You are on page 1of 36

Mata Kuliah : Pengembangan Sumber Daya Air Modul No.

13 : Bangunan Pipa Pesat (Penstock) Tujuan Instruksional Umum (TIU) : Mahasiswa mengetahui sejarah pengembangan, definisi, pengertian dan landasan hukum sebagai dasar kebijakan pengembangan sumber daya air diawali dari penggalian kebutuhan masyarakat hingga perencanaan teknis, pengoperasian dan pemeliharaan pemanfaatan sumber daya air. Tujuan Instruksional khusus (TIK) : Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan tujuan dari pemanfaatan pengembangan sumber daya air mulai dari rencana kebutuhan, tahapan penyelidikan, pengembangan, perencanaan, pembangunan, pengoperasiaan dan pemeliharaan hingga akhir usia layannya.

13
BANGUNAN PIPA PESAT (PENSTOCK)

13.1

ASPEK STRUKTURAL PIPA PESAT Dua fenomena yang dapat membahayakan pipa dari segi kekuatan struktur adalah fenomena tambahan tekanan dan fenomena vakum. Fenomena tambahan tekanan dapat terjadi karena air yang mengalir dalam pipa tiba-tiba dihentikan karena mekanisme penutupan katup secara tiba-tiba, sedangkan fenomena vakum dapat terjadi karena air yang diam dalam pipa tiba-tiba mengalir karena pembukaan katup secara tiba-tiba.

13.2

PERHITUNGAN KEKUATAN PIPA BAJA Kekuatan pipa umumnya dapat ditetapkan berdasarkan pipa tipis, yaitu bahwa tegangan tangensial terbagi rata pada tebal pipa.

d (diameter)
Pipa dinamakan tipis bila (tebalpipa) = 20

13.2.1 Tegangan Tangensial Perhatikan keseimbangan suatu elemen seluas du . dz (Gambar 13.1)

Gambar 13.1 N = p . du . dz dengan p adalah tekanan air. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

p = H . . g besarnya H adalah tinggi hidrostatis ditambah pengaruh pukulan air. Tegangan menimbulkan gaya sebesar . . dz. Resultan gaya ini adalah 2 dz sin d . . du. dz 2 dz . . du = R R

. du. dz R p. du . dz =

p.R p.d = = 2

13.2.2 Tegangan Searah As Pipa


Beberapa keadaan dapat menimbulkan tegangan searah as pipa (Gambar 13.2)

Gambar 13.2 Skema pipa pesat dari baja

a. Momen akibat perletakan pipa 1 Momen maksimum di sini diambil sebesar M = 12 (Gs + Gw) . b cos dengan : b = jarak perletakan Gs = berat pipa sepanjang b Gw = berat air sepanjang b Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

= sudut kemiringan

Momen perlawanan potongan pipa dengan tebal = dan diameter luar = d adalah : S= 1 d = 1 1 d4 _ 64 64 d 1 I= 1 d4 _ 64 1 64
2

(d - 2) 4
1

d4

d3 .2

6 d2(2)2 +

d3 64 64 (term memakai atau pangkat lebih tinggi diabaikan) = 8


S =

d3 d2 = 8.d 4
1 12 (Gs + Gw) b cos 3 d3 .

M S

(Gs Gw) b cos + d2 4

Untuk berat diambil bruto (termasuk tambahan tebal untuk karat), sedangkan untuk luas penampang dan momen perlawanan diambil netto (tanpa tambahan untuk karat)

b. Perubahan temperatur Tegangan akibat perubahan temperatur timbul bila pipa terikat pada 2 blok angker dan tidak mempunyai sambungan muai. Fl AE = l t ( = tegangan muai, t = kenaikan temperatur)

= E t dengan = 1,2 x 10-5/C dan E = 210 Gpa maka = 2,5 t Mpa. (t dengan derajat celcius)

c. Tegangan tangensial Tegangan tangensial mengakibatkan diamter pipa menjadi lebih besar. Hal ini akan menimbulkan tegangan searah as pipa, bila pipa ini terikat pada 2 blok angker. Telah diketahui bahwa a = , dengan = angka poisson dan untuk pipa baja = 0,3. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR


t =
t

E
t

maka a =

= 0,3

d. Berat kosong pipa Berat pipa miring ini menekan pada blok angker, sehingga penampang pipa di tempat ini mendapat tegangan tekan. Gaya tekan Fo = Gs sin (Gs = berat pipa antara dua perletakan) = berat pipa dari blok angker sampai sambungan pemuaian. Sin Gs = d.

