You are on page 1of 16

INJEKSI dan INFUS

I. Pendahuluan Salah satu bentuk sediaan steril adalah injeksi. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik. Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima. Aminofilin diindikasikan untuk asma bronkial dan untuk bronkospasme reversible yang berhubungan dengan bronkhitis kronik dan emfisema. Obat-obat xantin terutama teofilin dan bahan-bahan yang berhubungan dengan teofilin merupakan bronkodilator yang paling banyak digunakan untuk bronkospasme reversibel sedang atau berat. Juga memperbaiki pertukaran pernafasan dengan peningkatan kontraktilitas diafragma. II. Defenisi Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir atau menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa menggunakan alat suntik. III. Rute-rute Injeksi 1. Parenteral Volume Kecil a. Intradermal Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme. b.Intramuskular Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan. c. Intravena Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap. d.Subkutan

Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM. e. Rute intra-arterial; disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh. f. Intrakardial; disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung. g. Intraserebral; injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia. h. Intraspinal; injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia. i. Intraperitoneal dan intrapleural ; Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal. j. Intra-artikular Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi. k.Intrasisternal dan peridual ; Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal. Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk injeksi. l. Intrakutan (i.c) Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahanbahan diagnostik atau vaksin. m. Intratekal Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan serebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh pasien. 2. Parenteral Volume Besar Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutan yang secara normal digunakan. a. Intravena Keuntungan rute ini adalah (1) jenis-jenis cairan yang disuntikkan lebih banyak dan bahkan bahan tambahan banyak digunakan IV daripada melalui SC, (2) cairan volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat; (3) efek sistemik dapat segera dicapai; (4) level darah dari obat yang terus-menerus disiapkan, dan (5) kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan. Kerugiannya adalah meliputi : (1) gangguan kardiovaskuler dan pulmonar dari peningkatan volume cairan dalam sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar; (2) perkembangan potensial trombophlebitis; (3)

kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik, dan (4) pembatasan cairan berair. b.Subkutan Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatif ketika rute intravena tidak dapat digunakan. Cairan volume besar secara relatif dapat digunakan tetapi injeksi harus diberikan secara lambat. Dibandingkan dengan rute intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih nyeri dan tidak menyenangkan, jenis cairan yang digunakan lebih kecil (biasanya dibatasi untuk larutan isotonis) dan lebih terbatas zat tambahannya. IV. Keuntungan injeksi 1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, shok. 2. Terapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak efektif secara oral atau yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan antibiotik. 3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus diberikan secara injeksi. 4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena pasien harus kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat menerima obat secara oral. 5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila diinginkan seperti pada gigi dan anestesi. 6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral tersedia, termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan penggunaan penisilin periode panjang secara i.m. 7. Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan cairan dan elektrolit. 8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat dipenuhi melalui rute parenteral. 9. Aksi obat biasanya lebih cepat. 10. Seluruh dosis obat digunakan. 11. Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral. 12. Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi ketika diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat dektrosa. 13. Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat menyelamatkan hidupnya. V. Kerugian Injeksi 1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian rute lain. 2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari. 3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek fisiologisnya.

4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih mahal dibandingkan metode rute yang lain. 5. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian i.v. 6. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis. 7. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya. Jika pasien hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit untuk dikembalikan lagi. 8. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara atau mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis, pada bagian yang diinjeksikan. VI. Komposisi Injeksi 1. Bahan aktif 2. Bahan tambahan a. Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu digunakan :Asam askorbat, Sistein, Monotiogliseril, Tokoferol. b. Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil alcohol, Klorobutanol, Metakreosol, Timerosol, Butil p-hidroksibenzoat, Metil phidroksibenzoat, Propil p-hidroksibenzoat, Fenol. c. Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat. d. Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA). e. Gas inert : Nitrogen dan Argon. f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alcohol, Gliserin, Polietilen glikol, Propilen glikol, Lecithin g. Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat. h. Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl i. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia. j. Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin. 3. Pembawa a. Pembawa air b. Pembawa nonair dan campuran o Minyak nabati : Minyak jagung, Minyak biji kapas, Minyak kacang, Minyak wijen o Pelarut bercampur air : Gliserin, Etil alcohol, Propilen glikol, Polietilenglikol 300. VII. Syarat-syarat Injeksi 1. Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah kondisi yang kurang akan adanya kombinasi mikroorganisme (proses aseptik). 2. Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya. 3. Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut. 4. Sterilitas 5. Bebas dari bahan partikulat 6. Bebas dari Pirogen

