga diperhatikan guna mempermudah akses bagi penderita paliatif khususnya pasien kanker. Seperti yang tercantum dalam Buku Pedoman Penanggulagan Kanker Terpadu Paripurna (PKTP) yang dikeluarkan Depkes 1997, menyebutkan bahwa angka kejadian penderita kanker adalah 0,1% dari jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 200 juta lebih maka akan ditemukan sekitar 200.000 lebih penderita kanker baru setiap tahunnya dan lebih dari 50% datang dalam stadium yang sudah lanjut. Dengan penderitaan yang semakin kompleks danmenyentuh aspek-aspek yang membentuk manusia yaitu bio(fisik)psikososiokulturospiritual maka pendekatan holistik dan interdisipliner serta melibatkan banyak profesional (multiprofesioal ) sangatlah dibutuhkan dalam penanganannya. Perawatan paliatif juga diperlukan keberadaannya di Puskesmas mengingat seringkali penderita kanker stadium lanjut yang sudah tidak perlu tindakan lebih lanjut di rumah sakit maka umumnya menginginkan kembali ke rumah atau daerahnya masingmasing. Dan sarana pelayanan kesehatan didaerah yang paling dekat dengan masyarakat adalah Puskesmas. Prinsip pelayanan perawatan paliatif sendiri sebetulnya adalah mudah murah dan kalau dapat di rumah ( home care ). Mudah disini berarti bahwa semua komponen dalam masyarakat baik medis maupun non medis dapat melakukan perawatan paliatif, murah berarti biaya perawatan paliatif termasuk obat-obatan cukup sederhana & di puskesmas memang ada. Sedangkan di rumah maksudnya adalah apabila penderita paliatif yang sudah tidak membutuhkan tindakan dirumah sakit, mereka lebih nyaman tinggal di rumah sendiri di lingkungan keluarga yang mengasihinya. Presentasi Kasus Ibu Z,80 tahun,dengan penyakit parkinson dan miksoma yang membutuhkan perawatan paliatif. Terkena penyakit parkinson sejak tahun 1988. Namun sejak terjatuh 6 bulan yang lalu,kondisinya semakin memburuk. Oleh Ibu T,anaknya,Ibu Z dibawa berobat ke neurologi. Ahli neurologi mengatakan bahwa Ibu Z terkena stroke dan fungsi otak kirinya menurun. Seharusnya bagian tubuh yang kaku adalah sebelah kanan (kontralateral) tapi yang terjadi justru bagian tubuh sebelah kiri yang tidak dapat digerakkan. Dan sejak itu Ibu Z sering batukbatuk. Lalu dibawa ke dokter dan dari hasil CT-SCAN ditemukan adanya massa di jantung. Setelah pemeriksaan,Ibu Z di diagnosis menderita tumor jantung (miksoma). karena usia yang sudah sangat lanjut,keluarga Ibu Z menolak untuk dilakukan operasi. Dan Ibu Z sendiri sudah tidak mau bolak-balik ke rumah sakit. Dan atas saran dari pihak perusahaan yang menjamin biaya kesehatan untuk dilakukan perawatan paliatif di rumah saja. Namun terbatasnya obatobatan dan tenaga medis menjadi kendala bagi pasien. Untuk itulah puskesmas paliatif sangat dibutuhkan sebagai alternatif rawat jalan yang terdekat. Diskusi
2