Bila pipa diantara kedua blok angker tidak mempunyai sambungan pemuaian, maka Fo dipikul oleh masing-masing blok angker, sehingga pada bagian atas timbul tegangan arik dan pada bagian bawah tegangan tekan.

13.2.3 Tegangan Searah Jari-Jari Pipa Disamping tegangan tangesial dan tegangan searah as pipa terdapat juga tekanan searah radius yang besarnya adalah maksimum pada sebelah dalam pipa dan merupakan tegangan tekanan t = p (tekanan air).

13.2.4 Tegangan Resultan Menurut A. Schocklitz dari ketiga tegangan pada dinding pipa tersebut ( t, a dan

r) yang bekerja menurut ketiga as koordinat dapat ditetapkan tegangan


resultante sebesar : searah tangensial : t resultante = t - ( r + p) searah as searah radius : a resultante = a - ( t + p) : r resultante = p - ( t + a)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

dengan adalah angka Poisson untuk baja dan bernilai 0,3. Dalam ketiga rumus ini harus diperhatikan tandanya, yaitu untuk tegangan tekanan minus (negatif) dan untuk tegangan tarik plus (positif). Pada umumnya, kekuatan pipa baja ditentukan oleh tegangan tangensial.

13.3

PERHITUNGAN STABILITAS BLOK ANGKER PADA PIPA BAJA Blok angker selalu ditempatkan pada perubahan arah pipa dan juga di pipa lurus pada jarak 100-150 m. Bila pipa berubah arahnya maka pada blok angker bekerja gaya-gaya sebagai berikut (Gambar 13.3)

Gambar 13.3 Perhitungan stabilitas blok angker

Gaya yang dikerjakan bagian atas pipa pada blok angker adalah a. Berat sendiri pipa Fo = + Gs sin (tanda + berarti menekan pada blok angker) b. Pergeseran pada perletakan F = 1(Gs + Gw) cos
2

meskipun tidak bekerja pada pusat, pada perhitungan stabilitas blok angker, dapat diambil bekerja pada pusat. c. Gaya geser pada sambungan pemuaian Fp = 2 d1.e..g.H d. Gaya tekan pada pipa disambung pemuaian Fe = + d1. 1..g.H e. Gaya tekan air karena perubahan arah d12 Fw = + . ..g.H 4 Gaya ini pada umumnya menentukan stabilitas blok angker f. Gaya seret aliran air pada pipa karena pergesekan d12 Fd = + .g. H 4 Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

H = kehilangan tinggi pada panjang l2. g. Gaya impuls Gaya impuls ini dapat diuraikan menjadi 2 komponen yang bekerja menurut as pipa masing-masing (Gambar 13.) Gaya impuls timbul bila arah aliran air berubah. Bila aliran berubah seperti tergambar (Gambar 13.), maka gaya aliran air pada pipa (yang dipikul oleh blok angker) adalah Fi, searah pipa (1), sebesar Q( - cos ). Fi, searah pipa (2) adalah juga sebesar Q( - cos ) dengan Q adalah banyaknya air yang mengalir (m3/detik) dan adalah massa jenis air (1000k.g/m3). Dibandingkan dengan gaya-gaya lain pada blok angker, gaya impuls ini adalah kecil (sudut pada umunya kecil) sehingga pada perhitungan stabilitas blok angker, pengaruh gaya impuls diabaikan.

Gambar 13..

