You are on page 1of 31

BAB VI TRANSMITTER

Bab ini membahas transmitter yang meliputi persyaratan transmitter, topologi transmitter, transmitter AM DSB-FC, transmitter DSB-SC, transmitter SSB, dan transmitter FM. Bab ini berisi materi yang akan membuat mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan transmitter, topologinya, prinsip kerja tiap transmitter dan perbedaan antara tiap transmitter. 6.1 Persyaratan Transmitter Sebelum melihat pada rangkaian sesungguhnya, kita perlu untuk mempertimbangkan apakah transmitter telah bekerja. Ia harus menghasilkan sinyal dengan tipe modulasi yang benar, dengan daya cukup, pada frekuensi carrier yang tepat, dan dengan efisiensi yang layak. Sinyal output harus dikopel ke antena. Modulasi harus bekerja cukup teliti agar supaya sinyal baseband, seperti yang di-recover oleh receiver, adalah salinan yang sebenarnya dari sinyal pemodulasi asli. Akurasi dan Stabilitas Frekuensi Akurasi dan stabilitas frekuensi transmitter pada dasarnya ditetapkan oleh osilator carrier. Persyaratan seksama (exact) berbeda-beda dengan penggunaan untuk apa transmitter disimpan dan diatur oleh badan regulasi pemerinta: contohnya Federal Communications Commission di United States and Industry Canada di Kanada. Bergantung pada aplikasi, akurasi dan stabilitas frekuensi ditetapkan dalam hertz atau sebagai persentasi dari frekuensi operasi. Ini mudah untuk menkonversi dua metode, seperti contoh berikut. Contoh 6.1 Sebuah osilator kristal akurat dalam 0,0005%. Berapa jauh frekuensi dari outputnya pada 27 MHz? Solusi Frekuensi dapat keluar dengan 0,0005% dari 27 MHz, yaitu
27 x10 6 Hz x 0,0005 = 135Hz 100

VI-1

Frequency Agility (Ketangkasan Frekuensi) Frequency agility menunjuk pada kemampuan frekuensi operasi untuk berubah dengan cepat, tanpa penalaan kembali. Pada transmitter broadcast, ini tidak disyaratkan, karena stasion demikian frekuensinya jarang berubah. Dengan layanan lain, seperti radio CB, situasinya berbeda. Penalaan ulang dengan cepat pada 40 kanal yang tersedia adalah hal yang pokok untuk beberapa transmitter CB moderen. Disamping pensintesa frekuensi untuk mengatur frekuensi pemancaran aktual, transmitter juga diperlukan untuk menggunakan teknik broadband seluruhnya agar supaya perubahan frekuensi dapat dibuat dengan segera tanpa penalaan ulang. Spectral Purity (Kemurnian Spektral) Semua transmitter menghasilkan sinyal-sinyal palsu. Mereka memancarkan sinyalsinyal pada frekuensi lain daripada carrier-nya dan sideband diperlukan untuk skema modulasi yang digunakan. Sinyal-sinyal palsu sering berupa harmonik dari frekuensi operasi atau osilator carrier jika ia beroperasi pada frekuensi berbeda. Beberapa amplifier akan menghasilkan distorsi harmonik. Amplifier kelas C, yang mana sangat umum dalam transmitter, menghasilkan jumlah energi harmonik yang besar. Semua frekuensi kecuali frekuensi pemancaran yang ditetapkan harus difilter untuk menghindari interferensi dengan transmisi-transmisi yang lain. Pemfilteran harmonik tidak akan pernah dapat sempurna, tetapi transmitter didisain dengan bagus jadi sangat efektif. Sebagai contoh, Gambar 6.1 menunjukkan spektrum yang dihasilkan oleh transmitter CB. Catatan bahwa pada sekitar 27 MHz dan harmonik pada dua kali atau tiga kali frekuensi fundamental. Berapa jarak turun dari fundamental emisi-emisi harmonik ini?. Power Output (Daya Output) Ada beberapa cara untuk mengukur daya transmitter, bergantung pada skema modulasi. Transmitter untuk AM full-carrier dinilai perihal daya carrier. Ini dimengerti bahwa daya output dengan modulasi lebih besar dari pada ini.Penilaian daya carrier adalah percuma dengan transmitter AM suppressed-carrier, jadi peak-envelope power (PEP) malahan digunakan. Modulasi frekuensi sistem daya konstan, jadi transmitter FM dinilai perihal total daya output. Adakalanya daya diberikan pada tingkat output transmitter dengan power supply-nya digunakan dari pada daya outputnya, karena yang terlebih dahulu adalah VI-2

lebih mudah untuk diukur. Karena tidak ada korelasi yang sederhana antara power supply daya dan daya output, karena efisiensi penguat daya transmitter bervariasi luas, metode ini jarang digunakan.

Gambar 6.1 Output transmitter pada domain frekuensi Efisiensi Efisiensi transmitter adalah penting untuk dua alasan. Sangat jelas satu adalah penyimpanan energi. Ini khususnya penting ketika level daya sangat besar dibutuhkan, seperti dalam broadcasting, atau pada daerah level daya ekstrim lainnya, ketika operasi hand-held menggunakan baterai diperlukan. Alasan lain untuk pencapaian efisiensi tinggi menjadi nyata ketika kita mempertimbangkan apa yang terjadi untuk daya yang masuk transmitter dari power supply tetapi tidak keluar lewat antena: ia dikonversi kedalam panas dalam transmitter, dan panas ini harus dibuang. Sejumlah besar dari panas membutuhkan komponen-komponen besar-heat sinks, kipas angin, dan dalam kasus beberapa transmitter daya tinggi, lengkap air pendingin. Semuanya ini tambahan untuk biaya peralatan. Ketika mendiskusikan efisiensi, ini adalah penting untuk membedakan antara efisiensi dari tingkat individu dan transmitter secara keseluruhan. Pengetahuan efisiensi tingkat penguat adalah berguna dalam mendisain sistem pendingin dan pengukuran supplai daya. Efisiensi keseluruhan adalah perpandingan daya output terhadapa daya input dari sumber daya primer, apakah berupa saluran daya ac atau baterai. Efisiensi keseluruhan dikurangi oleh faktor seperti daya tube-heater dan losses dalam power supplai.