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002). Perawatan paliatif di Indonesia sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812 / Menkes/ SK / VII / 2007 tentang kebijakan perawatan paliatif di Indonesia. Partisipasi dan keterlibatan pemerintah maupun masyarakat sangat dibutuhkan dalam merealisasi dan mengembangkan perawatan paliatif di Indonesia baik secara lintas sektoral, lintas program, lintas profesi dan lintas potensi yang ada dalam masyarakat termasuk para relawan. Sumberdaya manusia (SDM) serta sarana pelayanan kesehatan menjadi tulang punggung dalam pelaksanaan perawatan paliatif. ( Surat Keputusan Menteri Kesehatan NOMOR : 812/Menkes/SK/VII/2007) Di Indonesia sendiri,pada kenyataannya puskesmas paliatif tersebut belum tersedia cukup banyak dan masih jauh dari standar yang layak. Seharusnya syarat puskesmas tersebut mengacu kepada standar klinik di Australia. Puskesmas paliatif di Indonesia harus segera diwujudkan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri (SK Menteri) mengingat banyaknya jumlah pasien yang membutuhkan perawatan paliatif di Indonesia,dibanding dengan tersedianya perawatan paliatif tersebut baik di Rumah Sakit ataupun puskesmas. Kurangnya tenaga medis dan ketidakpedulian pemerintah menjadi kunci utama bobroknya kualitas pelayanan medis di Indonesia. Hal ini sangat menyusahkan pasien paliatif,dikarenakan susahnya mendapatkan perawatan yang sesuai bagi mereka. Sedangkan menurut Dewan Perawatan Paliatif Care di Australia,standar public health/clinical goverment (dalam hal ini puskesmas,di Indonesia),yaitu : STANDAR 1 - AKUNTABILITAS Adanya sistem pengelolaan klinik yang jelas mengenai sistem akuntabilitas seluruh organisasi klinik pemerintahan,termasuk kepala eksekutif daerah,tim eksekutif,dan staf klinik medis lainnya. Alasan Tujuan utama dari setiap program klinik pemerintahan ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan kemanan pelayanan kesehatan yang merupakan bagian dari manajemen sehari-hari dari praktek klinik. Ini hanya dapat dicapai dengan adanya sistem klinik pemerintahan yang komprehensif dan koheren, didukung oleh akuntabilitas yang jelas. Pelaksanaan kebijakan dan strategi klinik pemerintahan pada semua tingkat organisasi merupakan tantangan bagi dokter dan manajer. Sukses akan tergantung pada dukungan dari kepala eksekutif dan manajemen, dan partisipasi aktif dari semua perusahaan,staf klinik, dan konsumen kesehatan Kriteria Organisasi harus mampu menunjukkan bahwa: 1. Kepala Eksekutif bertanggung jawab dalam pengelolaan klinik 2.Petugas yang tepat telah yang ditunjuk untuk bertanggung jawab terhadap implementasi dan manajemen program organisasi pengelolaan klinik 3. Akuntabilitas dan organisasi yang jelas telah dibentuk 4. Adanya staf dalam klinik tersebut. Bukti Pendukung Bukti pendukung dapat meliputi:
3

Pengembangan dan pelaksanaan kebijakan dan strategi pengelolaan yang sesuai Adanya penanggung jawab yang sesuai dengan klinik pemerintah pada umumnya,meliputi kepala eksekutif, manajer dan dokter Adanya bagan organisasi Adanya kerangka acuan bagi komite yang bertanggung jawab untuk mengawasi klinik pemerintahan Mendokumentasikan pertemuan komite klinik pemerintahan Mendokumentasikan korespondensi dan rapat manajer senior dan dokter senior dengan penanggung jawab klinik pemerintahan Hasil audit yang menunjukkan kepatuhan kebijakan dan strategi pengelolaan STANDAR 2 - KEBIJAKAN DAN STRATEGI mendokumentasikan kebijakan dan strategi untuk pengelolaan klinik dan dapat menunjukkan adanya aktivitas yang konsisten Alasan Klinik pemerintahan harus diintegrasikan ke dalam organisasi, sehingga pihak manajemen dan dokter dapat meningkatkan keselamatan dan kualitas pelayanan kesehatan. Strategi organisasi klinik pemerintahan harus mencakup hasil tinjauan yang terukur dan kebijakan untuk meningkatkan 'Nilai Konsumen', 'Kinerja Klinis dan Evaluasi', 'Resiko Klinik Manajemen 'dan' Profesional Pembangunan '. Kriteria Organisasi harus mampu menunjukkan bahwa: 1. Kebijakan dan strategi telah disetujui klinik pemerintahan, setidaknya setiap dua tahun. 2. Strategi organisasi klinik pemerintahan harus relevan dengan tujuan organisasi dan sasaran termasuk kebijakan dan terukur dari empat pilar Kerangka Klinik Pemerintahan WA (Australia Barat) : Nilai Konsumen Kebijakan dan prosedur untuk meningkatkan pasien dan partisipasi konsumen dalam perawatan kesehatan. Proses dan prosedur akan mencakup: - Memastikan persetujuan dari pasien didokumentasikan secara tepat - Pengelolaan keluhan pasien secara tepat waktu dengan umpan balik konsumen yang tepat - Pengelolaan permintaan kebebasan informasi - Pengungkapan informasi yang relevan untuk pasien, perawat atau keluarga - Memastikan bahwa umpan balik konsumen kuesioner dilakukan setiap tahun