Gaya-gaya yang dikerjakan oleh bagian bawah pipa blok angker adalah : a. Akibat berat sendiri Fo = - Go sin
3

b. Pergeseran pada perletakan

F = 1(Gs + Gw) cos


Fp = 2 d2.e..g.H

c. Pergeseran pada sambungan pemuaian d. Gaya tekan akibat air pada sambungan pemuaian Fe = d2. 2..g.H e. Gaya tekan akibat perubahan arah d22 Fw = + . ..g.H 4 Perlu diperhatikan bahwa gaya akibat perubahan diamter, yang umumnya terdapat di dalam blok angker, tidak perlu diperhitungkan karena telah tercakup oleh

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Fw = + f.

d22
4

.g.H dan Fw =

d22
4

.g.H

Gaya seret aliran air pada pipa karena pergesekan d22 Fd = - .g. H 4

g. Gaya impuls menurut as pipa Fi = + Q.( - cos ) Sebagai kesimpulan, diperoleh bahwa (lihat Gambar 13.) Gaya yang dikerjakan bagian atas pipa pada blok angker = Fo + F + Fp + Fe + Fw + Fd + FI Gaya yang dikerjakan bagian bawah pipa pada blok angker = - Fo + F + Fp + Fe + Fw + Fd + FI

13.4

PIPA TEBAL p.d Rumus = 2 hanya berlaku pada pipa tipis d > 20 dengan diambil

anggapan bahwa tegangan terbagi rata pada tebal pipa. d Hal ini tidak berlaku pada pipa tebal > 20 sehingga perlu digunakan cara lain. Pada setiap konstruksi bangunan berlaku : a. Syarat keseimbangan b. Syarat perubahan bentuk Kedua syarat inipun digunakan pada pipa pesat (Gambar 13.4)

Gambar 13.4 Pipa tebal ri = jari-jari dalam pipa jari-jari luas pipa tekanan pada sebelah dalam pipa tekanan pada sebelah luar pipa Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

ro = pi = po =

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

13.5

PIPA BETON 2 + 1
2 Pipa pesta beton merupakan pipa tebal, jadi maks = p - 1

harus

sebesar tegangan tarik yang diperbolehkan dan umunya besar tegangan ini iambil sebesar kekuatan tarik beton dibagi faktor keamanan. Dalam PBI 1971 terdapat beton kelas II dengan mutu K.125 (kekuatan tekan = 125 kg/cm2), K.175 dan K.225 dan beton kelas III yang bermutu > K.225, dengan syart bahwa harus ada pengawasan ketat terhadap agregat dan pengawasan kontinue terhadap kekuatan tekan. Tentang kekuatan tarik beton, PBI 1971 memberitahukan bahwa untuk mutu beton K.225, tarik yang diperbolehkan adalah sebesar 0,55 N/mm2 atau juga dapat diambil
w

tarik (kg/cm2) = 0,36 1 bk (

bk = kekuatan tekanan

beton dengan kg/cm2). Menurut Beton Kalender 1978 dat-dat tentang keuatan beton adalah sebagi berikut :

Kekuatan tekan beton N/mm2 10 20 30 40 50 60

Kekuatan tarik beton rata-rata N/mm2 1,25 2,10 2,75 3,30 3,76 4,14

Menurut Mossonyi
2

tarik pada beton yang bermutu tinggi (kekuatan tekan > 50

N/mm ) dapat diambil sebesar 2,5 3,0 N/mm2. Sedangkan untuk beton yang didapatkan dengan tangan w tarik = 1,0 1,5 N/mm2. Pada pipa pesat PLTA Kracak di aerah Bogor, yang dibuat dari beton pada tahun 1940,
w

tarik diambil sebesar 1,25 N/mm2. Pengaruh besi beton pada pipa pesat

diperhitungkan dengan mengalirkan beton yang diperoleh dari rumus pipa Ac tebal, jadi seakan-akan pipa seluruhnya terdiri dari beton dengan factor = Ac + 8As Dengan Ac = luas beton; As = luas besi beton Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

perbandingan modulus elastisitas baja / modulus elastisitas beton.