VI-3

6.2 Topologi Transmitter Gambar 6.2 menunjukkan diagram blok beberapa jenis trasmitter yang dalam semua kasus sinyal RF termodulasi dibangkitkan dan ditransmisikan. Pada gambar 6.2(a), yang mana memberikan transmitter untuk AM full-carrier, carrier dibangkitkan oleh frekuensi synthesizer dan dikuatkan untuk daya output sepenuhnya sebelum modulasi. Pemilihan pengali frekuensi akan digunakan jika frekuensi carrier dibutuhkan lebih tinggi daripada yang dapat dibangkitkan dengan baik sekali oleh synthesizer.
Antena Buffer Frequency Multiplier (optional) Baseband Signal Processing Baseband Signal Input Driver Power Amplifier / Modulator

Frequency Synthesizer

Matching Circuit

(a) High-Level modulation (AM)


Frequency Synthesizer/ Modulator Antena Buffer Frequency Multiplier (optional) Baseband Signal Processing Baseband Signal Input Power Amplifier / Driver Modulator

Matching Circuit

(b) Low-Level modulation (FM, FSK)

VI-4

Antena Mixer Driver Power Amplifier

Carrier Oscillator Baseband Signal Processing Baseband Signal Input Frequency Synthesizer

Bandpass Filter

Matching Circuit

(c) System Heterodyne (PSK, QAM, SSBSC AM) Gambar 6.2 Topologi transmitter Dengan penundaan modulasi selama mungkin, topologi ini memberikan semua tingkatan penguat RF pada transmitter untuk beroperasi dalam mode nonlinier untuk efisiensi yang lebih bagus. Karena AM bergantung pada variasi amplitudo, penguat linier harus digunakan setelah modulasi. Modulator high-power AM secara relatif mudah untuk dibangun, jadi ini topologi untuk AM. Ketika modulasi meliputi perubahan frekuensi yang ditransmisikan, seperti dalam FM, ini yang biasa untuk memodulasi carrier osilator. Dalam Gambar 6.2(b), osilator ditunjukkan sebagai frekuensi synthesizer. Gambar 6.2(c) menunjukkan disain yang sedikit lebih kompleks, secara umum digunakan dimana ia lebih cocok untuk memodulasi sinyal pada frekuensi yang tetap. Sinyal termodulasi kemudian dipindahkan ke frekuensi output yang diperlukan oleh kombinasi osilator-mixer, dengan osilator biasanya mengambil bentuk dari frekuensi synthesizer. Bandpass filter membuang komponen pencampuran yang tidak diinginkan, dan mengirim sinyal ke rangkaian penguat. Transmitter AM suppressed-carrier secara umum menggunakan topologi ini, dan ia juga biasa untuk jenis transmitter pada UHF dan diatasnya. Semua disain transmitter berakhir dengan penguat multistage.Dua tingkatan ditunjukkan, driver dan power amplifier. Lebih yang diperlukan, secara khusus untuk level daya output yang tinggi. Rangkaian penyesuai menyesuaikan power amplifier ke

VI-5

impedansi beban, yang mana biasanya 50 atau 75, dan juga menghapus harmonikharminik atau sinyal-sinyal palsu yang lainnya dari output transmitter. Power amplifier harus linier untuk beberapa sinyal yang mempunyai amplitudo bervariasi., seperti dengan gambar 6.2(a), modulasi dilakukan pada output transmitter. 6.3 Transmitter AM Full-Carrier 6.3.1 Rangkaian Modulator AM Lokasi dalam transmitter dimana modulasi terjadi menentukan apakah rangkaian low atau high-level transmitter. Dengan low-lwvwl modulation, modulasi terjadi sebelum elemen output dari tingkatan akhir transmitter, dengan kata lain, sebelum kolektor untuk transmitter yang menggunakan transistor dan sebelum drain yang menggunakan FET. Keunggulan dari modulasi low-level adalah bahwa daya sinyal pemodulasi yang kurang diperlukan untuk mencapai persentasi modulasi yang tinggi. Dalam modulator high-level, modulasi terletak pada elemen akhir dari tingkatan akhir dimana sinyal carrier dengan amplitudo maksimumnya dan memerlukan sinyal pemodulasi yang lebih tinggi untuk mencapai persentasi modulasi yang layak. Dengan modulasi high-level, penguat sinyal pemodulasi akhir harus mensuplai semua daya sideband, yang mana sebanyak 33% dari total daya transmit. Jelas sebuah kekurangan dari modulasi low-level adalah pada aplikasi high-power ketika semua amplifier yang mengikuti tingkat modulator harus amplifier linier, yang mana sangat tidak efisien. Low-level AM Modulator Sinyal kecil, penguat kelas A seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.3a dapat digunakan untuk menampilkan modulasi amplitudo; tetapi amplifier harus mempunyei dua input: satu untuk sinyal carrier dan kedua untuk sinyal pemodulasi. Tanpa sinyal pemodulasi, rangkaian beroperasi sebagai penguat linier kelas A dan output adalah carrier yang dikuatkan oleh penguatan tegangan tetap. Bagaimanapun, ketika sinyal pemodulasi diberikan, penguat beroperasi secara nonlinier dan perkalian sinyal seperti yang diuraikan dalam persamaan 6.1 terjadi. v am (t ) = [ E c + E m sin ( 2f m t ) ][ sin ( 2f c t ) ] .......................................(6.1) dimana

[ Ec + Em sin ( 2f mt ) ]

= amplitudo gelombang termodulasi

VI-6

Em = perubahan puncak pada amplitudo selubung (volt) fm = frekuensi sinyal pemodulasi (hertz) Pada gambar 6.3a carrier diberikan pada basis dan sinyal pemodulasi pada emiter. Oleh karena itu, konfigurasi rangkaian ini disebut modulasi emiter. Sinyal pemodulasi memvariasikan penguatan amplifier pada laju sinusoidal yang sama untuk frekuensi sinyal pemodulasi. Penguatan tegangan untuk modulator emiter diungkapkan secara matematis sebagai Av = Aq 1 + m sin ( 2f m t ) .............................................................(6.2) dimana Av = penguatan tegangan amplifier dengan modulasi Aq = penguatan tegangan tetap amplifier (tanpa modulasi) Sin(2fmt) mulai dari nilai maksimum+1 ke nilai minimum 1. Jadi persamaan 6.2 menjadi Av =Aq(1m) .........................................................................................(6.3) dimana m sama dengan koefisien modulasi (indeks modulasi). Pada modulasi 100%, m = 1 dan persamaan menjadi Av(max) = 2 Aq Av(min) = 0 Gambar 6.3b menunjukkan bentuk gelombang dari rangkaian yang ditunjukkan dalam gambar 6.3a. Sinyal pemodulasi diberikan melalui transformator T1 ke emiter dari Q1 dan sinyal carrier diberikan secara langsung pada basis. Sinyal pemodulasi menggerakkan rangkaian dalam saturasi dan cutoff, jadi menghasilkan penguatan nonlinier yang diperlkan untuk terjadinya modulasi. Bentuk gelombang kolektor meliputi carrier dan sisi frekuensi atas(upper) dan bawah (lower) seperti komponen pada frekuensi sinyal pemodulasi. Kapasitor kopling C2 simetris pada Vout. Dengan modulasi emiter, amplitudo sinyal output bergantung pada amplitudo carrier input dan penguatan tegangan dari amplifier. Koefisien modulasi bergantung sepenuhnya amplitudo sinyal pemodulasi. Kekurangan utama modulasi emiter adalah amplifier beroperasi kelas A, yang mana sangat tidak efisien. Modulator emiter juga tidak mampu untuk menghasilkan bentuk gelombang output high-power. menghilangkan frekuensi sinyal pemodulasi dari bentuk gelombang AM, jadi menghasilkan selubung AM