Kinerja dan Evaluasi Klinik Kebijakan dan prosedur untuk mengelola dan menerapkan perubahan dalam menanggapi hasil pelayanan. Proses dan prosedur akan meliputi: - Pengukuran yang sesuai dari standar pelayanan kesehatan - Standarisasi dan konsistensi pelayanan - Partisipasi dalam menentukan Audit kegiatan (misalnya Audit Kematian Bedah) - Partisipasi dalam memperoleh rekam medis - Sejalan terhadap bukti berbasis protokol praktek terbaik - Sejalan dengan kebijakan organisasi dan prosedur - Memastikan staf klinis layak untuk bekerja

Manajemen Risiko Klinik


4

Kebijakan dan prosedur untuk mengelola dan menerapkan perubahan dalam menanggapi identifikasi risiko klinik, termasuk insiden, efek samping dan peristiwa. Proses dan prosedur akan meliputi: - Pelaporan insiden klinis (untuk WA sistem manajemen insiden (AIMS)) dan pengelolaan insiden - Acara pelaporan dan penyelidikan menggunakan kerangka akar penyebab analisis atau komprehensif, sistem yang terfokus, metodologi - Adanya kepatuhan pasie dan adanya prosedur kebijakan benar - Kematian dilaporkan kepada pemeriksa dan badan hukum lainnya - Penyediaan komunikasi dan pelatihan - Identifikasi, penilaian dan manajemen resiko klinik sesuai departemen kesehatan dan kebijakan pemerintah Pengembangan Profesional dan Manajemen - Implementasi pengembangan profesional dan manajemen kinerja sesuai kebijakan dan prosedur, yang akan mencakup: - Orientasi staf yang sesuai dan adanya program pelatihan - Manajemen kinerja - Sistem yang adil dan transparan untuk melaporkan dan memantau setiap anggota staf yang layak untuk bekerja dan untuk mengelola ulang kinerja yang buruk - Mengutamakan kredensial sesuai dengan kondisi setempat - Kebijakan untuk membangun keamanan dan efektivitas prosedur baru. 3.Strategi dan kebijakan organisasi klinik pemerintahan menggambarkan proses peninjauan kinerja organisasi terhadap indikator kinerja yang ditentukan dan ditolok ukur. 4. Strategi tata kelola klinik bagi individu direktorat / departemen / unit konsisten dengan keseluruhan strategi dan kebijakan organisasi klinik pemerintahan.

