You are on page 1of 10

BIOFUEL DI INDONESIA : PROSPEK, PERSPEKTIF DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

Oleh: KARNA WIJAYA Jurusan Kimia FMIPA Universitas Gadjah Mada Kampus FMIPA Utara, Sekip Utara, Jalan Persatuan, Kompleks Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281 Telp./Fax: 0274-545188 E-mail:karnawijaya@ugm.ac.id Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada Sekip Blok K-1A, Kampus UGM Yogyakarta Telp./Fax.: 274-549429 E-mail:karna_ugm@yahoo.com

Pendahuluan Sampai saat in minyak bumi merupakan sumber energi utama yang dipakai di banyak negara dan kebutuhan dunia akan minyak bumi telah mencapai 10.000 juta ton pertahunnya. Eksploitasi secara berlebihan dan berkepanjangan mengakibatkan cadangan minyak bumi terus berkurang dan harganya juga ikut meningkat dari waktu ke waktu. Laporan dari Dewan Energi Dunia menyatakan bahwa pada tahun 2020 harga minyak bumi diperkirakan akan mencapai 50% dari harga sekarang. Sementara Automotive Diesel Oil (ADO) memprediksi bahwa apabila dalam waktu dekat tidak ada lagi sumber-sumber baru minyak bumi yang ditemukan maka dalam waktu 10-15 tahun ke depan cadangan minyak bumi khususnya di Indonesia dipastikan akan habis. Jika cadangan minyak bumi menipis maka akan mengakibatkan krisis energi dan ekonomi secara global, termasuk Indonesia juga akan merasakannya, gejalanya adalah seperti yang pernah dialami Indonesia pada tahun 2004. Defisit bahan bakar yang cukup parah pada waktu itu memaksa pemerintah Indonesia harus membuka kran impor BBM dari luar negeri secara besar-besaran. Impor BBM tersebut sangat membebani APBN kita, sebagai akibatnya pemerintah sejak tahun 2005 beberapa kali harus mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM. Kebijakan itu benar-benar berdampak buruk untuk sebagian besar rakyat Indonesia yang mayoritas dari golongan ekonomi menengah ke bawah dan jika kenaikan harga BBM tidak terkendali saat itu dapat dipastikan akan terjadi kerawanan ekonomi, politik dan sosial yang pada gilirannya akan mencetuskan kerusuhan massal dan konflik di manamana. Mengingat krisis energi yang pernah kita alami itu, maka pemerintah dan rakyat mulai 1

sekarang harus secara bersama-sama berupaya keras mencari solusi, misalnya melakukan eksplorasi sumur-sumur baru atau mencari bahan bakar alternatif yang terbarukan sebagai pengganti bahan bakar fosil yang tidak abadi sehingga di masa-masa datang berkesinambungan dapat tetap terjamin. Di antara sekian banyak sumber energi alternatif terbarukan, biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN) merupakan sumber energi yang paling menjanjikan sebagai substitusi BBM fosil. Biofuel adalah bahan bakar yang berasal dari hasil pengolahan biomassa oleh karena itu biofuel sering disebut pula energi hijau karena asal-usul dan emisinya yang bersifat ramah lingkungan dan tidak menyebabkan peningkatan pemanasan global secara signifikan. Biofuel yang popular dewasa ini adalah biodiesel dan bioetanol. Biodiesel diperuntukkan bagi mesin diesel, diperoleh dari hasil esterifikasi-transesterifikasi atau transesterifikasi langsung minyak atau lemak sedangkan bioetanol sebagai aditif atau substitusi premium dibuat dari proses hidrolisis, fermentasi dan distilasi biomassa berpati. Teknologi pengolahan biomassa menjadi biodiesel dan bioetanol tergolong mudah (low technology) begitu pula dengan production cost nya yang relatif rendah sehingga konversi biomassa menjadi biodiesel dan bioetanol dapat diterapkan di manapun dan oleh siapapun. Sebagi negara yang pernah merasakan krisis energi hebat dan menyadari dampak buruk emisi BBM fosil, Indonesia telah melakukan langkah-langkah kongkrit baik berupa kebijakan maupun tindakan nyata di lapangan, walaupun untuk langkah yang terakhir masih mengalami banyak kendala. Menurut cetak biru Energi Nasional, pada tahun 2025 peranan energi hijau (energi surya, bayu,air dsb) akan ditingkatkan menjadi 4,4% dengan porsi biofuel sebanyak 1,335%. Kebutuhan akan biofuel yang sangat besar ini akan menjadi tantangan bagi pemerintah, masyarakat, pengguna energi dan pemangku kepentingan lain, khususnya dari sektor pertanian yaitu bahwa mereka tidak hanya akan memproduksi bahan makanan, namun juga harus memproduksi energi serta mengatur tata niaganya. Bagi masyarakat peningkatan porsi pemakaian biofuel ini harus dibarengi pula dengan peningkatan kesadaran tentang arti penting dan peranan biofuel,yaitu sebagai substitusi BBM fosil yang ramah lingkungan murah berunjuk kerja tinggi dan terbarukan. pasokan energi yang