7. Kestabilan 8. Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah. VIII. Wadah Injeksi Ada dua tipe utama wadah untuk injeksi yaitu dosis tunggal dan dosis ganda. Wadah dosis tunggal yang paling sering digunakan adalah ampul dimana kisaran ukurannya dari 1-100 ml. pada kasus tertentu, wadah dosis ganda dan sebagainya berupa vial serum atau botol serum. Kapasitas vial serum 1-50 ml, bentuknya mirip ampul tetapi disegel dengan pemanasan. Ditutup dengan penutup karet spiral. Botol serum juga dapat sebagai botol tipe army dengan kisaran ukuran dari 75-100 ml dan memiliki mulut yang lebar dimana ditutup dengan penutup karet spiral. Labu atau tutup yang lebih besar mengandung 2502000 ml, digunakan untuk cairan parenteral yang besar seperti NaCl isotonis. 1. Gelas Gelas digunakan untuk sediaan parenteral dikelompokkan dalam tipe I, Tipe II, dan Tipe III (tabel 8). Tipe I adalah mempunyai derajat yang paling tinggi, disusun hampir ekslusif dan barosilikat (silikon dioksida), membuatnya resisten secara kimia terhadap kondisi asam dan basa yang ekstrim. Gelas tipe I, meskipun paling mahal, ini lebih disukai untuk produk terbanyak yang digunakan untuk pengemasan beberapa parenteral. Gelas tipe II adalah gelas soda-lime (dibuat dengan natrium sulfit atau sulfida untuk menetralisasi permukaan alkalinoksida), sebaliknya gelas tipe III tidak dibuat dari gelas soda lime. Gelas tipe II dan III digunakan untuk serbuk kering dan sediaan parenteral larutan berminyak. Tipe II dapat digunakan untuk produk dengan pH di bawah 7,0 sebaik sediaan asam dan netral. USP XXII memberikan uji untuk tipe-tipe gelas berbeda. Formulator harus mengetahuidan sadar bahwa masing-masing tipe gelas adalah berbeda dan level bahan tambahannya (boron, sodium, potassium, kalsium, besi, dan magnesium) yang berefek terhadap sifat kimia dan fisika. Oleh karena itu, formulator sebaiknya mempunyai semua informasi yang diperlukan dari pembuatan gelas untuk memastikan bahwa formulasi gelas adalah konsisten dan dari batch dan spesifikasi bahan tambahan adalah konsisten ditemukan. Gelas untuk parenteral volume kecil Tabel 8 Batas Tipe Definisi Umum Test USP Ukuran (ml) ml 0,02 N asam I Paling resisten,Gelas Semua 1,0 gelas borosilikat serbuk II Gelas dibuat dariAttack 100 atau kurang 0,7 soda lime water lebih 100 0,2 III Gelas soda lime Gelas Semua 8,5 serbuk IV Gelas soda lime-Gelas Semua 15,0 tujuan umum serbuk Wadah gelas ambar digunakan untuk produk yang sensitif terhadap cahaya. Warna ambar dihasilkan dengan penambahan besi dan mangan oksida untuk formulasi gelas. Namun demikian, dapat leach ke dalam formulasi dan mempercepat reaksi oksidasi.

