You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kelenjar getah bening terdapat di beberapa tempat di tubuh kita.

Seringkali timbul benjolan-benjolan di daerah tempat kelenjar getah bening berada dan seringkali pula hal itu menimbulkan kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien apakah pembesaran ini merupakan hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah merupakan suatu gejala dari keganasan. Untuk itu perlu dikenali kemungkinan-kemungkinan penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening tersebut dan gambaran klinisnya sehingga mengetahui alur tatalaksana yang akan dilakukan. Pembesaran kelenjar getah bening 55% berada di daerah kepala dan leher karena itu bahasan diutamakan pada pembesaran kelenjar getah bening di daerah kepala dan leher. Kelenjar getah bening (KGB) Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya didaerah submandibular (bagian bawah rahang bawah; sub: bawah;mandibula:rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluhpembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga dari lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar.

Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit, atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) selsel ganas atau timbunan dari penyakit metabolit makrofag (gaucher disease) Dengan mengetahui lokasi pembesaran KGB maka kita dapat mengerahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran KGB. Epidemiologi Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah bening dalam ukuran, konsistensi ataupun jumlahnya. Pada daerah leher (cervikal), pembesaran kelenjar getah bening didefinisikan bila kelenjar membesar lebih dari diameter satu sentimeter. b. Tujuan
a. Dapat memahami definisi Limfadenopati b. Dapat mengetahui manifestasi klinis dari Limfadenopati c. Dapat mengetahui etiologi dari Limfadenopati d. Dapat memahami patofisiologi dari Limfadenopati e. Dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan pada

penderita Limfadenopati
f. Dapat mengetahui penatalaksanaan dari Limfadenopati g. Dapat mengetahui komplikasi dari Limfadenopati h. Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai pada penderita

Limfadenopati c. Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Limfadenopati, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian

Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi (Tambayong, 2000; 52). Limfadenopati adalah digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan kelenjar limfe (Price, 1995; 40). Limfadenopati adalah pembengkakan kelenjar limfe (Harrison, 1999; 370). Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Limfadenopati adalah kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi.

B. Etiologi 1. Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen. 2. Infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe. 3. Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag. 4. Infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik. 5. Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam penyakit cadangan lipid. (Harrison, 1999; 370) C. Patofisiologi Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang,

biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah , tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama. Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah. (Price, 1995; 39 - 40). Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan. (Harrison, 1999; 372). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah operasi. ( Oswari, 2000; 240 ). Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk kejaringan otak dengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000; 34 ). Pada awal pembiusan ukuran pupil

masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur, sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti biasa. (Oswari, 2000; 35)

D. Manifestasi klinis Kelenjar limfoma cenerung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan tanpa nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada jaringan dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik, dan saling berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa. (Harrison, 1999; 370)

E. Pemeriksaan penunjang 1. Hitung darah lengkap. 2. Biakan darah. 3. Foto rontgen. 4. Serologi. 5. Uji kulit. (Harrison, 1999; 372).

F. Penatalaksanaan 1. Therapy Medik Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B) Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)

1. Tanpa keluhan : tidak perlu therapy


2. Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan

dosis permulaan po tiap hari atau 1000 mg/m minggu.

iv selang 3 4

3. Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada LH diatas Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF) 1. Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapy utama. 2. Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran Minimal : seperti therapy LH Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso epirubicin, oncovin,prednison (CHOP) dengan dosis : C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2 iv hari I H : hydroxo epirubicin 50 mg/ m 2 iv hari I O : Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv hari I P : Prednison 60 mg/m 2 po hari ke 1 5 Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 4 minggu Lymfoma non hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)

a. b.

Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy utama

Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP) Ideal : diberi Pro MACE MOPP atau MACOP B 2. Therapy radiasi dan bedah Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya melalui yim onkology ( di RS type A dan B)

BAB III TINJAUAN KONSEP

1. Data demografi Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat. II. Riwayat penyakit 1. Riwayat keluhan utama. Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan benjolan sebesar telur

ayam dan tampak kemerahan pada leher kiri , nyeri.


2. Riwayat Penyakit Dahulu Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. 3. Riwayat Penyakit Keluarga Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .

III. Pengkajian

IV. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum 2. Tingkah laku 3. BB dan TB 4. Pengkajian head to toe a b c d e Kepala: bentuk, warna rambut, tampak kotor/bersih? Mata: konjungtiva, sclera, reflek cahaya, fungsi penglihatan ? Mulut: mulut tidak pucat, gigi bersih dan tidak berbau? Leher: ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfonodus, tidak ada peningkatan JVP? Thorak: bentuk, fremitus normal kanan kiri, tidak ada ketinggalam gerak, suara paru vesikuler kanan kiri, jantung S1 S2 murni, ictus cordis tidak teraba? Abdomen: hepatomegali?, splenomegali?, supel, peristaltic berapa? f Ekstrimitas (termasuk keadaan kulit, kekuatan): gerak bebas, kekuatan penuh, tidak ada kelemahan ekstrimitas.? V. Pemeriksaan penunjang

H. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien limfadenopati adalah: a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasit. Definisi : mengalami peningkatan risiko terserang organisme pathogenik. Batasan Karakteristik :

b. c.

Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas. Pola nafas tidak efetif berhubungan dengan neouromuscular, ketidak imbangan persptual.

d.

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah.

BAB IV PENUTUP

Pembesaran kelenjar getah bening daerah leher bisa ditemukan dan umumnya tidak berbahaya. Observasi merupakan hal utama. Diagnosa didapatkan dari wawancara pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang apabila diperlukan. Bila diagnosa belum ditentukan dan tidak didapat tanda dan gejala kearah keganasan dapat diobservasi dahulu selama 3 4 minggu.

Daftar Pustaka

1.Ferrer R. Lymphadenopathy : Differential diagnosis and evaluation. AAFP (58);6.1998. Diakses dari http://www.aafp.org/afp/981015ap/ferrer.html 2.Leung AKC, Robson WLM. Childhood Cervical Lymphadenopathy. Diakses dari http://www.medscape.com/viewarticle/467025 3.Peters TR, Edwards KM. Cervical Lymphadenopathy and Adenitis. Pediatrics in Review (21);12.2000 4.Bazemore A, Smucker DR. Lymphadenopathy and Malignancy. Am Fam Physician 2002;66:2103-10. Diakses dari http://www.aafp.org/afp/20021201/2103.html 5.Royal Children Hospital. Cervical Lymhadenopathy. Diakses dari http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=5166 6. http://ssbn-askep.blogspot.com/2011/10/askep-limfadenopati.html. diakses pada hari kamis tanggal 23 mei 2012 jam 09.15 wib. 7. http://dafid-pekajangan.blogspot.com/2008/02/askeplimfadenopaty.html.diakses pada hari kamis tanggal 23 mei 2012 jam 09.15 wib

You might also like