Bila luas diambil untuk panjang pipa = 1 meter, maka a ac + 8As (a = tebal pipa)

Luas besi beton minimumpri ditetapkan seolah-olah semua gaya tekan air dipikul oleh besi beton, jadi As =
w

Dengan w = tegangan tarik yang diperbolehkan untuk besi beton. Dengan mengambil luas besi beton yang lebih besar dari perhitungan tersebut di atas, maka tebal beton menjadi lebih kecil. Dari harga besi beton dan harga beton dapat ditetapkan tebal pipa dengan tulangan yang paling ekonomi. Umumnya pipa pesat beton ditutup dengan tanah. Dalam hal ini perlu diselidiki pengaruh tanah yang berada di atas beton. Q tanah = . g . h . Pa
2 Momen akibat tumpuan tanah ini pada pipa pesat adalah M = qr 4 b adalah panjang bagian pipa yang diperhatikan.

.b dengan

2 Bila b diambil 1 m, maka Mo = qr N.m per m; r adalah sebesar ri + a/2 (Gambar 4 13.5).

8x2xAsx S= a2 6 + a Mo Sn

a1 2

2 2

a2 6

+ 8 As

a1 2

2 a

akibat momen =

dengan demikian +

Gambar 5.6.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Pada pipa beton terdapat juga tulangan memanjang (tulangan susut) dengan luas sebesar 0,0025 luas potongan beton dan jarak di antaranya tidak boleh melebihi 45,7 cm. Menurut Mainardis pipa beton dapat digunakan secara ekonomis pada harga maksimal Hd = 200 m2. Pada harga yang lebih tinggi digunakan beton praktekan atau pipa Soedijatmo.

13.6

PIPA PROF. IR. SEDIJATMO Pipa ini yang telah mendapat hak patent di luar negeri terdiri dari (Gambar 13.6). a. Pipa baja corten pada sebelah dalam dengan fungsi terutama membuat seluruhnya kedap air. b. Beton yang hanya berfungsi meneruskan gaya tekan air pada pipa corten ke besi beton. c. Besi beton dengan fungsi memikul gaya tekan air dari dalam.

Gambar 13.6

Kelebihan : a. Pipa baja corten, hanya berfungs mencegah kebocoran, dapat dibuat setipis mungkin, oleh karena pipa ini tidak memikul gaya tekan air. Tebalnya hanya dipengaruhi pengangkutan dan pemasangan. Pengangkutan dapat dilakukan ketika masih dalam bentuk pelat dan karena tipis, pelat dapat dibentuk menjadi pipa dan dilas di tempat pekerjaan. b. Beton mempunyai fungsi meneruskan gaya tekan air pada pipa baja corten ke besi beton. Dengan demikian tebal beton tidak dipengaruhi gaya tekan air sehingga dapat dibuat kecil (8 20 cm) sesuai dengan kebutuhan (penutup besi 3,0 cm, jarak antara 2 lapisan besi beton 2,5 cm). Beton dapat retak, tetapi kedap air tetap terjamin oleh pipa baja corten.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

c. Gaya tekan air dipikul oleh besi beton. Oleh karena harga besi beton lebih murah dri besi pelat, maka pipa Soedijatmo untuk PLTA PLTA yang dibangun sesudah perang dunia II seperti Golang, Cikalong, Timo, Ngebel adalah lebih murah dibandingkan dengan pipa-pipa yang lain. Dibandingkan dengan pipa beton biasa, pipa Soedijatmo ini dapat dipergunakan untuk tekanan melelbihi 100 m.