VI-7

(a)
Carrier termodulasi dilapiskan diatas sinyal pemodulasi

Vc

(a)
Sinyal pemodulasi (Vm)

Contoh 6.2 Untuk modulator AM low-level seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.3 dengan koefisien modulasi m = 0,8, penguatan tegangan tetap Aq = 100, frekuensi sinyal input fc = 500 kHz dengan amplitudo Vc = 5 mV, dan sinyal pemodulasi 1 kHz, tentukanlah a. Penguatan tegangan maksimum dan minimum b. Amplitudo maksimum dan minimum untuk Vout Time c. Sketsa selubung output AM Solusi a. Subtitusi ke dalam persamaan 6.2, (b) Amax =100( 1 + 0,8) = 180 Amin Modulator emiter; (a) Gambar 6.3= 100 (1 0,8) = 20 rangkaian single transistor; (b) gelombang output b. Vout(max) = 180(0,005) = 0,9 V Vout(min) = 20(0,005) = 0,1 V c.
+ 0,9 V

Time

+ 0,1 V - 0,1 V

- 0,9 V

VI-8

Gambar 6.4 Selubung AM u ntuk contoh 6.2

Modulator AM Medium-Power

Gambar 6.5 menunjukkan diagram skematik untuk modulator AM medium-power satu transistor. Modulasi terjadi dalam kolektor, yang mana adalah elemen output dari transistor. Oleh karena itu, jika ini adalah tingkat aktif akhir dari transmitter (tidak ada amplifier antara kolektor dan antena), ini adalah modulator high-level. Untuk mencapai efisiensi daya tinggi, modulator AM medium- dan high-power umumnya beroperasi pada kelas C. Oleh karena itu, efisiensi praktis yang mungkin adalah setinggi 80%. Rangkaian yang ditunjukkan dalam gambar 6.5a adalah penguat kelas C dengan dua input: carrier (vc) dan sinyal pemodulasi frekuensi tunggal (vm). Karena transistor dibias kelas C, ia beroperasi nonlinier dan mampu pencampur nonlinier (modulasi). Rangkaian ini disebut modulator kolektor karena sinyal pemodulasi diberikan secara langsung pada kolektor. RFC adalah radio-frequency choke yang bertindak sebagai hubung singkat ke dc dan terbuka untuk frekuensi tinggi. Oleh karena itu, RFC mengisolasi catu daya dc dari carrier frekuensi tinggi dan frekuensi-frekuensi sisi, yang mana masih membolehkan sinyal-sinyal intelijen frekuensi rendah untuk memodulasi kolektor Q1.

VI-9

Vp = Vcc Vm
Sinyal Pemodulasi

Vc
Sinyal Carrier

(a)
0,7 V 0V

VC

IC Vcc Vcc VCE (sat) = 0 V

Vout

(b)

VI-10

Vp = Vcc Vm 0V

VC

0,7 V 0V

IC 2Vcc Vout Vcc VCE(sat) = 0 V

(c) Gambar 6.5 Modulator AM DSBFC medium-power sederhana: (a) diagram skematik; (b) gelombang kolektor tanpa sinyal pemodulasi; (c) gelombang kolektor dengan sinyal pemodulasi Operasi Rangkaian. Untuk penjelasan berikut, merujuk pada rangkaian yang ditunjukkan dalam gambar 6.5a dan bentuk gelombang yang ditunjukkan dalam gambar 6.5b. Ketika amplitudo carrier melebihi potensial barrier dari junction basis-emiter (sekitar 0,7 V untuk transistor silikon), Q1 on dan arus kolektor mengalir. Ketika amplitudo carrier turun sampai 0,7 V, Q1 off dan arus kolektor berhenti. Konsekuensinya, Q1 beroperasi antara saturasi dan cutoff yang dikontrol oleh sinyal carrier, arus kolektor mengalir kurang dari 180o dari setiap siklus carrier, dan operasi kelas C dicapai. Tiap siklus berturut-turut dari carrier on untuk sesaat dan memberikan arus mengalir untuk waktu yang singkat, menghasilkan bentuk gelombang negatif pada kolektor. Arus kolektor dan bentuk gelombang tegangan ditunjukkan pada gambar 6.5b. Bentuk gelombang tegangan kolektor mirip sinyal setengah gelombang disearahkan berulang dengan frekuensi fundamental sama dengan fc.

VI-11

Vp = Vcc Vm
Sinyal Pemodulasi

Vc
Sinyal Carrier

Vp = Vcc 0V

(a)
VC

0,7 V 0V

IC +2Vcc

Vout

0V

(b) gelombang kolektor dan output

- 2Vcc

Gambar 6.6 Modulator AM DSBFC medium-power: (a) diagram skematik; (b)