Wajah Energi Primer di Indonesia : Konsumsi dan Ketersediaan Konsumsi energi umumnya dikonotasikan sebagai konsumsi energi primer, yaitu konsumsi sumber daya energi sebelum dikonversi menjadi bentuk-bentuk yang dipakai dalam penggunaan akhir. The International Energy Agency (IEA) memprediksi bahwa konsumsi energi dunia akan meningkat 40 persen sampai tahun 2030. Sementara cadangan minyak bumi termasuk di Indonesia dalam keadaan yang terus menurun karena belum ditemukan sumur-sumur minyak baru dan 2

keterbatasan instalasi pengolah minyak bumi untuk mengolah minyak mentah menjadi BBM. Tabel 1 menggambarkan jumlah cadangan dan sisa energi Indonesia ke bebrapa tahun depan sedangkan onsumsi energi primer Indonesia sampai tahun 2025 tercantum dalam Gambar 1)

Gambar 1. Porsi pemenuhan konsumsi energi primer di Indonesia (Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005 2025, Lampiran K, Jakarta, 2005) Tabel 1. Jumlah cadangan energi primer dan sisa umur pakai (diolah dari Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005 2025, Lampiran B, Jakarta, 2005) Sisa Umur Pakai ke Depan (Tahun) 23 62 148

Bahan Bakar Minyak bumi Gas Alam Batubara

Jumlah Cadangan 9 milliar barrel 188 Trillion cubic feet 57 milyar ton

Biofuel dari Biomassa Biomassa adalah material yang berasal dari organisma hidup yang meliputi tumbuhtumbuhan, hewan dan produk sampingnya seperti sampah kebun, hasil panen dan sebagainya. Tidak seperti sumber-sumber alamiah lain seperti petroleum, batubara dan bahan bakar nuklir, biomassa adalah sumber energi terbarukan yang berbasis pada siklus karbon.Biomassa bisa

digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar. Briket arang, briket sekam padi, briket ranting dan daun kering adalah contoh bahan bakar biomassa yang dapat digunakan secara langsung sebagai bahan bakar pemanas atau sumber tenaga. Nilai kalor bakar biomassa bervariasi tergantung kepada sumbernya. Pemakaian biomassa dapat memberi kontribusi yang 3