Kelemahan : Bila rusak karena karat atau sebab sebab yang lain, maka seluruh pipa baja corten harus dibongkar, sehingga pipa dengan fungsi kedap air, dibuat dari pipa baja corten yang lebih kuat terhadap karat daripada baja biasa. Perhitungan Kekuatan Tebal pipa corten umumnya diambil sebesar 3 mm. Dari tebal ini, 1 mm dipakai untuk ikut menahan gaya tekan air. Bila tekanan air adalah sebesar p (gh + pengaruh pukulan air), maka gaya tarik pada bagian pipa sepanjang 1 m, adalah P0 = pri, dari gaya tarik ini bagian yang dipikul oleh pipa baja corten adalah sebsar P1 =
s

x 0,001. Jadi gaya tarik yang dipikul oleh besi beton : P2 = P0 P1.
s

Luas besi beton = As = P2 /

13.7

CONTOH SOAL Air dari waduk dialirkan keluar melalui pipa horizontal seperti diperlihatkan pada Gambar 13.7.1.a., dimana pada ujung pipa dilengkapi dengan sebuah katup. Diketahui panjang pipa adalah L = 1200 m, diameter pipa, D = 0,5 m, koefisien kekasaran pipa menurut Darcy Weisbach adalah = 0,018 dan kecepatan rambat gelombang dalam pipa C = 1200 m/s. Katup ditutup dengan mengikuti persamaan: = (1 t / tc )Em dimana tc = 2,1 s dan Em = 1,5 (lihat Gambar 13.7.1.b). Kondisi awal bukaan katup ( = 1) dinyatakan dengan (Cd AG)o = 0,009. Bila diketahu tinggi (head) waduk adalah HR= 150 m, dan percepatan gravitasi g = 9,81 m/s2, tentukan :

13.7.1 Contoh Kasus Perhitungan A

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

perubahan debit dan head di sepanjang pipa pada waktu periode penutupan dan setelah penutupan katup, perubahan debit dan head terhadap waktu di titik x = 300 m, 600 m, dan 900 m dari katup.

Penyelesaian : Penyelesaian persoalan tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan program komputer (metode karakteristik) dengan mengikuti langkah perhitungan berikut ini. Pipa dibagi menjadi N pias, sehingga diperoleh NS = N + 1 titik hitungan (dari 1 s/d NS) seperti terlihat pada Gambar 13.7.1.a.

Gambar 13.7.1.a Pada kondisi awal, t = t + 0. Hitungan diberikan dengan beberapa persamaan berikut ini :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Qo = (Cd AG) 2 g Ho Ho = HR R Qo Qo Qi = Qo ; I = 1,., Ns Hi = HR (i 1) R Qo Qo

Pada waktu t = t + t

pada titik-titik di tengah (antara 2, , N), hitungan dilakukan dengan 2

persamaan karakteristik, C+ dan C- : C+ : H pi = Cp B QPi ; i = 2, , N C- : H pi = CM B QPi ; i = 2, , N

pada titik-titik batas o batas hulu

HPi = HR ; i = 1 H Pi CM C : Q Pi =
-

;i=1

batas hilir

QPi = -B Cv + B Cv2 + 2 Cv CP C+ : H Pi = CP - BQPi Hasil hitungan yang diperoleh diperlihatkan dalam bantuk gambar seperti diberikan pada Gambar 13.7.1.c, , 13.7.1.f. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Grafik penutupan katup

Gambar 13.7.1.b

Variasi debit di dalam pipa terhadap jarak

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 13.7.1.c

Variasi head di dalam pipa terhadap jarak

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 13.7.1.d

Variasi debit di dalam pipa terhadap waktu

Gambar 13.7.1.e

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Variasi head di dalam pipa terhadap waktu

Gambar 13.7.1.f

13.7.2 Contoh Kasus Perhitungan B Sama seperti pada contoh kasus perhitungan A, hanya saja pada pipa (pada x = 600 m dari katup) di pasang surge tank (dengan stand pipe), seperti diperlihatkan pada Gambar 13.7.1.b. Seperti pada contoh kasus perhitungan A, panjang pipa adalah L = 1200 m, diameter pipa, D = 0,5 m, koefisien kekasaran pipa menurut Darcy Weisbach adalah = 0,018 dan kecepatan rambar gelombang dalam pipa C = 1200 m/s. Katup ditutup dengan mengikuti persamaan : = (1 t / tc )Em