VI-12

Input Carrier

Sinyal Termodulasi

Sinyal Input Pemodulasi

Gambar 6.7 Modulator transistor AM DSBFC high-power Ketika sinyal pemodulasi diberikan pada kolektor seri dengan tegangan supplai dc, ia menambahkan dan mengurangkan dari Vcc. Bentuk gelombang ditunjukkan pada gambar 6.5 dihasilkan ketika puncak maksimum amplitudo sinyal pemodulasi sama dengan Vcc. Ia dapat dilihat bahwa bentuk tegangan output berayun dari nilai maksimum 2Vcc ke kira-kira 0 V [VCE(sat)]. Perubahan puncak pada tegangan kolektor adalah sama untuk Vcc. Sekali lagi, bentuk gelombang menyerupai carrier setengah gelombang disearahkan. Karena Q1 beroperasi nonlinier, bentuk gelombang kolektor berisi dua frekuensi input original (fc dan fm) dan frekuensi-frekuensi jumlah dan selisihnya (fc fm). Karena bentuk gelombang outputnya juga berisi harmonik orde tinggi dan komponen intermodulasi, ia harus dibatasi band-nya untuk fc fm sebelum ditransmisikan. Banyak rangkaian praktis untuk menghasilkan sinyal AM DSBFC mediumpower ditunjukkan dalam gambar 6.6a, dengan bentuk gelombang yang ditunjukkan dalam gambar 6.6b. Rangkaian ini adalah juga modulator kolektor puncak maksimum amplitudo sinyal pemodulasi Vm(max) = Vcc. Operasi rangkaian ini hampir identik dengan rangkaian yang ditunjukkan dalam gambar 6.5a kecuali untuk penambahan rangkaian tank (C1 dan L1) pada kolektor Q1. Karena beroperasi antara saturasi dan cutoff, arus kolektro tidak bergantung pada tegangan penggerak basis. Tegangan dibangkitkan melalui rangkaian tank yang ditentukan oleh komponen ac dari arus kolektor dan impedansi rangkaian tank pada resonansi, yang mana bergantung pada VI-13

faktor kualitas (Q) dari lilitan. Bentuk gelombang untuk sinyal pemodulasi, carrier, dan arus kolektor adalah identik dengan contoh sebelumnya. Tegangan output adalah sinyal AM DSBFC simetrikal dengan tegangan rata-rata 0 V, amplitudo puncak maksimum positif sama dengan +2Vcc, dan amplitudo puncak minimum negatif sama dengan 2Vcc. Setengah siklus positif gelombang output dihasilkan pada rangkaian tank dengan efek flywheel. Ketika Q1 konduksi, C1 mengisi sampai Vcc+Vm ( nilai maksimum 2Vcc) dan, ketika Q1 off, C1 membuang muatan melalui L1. Ketika L1 tidak mengisi, C1 mengisi untuk nilai minimum 2Vcc. Ini menghasilkan setengah siklus positif dari selubung AM. Frekuensi resonansi rangkaian tank sama dengan frekuensi carrier, dan bandwidth dari fc - fm sampai fc + fm. Modulasi 100% terjadi ketika amplitudo puncak sinyal pemodulasi sama dengan Vcc. Beberapa komponen yang ditunjukkan dalam gambar 3.18a telah dijelaskan. R1 adalah resistor bias untuk Q1. R1dan C2 membentuk rangkaian clamper yang menghasilkan bias reverse sendiri dan, bersama dengan potensial barrier transistor, menentukan tegangan turn-on untuk Q1. Konsekuansinya, Q1 dapat dibias untuk on hanya selama puncak positif tegangan carrier. C3 adalah kapasitor bypass yang melihat seperti hubung singkat untuk sinyal pemodulasi, mencegah sinyal informasi dari kemasukan catu daya dc. Cbc adalah kapasitansi junction basis-kolektor Q1. Pada frekuensi radio, kapasitansi junction relatif kecil dalam transistor adalah tidak signifikan. Jika reaktansi kapasiitif Cbc signifikan, sinyal kolektor dapat dikembalikan ke basis dengan amplitudo yang cukup untuk membuat Q1 memulai osilasi. Oleh karena itu, sinyal dari amplitudo dan frekuensi yang sama dan beda fasa 180o harus diumpan balikkan ke basis untuk membatalkan atau menetralisasi umpan balik kapasitansi antarelektroda. CN adalah kapasitor penetralisasi. Makdusnya adalah untuk memberikan umpan balik untuk sinyal yang sama dalam amplitudo dan frekuensi tetapi berbeda fase 180o dengan sinyal umpan balik melalui Cbc. C4 adalah kapasitor bypass RF. Makksudnya adalah untuk mengisolasi catu daya dc dari frekuensi-frekuensi radio. Operasinya sangat mirip; pada frekuensi carrier, C4 melihat seperti short circuit, mencegah carrier dari kebocoran dalam power supplai atau sinyal pemodulasi dan didistribusikan melalui transmitter. Modulasi Bersama Basis dan Kolektor

VI-14

Modulator kolektor menghasilkan selubung lebih simetrikal dari pada modulator emiter low-power, dan modulator kolektor lebih efisien daya. Bagaimanapun, modulator kolektor memerlukan amplitudo sinyal pemodulasi lebih tinggi, dan mereka tidak dapat mencapai tegangan output berayun dari saturasi ke cutoff secara penuh, jadi pencegahan modulasi 100% terjadi.Oleh karena itu, untuk mencapai modulasi simetrikal, beroperasi pada efisiensi maksimum, memberi daya output tinggi, dan memberi daya penggerak sinyal pemodulasi sekecil mungkin, modulasi emiter dan kolektor kadang-kadang digunakan secara bersama. Operasi rangkaian. Gambar 6.7 menunjukkan modulator AM yang menggunakan kombinasi modulasi emiter dan kolektor. Sinyal pemodulasi secara simultan diumpankan ke kolektor modulator push-pull (Q2 dan Q3) dan untuk kolektor dari penguat penggerak (Q1). Modulasi kolektor terjadi pada Q1; jadi, sinyal carrier pada basis dari Q2 dan Q3 telah siap untuk dimodulasi secara terpisah dan daya sinyal pemodulasi dapat dikurangi. Juga modlator tidak memerlukan untuk beroperasi pada pada kurva operasi masuknya untuk mencapai modulasi 100%. 6.3.2 Transmitter Low-Level Gambar 6.8 menunjukkan blok diagram untuk transmitter AM DSBFC low level. Untuk transmisi suara atau musik, sumber sinyal pemodulasi secara umum adalah transduser akustik seperti mikropon, tape maknetik, CD, atau rekaman gramopon. Preamplifier biasanya sensiitif, penguat tegangan linier kelas A dengan impedansi imput tinggi. Fungsi preamplifier adalah untuk menaikkan amplitudo dari sumber sinyal untuk dapat dipergunakan level sementara menghasilkan distorsi nonlinier minimum dan noise termal sedikit mungkin. Penggerak untuk sinyal pemodulasi adalah juga penguat linier yang menguatkan sinyal informasi untuk level yang cukup untuk secukupnya menggerakkan modulator. Lebih dari satu penggerak penguat diperlukan. Osilator carrier RF dapat berupa beberapa konfigurasi osilator yang dibahas dalam bab 3. FCC mempunyai persyaratan keras pada akurasi dan stabilitas transmitter; oleh karena itu, osilator terkontrol kristal adalah rangkaian yang paling umum digunakan. Penguat buffer adalah low-gain, penguat linier impedansi input yang tinggi. Fungsinya adalah untuk mengisolasi osilator dari high-power amplifier. Buffer memberikan beban yang relatif konstan untuk osilator, yang mana membantu untuk mengurangi kejadian dan variasi magnitudo dari frekuensi jangka pendek. Pengikut VI-15