2. Karet Formulasi karet digunakan dalam sediaan parenteral volume kecil untuk penutup vial dan catridge dan penutup untuk pembedahan. Formulasi ini betul-betul kompleks. Tidak hanya mereka mengandung basis polimer karet, tetapi juga banyak bahan tambahan seperti bahan pelunak, pelunak, vulkanishing, pewarna, aktivator dan percepatan, dan antioksidan. Banyak bahan-bahan tambahan ini tidak dikarakteristikkan untuk isi atau pemurnian dan dapat bersumber dari masalah degradasi fisika dan kimia dalam produk parenteral. Seperti gelas, formulator harus bekerja dengan tertutup dengan pembuat karet untuk memilih formulasi karet yang tepat dengan spesifikasi tetap dan karakteristik untuk mempertahankan kestabilan produk. Paling banyak polimer karet digunakan dalam penutup sediaan parenteral volume kecil adalah alami dan butil karet dengan silikon dan karet neopren digunakan jarang. Butil karet lebih disukai karena ini diinginkan sedikit bahan tambahan, mempunyai penyerapan uap air rendah (oleh karena itu, baik untuk serbuk kering steril sensitif terhadap kelembaban) dan sifat sederhana dengan penghormatan penyerapan gas dan reaktivitas dengan produk farmasetik. Masalah dengan penutup karet termasuk leaching bahan ke dalam produk, penyerapan bahan aktif atau pengawet antimikroba oleh elastomer dan coring karet oleh pengulangan insersi benang. Coring menghasilkan partikel karet yang berefek terhadap kualitas dan keamanan potensial produk. Silikonisasi penutp karet adalah umum dilakukan untuk memfasilitasi pergerakan karet melalui peralatan sepanjang proses dan peletakan ke dalam vial. Akan tetapi, silikon tidak bercampur dengan obat hidrofilik, khususnya protein. Kontak yang luar biasa dengan karet tersilikonisasi dapat menghasilkan agregasi protein. Pembuatan elastomer mempunyai perkembangan formulasi yang tidak menginginkan penggunaan silikon untuk menggunakan dalam operasi produksi kecepatan tinggi. 3. Plastik Pengemasan plastik adalah sangat penting untuk bentuk sediaan mata yang diberikan oleh botol plastic fleksibel, orang yang bersangkutan memeras untuk mengeluarkan tetesan larutan steril, suspensi atau gel. Wadah plastic parenteral volume kecil lain dari produk mata menjadi lebih luas dipakai karena pemeliharaan harga, eliminasi kerusakan gelas dari kenyamanan penggunaan. Seperti formulasi karet, formulasi plastik dapat berinteraksi dengan produk, menyebabkan masalah fisika dan kimia. Formulasi plastik adalah sedikit. Kompleks daripada karet dan cenderung mempunyai potensial lebih rendah untuk bahannya. Paling umum digunakan plastik polimer untuk sediaan mata adalah polietilen densitas rendah. Untuk sediaan parenteral volume kecil yang lain, formulasi polyolefin lebih luas digunakan sebaik polivinil klorida, polipropilen, poliamida (nilon), polikarbonat dan kopolimer (seperti etilen-vinil asetat). Tabel 9- Komponen karet Dapat Diautoklaf Digunakan Dalam Sediaan Parenteral Volume Kecil Tipe Bahan Tambahan Penyerapan Uap Air Reaksi Potensial