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

dimana tc = 2,1 s dan Em = 1,5. Kondisi awal bukaan katup ( = 1) dinyatakan dengan (Cd AG)o = 0,009. Bila diketahui tinggi (head) waduk adalah : HR = 150 m, dan percepatan gravitasi g = 9,81 m/s2, tentukan :

perubahan debit dan head di sepanjang pipa pada waktu periode dan setelah penutupan katup. perubahan debit dan head terhadap waktu di titik x = 300 m, 600 m, dan 900 m dari katup, perubahan muka air di dalam surge tank, bila ada atau tidak ada stand pipe.

Penyelesaian : Penyelesaian persoalan tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan program komputer (metode karakteristik) dengan mengikuti langkah perhitungan berikut ini. Pipa dibagi menjadi dua bagian, yaitu di sebelah hulu dan sebelah hilir surge tank. Di bagian hulu surge tank, pipa dibagi menjadi n (atau N) pias (sehingga diperoleh NS = N + 1titk hitungan, dari 1 s/d NS); sedangkan di bagian hilir, pipa dibagi menjadi m (atau M) pias (diperoleh MS = M + 1titik hitungan; dari 1 s/d MS), seperti terlihat pada Gambar 13.7.2.a.

Gambar 13.7.2.a

Pada kondisi awal, t = t + 0 Hitungan diberikan dengan beberapa persamaan berikut ini : Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Qo = (Cd AG) 2 g Ho Qi, NN = Qo ; NN = 1, , NS Qi + 1, MM = Qo ; MM = 1, , MS Hi + 1, NN = HR (NN 1) Ri Qo Qo Hi + 1, MM = HR (NN 1) Ri Qo Qo - (MM 1) Ri + 1 Qo Qo i xi Dimana Ri = 2 g Di Ai2 dan Ri + 1 = I+1 xi +1 2 g Di +1 Ai +1
2

Pada waktu t = t + t

pada titik-titik di tengah (antara 2,,N untuk pipa 1 dan antara 2,,M,

untuk pipa 2), hitungan dilakukan dengan 2 persamaan karakteristik, C+ dan C-

Pipa i :

C+ : HP i, NP = CP i Bi QPi, NP ; NP = 2 s/d N C- : HP i, NP = CM i Bi QPi, NP ; NP = 2 s/d N CPi + CM i HP i = 2

Pipa i + 1 :

C+ : HP i + 1, MP = CP i + 1 Bi + 1 QPi + 1, MP ; MP = 2 s/d M Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

C- : HP i + 1, MP = CM i + 1 Bi + 1 QPi + 1, MP ; MP = 2 s/d M CPi+1 + CM+1 i HP i + 1 = 2

pada titik-titik batas, hitungan dilakukan sebagai berikut :

HP i, 1 = HR

Hulu pipa i HPi,1 - CM i

C - : QPi, 1 =

Bi

Hilir pipa i + 1

QP i + 1, MS = - Bi + 1 Cv i + 1 + (Bi + 1 Cv i + 1)2 + 2 Cv i + 1 CP i + 1 HP i + 1, MS = CP i + 1 - Bi + 1 QP i + 1, MS

pada pertemuan antara pipa i, pipa i + 1 dan stand pipe

Gambar 13.7.2.b

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Batas hilir pipa i (B.1)

C+ : HP i, n+1 = CP i Bi QP i, n+1 Batas hulu pipa i + 1

C- : HP i+1, 1 = CM i+1 Bi+1 QP i+1, 1 Persamaan Kontinuitas

(B.2)

QP i, n+1 = QPi+1, 1 + QPSP dimana QPSP = debit pada stand pipe Persamaan Energi

(B.3)

Jika pada pertemuan pipa tersebut tinggi hilang diabaikan, maka : HPi, n+1 = HPi+1, 1 (B.4) Gaya-gaya yang bekerja pada stand pipe diperlihatkan pada

gambar di bawah ini : Mengacu pada gambar tersebut di atas diperoleh persamaan berikut ini :