Bukti Pendukung Bukti pendukung dapat meliputi: Strategi yang tepat dan kebijakan berdasarkan empat pilar WA kerangka tata kelola klinik Bukti yang terkait rencana strategis organisasi klinik pemerintahan / perusahaan Bagan organisasi klinik pemerintahan Bukti kebijakan klinik pemerintahan dan prosedur yang dikembangkan dan diterapkan di semua bidang organisasi klinik Bukti kebijakan / strategi diseminasi kepada staf dan pemangku kepentingan STANDAR 3 - STRUKTUR ORGANISASI Kebijakan dan strategi tata pengelolaan klinik dimasukkan ke dalam struktur organisasi .Alasan Manfaat dari klinik pemerintahan hanya akan dicapai jika sistem akuntabilitas yang komprehensif dan kohesif didukung oleh struktur organisasi yang luas. Dalam rangka mendukung akuntabilitas pengaturan tata kelola klinik, organisasi harus memastikan bahwa ada sebuah komite yang menyetujui dan bertanggung jawab untuk mengawasi tata kelola klinik. Kriteria Organisasi harus mampu menunjukkan bahwa: 1.Ada persetujuan dari komite yang bertanggung jawab untuk mengawasi semua aspek klinik pemerintahan 2. Peran dan tanggung jawab komite klinik pemerintahan yang jelas
5

3.Komite tata kelola klinik bertanggung jawab untuk organisasi,koordinasi merekomendasikan untuk kegiatan klinik pemerintahan 4. Komite tata kelola klinik memiliki anggota medis (dokter),setidaknya satu atau lebih 5. Komite klinik pemerintahan memonitor dan melaporkan ke kepala eksekutif

dan

Bukti Pendukung Bukti pendukung dapat meliputi: Komite sesuai yang didirikan untuk mengawasi kegiatan klinik pemerintahan Unit organisasi kebijakan dan strategi tata kelola klinik yang mengenali peran komite Peran laporan staf atau bentuk deskripsi kerja dalam mengidentifikasi peran dan tanggung jawab klinik pemerintahan mendokumentasikan kerangka acuan untuk komite yang bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan klinik pemerintahan membuat pertemuan untuk organisasi tim eksekutif laporan tahunan klinik pemerintahan diberikan kepada tim eksekutif dan departemen kesehatan STANDAR 4 - ALOKASI SUMBER DAYA YANG TEPAT Menyediakan sumber daya manusia untuk memimpin, melaksanakan dan mendukung kegiatan klinik pemerintahan. Alasan Sebagai bagian dari strategi perencanaan dan kepatuhan laporan, setiap organisasi harus mendokumentasikan bagaimana mereka menyediakan sumber daya manusia dan fisik untuk menerapkan dan mendukung kegiatan klinik pemerintahan. Kriteria Organisasi harus mampu menunjukkan bahwa: 1. Sumber daya manusia yang sesuai disediakan untuk melaksanakan dan mendukung kegiatan klinik pemerintahan. 2. Alat-alat teknologi informasi yang sesuai yang digunakan untuk mendukung sistem kebijakan dan strategi pengelolaan klinik serta memfasilitasi berbagi informasi di seluruh organisasi. Bukti Pendukung Bukti pendukung dapat meliputi: Mendokumentasikan sistem dan kerangka sumber daya klinik pemerintahan Mendokumentasikan sistem kebijakan dan kegiatan organisasi klinik pemerintahan. Contoh tentang bagaimana organisasi dapat menunjukkan sumber daya kegiatan klinik pemerintahan meliputi: penyediaan laporan keuangan tahunan untuk rencana bisnis klinik pemerintahan,dan penunjukan posisi staf yang berdedikasi untuk mengawasi kegiatan klinik pemerintahan STANDAR 5 - KOMUNIKASI mengomunikasikan hukum dan strategi tata kelola klinik kepada semua staf, publik,dan untuk kepentingan lainnya (pengelolaan) Alasan Pelaksanaan klinik pemerintahan adalah tanggung jawab semua staf di semua tingkatan organisasi, termasuk dokter dan manajemen klinik. Agar klinik pemerintahan sukses, semua
6

