You are on page 1of 28

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Sistem reproduksi merupakan hal utama yang diperlukan untuk memiliki keturunan dan memenuhi kebutuhan seksual manusia dewasa. Tetapi pengetahuan tentang reproduksi seharusnya didapat sejak dini untuk pengetah uan agar tidak menjadi topik yang tabu dikalangan masyarakat sebab dari reproduksi itu sendiri banyak sekali masalah yang ditimbulkan jika terjadi ketidaktahuan terutama tentang hal-hal berbahaya seperti penularan penyakit. kelainan anatomi serta penyakit infeksi pada sistem reproduksi terutama pada pria yang belum banyak diketahui dimasyarakat ternyata telah banyak terjadi di kalangan masyarakat kelas manapun. Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri. sekitar 2-5% infertilitas pria disebabkan oleh gangguan endorkin, penyebab terbanyak karena tidak cukupnya jumlah hormon yang berperan dalam produksi sperma dalam testosterone. Seluruh sistem reproduksi pria dikendalikan oleh hormon-hormon untuk dapat berfungsi dengan semestinya. Hipotalamus mempengaruhi kelenjar hipofisis untuk menghasilkan Gonadotropin Hormon (GH), FollicleStimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). FSH sendiri mengendalikan proses spermatogenesis dan LH menstimulasi produksi androgen oleh sel Leydig testis. Testis memerlukan hormon testosteron untuk mempertahankan proses spermatogenesis dan organ-organ aksesori androgen tergantung pada fungsi sekretorik yang sesuai. Produksi LH diatur oleh mekanime umpan balik testosteron yang beredar di hipofisis dan hipotalamus. Sekresi FSH diatur oleh inhibin, sebuah peptida hormon yang dihasilkan oleh sel Sertoli, dan juga dengan mengedarkan testosteron. loop endokrin ini dikenal sebagai Sumbu

Hipotalamus-Hipofisis-Testis. Selain kendali hormonal, organ reproduksi juga terpengaruh oleh kendali saraf simpatik dan parasimpatik. Hal ini terutama berlaku bagi fungsi ereksi penis, yang berada di bawah kontrol parasimpatis, dan untuk ejakulasi, yang berada di bawah kontrol simpatik.

1.2 RUMUSAN MASALAH Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan testis dan reproduksi pria : Infertilitas Pria?

1.3 TUJUAN PENULISAN 1.3.1 TUJUAN UMUM Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan testis dan reproduksi pria : Infertilitas Pria 1.3.2 TUJUAN KHUSUS a. Untuk mengetahui anatomi reproduksi pria b. Untuk mengetahui fisiologi reproduksi pria c. Untuk mengetahui definisi Infertilitas Pria d. Untuk mengetahui etiologi terjadinya Infertilitas Pria e. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Infertilitas Pria f. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya Infertilitas Pria g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Infertilitas Pria h. Untuk mengetahui penatalaksanaan klien dengan Infertilitas Pria

1.4 MANFAAT a. Sebagai panduan dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan Infertilitas, khususnya pada pria b. Menambah wawasan mengenai gangguan pada testis dan reproduksi pria c. Sebagai referensi

BAB II PEMBAHASAN

2.1 ANANTOMI REPRODUKSI PRIA Organ Reproduksi Luar (eksternal) Organ reproduksi luar pria terdiri dari: Penis Skrotum

a. Penis Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi). Penis terdiri dari tiga bagian : akar, badan, dan glans penis yang membesar yang banyak mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar urine dan semen serta sebagai organ kopulasi.

b. Skrotum Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Skrotum adalah kantong longgar yang tersusun ari kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus dan menopang testis diluar tubuh pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa. Didalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh. Pada skrotum terdapat dua kantong skrotal, setiap scrotal berisi satu testis tunggal, dipisahkan oleh septum internal. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerutdan mengendur. Oto dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulitskrotal sebai respons terhadap udara dingin atau eksitasi seksual.