emiter atau IC op-amp sering digunakan untuk buffer. Modulator dapat menggunakan salah satu dari modulasi emiter atau kolektor. Penguat intermediate dan penguat daya akhir adalah salah satu dari modulator linier kelas A atau modulator push-pull kelas B. Ini diperlukan dengan transmitter low-level untuk memelihara simetri pada selubung AM. Jaringan kopling antena match dengan impedansi output dari penguat daya akhir untuk saluran transmisi dan antena Transmitter low-level seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.8 digunakan utamanya untuk daya rendah, sistem kapasitas rendah seperti interkom wireless, unit remote control, pager, dan short-range walkie-talkies.

RF Carrier Oscillator

Buffer Amplifier

Carrier Driver

Linear final power Amplifier

BPF

Coupling Network

Modulator

BPF

Linear Intermediate power Amplifier

Modulating Signal Source

BPF

Preamplifier

Modulating Signal Driver

Gambar 6.8 Blok diagram transmitter AM DSBSC low-level 6.3.3 Transmitter High-Level Gambar 6.9 menunjukkan blok diagram untuk transmitter AM DSBFC high-level. Sinyal pemodulasi diproses sama seperti pada transmitter low-level kecuali untuk penambahan power amplifier. Dengan transmitter high-level, daya sinyal pemodulasi harus sangat tinggi dari pada yang diperlukan dengan transmitter low-level. Ini karena carrier dengan daya penuh pada titik dalam transmitter dimana modulasi terjadi, dan konsekuensinya, memberikan sinyal pemodulasi amplitudo tinggi untuk menhasilkan modulasi 100%. Osilator carrier RF, buffer, dan penggerak carrier juga pada dasarnya rangkaian yang sama digunakan pada transmitter low-level. Bagaimanapun, dengan transmitter high-level, carrier RF mengalami penambahan penguatan daya sebelum tahap modulator, dan penguat daya akhir adalah juga modulator. Konsekuensinya, modulator adalah umumnya penguat kelas C termodulasi drain, plate, atau kolektor.

VI-16

Dengan transmitter high-level, rangkaian modulator mempunyai tiga fungsi utama. Ia memberikan rangkaian yang cukup untuk modulasi terjadi (yaitu nonlinieritas), ia adalah penguat daya akhir (kelas C untuk efisiensi), dan ia adalah frequency up-converter.
RF Carrier Oscillator Buffer Amplifier Carrier Driver Carrier power amplifier

AM Modulator & Output power amplifier

BPF

Matching Network

Modulating Signal Source

BPF

Preamplifier

Modulating Signal Driver

Modulating Signal power ampli

Gambar 6.9 Blok diagram transmitter AM DSBSC high-level 6.4 Modulator DSB-SC Kita anggap bahwa sinyal carrier dan sinyal pemodulasi digambarkan sebagai: ec = E c cos 2f c t ..........................................................................(6.4) e s = E s cos 2f s t ..........................................................................(6.5) dan output modulator DSB-SC adalah: e DSB SC = ec e s = E c cos 2f c t E s cos 2f s t = Ec E s { cos 2 ( f c + f s ) t + cos 2 ( f c f s ) t} ...................(6.6) 2

Dari persamaan 6.6 dapat kita lihat bahwa untuk mendapatkan sinyal DSB-SC sinyal carrier dan sinyal pemodulasi harus dikalikan. Tiga dari empat macam modulator yang akan dijelaskan berikut ini merupakan operasi perkalian yang dilakukan oleh saklar dioda dan transistor. Sedangkan satu modulator yang lain menggunakan peralatan nonlinier untuk operasi perkalian tersebut. Modulator Balans Ganda Modulator balans ganda adalah suatu rangkaian yang tidak hanya balans untuk sinyal pemodulasi tetapi juga balans untuk sinyal carrier. Karena itu rasio penekanan carrier-

VI-17

nya lebih besar dibandingkan pada modulator balans. Rangkaian ini disebut juga ring modulator. Gambar 6.10a menunjukkan rangkaian moduator balans ganda. Dianggap bahwa amplitudo carrier cukup besar untuk men-switch dioda dan amplitudo sinyal pemodulasi tidak besar dibandingkan dengan amplitudo carrier. Pada gambar 6.10a, jika amplitudo carrier positip, dioda D1 dan D3 on dan dua dioda yang lain off. Jika amplitudo carrier negatif, dioda D2 dan D4 on dan dua dioda yang lain off. Proses ini digambarkan seperti pada gambar 6.11, sehingga rangkaian ini melakukan switching dengan kecepatan sesuai dengan periode carrier. Karena itu, output dari rangkaian ring modulator tersebut merupakan sinyal pemodulasi yang berbentuk seperti ditunjukkan pada gambar 6.11c. Sinyal output ini dianggap sebagai hasil perkalian antara sinyal pemodulasi dengan sinyal persegi seperti ditunjukkan pada gambar 6.11. Secara matematis, bentukbentuk gelombang ini adalah e s = E s cos 2f s t ........................................................................(6.7) ec = E n cos n c t
n =1

(n = 1,3,5,....) .......................................(6.8)

e DBM out = ec es =

Es 2

E { cos( n
n

+ s ) t + cos( n c s ) t } .(6.9)

Persamaan 6.9 mengandung beberapa komponen frekuensi. Karena itu digunakan BPF untuk mengambil hanya sinyal yang diinginkan saja. Biasanya filter ini mengambil sinyal untuk n = 1 sehingga outputnya hanya terdiri dari komponen fc + fs dan fc fs.
es

eo fc fs

(a)

VI-18

(b) Gambar 6.10 Modulator balans ganda

(c)

(a) Sinyal Pemodulasi

(b) Fungsi switching

(c) (a) x (b)

Gambar 6.11 Perkalian dua gelombang

Shunt Bridge Dioda Modulator Gambar 6.12 menunjukkan sebuah modulator dioda jembatan paralel. Dalam gambar ini, jika tanda carrier positip, semua dioda on dan sinyal pemodulasi input tidak keluar pada output karena rangkaian tersebut tertutup (terhubung singkat). Jika tanda carrier negatip, semua dioda off dan sinyal pemodulasi input keluar pada output. Jadi bentuk dari sinyal output adalah eout pada gambar 6.12. Karena output ini mengandung beberapa komponen frekuensi, maka difilter oleh rangkaian tertala dan output filter adalah sinyal DSB-SC.