organisasi harus menetapkan budaya dimana semua staf yang terlibat dan memiliki tanggung jawab dalam keamanan klinik dan didukung oleh komunikasi yang efektif dan tepat dalam pengalokasian sumber daya. Kriteria Organisasi harus mampu menunjukkan bahwa: 1. Kebijakan dan strategi organisasi klinik pemerintahan telah dikomunikasikan tepat untuk semua staf dan tersedia bagi publik (misalnya situs internet, poster,pertemuan kesehatan) 2. Staf klinik dapat memahami dan mematuhi kebijakan layanan kesehatan 3. Mereferensikan kebijakan dan strategi dalam organisasi klinik pemerintahan agar diterbitkan dalam dokumen,misalnya laporan tahunan. Bukti Pendukung Bukti pendukung dapat meliputi: Adanya komunikasi dari kebijakan dan strategi klinik pemerintahan untuk semua staf dan masyarakat Laporan tahunan mengenai kualitas dan keamanan Kebijakan dan strategi klinik pemerintahan yang masuk dalam orientasi dan pengembangan program profesional untuk semua staf disiplin. STANDAR 6 - PENGEMBANGAN DAN PELATIHAN PROFESIONAL Semua karyawan, termasuk manajer dan dokter diberikan informasi yang memadai,sumber daya, pelatihan dan pengembangan profesional untuk mendukung kegiatan organisasi klinik pemerintah. Alasan Penyediaan informasi, instruksi dan pelatihan adalah cara yang efektif untuk memastikan bahwa semua staf memiliki setidaknya memiliki kompetensi dalam kegiatan klinik pemerintahan,berkomitmen dan terlibat dalam strategi untuk meningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan kesehatan di tingkat lokal. Ini akan membantu untuk menentukan tingkat informasi instruksi klinik pemerintahan,dan pelatihan yang dibutuhkan untuk masing-masing bidang organisasi. Informasi klinik pemerintahan, instruksi dan pelatihan dapat disampaikan melalui strategi yang meliputi: lokakarya internal yang dijalankan oleh staf dengan keahlian dalam klinik pemerintahan, program induksi karyawan yang meliputi satu atau lebih dari empat pilar klinik pemerintahan. Organisasi harus mampu menunjukkan bahwa semua karyawan, baik administratif dan klinik, menyadari peran dan tanggung jawab,dan telah sesuai saran, dukungan,dan profesional pembangunan untuk dapat berpartisipasi penuh dalam kegiatan klinik pemerintahan. Kriteria Organisasi harus mampu menunjukkan bahwa: 1. Karyawan tersedia,dengan informasi yang memadai,sumber daya, pelatihan dan pengembangan profesional untuk mendukung kegiatan organisasi klinik pemerintahan 2. Catatan pelatihan disimpan, dipantau dan diperbaiki 3. Program induksi disediakan untuk semua staf baru dan termasuk ikhtisar organisasi hukum dan strategi klinik pemerintahan Bukti pendukung Bukti pendukung dapat meliputi:
7