Dengan Produk Butil Sederhana Rendah Sederhana Natural Tinggi Sederhana Tinggi Neupren Tinggi Sederhana Tinggi Polisopren Tinggi Sederhana Sederhana Silikon Sederhana Sangat tinggi Rendah 4. Container / wadah Tipe wadah yang paling umum digunakan untuk sediaan parenteral volume kecil adalah gelas atau vial polietilen dengan penutup karet dan besi. Gelas ampul digunakan paling banyak untuk sistem pengemasan parenteral volume kecil, tetapi jarang digunakan sekarang karena masalah aprtikel gelas ketika leher ampul dibuka. Masing-masing pembedahan dan wadah catridge mempunyai peningkatan popularitas dan penggunaan karena kenyamanan mereka dibandingkan vial dan ampul. Vial dan ampul menginginkan kemunduran produk dari kemasan. Injeksi, sebaliknya produk-produk dalam pembedahan dan catridge adalah siap untuk diberikan. Keduanya digunakan untuk parenteral volume besar (LVP). Wadah plastik digunakan untuk penggunaan produk mata. Salep dengan tube logam digunakan untuk kemasan salep mata steril. IX. Cara Penyegelan Ampul Ampul dapat ditutup dengan melelehkan bagian gelas dari leher ampul sehingga membentuk segel penutup atau segel tarik. Segel penutup dibuat dengan melelehkan sebagian gelas pada bagian atas leher ampul bulatan gelas dan menutup bagian yang terbuka. Segel tarik dibuat dengan memanaskan leher dari suatu ampul yang berputar di daerah ujungnya kemudian menarik ujungnya hingga membentuk kapiler kecil yang dapat diputar sebelum bagian yang meleleh tersebut ditutup. X. Cara Pengisian Ampul. Untuk pengisian ampul, jarum hipodermik panjang adalah penting karena lubangnya kecil. Jarum harus dimasukkan ke dalam ampul sampai di bawah. Leher ampul, tetapi tidak cukup jauh untuk masuk ke dalam larutan yang dimasukkan ke dalam ampul. Jarum harus dikeluarkan dari ampul tanpa menggunakan tetes larutan pada dinding primer dari leher ampul. Metode ini digunakan untuk mencegah pengurangan dan pengotoran jika ampul disegel. Prosedur Pemasangan Infus Definisi : Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Kegunaan : Tindakan infus diberikan pada pasien dengan : Dehidrasi. Sebelum transfusi darah. Pra dan pasca bedah sesuai program pengobatan, serta pasien yang sistem pencernaannya terganggu.

Perisapan : Cuci tangan di air mengalir Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan IV Catheter (Abocath) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan Infus set / blood set Cairan infus sesuai kebutuhan Standar infus Tali pembendung (Torniquet ) Kapas alkohol 70% dalam tempatnya Betadine dalam tempatnya Kassa steril Sarung tangan steril Plester Bengkok (nierbekken) Gunting verband Pengalas Spalk bila perlu (untuk anak-anak) Membawa alat-alat ke dekat pasien Pelaksanaan : Identifikasi pasien Mempersiapkan psikologis pasien Menjelaskan dengan prosedur yang sederhana dan persetujuan tindakan Menjelaskan tujuan tindakan Mengatur cahaya agar penerangan baik Pasang infus set ke cairan dengan cara : 1. Buka infus set. Geser bagian klem hingga 10 cm dari bagian ruang tetesan dan tutup/klem dengan cara digeser ke bawah. 2. Hubungkan infus set dengan botol cairan infus kemudian gantungkan. 3. Isi cairan pada infus set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruang tetesan terisi sebagian, kemudian buka klem dan alirkan cairan hingga slang terisi dan udaranya keluar. Pilih vena yang akan dilakukan penusukan. Letakkan pengalas Siapkan plester Lakukan pembendungan dg tourniquet di atas vena yang akan ditusuk Pakai sarung tangan steril Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.

Tusukan IV kateter (abocath) ke dalam vena secara perlahan dengan lubang jarum menghadap ke atas. Bila berhasil darah akan keluar dan terlihat melalui indukator. Masukan seluruh cateter dan tarik bagian jarumnya, kemudian sambungkan pada selang infus. Buka tourniquet, buka klem selang infus untuk melihat kelancaran tetesan, bila lancar amankan IV cateter dengan cara di plester. Letakan kassa steril yang sudah dioleskan dengan betadine, lalu tempelkan pada vena yang ditusuk kemudian rekatkan dengan plester. Pasang plester berikutnya untuk mengamankan slang infus. Pasang spalk bila perlu Atur tetesan infus sesuai kebutuhan Rapikan klien dan bereskan alat-alat Cuci tangan Dokumentasikan