VI-19

es

ec

Gambar 6.12 Modulator shunt bridge diode Modulator Pengali Analog Saat ini harga IC murah dan karakteristiknya semakin baik, karena itu pengali analog IC digunakan sebagai modulator DSB-SC. Gambar 6.13 memperlihatkan suatu rangkaian pengali analog. Dalam rangkaian ini digunakan enam buah transistor, empat buah diantaranya digunakan sebagai saklar dan yang lain merupakan penguat-penguat differensial. Transistor Q3, Q4, Q5, dan Q6 di-switch oleh sinyal carrier yang diberikan ke input 1. Jika sinyal carrier positip, maka Q3 dan Q6 akan on dan bila carrier negatip, maka Q4 dan Q5 akan on. Gambar 6.13(b) memperlihatkan rangkaian ekivalen pengalih analog yang mana transistor-transistornya digunakan sebagai saklar. Q1 dan Q2 merupakan modulator balans dan sinyal pemodulasi yang diberikan pada input 2 dikuatkan oleh kedua transistor ini dan output-output yang telah dikuatkan muncul pada output tiap transistor, atau output Q1 dan Q2 adalah eces dan eces , atau sebaliknya

VI-20

(a)

(b) Gambar 6.13 Modulator pengali analog Namun demikian, selama output-output ini di-switch oleh sinyal carrier, Q1 akan berubah-ubah dari + eces menjadi eces dan kembali menjadi + eces setiap satu periode sinyal carrier dan output Q2 akan berubah-ubah dari eces menjadi +eces dan kembali menjadi eces . Jadi pengali analog dapat membangkitkan sinyal DSB-SC dan rasio penekanan carriernya dipertinggi oleh keseimbangan dari tiap-tiap pasang transistor dalam IC.

VI-21

6.5 Single-Sideband Transmitter Tiga konfigurasi umum yang digunakan untuk pembangkitan single-sideband: metode filter, metode pergeseran fasa, dan metode ketiga. Metode Filter Gambar 6.14 menunjukkan blok diagram untuk transmitter SSB yang menggunakan modulator balans untuk menekan carrier yang tidak diinginkan dan filter untuk membuang sideband yang tidak diinginkan. Gambar menunjukkan transmitter yang menggunakan tiga tahap konversi frekuensi. Sinyal pemodulasi adalah spektrum audio yang memanjang dari 0 kHz sampai 5 kHz. Sinyal pemodulasi bercampur dengan carrier frekuensi rendah (LF) 100 kHz pada modulator balans 1 untuk menghasilkan spektrum frekuensi double-sideband yang berpusat sekitar carrier IF 100 kHz. Bandpass Filter (BPF) 1 ditala pada 5 kHz bandwidth berpusat sekitar 102,5 kHz, yang mana adalah pusat spektrum frekuensi upper sideband (USB). Pilot atau amplitudo carrier yang dikurangi ditambahkan pada gelombang SSB pada tahap pemasukan ulang carrier, yang mana adalah penjumlah linier sederhana. Summer adalah rangkaian penjumlah sederhana yang mengkombinasikan pilot carrier 100 kHz dengan spektrum frekuensi USB 100 kHz sampai 105 kHz. Jadi, output summer adalah gelombang SSBRC. Frekuensi rendah IF dikonversi ke band frekuensi operasi akhir melalui terjemahan frekuensi seri. Pertama, gelombang SSBRC dicampur pada modulator balans 2 dengan medium-frequency (MF) carrier 2 MHz. Output adalah sinyal doublesideband suppressed-carrier yang mana tiap upper dan lower sideband mengandung spektrum frekuensi SSBRC original. Upper dan lower sideband dipisahkan oleh band frekuensi 200 kHz . Frekuensi center BPF 2 adalah 2,1025 MHz dengan bandwidth 5 kHz. Oleh karena itu, output BPF 2 adalah gelombang single-sideband reduced-carrier. Spektrum frekuensinya terdiri dari carrier IF kedua 2,1 MHz dan lebar 5 kHz upper sideband. Output BPF 2 dicampur dengan carrier frekuensi tinggi 20 MHz pada modulator balans 3. Output adalah sinyal double-sideband suppreesd-carrier yang mana terdiri dari upper dan lower sideband sekali lagi berisi spektrum frekuensi SSBRC original. Sideband dipisahkan oleh band frekuensi 4,2 MHz . Frekuensi center BPF 3 adalah 22,1025 MHz dengan bandwidth 5 kHz. Oleh karena itu, output BPF 3 adalah sekali lagi gelombang single-sideband dengan reduced-carrier RF 22,1MHz dan

VI-22

upper-sideband lebar 5 kHz. gelombang output dikuatkan pada penguat daya linier kemudian ditransmisikan. Pada transmitter hanya digambarkan spektrum frekuensi sinyal pemodulasi original yang dikonversi pada tiga tahap modulasi untuk frekuensi carrier akhir 22,1 MHz dan single upper-sideband yang diberikan dari carrier ke 22,105 MHz. Setelah tiap konversi frekuensi, sideband yang diinginkan dipisahkan dari spektrum doublesideband dengan BPF. Spektrum output akhir dapat dihasilkan dengan proses single heterodyning: satu modulator balans, saru BPF supplai carrier HF tunggal. Gambar 6.15 menunjukkan blok diagram dan spektrum frekuensi output untuk transmitter singleconversion. Output balans modulator adalah spektrum frekuensi double-sideband yang berpusat sekitar frekuensi suppressed-carrier 22,1 MHz. Untuk memisahkan USB lebar 5 kHz dari spektrum frekuensi gabungan, BPF multiple-pole dengan Q yang sangat tinggi diperlukan. BPF yang memenuhi kriteria ini sulit untuk dibuat, tetapi andaikata bahwa ini adalah transmitter multi kanal dan frekuensi carrier dapat ditala; kemudian BPF harus juga ditala. Pembuatan BPF yang dapat ditala dalam range frekuensi megahertz dengan passband hanya 5 kHz secara ekonimis dan teknik sangat sulit dibuat. Hanya BPF dalam transmitter yang ditunjukkan pada gambar 6.14 yang dapat memisahkan sideband yang berdekatan dengan lainnya adalah BPF 1.