Organ Reproduksi Dalam (internal) Organ reproduksi dalam pria terdiri atas: Testis saluran pengeluaran atau tubulus (yang terdiri dari epididimis, vasdeferens, saluran ejakulasi dan uretra) kelenjar asesori (yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prost at dan kelenjar Cowper)

a. Testis gonad atau organ kelamin primer pada laki-laki adalah testis. Testis adalah organ kelamin laki-laki untuk dibentuk dan pengembang biakan, tempat

spermatozoa

hormon kelamin laki-laki,

testosterone

dihasilkan. Testis berkembang didalam rongga abdomen sewaktu janin dan turun melalui saluran inguinal kanan dan kiri masuk ke dalam scrotum menjelang akhir kehamilan. Testis ini terletak oblik menggantung pada urat urat spermatik didalam scrotum. Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah sepasang. Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan.

b. Epididimis Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum

yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang disebelah kanan dan kiri. Epididimis adalah organ kecil yang terletak dibelakang testis serta terkait padanya. Terdiri atas sebuah tabung sempit yang sangat panjang dan berliku-liku dibelakang testis. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.

c. Vas Deferens Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan

saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis, dan mencapai rongga abdomen melalui saluran inguinal, dan akhirnya berjalan masuk kedalam pelvis . Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).

d. Uretra Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat didalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung

semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih. Uretra merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari tiga bagian: 1) Uretra prostatic, merentang mulai dari bagian dasar kandung kemih, menembus prostat dan menerima sekresi kelenjar tersebut. 2) Uretra Membranosa, panjangnya mencapai 1 cm sampai 2 cm. Bagian ini dikelilingi sfingter uretra eksternal. 3) Uretra Penis (kavernous. Berspons) dikelilingi oleh jaringan erektil bersepon (korpus spongiosum). Bagian ini membesar kedalam fosa navicularis sebelum berakhir pada mulut uretra eksternal dalam glans penis.

e. Vesikula Seminalis Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. Vesikula seminalis atau kandung mani adalah dua buah kelenjar tubuler yang terletak kanan dan kiri dibelakang leher kandung kencing. Salurannya bergabung dengan vasa deferentia. Sepasang vesikel seminalis adalah kantong terkonvolusi (berkelok-kelok yang bermuara kedalam duktus ejakulator. Sekretnya adalah cairan kental dan basa yang kaya akan fruktosa, berfungsi untuk memberi nutrisi dan melindungi sperma. Setelah lebih sekresi vesikel seminalis adalah semen (cairan sperma yang meninggalkan tubuh)

f. Kelenjar Prostat Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak dibagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma. Kelenjar prostat kira-kira sebesar buah walnut atau buah kenari besar. Letaknya dibawah kandung kemih, mengelilingi uretra, dan terdiri atas kelenjar majemuk, saluran-saluran, dan otot polos. Kelenjar prostat menyelubungi uretra saat keluar dari kandung kemih, sekresi prostat bermuara ke dalam uretra prostatik setelah melalui 15 sampai 30 duktus prostatik. Prostat mengeluarkan cairan basa menyerupai susu yang menetralisir asidias vagina selama senggama dan meningkatkan motilitas sperma yang akan optimum pada PH 6,0 sampai 6,5. Kelenjar prostat membesar saat remaja dan mencapai ukuran optimalnya pada laki-laki yang berusia 20-an. Pada banyak laki-laki, ukurannya terus bertambah sering pertambahan usia. Saat berusia 70 tahun, dua per tiga dari semua laki-laki mengalami pembesaran prostat yang mengganggu perkemihan.

g. Kelenjar cowper (bulbouretral) Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa). Sepasang kelenjar cowper adalah kelenjar kecil yang ukuran dan bentuknya menerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang mengandung mukus kedalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta ditambahkan pada semen.

2.2 FISIOLOGI REPRODUKSI PRIA a. Ereksi Ereksi penis merupakan pengaruh pertama dari rangsangan seksual pria dan derajat ereksi sebanding dengan derajat rangsangan, baik rangsangan psikis maupun fisik. Ereksi disebabkan oleh impuls saraf

parasimpatis yang menjalar dari bagian sakral medula spinalis melalui saraf-saraf pelvis ke penis. Berlawanan dengan sebagian besar serabut saraf parasimpatis lainnya, serabut parasimpatis ini diyakini melepas nitiric oxide dan vasoactive intestinal peptide selain asetilkolin. Nitric oxide melebarkan arteri-arteri penis dan juga merelaksasikan jalinan trabekula serabut otot polos di jaringan erektil dari korpus kavernosa dan korpus spongiosum dalam batang penis.Jaringan erektil ini terdiri atas sinusoid-sinusoid kavernosa yang lebar dan sangat berdilatasi saat darah arteri mengalir dengan cepat ke dalamnya sementara sebagian aliran vena dibendung. Selain itu, badan erektil terutama kedua korpus kavernosa dikelilingi oleh lapisan fibrosa yang kuat, oleh karena itu tekanan yang tinggi di dalam sinusoid menyebabkan penggembungan jaringan erektil sehingga penis menjadi keras dan memanjang. Fenomena ini disebut ereksi.