Teknik Pemasangan Infus Pemberian Cairan Intravena Tujuan Utama Terapi Intravena: 1. 2. 3. 4. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Memberikan obat-obatan dan kemoterapi Transfusi darah dan produk darah Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi

Keuntungan dan Kerugian Terapi Intravena Keuntungan: - Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat. - Absorpsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan - Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun dimodifikasi - Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari - Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis Kerugian: T i dak bisa dilakukan drug Recall dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan speeed Shock

Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu: K o n taminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan Peran Perawat Dalam Terapi Intravena Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infus maupun kemasannya Memastikan cairan infus diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian) Memeriksa apakah jalur intravena tetap paten Observasi tempat penusukan (insersi) dan melaporkan abnormalitas Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi Monitor kondisi pasien dan melaporkan setiap perubahan Persiapan Infus dan Insersi Kateter pada Vena Perifer Persiapan Pasien -Periksa rekam medis untuk mengetahui riwayat penyakit, alergi dan rencana perawatan -Periksa ulang perintah dokter mengenai cairan yang harus diberikan dan kecepatan tetesan. -Edukasi ( pendidikan) pasien mengenai: Arti dan tujuan terapi intravena (I.V) Lama terapi intravena Rasa sakit sewaktu insersi (penusukan) Anjuran: - Laporkan ketidaknyamanan setelah insersi (penusukan) - Laporkan jika kecepatan tetesan berkurang atau bertambah

Larangan: - Mengubah/ mengatur kecepatan tetesan yang sudah diatur dokter/perawat - Menarik, melepaskan, menekan, menindih infus set - Sesuai intuksi dokter, misalnya larangan berjalan

Persiapan Peralatan Alat

Alat untuk kateter I.V. / Venocath

Prinsip: Pilih alat dengan panjang terpendek, diameter terkecil yang memungkinkan administrasi cairan dengan benar Lihat: Pedoman ukuran jarum kateter dibawah ini: Ukuran 16 Guna: - Dewasa - Bedah Mayor, Trauma - Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan Pertimbangan Perawat: Sakit pada insersi - Butuh vena besar Ukuran 18 Guna: - Anak dan dewasa - Untuk darah, komponen darah, dan infus kental lainnya Pertimbangan Perawat: Sakit pada insersi - Butuh vena besar

Ukuran 20 Guna: Anak dan dewasa - Sesuai utk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah, dan infus kental

lainx Pertimbangan Perawat: umum dipakai Ukuran 22 Guna: Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut) - Cocok untuk sebagian besar cairan infus Pertimbangan Perawat: - Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh - Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat - Sulit insersi melalui kulit yang keras

Ukuran 24, 26 Guna: Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut) - Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat Pertimbangan Perawat: - Untuk vena yang sangat kecil - Sulit insersi melalui kulit keras Paket I.V line yang berisi: torniquet, kasa alkohol, povidone-iodine (alkohol 70 %), pisau cukur, kasa steril, plester, perban Label Papan untuk lengan Alas/perlak Alat untuk menggantung cairan infus

Sarung tangan untuk mencegah kontaminasi dari darah dan cairan tubuh pasien 2. Cairan Pastikan kemasan dan tipe cairan sesuai instruksi dokter Periksa kejernihan, kadaluarsa, kebocoran cairan bervariasi dalam warna, tetapi tidak pernah tampak berawan, keruh atau separated JIKA RAGU JANGAN DIPAKAI..! Dicantumkan informasi: nama perawat, nama pasien, nomor identifikasi pasien, nomor kamar, tanggal dan jam pemasangan infus, tambahan obat, no urut kemasan 3. Infus Set - Sesuai untuk pasien dan kemasan cairan yang akan dipakai - Tidak ada retak, lubang atau bagian yang hilang 1. Infusion pump atau infusion controller, jika diperlukan