signifikan kepada managemen sampah, ketahanan bahan bakar dan perubahan iklim. Di pedesaan, utamanya di negara-negara berkembang, biomassa dari kayu, daun, sekam padi dan jerami merupakan bahan bakar utama untuk pemanasan dan memasak. Catatan dari International Energy Agency menunjukkan bahwa energi biomassa menyediakan 30% dari suplai energi utama di beberapa berkembang. Dewasa ini lebih dari 2 juta penduduk dunia masih tergantung kepada bahan bakar biomassa sebagai sumber energi primer. Pemakaian biomassa secara langsung dapat menghemat bahan bakar fosil, akan tetapi disisi lain jika dipakai dalam ruang tanpa ventilasi yang memadai bahan bakar biomassa yang digunakan secara langsung dapat membahayakan kesehatan. Laporan International Energy Agency dalam World energy Outlook 2006 menyebutkan bahwa 1.3 juta orang di seluruh dunia meninggal karena pemakaian biomassa secara langsung. Selain pennggunaan secara langsung sebagai bahan bakar padat, biomassa dapat diolah menjadi berbagai jenis biofuel cair dan gas. Biofuel merupakan bahan bakar terbarukan yang cukup menjanjikan. Biofuel dapat secara luas didefinisikan sebagai padatan, cairan atau gas bakar yang mengandung atau diturunkan dari biomassa. Definisi yang lebih sempit mendefinisikan biofuel sebagai cairan atau gas yang berfungsi sebagai bahan bakar transportasi yang berasal dari biomasssa. Biofuel dipandang sebagai bahan bakar alternatif yang penting karena dapat mengurangi emisi gas dan meningkatkan ketahanan energi. Penggunaan minyak nabati (BBN) sebagai bahan biofuel sebenaranya sudah dimulai pada tahun 1895 saat Dr. Rudolf Christian Karl Diesel mengembangkan mesin motor yang dijalankan dengan BBN. BBN saat itu adalah minyak yang didapatkan langsung dari pemerasan biji sumber minyak, yang kemudian disaring dan dikeringkan. Bahan bakar minyak nabati mentah yang digunakan pada mesin diesel buatan Dr. Rudolf Christian Karl Diesel tersebut berasal dari minyak sayur. Namun karena pada saat itu produksi minyak bumi berlimpah dan murah, maka BBN untuk mesin diesel tersebut secara perlahan-lahan diganti dengan minyak solar dari minyak bumi. Selain itu BBN yang didominasi oleh trigliserida memiliki viskositas dinamik yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan solar. Viskositas bahan bakar yang tinggi akan menyulitkan pengaliran bahan bakar ke ruang bakar sehingga dapat menurunkan kualitas pembakaran dan daya mesin. Oleh karena itu, untuk penggunaan BBN secara langsung mesin diesel harus dimodifikasi terlebih dahulu, misalnya dengan penambahan pemanas BBN untuk menurunkan viskositas. Pemanas dipasang sebelum sistem pompa dan injektor bahan bakar. Saat ini biofuel telah digunakan di berbagai negara, industri biofuel tersebar di Eropa, Amerika dan Asia. India, misalnya mengembangkan biodiesel dari tanaman jarak pagar (Jatropha). Kebanyakan biofuel dipakai untuk transportasi otomotif. India mentargetkan penggunaan 5% 4

bioetanol sebagai bahan bakar transportasi, sementara cina sebagai prodesen utama etanol di Asia mentargetkan 15% bioetanol sebagai bahan bakar transportasinya pada tahun 2010. Biofuel dapat diproduksi dari sumber-sumber karbon dan dapat diproduksi dengan cepat dari biomassa. Sebagai Negara agraris Indonesia sangat potensial mengembangkan industri biofuel nya sendiri. Pertama, bahan baku berupa tanaman energi tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Produksi tanaman energi dari tahun ke tahun juga cenderung meningkat sehingga kita tidak perlu kawatir kekurangan sumber energi nabati ini. Sebagai contoh luas perkebunan tebu dan ubi kayu dari tahu ketahun meningkat dengan tajam. Kedua jenis tanaman tersebut merupakan bahan baku pembuatan bioetanol. Tabel 1. Potensi EBT di Indonesia (diolah dari Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005 2025, Lampiran B, Jakarta, 2005) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Bioetanol Bioalkohol generasi 2 Biodiesel Biogas Biomassa Surya Hidro (sungai & gelombang air laut) Angin Geotermal Hidrogen Nuklir Jenis 240 juta liter/tahun Belum Teridentifikasi 2 juta ton/tahun Belum Teridentifikasi Melimpah 4,80 kWh/m2/hari 4,99 x 1018 J/tahun 9.290 MW 27.000 MW Belum Teridentifikasi Minor Potensi

Kebijakan Biofuel di Indonesia Di Indonesia payung hukum pengembangan biofuel sudah cukup jelas seperti Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional, Inpres No. 1 Tahun 2006 tentang Instruksi Presiden kepada instansi/lembaga terkait di pusat (13 kementerian) dan daerah (Gubernur dan Bupati) dalam rangka penyediaan dan pemanfaatan BBN/biodiesel, Perpres No. 10 Tahun 2006 tentang Tugas 5