b. Emisi dan Ejakulasi Emisi dan Ejakulasi adalah puncak dari aksi seksual pria. Ketika rangsangan seksual menjadi sangat kuat, pusat refleks medula spinalis mulai melepas impuls simpatis yang meninggalkan medula pada segmen T-12 sampai L-2 dan berjalan ke organ genital melalui pleksus hipogastrik dan pleksus saraf simpatis pelvis untuk mengawali emisi, awal dari ejakulasi. Emisi dimulai dengan kontraksi vas deferens dan ampula yang menyebabkan keluarnya sperma ke uretra interna. Kemudian, kontraksi otot yang melapis kelenjar prostat yang diikuti dengan kontraksi vesikula seminalis akan mengeluarkan cairan prostat dan seminalis ke uretra pula dan mendorong sperma lebih jauh. Semua cairan ini bercampur di uretra interna dengan mucus yang telah disekresi oleh kelenjar bulbo uretra untuk membentuk semen. Proses yang berlangsung sampai saat ini disebut emisi. Pengisian uretra interna dengan semen mengeluarkan sinyal sensoris yang dihantarkan melalui nervus pudendus ke regio sakral medula spinalis yang menimbulkan rasa penuh yang mendadak di organ genitalia

interna. Selain itu, sinyal sensoris ini jauh lebih membangkitkan kontraksi ritmis dari organ genitalia interna dan menyebabkan kontraksi otototot iskhiokavernosus dan bulbokavernosus yang menekan dasar jaringan erektil penis. Kedua pengaruh ini menyebabkan peningkatan tekanan ritmis seperti gelombang di kedua jaringan erektil penis dan di duktus genital serta uretra yang mengejakulasikan semendari uretra ke luar. Proses akhir ini disebut ejakulasi. Pada waktu yang sama kontraksi berirama dari otot pelvis dan beberapa otot penyangga tubuh menyebabkan gerakan mendorong dari pelvis dan penis yang juga membantu mengalirkan semen ke dalam bagian terdalam vagina dan mungkin sedikit ke dalam serviks uterus. Keseluruhan periode emisi dan ejakulasi ini disebut orgasme pria. Pada akhir proses tersebut, gairah seksual pria hilang hamper sepenuhnya dalam waktu 1 sampai 2 menit dan ereksi menghilang, suatu proses yang disebut resolusi.

2.3 DEFINISI INFERTILITAS Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1tahun hubungan seksual tanpa pelindung. Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangansuami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksualtanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000)

Definisi infertilitas menurut WHO adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah berhubungan intim tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur minimal 1-2 tahun.

2.4 KLASIFIKASI INFERTILITAS Ketidaksuburan (infertilitas) dibagi menjadi dua, yaitu Infertilitas Primer dan Infertilitas Sekunder. Infertilitas Primer terkait dengan fungsi dan struktur anatomi organ reproduksi yang terganggu, sedangkan pada Infertilitas

Sekunder permasalahan terjadi akibat gangguan mental (stress mental) dan fisik (stress fisik). Infertilitas Primer Bentuk dan gerak sperma cacat Jumlah sperma rendah Varicocele Undescended testicle Testosterone deficiency Obstruksi saluran sperma akibat infeksi Kelainan kromosom Anti sperm-antibodies Infertilitas Sekunder Stress psikis Hambatan mental Over heating testicles Beban kerja fisik berlebihan Rokok, alkohol dan narkoba Obesitas Malnutrisi Usia

2.5 ETIOLOGI INFERTILITAS PADA PRIA Pre testikuler a. Kelainan pada hipotalamus Testikuler Anomaly kromosom Anorkhismus bilateral Gonadoktosin : obat-obatan, radiasi Orkitis Trauma testis Penyakit sistemik : gagal ginjal kriptorkismus vericocle Defisiensi hormone Gonadotropin

b. Kelainan pada hipofisis Insufisiensi hipofisis karena tumor, radiasi atau operasi Hiperprolaktinemia Hemokromatosis Terapi hormone yang berlebihan

