You are on page 1of 3

KONTRA INDIKASI ALVEOLOPLASTI Adapun kontra indikasi dilakukannya tindakan alveoloplasti adalah : (i) pada pasien yang masih

muda, karena sifat tulangnya masih sangat elastis maka proses resorbsi tulang lebih cepat dibandingkan dengan pasien tua. Hal ini harus diingat karena jangka waktu lebih lama dibandingkan pasien tua. (ii) pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan gigi tiruannya karena rasa malu, sehingga jaringan pendukung gigi tiruan menjadi kurang sehat, karena dibersihkan. Hal ini mengakibatkan proses resorbsi tulang dan proliferasi jaringan terhambat. (iii) jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu adaptasi gigi tiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DALAM MELAKUKAN ALVEOLOPLASTI Dalam melakukan tindakan alveoloplasti terdapat beberapa factor yang harus dipertimbangkan oleh seorang dokter gigi, yaitu : A. Bentuk Prosesus Alveolaris Pada pembuatan gigi tiruan dibutuhkan bentuk prosesus alveolaris yang dapat memberikan kontak serta dukungan yang maksimal. Karena itu selain menghilangkan undercut yang dapat mengganggu pemasangan gigi tiruan, maka dalam melakukan alveolo-plasti harus diperhatikan juga bentuk prosesus alveolaris yang baik. Yaitu bentuk U yang seluas mungkin, sehingga dapat menyebarkan tekanan mastikasi pada permukaan yang cukup luas. B. Sifat Tulang Yang Diambil Untuk mendapatkan suatu hasil terbaik maka suatu gigi tiruan harus terletak pada tulang kompakta, bukan tulang spongiosa. Karena itu pada waktu melakukan alveoloplasti dengan pembuangan tulang yang banyak harus diusahakan untuk mempertahankan korteks tulang pada saat membuang tulang medular yang lunak. Hal ini disebabkan karena tulang spongiosa lebih cepat dan lebih banyak mengalami resorbsi dibandingkan dengan tulang kompakta. C. Usia Pasien Dalam melakukan alveoloplasti usia pasien juga harus dipertimbangkan, karena semakin muda pasien maka jangka waktu pemakaian gigi tiruan semakin lama. Tulang pada pasien muda lebih plastis dan lebih cenderung mengalami resorbsi dibandingkan atrofi, serta pemakaian tulang alveolar lebih lama daripada pasien tua. Jadi pem-buangan tulang pada pasien muda dianjurkan lebih sedikit dan mungkin tidak perlu dilakukan trimming tulang D. Penambahan Free Graft Jika pada waktu pencabutan gigi atau alveoloplasti dilakukan ada tulang yang secara tidak sengaja terbuang atau terlalu banyak diambil, maka harus diusahakan untuk mengembalikan pecahan tulang ini ke daerah operasi. Pecahan tulang ini dapat mempercepat proses pembentukan tulang baru serta