Timnas Pengembangan BBN, Undang-undang No.30 tahun 2007 tentang amanat kepada pemerintah untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Undang-undang ini kemudian diperkuat lagi oleh peraturan Menteri (PERMEN) ESDM nomer 32 tahun 2008 yang memuat mandatori BBN di Indonesia. Meski demikian, fakta yang ada dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan BBN masih jauh dari keinginan kita semua. Pengguna kendaraan di Indonesia saat ini umumnya masih senang menikmati BBM bersubsidi karena harganya yang relatif murah daripada menggunakan BBM bercampur BBN atau BBN murni yang lebih mahal. Beberapa Jenis Biofuel yang Dikembangkan di indonesia Bioetanol Etanol saat ini merupakan biofuel yang paling banyak digunakan. Di USA pada tahun 2004 produksi etanol mencapai 3 sampai dengan 4 billion gallons dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Etanol adalah bahan bakar alternatif yang prospektif karena beberapa alasan seperti tidak member kontribusi pada pemanasan global, dapat dicampur dengan gasoline sampai 10% (E10) dapat dibuat dari bahan-bahan alami (biomassa) yang dapat diperbaharui (renewable) seperti ubi kayu, jagung dan buah-buahan. Sebagai pengganti MTBE (methyl tertiary butyl ether) yang potensial. MTBE

adalah aditif bahan bakar (fuel additive) yang bersifat toksik dan dewasa ini banyak digunakan di beberapa negara. Bioetanol pada prinsipnya adalah etanol yang diperoleh melalui proses fermentasi sehingga dinamakan bioetanol. Bioetanol dihasilkan dari distilasi bir hasil fermentasi. Bioetanol merupakan bahan bakar nabati yang relatif mudah dan murah diproduksi sehingga industri rumahan sederhana pun mampu membuatnya. Biasanya bioetanol dibuat dengan teknik fermentasi biomassa seperti umbi-umbian, jagung atau tebu dan dilanjutkan dengan destilasi. Bioetanol dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar. Untuk bahan bakar kendaraan bermotor terlebih dahulu bioetanol harus dicampur dengan premium dengan perbandingan tertentu. Hasil pencampuran ini kemudian disebut dengan Gasohol (Gasoline Alcohol). Gasohol memiliki performa yang lebih baik daripada premium karena angka oktan etanol lebih tinggi daripada premium. Selain itu gasohol juga lebih ramah lingkungan daripada premium. Penguapan bioetanol dari cair ke gas juga tidak secepat bensin. Karena itu pemakaian bioetanol murni pada kendaraan dapat menimbulkan masalah. Tetapi masalah dapat diatasi dengan mengubah desain mesin dan reformulasi bahan bakar.

Biodiesel Biodiesel atau alkil ester bersifat sama dengan solar, bahkan lebih baik nilai cetanenya. Riset tentang biodiesel telah dilakukan di seluruh dunia khususnya di Austria, Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat. Bahan baku utamanya antara lain minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari. Di Hawaii biodiesel dibuat dari minyak goreng bekas dan di Nagano, Jepang bahan baku dari restoran-restoran cepat saji telah dipakai sebagai bahan baku biodiesel. Saat ini biodiesel telah merebut 5% pangsa pasar ADO (automotive diesel oil) di Eropa. Pada tahun 2010 Uni-Eropa mentargetkan pencapaian sampai 12%. Malaysia telah mengembangkan pilot plant biodiesel berbahan baku minyak sawit dengan kapasitas berkisar 3000 ton/hari yang telah siap memenuhi kebutuhan solar transportasi. Secara keseluruhan Saat ini di dunia telah terdapat lebih dari 85 pabrik biodiesel berkapasitas 500 - 120.000 ton/tahun dan pada 7 tahun terakhir ini 28 negara telah menguji-coba biodiesel sebagai pengganti BBM, 21 di antaranya kemudian memproduksi. Amerika dan beberapa negara Eropa bahkan telah menetapkan Standar Biodiesel yang kemudian diadopsi di beberpa Negara berkembang. Di Indonesia biodiesel biasanya menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (Crude Palm Oil), minyak nyamplung, minyak jarak, minyak kelapa, palm fatty acid distillate (PFAD) dan minyak ikan. Biodiesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi. Biodiesel dibuat dengan berbagai metode. Transesterifikasi adalah salah satu teknik pembuatan biodiesel yang paling popular dewasa ini karena aman, murah dan mudah dilakukan. Biodiesel bersifat ramah lingkungan karena tidak memberi kontribusi kepada pemanasan global, mudah didegradasi, mengandung sekitar 10% oksigen alamiah yang bermanfaat dalam pembakaran dan dapat melumasi mesin. Keuntungankeuntungan lain pada penggunaan biodiesel adalah mudah dibuat sekalipun dalam sekala rumah tangga (home industry) dan menghemat sumber energi yang tidak terbarukan (bahan bakar fosil) serta dapat mengurang biaya biaya kesehatan akibat pencemaran udara. Pemanfaatan sumbersumber nabati seperti minyak kelapa dan CPO (Crude Palm Oil) baik minyak segar maupun bekas (jelantah) sebagai bahan baku produksi biodiesel juga merupakan keuntungan karena dapat membuka peluang usaha bagi petani dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM).

Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik, sampah atau limbah biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan 7

listrik. Metana yang terkandung di dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Saat ini, banyak negara maju mulai meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair, padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan limbah. Komposisi gas di dalam biogas yang dihasilkan bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang terjadi. Rata-rata biogas memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah modern dapat menghasilkan biogas dengan kadar metana berkisar dari 55-75%.

Strategi Pengembangan dan Perspektif Biofuel di Indonesia Betapapun bagusnya program BBN pemerintah jika tidak didukung oleh masyarakat maka program tersebut menjadi sia-sia dan tinggal menjadi wacana publik. Dewasa ini pemahaman masyarakat tentang arti penting BBN sebagai bahan bakar alternatif masih rendah, sehingga pemasyarakatan BBN menjadi kurang optimal. Sosialisasi berkelanjutan melalui bebagai media utamanya televisi dan surat kabar perlu ditingkatkan. Pembangunan Desa Mandiri Energi (DME) yaitu desa yang dapat memenuhi sendiri minimal 60% kebutuhan akan energinya, merupakan strategi pemerintah untuk membangun ketahanan energi melalui masyarakat pedesaan. DME diyakini dapat menjadi solusi signifikan untuk mengatasi kebutuhan energi pedesaan. Sebagai contoh sukses pembangunan DME adalah Minahasa Selatan. Masyarakat lokal telah berhasil

mengembangkan bioetanol dari nira. Melalui industri rumahan ini mereka dapat menghasilkan 1 liter bioetanol/pohon nira/hari. Bioetanol ini selanjutnya digunakan antara lain untuk kendaraan pemerintah setempat. Pembangunan DME masih terus berjalan sejak tahun 2009 dan sekarang sudah mencapai 1000 DME tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sekalipun sudah ada contoh sukses, pengembangan DME berbasis BBN juga harus mempertimbangkan faktor-faktor sosial, politik dan tersedianya bahan baku, artinya tidak semua desa dapat meniru begitu saja apa yang telah dikembangkan oleh Minahasa Selatan,sekali lagi pengembangan BBN secara prinsipiil tetapa harus mengacu kepada potensi bahan baku yang dimiliki masing-masing desa. Sebagai Negara agraris Indonesia sejatinya berpotensi untuk mengembangkan BBN seperti bioetanol dan biodiesel secara mandiri. Syarat-syarat menjadi raksasa BBN sudah tersedia semua,. Pertama, bahan baku berupa tanaman berpati dan berminyak dapat diperoleh di seluruh wilayah Indonesia. Produksinya dari tahun ke tahun juga cenderung meningkat. Dengan kata lain prihal ketersediaan bahan baku BBN yang berkelanjutan bukan merupakan masalah lagi. Bahan baku 8

pembuatan bioetanol yang banyak terdapat di Indonesia antara lain ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan tebu. Semuanya merupakan biomassa yang kaya karbohidrat dan berasal dari tanaman penghasil karbohidrat atau pati. Begitu pula dengan tanaman bahan baku biodiesel, seperti sawit, kelapa, nyamplung, algae dan jarak pagar. Menurut US Department of Agricultures Foreign Agricultural Service, dewasa ini Indonesia memproduksi sekitar 41.4% (14.2 million tonnes) crude palm oil. Riset yang dilakukan oleh Indonesian Biodiesel Forum (FBI) menyebutkan bahwa 0,3 hektar perkebunan sawit akan mampu menghasilkan biodiesel sebanyak 1000 liter biodiesel. Pada tahun 2009 proyeksi biodiesel dari minyak sawit mencapai 2% dari konsumsi diesel total dan permintaan ini pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 5% dari konsumsi petroleum diesel, atau ekivalen dengan 4,7 juta kiloliter. Kedua, tenaga ahli dan praktisi yang bekerja di sektor BBN sudah memadai. Boleh dikata hampir di semua universitas dan lembaga penelitian di Indonesia dijumpai peneliti yang menekuni pengembangan BBN, Ketiga, payung hukum terkait BBN juga sudah ada, sehingga