Pasca testikuler a. gangguan transportasi sperma


10

congenital bilateral absent of the vas deferens (CBAVD) obstruksi vas deferens akibat infeksi, vasektomi disfungsi ereksi, gangguan emisi dan gangguan ejakulasi

b. kelainan fungsi dan motilitas sperma kelainan bawaan ekor sperma gangguan maturasi sperma kelainan immunologic infeksi

2.6 MANIFESTASI KLINIS a. Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi) b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu c. Riwayat infeksi genitorurinaria d. Hipertiroidisme dan hipotiroid e. Tumor hipofisis atau prolactinoma f. Disfungsi ereksi berat g. Ejakulasi retrograt h. Hypo/epispadia i. Mikropenis j. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha k. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma) l. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis ) m. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis) n. Abnormalitas cairan semen

2.7 PATOFISIOLOGI Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi

11

alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograd misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

12

POHON MASALAH
Disfungsi hipofisis, hipotalamus Merokok, penggunaan obatobatan, alkohol Kelainan anatomi

mikropenis Kelainan hormone androgen dan testosteron Libido menurun Ereksi menurun Kualitas sperma

Kelainan status fungsional testis

Gangguan ereksi, ejakulasi

Infertilitas Kelainan spermatogenesis

pembedahan oligospermi a azoospermia

Ejakulasi retrogard

Biopsy testis ansietas

Koping individu buruk

ketidakberdayaa n

G3 konsep diri

Berduka dan antisipasi

13

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Analisa Semen dan Sperma Analis semen merupakan tes untuk mengukur jumlah semen dan sperma seorang pria. Pengumpulan sample sperma dapat diambil melalui masturbasi untuk kemudian dimasukkan kedalam container steril. factor sperma adalah factor tunggal penyebab infertile yang terpenting dari pria, dimana berkisar antara 40-50%. Oleh karena itu setiap pria dengan pasangan infertile harus diperiksa cairan maninya yang mengandung sperma. Sebelum pemeriksaan ini, pria diharapkan tidak melakukan hubungan seksual sekurang-kurangnya selama 3 hari.

Menurut WHO, nilai nomal untuk analisa sperma adalah : Likuifaksi Volume Konsentrasi sperma Jumlah sperma Motilitas/pergerakan sperma Morfologi/bentuk sperma WBC pH 30 menit > 2,0 ml > 20 juta/ml 40 juta > 50 % > 30 % bentuknya normal < 1 juta/ml 7,2 7,8

Bila hasil analisa sperma suami brbeda dari hasil diatas, maka hasil sperma dapat dikatakan abnormal. b. Evaluasi Hormonal: hormon yang diperiksa: FSH, LH, Prolaktin, dan Testosteron. Diagnosis hormonal adalah Hipergonadotropik-hipogonad atau hipogonadotropik-hipogonad.

14

c. Evaluasi Mikrobiologi: Urinalisis, kultur urine dan EPS . Volume ejakulat kurang dan leukosist semen banyak kemungkinan terjadi obstruksi parsial duktus ejekulatorius karena inflamasi prostat atau vesika seminalis. d. Evaluasi Genetik: melalui Riwayat keluarga dan analisis karyotipe. Kelainan genetik sering ditemukan pada OAT yang ektrim, atau Azoospermia. Diagnosis kelainan genetik yang sering adalah sindroma Klinefelter (47 XXY), kromosom translokasi dan delesi. Indikasi evaluasi genetik adalah pada OAT ekstrim atau Oligozoospermia kandidat ICSI (bayi tabung). e. Penunjang Ultrasonografi: Colour doppler ultrasound: penunjang diagnosis varikokel, tumor testis, dan mikrokalsifikasi testis. TRUS prostat: melihat adanya kista midline prostat dan stenosis duktus ejakulatorius. f. Biopsi Testis: diindikasikan pada azoospermia atau ekstrim OAT dengan volume testis dan level FSH normal. Tujuan biopsi untuk melihat diferensiasi testis atau insufisiensi testis.