Bukti pengembangan staf dalam kaitannya dengan pengelolaan klinik Kehadiran pada lokakarya / seminar Hasil analisis kebutuhan pelatihan Pelatihan laporan evaluasi program, dan Mendokumentasikan program pelatihan dan pembangunan profesional STANDAR 7 - MENGUKUR EFEKTIVITAS Indikator kinerja yang dikembangkan dan digunakan di semua tingkat organisasi untuk mengukur dan menunjukkan efektivitas kebijakan dan strategi klinik pemerintahan Alasan Organisasi harus mengembangkan dan menerapkan indikator kinerja yang menunjukkan efektivitas hukum dan strategi tata kelola organisasi klinik. Salah satu contoh indikator adalah tingkat kepatuhan dengan standar. Indikator kinerja harus mampu menunjukkan perbaikan dalam keselamatan dan kualitas pelayanan kesehatan yang disediakan oleh organisasi dari waktu ke waktu. Jumlah indikator kinerja yang dibuat harus cukup untuk memantau klinik pemerintahan dari keselamatan dan kualitas kegiatan. Tim eksekutif harus memantau dan mengevaluasi indikator kinerja untuk menjamin bahwa kebijakan internal,proses kerja memuaskan dan tujuan pemerintahan akan terpenuhi. Kriteria Organisasi harus mampu menunjukkan bahwa: 1. Mengembangkan dan mengimplementasikan indikator kinerja utama untuk menunjukkan penggunaan dan efektifitas hukum dan strategi klinik pemerintahan 2. Unit bisnis memiliki rencana peninjauan klinik pemerintahan yang disepakati, target ditetapkan untuk kemajuan dan diajukan pada komite organisasi yang tepat (Divisi Departemen atau klinik mungkin tidak dianggap sebagai Unit Bisnis) 3. Hukum dan efektivitas klinik pemerintahan disertakan dalam laporan tahunan organisasi. Bukti pendukung Bukti pendukung dapat meliputi: Pengembangan dan implementasi indikator kinerja untuk klinik pemerintahan Penggunaan indikator kinerja klinik pemerintahan pada semua tingkat organisasi Pemantauan dan pelaporan indikator kinerja dan perbaikan dalam keselamatan dan kualitas pelayanan kesehatan, dari waktu ke waktu Laporan Tahunan STANDAR 8 - TINJAUAN EKSTERNAL Kepala eksekutif dan tim eksekutif pelayanan kesehatan menerima jaminan dan review, bahwa sistem klinik pemerintahan di tempat tersebut memenuhi persyaratan standar Alasan Tanggung jawab organisasi eksekutif untuk memantau dan meninjau semua aspek sistem klinik pemerintahan termasuk: pengaturan akuntabilitas,pengembangan, implementasi dan pemanfaatan hukum tata kelola klinik,proses pelatihan dan pengembangan profesional untuk staf, klinik dan hasil temuan audit intern. Ulasan oleh badan-badan independen, termasuk auditor internal dapat membantu organisasi untuk memantau, meninjau dan melaporkan kinerja kepada pemangku kepentingan juga untuk mengidentifikasi bidang yang menjadi perhatian dan perlu ditangani. Ulasan kinerja akan memberikan jaminan departemen kesehatan bahwa
8

kebijakan dan proses klinik pemerintahan memuaskan dan target lokal negara akan terpenuhi. Internal Audit akan menentukan area prioritas untuk kegiatan audit klinik pemerintahan sebagai bagian rencana audit tahunan. Kriteria Organisasi harus mampu menunjukkan bahwa: 1. Organisasi memiliki sistem untuk memastikan bahwa tinjauan yang dilakukan oleh lembaga eksternal atau audit internal sudah efektif dan terkoordinasi. Setiap rekomendasi dipertimbangkan untuk implementasi ke depannya. 2. Tim eksekutif pelayanan kesehatan memastikan bahwa keputusan, yang berhubungan dengan klinik pemerintahan, dikomunikasikan kepada komite pengelolaan klinik. Bukti pendukung Bukti pendukung dapat meliputi: Audit internal untuk kepala eksekutif Laporan badan tinjauan eksternal Australia,misalnya untuk dewan standar pelayanan kesehatan Laporan kepada badan eksternal misalnya departemen kesehatan Pertemuan komite pengelolaan klinik dan komite audit (Introduction to Clinical Governance A Background Paper.WA Department of Health, Government of Western Australia) Dari segi agama Islam,dalam hal ini dikatakan oleh sebuah hadis tentang menzalimi sesama manusia (menelantarkan hak pasien). Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya telah Aku haramkan atas diri-Ku perbuatan zhalim dan Aku jadikan ia diharamkan di antara kamu; maka janganlah kalian saling berbuat zhalim Sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zhalim kepada diri mereka sendiri. (QS Yuunus:44) (Jangan Menzalimi Sesama) Walaupun kanker sampai saat ini belum ada obatnya,tetapi hendaknya pasien tetap berusaha sebisanya untuk meningkatkan kualitas hidup dengan berobat. Dan tentang anjuran berobat kepada ahli (dokter,tabib,dsb) Maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai keahlian jika kamu tidak mengetahui (QS. An-Nahl : 43) (Nur Al-Quran visi Nursyifa) Simpulan dan saran Meskipun program mengenai perawatan paliatif di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1992,namun upaya ini masih sangat kurang. Indonesia dengan luas 1.919.440 kilometer persegi (anika.com) dengan 33 provinsi, sampai dengan sekarang fasilitas perawatan paliatif hanya didapatkan di 5 (lima) ibu kota provinsi, yakni: DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan. Padahal kita semua tahu pasien dari berbagai penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif tersebar di seluruh Nusantara. Dan masalah kanker merupakan yang tertinggi dalam beberapa dekade ini. Karena itu perawatan paliatif untuk pasien kanker perlu ditingkatkan dalam berbagai aspek. Sebenarnya perawatan paliatif itu sendiri sudah ada sejak lama dalam pra pendidikan dokter spesialis di RSU Dr.Soetomo tetapi setelah para PPDS itu bekerja di ruangan masing-masing pada kenyataannya perawatan paliatif tersebut tidak dijalankan sebagaimana mestinya. (Palliative Care in Indonesia Past,Present,and Future)
9