produksi,perdagangan atau pemakaian BBN di Indonesia bersifat legal. Pengembangan BBN bisa bersifat sektoral, sendiri-sendiri atau secara simultan, yaitu mengembangkan berbagai macam BBN secara bersama-sama. Baik secara sektoral maupun simultan, pengembangan BBN harus memperhatikan aspek-aspek sosial, politik, ketersediaan bahan baku BBN serta kesiapan produsen dan konsumen menggunakan BBN. Di Indonesia road map perencanaan, produksi, pengembangan serta pemasaran BBN sejatinya sudah tersusun dengan baik, realisasinya walaupun terkendala banyak hal juga telah mulai dilaksanakan. Untuk mengetahui apakah revitalisasi BBN telah berjalan, beberapa Indikator berikut dapat digunakan sebagai patokan: Terimplementasinya undang-undang dan regulasi tentang BBN sampai tingkat pedesaan, beroperasinya unit-unit atau pabrik BBN secara merata di seluruh Indonesia, berfungsinya DME berbasis BBN di seluruh Indonesia, tersedianya SPBU-SPBU yang memperdagangan BBN, tersedianya tanaman energi berlemak/berminyak, berpati dan bergula serta biomassa berbasis lignoselulosa yang mencukupi permintaan pasar, peningkatan pemakaian BBM pada level pengguna bahan bakar dari tahun ke tahun, adanya tata niaga BBN yang konsisten, transparan dan bertanggungjawab, serta akuntabel, berkurangnya impor dan peningkatan ekspor BBN. Penutup Minimum ada 3 hal yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk penguatan ketahanan energi, pertama : Pencarian deposit-deposit minyak yang potensial dengan tetap mengelola sumur-sumur lama secara lebih efisien. Kedua: Eksploitasi, dan pemakaian yang bijak terhadap energi fosil 9

melalui penghematan dan kontrol yang ketat akan memperpanjang tingkat hidup cadangan bahan bakar fosil dan ketiga mengembangan biofuel yang lebih ramah lingkungan dan bersifat terbarukan. Biofuel dalam waktu dekat mungkin tidak dapat menggantikan sepenuhnya energi fosil, Namun biofuel tetap akan menjadi sumber energi alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Pengembangan biofuel melalui penggunaan produk samping industri pertanian atau sampah menjadi energi melalui pembakaran langsung atau dikonversi menjadi biofuel tidak saja menyediakan energi alternatif terbarukan namun juga dapat membuka lapangan kerja baru. Referensi 1. Harris, F, 2004, Global Environmental Issues, John Wiley and Sons, West Sussex 2. Stevens, C and Verhe,R.G., 2004, Renewable Bioresources, John Wiley and Sons, West Sussex 3. Olah,G.A., Goeppert, A., Prakash,S.,G.K, 2003, Beyond Oil and Gas: The Methanol Economy, Willey-VCH, Los Angeles 4. Widiharto,A.H., 2010, Peran Energi Nuklir dalam Pemenuhan Energi Indonesia Masa Depan dalam buku Dari Yogyakarta untuk Energi Indonesia, Pusat Studi Energi UGM, Yogyakarta 5. Jumina, Karna Wijaya dan Arief Budiman, 2010, Dari Yogyakarta untuk Energi Indonesia, Pusat Studi Energi UGM,Yogyakarta 6. Anonim. 2005. Prospek Pertanian Biodiesel dan Bioetanol. http://www.bppt.go.id/ 7. Anonim. 2007. Bioetanol. http://www.energiterbarukan.net/ 8. Anonim. 2007. Ketika Kendaraan Bergantung pada Tumbuhan. http://www.trubus-online.com/ 9. Anonim, 2009, Jurnal Ethanol Indonesia, ASPINDO, Malang 10. Gan, T. K. 2002. Peran Biomassa bagi Energi Terbarukan. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo. 11. Sholekhudin,M. 2008. Saatnya Beralih Ke Bahan Bakar Nabati. Jakarta: Intisari hal 13-21. 12. Wahyudi,B.S. 2009. Penyediaan Energi Naional: Problematika dan Strategi. Pidato Ilmiah dalam rangka Peringatan Dies natalis UGM ke-60, UGM.

10

You might also like