Asp

Lsp g Asp

d Qsp dt

= Asp [ HPi, n+1 (zp Lsp) W - F ]

Pada Gambar., bila z dan zp adalah tinggi air dalam surge tank (di atas bidang referensi), pada awal dan akhir dari langkah waktu, dt, maka : 0.5 t zp = z + dimana : As = luas tampang dari surge tank Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR As (QPsp + Qsp)

Jika t cukup kecil, d Qsp dt (QPsp - Qsp ) t

Karena variasi aliran dalam stand pipa biasanya pelan, maka : Lsp 2 g Asp 2 Dsp QPsp QPsp Lsp 2 g Asp 2 Dsp Qsp Qsp

sehingga

g t Asp QPsp = Lsp (HP i, n+1 zp Csp) + Qsp (B.6)

Lsp Qsp Qsp dimana Csp = 2 g Asp 2 Dsp

Dengan menggunakan 6 persamaan, yaitu persamaan B.1 B.6, akan diperoleh 6 variabel yang tidak diketahui, yaitu : QPi, n+1, QP i+1,1, QPsp, H P i+1,1, zp Penyelesaian secara simultan dari persamaan B.1 sampai B.6, diperoleh : C1 HPi, n+1 = 1 + C2 , dimana :

CP B2 + CM B1 C1 = (B1 B2) +

B1 B2 (B1 + B2)

g t Asp Lsp

Csp + C1

+ Qsp

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

z As Lsp + t Lsp Qsp 0.5 g t2 Asp Csp C1 = As Lsp + 0.5 g t2 Asp

B1 B2 C2 = (B1 + B2)

g t Asp Lsp

1-

0.5 g t2 Asp As Lsp + 0.5 g t2 Asp

HPi +1, 1 = HPi, n+1


- HPi,n+1 + CP

QPi, n+1 =

B1 - HPi+1,1 CM

QP i+1,1 =

B2

QPsp = QP j, n+1 QP j+1, 1, dan


0.5 t

zp = z +

As

QPsp + Qsp

Catatan : B1 = Bi dan B2 = Bi+1 Hasil hitungan diperlihatkan pada Gambar 13.7.2.c s/d 13.7.2.j. Gambar 13.7.2.g dan 13.7.2.h memperlihatkan perubahan muka air dan debit di surge tank (dengan stand pipe), sedangkan Gambar 13.7.2.i dan 13.7.2.j memperilhatkan variasinya bila surge tank tanpa stand pipe.

Variasi debit di dalam pipa terhadap jarak

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 13.7.2.c

Variasi Head di dalam pipa terhadap jarak

Gambar 13.7.2.d Variasi debit di dalam pipa terhadap waktu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 13.7.2.e

Variasi Head di dalam pipa terhadap waktu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 13.7.2.f

Variasi Elev. m.a pada surge tank terhadap waktu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 13.7.2.g

Variasi debit pada surge tank terhadap waktu

Gambar 13.7.2.h

Variasi Elev. m.a pada surge tank terhadap waktu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 13.7.2.i

Variasi debit pada surge tank terhadap waktu

Gambar 13.7.2.j

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

13.7.3 Contoh Kasus Perhitungan C Air dari suatu waduk dialirkan keluar melalui pipa horizontal, dimana diamter pipa berubah dari D1 = 0.5 m (pipa 1) menjadi D2 = 0.4 m (pipa 2), sebagaimana diperlihatkan pada Gambar Panjang pipa 1 dan pipa 2 masing-masing adalah 600 m. Koefisien kekasaran pipa sama untuk kedua jenis pipa yang digunakan, yaitu f1 = f2 = 0.018 dan kecepatan rambat gelombang dalam pipa, C = 1200 m/s. Seperti halnya dengan contoh-contoh kasus yang lain, katup ditutup dengan mengikuti persamaan : = (1 t / tc)Em dimana tc = 2.1 s dan Em = 1.5. Kondisi awal bukaan katup ( = 1) dinyatakan dengan (Cd AG)o = 0.009. Bila diketahui tinggi (head) waduk adalah : HR = 150 m dan percepatan gravitasi, g = 9.81 m/s2, tentukan :

perubahan debit dan head di sepanjang pipa pada waktu periode dan setelah petupuan katup, peribahan debit dan head terhadap waktu di titik x = 300 m, 600 m dan 900 m dari katup.