Perawatan paliatif sendiri masih sangat terbatas pelayanannya di rumah sakit karena kurangnya tenaga medis (dokter,perawat) yang mengerti tentang paliatif tersebut. Mahalnya biaya perawatan,standar pelayanan rumah sakit yang masih kurang memadai merupakan kendala bagi pasien rawat paliatif di Indonesia. Untuk itu hendaknya SK menteri ini perlu ditindaklanjuti dan direalisasikan sesegera mungkin sehingga program keperawatan paliatif ini dapat berjalan sebagaimana mestinya dan dapat dimanfaatkan oleh pasien paliatif di Indonesia. Acknowledgement Terima kasih kepada pihak RS.Dharmais yang telah bersedia untuk menerima kunjungan,terutama kepada dr.Maria Astheria Witjaksono, Cert.in PC, MPALL. Kepada pihak pasien yang bersedia memberikan informasi dengan baik. Kepada tutor kami drg.Nur Erryzona yang telah membimbing untuk menyelesaikan laporan ini. Dan juga kepada dr.Hj.Riyani Wikaningrum,DMM.MSc selaku koordinator blok elektif Palliative Care dan teman-teman sejawat FK Yarsi.

10

Daftar Pustaka
1. Nur Al-Quran visi Nursyifa.Diakses pada tanggal 19 November 2011.

http://www.pengobatan.com/khazanah_islamiah/nur_quran/nur_al_quran2.html
2. Department of Health (2003). Introduction to Clinical Governance A Background

Paper.WA Department of Health, Government of Western Australia. (http://www.health.wa.gov.au/safetyandquality/publications/index.cfm).


3. Doeyle D. Hanks, G.W.C. Macdonald, N. Oxford Text Book of Palliative Medicine,

Oxford University Press. Inc. New York, 1993


4. Jangan Menzalimi Sesama.Diakses pada tanggal 20 november 2011.

http://hariswanindra.blogspot.com/2011/03/jangan-menzalimi-sesama.html
5. Palliative Care in Indonesia Past,Present,and Future.R.Sunaryadi Tejawinata.RSU

Dr.Soetomo,FKUNAIR.Diakses pada tanggal 20 November 2011. http://www.palliative-surabaya.com/gambar/pdf/buku_pkb_vi-bagian308082008.pdf


6. Tejawinata, R. Sunary.Poliklinik Perawatan Paliatif Puskesmas Balongsari

Surabaya,2007. 7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan NOMOR : 812/Menkes/SK/VII/2007

11

You might also like