mengurangi resorbsi tulang. Boyne menyatakan bahwa penggunaan autogenous bone graft lebih baik bone graft untuk pencangkokan, dan semakin banyak sumsum tulang dan selsel endosteal pada tulang semakin baik E. Proses Resorbsi Tulang Pada periodontitis tingkat lanjut yang ditandai dengan resorbsi tulang interradikular, maka alveoloplasti harus ditunda sampai soket terisi oleh tulang baru. Penundaan selama 4 - 8 minggu ini dapat menghasilkan bentuk sisa ridge yang lebih baik Selain itu harus diingat juga bahwa pada setiap pembe-dahan selalu terjadi resorbsi tulang, maka harus dihindari terjadinya kerusakan tulang yang berlebih akibat suatu tindakan bedah, karena keadaan ini dapat mempengaruhi hasil perawatan. TEKNIK-TEKNIK ALVEOLOPLASTI Starshak (1971) mengemukakan 5 macam teknik alveoloplasti, yaitu : (i) teknik Alveolar Kompresi, (ii) teknik Simpel Alveoloplasti, (iii) teknik KortikoLabial Alveoloplasti, (iv) teknik Dean Alveoloplasti, dan (v) teknik Obwegese Alveoloplasti. Teknik Alveolar Kompresi Merupakan teknik alveoloplasti yang paling mudah dan paling cepat. Pada teknik ini dilakukan penekanan cortical plate bagian luar dan dalam di antara jarijari. Teknik ini paling efektif diterapkan pada pasien muda, dan harus dilakukan setelah semua tindakan ekstraksi, terutama pada gigi yang bukoversi. Tujuan dilakukannya tindakan ini adalah untuk mengurangi lebar soket dan menghilangkan tulang-tulang yang dapat menjadi undercut. Teknik Simpel Alveoloplasti Teknik ini dapat digunakan jika dibutuhkan pengurangan cortical margin labial atau bukal, dan kadang-kadang juga alveolar margin lingual atau palatal. Biasanya digunakan flep tipe envelope, tetapi kadangkala digunakan juga flep trapesoid dengan satu atau beberapa insisi. Pada teknik ini pembukaan flep hanya sebatas proyeksi tulang, karena pembukaan yang berlebihan pada bagian apikal dapat menyebabkan komplikasikomplikasi yang tidak diinginkan. Teknik Kortiko-Labial Alveoloplasti Teknik ini merupakan teknik alveoloplasti yang paling tua dan paling populer, di mana dilakukan pengurangan cortical plate bagian labial. Teknik ini telah dipraktekkan secara radikal selama bertahun-tahun, dengan hanya meninggalkan sedikit alveolar ridge yang sempit. Dalam tindakan bedah preprostodontik teknik inilah yang paling sering digunakan, karena pada teknik ini pembuangan tulang yang dilakukan hanya sedikit, serta prosedur bedahnya yang sangat sederhana. Teknik Dean Alveoloplasti

O.T. Dean menyumbangkan suatu teknik alveoloplasti yang sangat baik dalam mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat mengadaptasi gigi tiruan dengan baik. Thoma menggambarkan pembuangan tulang interrradicular (di antara akar) tidak dengan istilah intraseptal (di dalam septum), tetapi dengan istilah intercortical (di antara cortical plate). Sedangkan ahli-ahli lain menggunakan istilah teknik crushTeknik Dean ini didasari oleh prinsip prinsip biologis sebagai berikut : (i) mengurangi alveolar margin labial dan bukal yang prominen, (ii) tidak mengganggu perlekatan otot, (iii) tidak merusak periosteum, (iv) melindungi cortical plate sehingga dapat digunakan sebagai onlay bone graft yang hidup dengan suplai darah yang baik, (v) mempertahankan tulang kortikal sehingga dapat memperkecil resorbsi tulang setelah operasi. McKay memodifikasi teknik Dean ini dengan memecahkan cortical plate ke arah labial sebelum menekannya kembali ke palatal. Modifikasi ini menjamin onlay tulang dapat bergerak bebas dan terlepas dari tekanan. Teknik Obwegeser Alveoloplasti Pada kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim, teknik Dean tidak akan menghasilkan ridge anterior berbentuk U seperti yang diinginkan, tetapi menghasilkan ridge berbentuk V. Untuk menghindari bentuk ridge seperti ini, Obwegeser membuat fraktur pada cortical plate labial dan palatal. Keuntungan teknik ini adalah dapat membentuk kedua permukaan palatal dan labial prosesus alveolaris anterior, dan sangat tepat untuk kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim. Operasi dengan teknik ini harus didahului dengan proses pembuatan model gips, kemudian splint atau gigi tiruan disusun pada model kerja gips tersebut. Dengan dilakukannya proses ini, maka prosedur operasi yang dilakukan di kamar praktek dokter gigi atau di ruang operasi dapat dilakukan dengan lebih akurat. KOMPLIKASI TINDAKAN ALVEOLOPLASTI Dalam melakukan suatu tindakan bedah tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya komplikasi, demikan pula halnya dengan alveoloplasti. Dimana komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi antara lain: rasa sakit, hematoma, pembengkakan yang berlebihan, timbulnya rasa tidak enak pasca operasi (ketidaknyamanan), proses penyembuhan yang lambat, resorbsi tulang berlebihan serta osteomyelitis Tetapi semua hal . tersebut dapat diatasi dengan melakukan prosedur operasi serta tindakan-tindakan pra dan pasca operasi yang baik.

You might also like