VI-23

B=5 kHz 0 95k

DSBSC B=10 kHz

SSBSC B=5kHz

SSBRC B=5kHz

B=210 kHz

5k Amp. Sinyal Pemodulasi

100k

105k

100k BPF sum 1

105k

100k Summer

105k

1,895M 1,9M 2M 2,1M

2,105M

Modulator Balans 1

Modulator Balans 2

Buffer Amp.

Buffer Amp.

Osc. Carrier LF 100kHz SSBRC B=5kHz B=4,21 MHz SSBRC B=5kHz

Osc. Carrier MF 2MHz SSBRC B=5kHz 22,1M 22,105M

2,1M 2,105M A BPF sum 2

17,895M 17,9M 20M 22,1M

22,105M

22,1M 22,105M Linier Power Amp

Modulator Balans 3

BPF sum 3

Buffer Amp.

Osc. Carrier HF 20 MHz

Gambar 6.14 Transmitter SSB: metode filter


B=5 kHz B=10 kHz 22,1M 22,105M Power Amplifier

B=5 kHz 0 0

B=5 kHz

5k Amp.

5k

22,095k Modulator Balans 1

22,1k

22,105k BPF sum 1

Sinyal Pemodulasi

Osc. Carrier HF 22,1 MHz

VI-24

Syarat BPF: sharp filter


LSB 22,095MHz 22,1 MHz USB 22,105 MHz

LSB 17,895MHz 17,9 MHz 20 MHz 22,1 MHz

USB 22,105 MHz

Gambar 6.15 Transmitter SSB single conversion Metode Pergeseran Fasa Metode pergeseran fasa tidak menggunakan BPF berkualitas tinggi, tetapi menggunakan dua buah penggeser fasa (phase shifter). Gambar 6.16 memperlihatkan blok diagram metode tersebut. Penggeser fasa AF mengubah fasa sinyal pemodulasi sebesar /2 dan juga penggeser fasa RF menggeser fasa carrier sebesar /2. Sinyal pemodulasi dan sinyal RF itu sendiri diberikan ke modulator balans 1 dan sinyal yang telah digeser sebesar /2 diberikan ke modulator balans 2. Sinyal output dari masingmasing BM ditambahkan atau dikurangkan, maka sinyal outputnya menjadi sinyal LSB atau USB.
Modulator Balans 1 Ec cos ct Es cos st AF Input Audio Amplifier Oscillator Carrier Ec cos ct Carrier 90o Phase Shifter AF 90o Phase Shifter A B Modulator Balans 2 C Adder E SSB Out

Gambar 6.16 Transmitter SSB: metode pergeseran fasa Titik A : Es sin st

VI-25

Titik B : Ec sin ct Titik C : Es sin st . Ec sin ct = =


Titik D :

E s Ec { [ cos( c + s ) t cos( c s ) t ]} 2 E s Ec { [ cos 2 ( f c + f s ) t cos 2 ( f c f s ) t ]} 2 E s Ec {[ cos 2 ( f c + f s ) t + cos 2 ( f c f s ) t ]} 2

Es cos st . Ec cos ct =

Titik E : C D = E c .E s { 2 cos 2 ( f c f s ) t} Metode Ketiga Metode ketiga dalam membangkitkan SSB dikembangkan oleh Weaver yang memanfaatkan keuntungan/kelebihan dari metode pergeseran fasa, misalnya kemampuannya membangkitkan SSB pada frekuensi berapapun dan menggunakan frekuensi-frekuensi audio yang rendah, tanpa timbul kerugian yang dapat timbul karena rangkaian pergeseran fasa harus bekerja pada range frekuensi audio yang lebar. Dari diagram blok pada gambar 6.17, kita lihat bahwa bagian akhir dari rangkaian ini mirip dengan rangkaian metode pergeseran fasa tetapi cara mengumpankan tegangan pada dua modulator balans yang terakhir telah diubah.
fm fc+fo- fm+90o fc-fo+ fm-90o

Modulator Balans 1
fo+90o

fo+90ofm

LPF 1

fo+90o-fm

Modulator Balans 3

Audio input fm

90o phase shifter


fo fo fm

RF carrier oscillator fc

fc

Audio Subcarrier oscillator fo


fofm fo- fm

90o phase shifter


fc+90o

Linear summing circuit

SSB Output

fc+fo- fm+90o

Modulator Balans 2

LPF 2

Modulator Balans 4

fc+fo- fm+90o fc-fo+ fm+90o

Gambar 6.17 Transmitter SSB: metode ketiga

VI-26

6.6 Transmitter FM Untuk pembangkitan FM, ada dua sistem: (1) direct FM dan (2) indirect FM. Gambar 6.18 menunjukkan metode direct FM. Pada sistem direct FM, kapasitansi dan induktansi dari osilator LC diubah-ubah sesuai dengan level sinyal pemodulasi. Biasanya kapasitansi atau induktansi tidaklah terlalu stabil karena pengaruh temperatur sehingga stabilitas frekuensi dari direct FM tidak cukup. Dengan metode yang lain, sistem indirect FM menggunakan osilator kristal dan modulator PM, sehingga kita bisa mendapatkan stabilitas frekuensi yang cukup.

Rangkaian Osilator Tertala

eFM

Gambar 6.18 Sistem direct FM Jika kita mengayun-ayunkan kapasitansi tersebut bolak-balik akan mnyebabkan perubahan frekuensi dari nilai minimum ke maksimum. Modulator ECM-FM Gambar 6.19 adalah modulator FM menggunakan electic condensor microphone (ECM). Karena ECM adalah piranti yang merupakan kapasitor variabel, maka mudah untuk mengubah frekuensinya mengunakan sinyal suara.