2.9 PENATALAKSANAAN a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat b. Agen antimikroba c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat

15

j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN a. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu Riwayat infeksi genitorurinaria Hipertiroidisme dan hipotiroid Tumor hipofisis atau prolactinoma Trauma, kecelakan sehinga testis rusak Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih Riwayat vasektomi

b. Riwayat Kesehatan Sekarang Disfungsi ereksi berat Ejakulasi retrograt Hypo/epispadia Mikropenis Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma) Saluran sperma yang tersumbat Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis) Abnormalitas cairan semen

17

c. Pemeriksaan Fisik Struktur yang di evaluasi meliputi penis, skrotum, testis, epididimis, spermatic cord dan vas deferens, prostate, vesika seminalis, dan kelenjar Cowpers. namun, tidak semuanya dapat dipalpasi dengan mudah. Pasien juga harus diperiksa apakah seks sekundernya berkembang sesuai dengan usianya, apakah terjadi ginekomastie atau hirsutism. Juga perlu diperhatikan apakah terdapat bekas luka pada abdomen atau pangkal paha, diskolorisasi skrotum, testikel yang tidak simetris, dan lokasi maupun ukuran meatus penis. Pemeriksaan fisik juga dapat menemukan regresi tanda seks sekunder seperti hilangnya rambut dan kemungkinan hilangnya massa otot. Palpasi sangat penting pada pemeriksaan fisik. Tonus otot tunica dartos dapat menentukan ukuran skrotum. Pemeriksaan disarankan dilakukan pada ruangan yang hangat karena pada lingkungan yang dingin otot tunica dartos dapat menyebabkan skrotum berkontraksi. Skrotum harus dipalpasi secara teliti dan menyeluruh serta dikonfirmasi seluruh strukturnya termasuk ukuran dan konsistensinya.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik 2) Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas 3) Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk 4) Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis

3.3 INTERVENSI Dx 1 : Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik DS : klien mengatakan takut menjalani proses diagnostic DO :

18

Klien tampak gelisah Akral dingin Keluar keringat dingin

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat mengurangi ansietas / rasa takutnya. Kriteria Hasil: No 1 Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertile Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil Intervensi Jelaskan tujuan test dan prosedur Rasional Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosis dan prognosis 2 Tingkatkan ekspresi perasaan dan Biarkan pasien / orang terdekat

takut, contoh : menolak, depresi, dan mengetahui ini sebagai reaksi yang marah. normal. Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri 3 Dorong keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya 4 Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat startegi koping adekuat

Dx 2 : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas DS : klien mengatakan malu bertemu kerabatnya DO : Klian tampak menyendiri Klien tampak menutup diri

19

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien menunjukkan integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran Diri Kriteria Hasil: No 1 Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil Terjalin kontak mata saat berkomunikasi Mengidentifikasi aspek positif diri Intervensi Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil Rasional Menunjukan kesopan santunan /penghargaan dan pengakuan personal 2 Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa yang harus memberitahuakan jika terjadi keadaan bahaya Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien 3 Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien Menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta strategi koping pasien dan seberapa efektif 4 Dorong mengungkapkan perasaan,menerima apa yang dikatakannya Membantu pasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi / gaya hidup

Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit / kondisi

Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba atau kemudian

20

Dx 3 : Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk DS : klien mengatakan sudah tidak punya harapan untuk memiliki keturunan DO : Klien tampak tidak bersemangat Klien tampak murung

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien dapat menunjukkan mekanisme koping yang baik. Kriteria Hasil: Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa depan Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan No 1 Intervensi Berikan lingkungan yang terbuka. pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah secara realitas Rasional kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan perasaan 2 Identifikasi tingkat rasa duka /disfungsi : penyangkalan, marah, tawar - menawar, depresi, penerimaan Kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu induvidu menghadapi rasa berduka dalam berbagai cara yang berbeda 3 Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan Proses berduka tidak berjalan dalam carayang teratur, tetapi fluktuasainya dengan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan yang lain 4 Identifikasi dan solusi pemecahan Mungkin dibutuhkan tambahan

21

masalah untuk keberadaan respon respon fisik, misalnya makan, tidur,tingkat aktivitas dan hasrat seksual 5 Kaji kebutuhan orang terdekat danbantu sesuai petunjuk

bantuan untuk berhadapan dengan aspek aspek fisik dari rasa berduka

Identifikasi dari masalah masalah berduka disfungsional akan mengidentifikasi intervensi induvidual

Kolaborasi : rujuk sumber sumber lainnya misalnya konseling, psikoterapi sesuai petunjuk

Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa berduka, membuat rencana, dan menghadapi masa depan

Dx 4 : Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis DS : klien mengatakan putus asa terhadap penyakitnya DO : Klien tampak menutup diri Klien malas beraktivitas