Penyelesaian : Untuk menyelesaikan permasalahan ini, langkah-langkah hitungan berikut ini digunakan : Pipa 1 (pipa i) dibagi menjadi N pias, sehingga diperoleh NS = N+1 titik hitungan (dari 1 s/d NS), sedangkan pipa 2 (pipa i+1) dibagi menjadi M pias (diperoleh MS = M+1) seperti terlihat pada Gambar 13.7.3.a.

Gambar 13.7.3.a

Pada kondisi awal, t = t + 0

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Hitungan dilakukan dengan menggunakan beberapa persamaan berikut ini : Qo = (Cd AG) 2 g Ho Qi, NN = Qo Qi + 1, MM = Qo ; NN = 1, , NS ; MM = 1, , MS

Hi, NN = HR (NN 1) Ri Qo Qo Hi + 1, MN = HR (NN 1) Ri Qo Qo K Qo2 2 g Ai+1 2 - (MM 1) Ri + 1 Qo Qo

dimana k adalah koefisien kehilangan energi head loss) karena penyempitan pipa.

Pada waktu t = t + t

pada titik-titik di tengah (antara NP = 2, , NS-1 untuk pipa i dan NP = 2,

, MS-1 untuk pipa i+1), hitungan dilakukan dengan 2 persamaan karakteristik, C+ dan C- : Pipa 1 (pipa i) : NP = 2, , N

C+ : H Pi, NP = CPi Bi QPi, NP C- : H Pi, NP = CMi + Bi QPi, NP CPi + CM i HPi = 2

Pipa 2 (pipa i + 1) :

C+ : H Pi+1, MP = CPi+1 Bi+1 QPi+1, MP Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

C- : H Pi+1, MP = CMi+1 + Bi+1 QPi+1, MP CPi+1 + CM 1 i+ HPi+1 = 2

pada titik-titik batas Hulu pipa 1 :

HP i,1 = HR

Hilir pipa i + 1 :

QPi+1, MS = -Bi+1 Cv + (Bi+1 Cv)2 + 2 Cv Cp H Pi+1, MS = CPi+1 Bi+1 QPi+1, MS pada pertemuan (perubahan diameter) pipa Hilir pipa i : (C.1)

C+ : H Pi, n+1 = CPi Bi QPi, N+1 Hulu pipa i + 1 :

H Pi+1, 1 = C Mi+1 + Bi+1 QPi+1, I Persamaan kontinuitas

(C.2)

Q Pi, n+1 = Q Pi+1,1 Persamaan energi Q2 Pi,n+1 2 g Ai2 Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

(C.3)

Q2 Pi+1,1 2 g Ai+1 2 Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

H Pi, n+1 +

= H Pi+1, 1 + (1+k)

(C.4)

Penyelesaian secara simultan persamaan C.1 sampai dengan C.4, diperoleh :

-C2 + C22 4 C1 C3 Q Pi, n+1 = 2 C1 , dengan

1 C1 = 2 g

(1 + k) Ai2 -

1 Ai2

C2 = B1 + B2 C3 = C Mi+1 C Pi Hasil-hasil hitungan diperlihatkan pada Gambar 13.7.3.b s/d 13.7.3.e.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Variasi debit di dalam pipa terhadap jarak

Gambar 13.7.3.b

Variasi Head di dalam pipa terhadap jarak

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 13.7.3.c

Variasi debit di dalam pipa terhadap waktu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 13.7.3.d

Variasi head di dalam pipa terhadap waktu

Gambar 13.7.3.e

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

You might also like