Gambar 6.19 ECM-FM

VI-27

Modulator Reaktansi Gambar 6.20 memperlihatkan salah satu jenis transistor reaktansi. Pada beberapa keadaan, impedansi Z yang terliat pada terminal input A-A hampir selalu reaktif. Rangkaian ini adalah rangkaian dasar dari modulator FET reaktansi, yang bertindak sebagai reaktansi tiga terminal yang dapat dihubungkan pada tank circuit dari osilator yang akan dimodulasi frekuensi. FET tersebut bisa dibuat induktif atau kapasitif cukup dengan mengubah satu komponennya saja. Lebih penting lagi bahwa nilai reaktansi ini sebanding dengan transkonduktansi dari piranti (FET) tersebut, yang berarti dapat dibuat agar tergantung pada gate dan perubahannya.

ib

i Z V

vg

Gambar 6.20 Transistor reaktansi Untuk menentukan Z, suatu tegangan v diberikan pada terminal A-A (yaitu titik dimana impedansi diukur), dan arus i yang dihasilkan dihitung. Tegangan yang diberikan tadi kemudian dibagi dengan arus ini, didapat impedansi yang terlihat jika kita melihat ke dalam terminal tersebut. Untuk menjadikan impedansi ini menjadi reaktansi murni (disini, kapasitif, seperti yang akan dijelaskan) ada dua syarat yang harus dipenuhi. Yang pertama adalah bahwa arus rangkaian bias ib harus bisa diabaikan dibanddingkan arus drain. Dengan kata lain, impedansi dari rangkaian bias harus cukup besar untk bisa diabaikan. Syarat kedua adalah impedansi darin ke gate (disini Xc) harus lebih besar dari pada impedansi gate-ke-source (dalam hal ini R), sebaiknya lebih dari 5 : 1. Untuk itu digunakan analisis berikut: V g = ib R = Arus drain FET adalah i = g mV g = g m Rv ....................................................................(6.11) R jX c Rv .....................................................................(6.10) R jX c

Karena itu, impedansi yang terlihat pada terminal A-A adalah:

VI-28

Z=

R jX c 1 = gm R gm

jX c 1 R ......................................................(6.12)

Jika Xc >>R, persamaan (6.12) akan berkurang menjadi: Z =j Xc .................................................................................(6.13) gm R

Impedansi ini jelas merupakan reaktansi kapasitif, karena tu bisa ditulis sebagai: X eq = Xc 1 1 = = g m R 2f g m RC 2f C eq ....................................(6.14)

Dari persamaan ini terlihat bahwa pada kondisi yang demikian, impedansi input piranti (FET) pada A-A adalah suatu reaktansi murni dan diberikan oleh: C eq = g m RC .................................................................................(6.15) Kapasitansi Ceq ini tergantung pada transkonduktansi piranti gm dan karena itu bisa diubah-ubah dengan mengubah-ubanh tegangan bias. Telah dikatakan di bagian awal bahwa impedansi gate-ke-drain Xc harus jauh lebih besar daripada impedansi gate-kesource R. Jika Xc/R tidak jauh lebih besar dari satu, maka Z akan mempunyai komponen resistif. Jika R tidak jauh lebih kecil daripada Xc, tegangan gate tidak lagi berbeda fasa tepat 90o dengan tegangan v, tidak pula dengan arus drain i. Jadi impedansi input tidak lagi berubah reaktif murni. Seperti ditunjukkan pada persamaan 6.12, komponen resistif untuk modulator reaktansi FET ini akan menjadi 1/gm. Karena komponen ini mengandung gm, maka komponen tersebut akan berubah-ubah dengan berubahnya tegangan pemodulasi yang diberikan. Resistansi variabel ini akan muncul secara langsung rangkaian tank osilator utama, mengubah-ubah Q-nya, dan karenanya tegangan outputnya ikut berubah-ubah. Karena itu modulasi amplitudo dengan kadar tertentu akan terjadi; hal ini terjadi pada semua jenis modulator reaktansi reaktansi. Jika keadaan ini tidak bisa dihindari, maka osilator yang sedang dimodulasi tersebut harus diikuti dengan suatu limiter(pembatas) amplitudo. Modulator Dioda Varaktor Dioda-dioda varaktor dapat juga digunakan untuk menghasilkan modulasi frekuensi; dioda ini sering sekali digunakan, bersama-sama dengan modulator reaktansi, untuk memberikan koreksi frekuensi secara otomatis untuk suatu pemancar FM. Rangkaian pada gambar 6.56 menunjukkan modulator yang demikian. Terlihat bahwa dioda mendapat bias mundur untuk memberikan junction capacitance effect, dan karena

VI-29

bias ibi diubah-ubah oleh tegangan pemodulasi yang seri dengannya, maka kapasitansi junction-nya juga akan berubah-ubah, menyebabkan frekuensi osilator berubah menurut perubahan tersebut. Meskipun ini adalah rangkaian modulator reaktansi yang paling sederhana, tetapi rangkaian ini memiliki kekurangan karena menggunakan komponen dua terminal (dioda). Jadi penerapannya agak terbatas. Namun demikian, rangkaian ini sering digunakan untuk pengaturan frekuensi otomatis dan penalaan jarak jauh (remote tuning).
L1
1 2

RFC

Input sinyal pemodulasi


T1
4

C2 D1

C1
0

L2

Gambar 6.21 Modulator dioda varaktor Direct FM Transmitter Direct FM transmitter menghasilkan gelombang output yang mana deviasi frekuensi sebanding secara langsung dengan sinyal pemodulasi. Konsekunesinya, osilator carrier harus diubah secara langsung. Oleh karena itu, untuk sistem FM medium- dan highindex, osilator tidak dapat berupa kristal karena frekuensi di mana kristal berosilasi tidak dapat diubah secara signifikan. Sebagai hasilnya, stabilitas osilator pada direct FM transmitter sering tidak memenuhi spesifikasi FCC. Untuk mengatasi masalah ini, automatic frequency control (AFC) digunakan. Gambar 6.22 menunjukkan blok diagram untuk transmitter komersial broadcast. Konfigurasi khusus ini disebut Crosby direct FM transmitter dan meliputi loop AFC. Modulator frekuensi dapat berupa modulator reaktansi atau VCO.

VI-30

Freq. multiplier Freq. Modulator dan master osc. fc = 5,1 MHz Ko LPF
fd=2MHz

ft=91,8MHz

Input

fc

N1 X3

f1

N2 X2

f2=30,6M

N3 X3

Power ampl.

AFC loop

DC correction voltage

Diskriminator tuned to 2 MHz Kd

BPF

Mixer
f=28,6MHz

Crystal reference Oscillator 14,3 MHz

Buffer and X 2 multipfier N4

Gambar 6.22 Transmitter FM langsung

VI-31

You might also like