Tujuan : setelah dilakukan dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat mengembalikan kemandiriannya. Kriteria Hasil: Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhanperawatan diri Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai tingkat kemampuan sendiri Mengidentifikasi sumber pribadi dan komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan No 1 Intervensi Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melaukan kebutuhan sehari - hari Rasional Membantu dalam mengantisipasi /merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual

Hindari melaukan sesuatu untuk

Pasien ini mungkin menjadi sangat

22

pasien yang dapat dilakukan pasien

ketakutan dan sangat tergantung dan

sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai meskipun bantuan yang diberikan kebutuhan bermamfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi pasien untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri 3 Sadari perilaku / aktivitas impulsif karena gangguan dalam mengambil keputusan Dapat menunjukan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatakan keamanan pasien 4 Pertahankan dukungan, sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten

3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Dx 1 : Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik No 1 2 Implementasi Jelaskan tujuan test dan prosedur Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi, dan marah. 3 Dorong keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya 5 Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi Evaluasi S : klien mengatakan siap melakukan proses diagnostik O : klien terlihat tenang A : masalah teratasi P : hentikan intervensi

Dx 2 : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas No 1 Implementasi Membina hubungan saling percaya dengan klien Evaluasi S : klien mengatakan sudah bisa menerima kondisinya

23

BHSP dengan orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa yang harus memberitahuakan jika terjadi keadaan bahaya

O : klien sudah mulai bisa terbuka dengan keluarga dan perawat A : masalah teratasi P : hentikan intervensi

Mendengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien

Membantu klien mengungkapkan perasaan,menerima apa yang dikatakannya

mendiskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit / kondisi

Dx 3 : Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk No 1 Implementasi memberikan lingkungan yang terbuka. pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah secara realitas 2 mengkaji tingkat rasa duka /disfungsi : penyangkalan, marah, tawar - menawar, depresi, penerimaan 3 mendengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan 4 Mengidentifikasi solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon respon fisik, misalnya makan, tidur,tingkat aktivitas dan hasrat seksual Evaluasi S : klien mengatakan sudah bisa menerima kondisinya saat ini O : klien mulai bersosialisasi dengan kerabatnya A : masalah teratasi P : hentikan intervensi

24

mengkaji kebutuhan orang terdekat danbantu sesuai petunjuk

Kolaborasi : rujuk sumber sumber lainnya misalnya konseling, psikoterapi sesuai petunjuk

Dx 4 : Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis No 1 Implementasi Mengkaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melaukan kebutuhan sehari - hari 2 menghindari melaukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan 3 mengobservasi perilaku / aktivitas impulsif karena gangguan dalam mengambil keputusan 4 memberi dukungan, sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya Evaluasi S : klien mengatakan sudah bisa menerima kondisinya O : klien melakukan aktivitasnya sendiri A : masalah teratasi P : hentikan Intervensi

25

BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN Definisi infertilitas menurut WHO adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah berhubungan intim tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur minimal 1-2 tahun.

Etiologinya adalah : Pre testikuler a. Kelainan pada hipotalamus b. Kelainan pada hipofisis Testikuler Pasca testikuler a. gangguan transportasi sperma b. kelainan fungsi dan motilitas sperma

Manifestasi Klinisnya adalah : 1) Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi) 2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu 3) Riwayat infeksi genitorurinaria 4) Hipertiroidisme dan hipotiroid 5) Tumor hipofisis atau prolactinoma 6) Disfungsi ereksi berat 7) Ejakulasi retrograt 8) Hypo/epispadia 9) Mikropenis 10) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha 11) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)

26

12) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis ) 13) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis) 14) Abnormalitas cairan semen

27

DAFTAR RUJUKAN

http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/reproduksi/pemeriksaankesuburan-fertilitas-pada-pria-dan-wanita/ (online) diakses pada 4 Juni 2012

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/genetics/1893822-infertilitas/ (online) diakses pada 3 Juni 2012 http://www.rahmatyanuardi.com/?p=157 (online) diakses pada 4 Juni 2012 www.ners.unair.ac.id/materikuliah/Askep%20Infertilitas.pdf (online) diakses pada 3 Juni 2012 http://www.scribd.com/doc/78714336/Anatomi-Dan-Fisiologi-SistemReproduksi-Pria (online) diakses pada 3 Juni 2012 www.scribd.com/doc/72259359/13/Emisi-dan-ejakulasi (online) diakses pada 3 Juni 2012 http://www.asrihospital.com/?q=node/52 (online) diakses pada 3 Juni 2012

28

You might also like