Pemilihan Tempat Insersi Petunjuk Umum: Vena yang terlihat jelas bukan berarti vena yang terbaik Pastikan tempat insersi dirotasi. Frekuensi rotasi tergantung bahan kateter: Kateter Teflon atau Vialon perlu diganti setiap 48-72 jam Kateter Aguavene dapat dipertahankan lebih lama Kateter yang terpasang lebih dari 72 jam perlu diberi alasan yang didokumentasikan dalam catatan perawatan pasien Tempat insersi perlu diganti jika terjadi kemerahan, edema, nyeri tekan, atau filtrasi Pedoman pemilihan vena Gunakan vena-vena distal terlebih dahulu Gunakan lengan pasien yang tidak dominan Pilih vena-vena diatas area fleksi Pilih vena yang cukup besar untuk aliran darah adekuat ke dalam

kateter

Palpasi vena untuk tentukan kondisnya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh dan yang tidak tersumbat Pastikan lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari Pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan

Vena-vena superficial yang sering digunakan untuk infus IV pada bayi, anak dan dewasa A. Bagian atas tangan Metacarpal Veins Dorsal Venous Arch Cephalic Vein Basilic Vein B. Bagian bawah tangan Median antebrachial vein Accessory Cephalic Vein Median cuboital vein Cephalic Vein

A. Membersihkan Tempat Insersi Cuci tangan, lalu pakai sarung tangan Jika perlu, jepit rambut diatas insersi agar vena lebih jelas dan untuk mengurangi rasa sakit sewaktu plester dilepas Jangan mencukur, karena mencukur dapat menggores kulit, menimbulkan iritasi jika terkena povidone-iodine/ alkohol dan menimbulkan resiko infeksi. Bersihkan dengan larutan povidone iodine (atau alkohol 70 % jika alergi terhadap iodine) B Menstabilkan Vena Bila pasien kedinginan/ badan dingin/ pre-syok gunakan penghangat Untuk memperbesar vena dapat digunakan posisi yang ditusuk lebih rendah daripada jantung. (Jika perlu gunakan manset tensimeter) Pukul-pukul vena dengan lembut Pasien diminta untuk membuka dan menutup kepalan tangan C Berikan anastesi lokal bila perlu Siapkan alat-alat,lalu dekatkan ke pasien Cuci tangan lalu gunakan sarung tangan Pilih vena yang paling baik Jika perlu, jepit rambut yang ada, agar vena terlihat jelas dan mengurangi sakit jika plester dilepaskan Bersihkan area insersi dengan gerakan melingkar dari pusat keluar dengan larutan antiseptik dan biarkan mengering Pasang torniquet 4-6 inci diatas tempat insersi Fiksasi vena; letakkan ibu jari anda diatas vena untuk mencegah pergerakan dan untuk meregangkan kulit melawan arah penusukan. Tusuk vena; pegang tebung bening kateter, bukan pusatnya:

- Metode langsung: tempatkan bevel jarum mengarah ke atas dengan sudut 30-40 0 dari kulit pasien. Tusukan searah dengan aliran vena: rasakan letupam dan lihat adanya aliran darah. Tehnik Pemasangan Infus metode tidak langsung: tusuk kulit disamping vena, kemudia arahkan kateter untuk menembus sisi samping vena sampai terlihat aliran balik darah. Rendahkan jarum sampai hampir sejajar dengan kulit Dorong kateter ke dlam vena kira-kira inci sebelum melepaskan stylet (jarum penuntun), dan dorong kateter Lepas torniquet dan tarik stylet Pasang ujung selang infus atau tutup injeksi intermitten Fiksasi kateter dan selang IV (lihat macam-macam fiksasi) Atur kecepatan tetesan infus sesuai instruksi dokter Pasang balutan steril Label dressing meliputi tanggal, jam, ukuran kateter dan inisial/nama pemasang Lepas sarungtangan dan cuci tangan Rapikan alat-alat Tehnik Fiksasi Metode Chevron - Potong plester ukuran 1,25 cm, letakkan dibawah hub kateter dengan bagian yang berperekat menghadap ke atas. - Silangkan kedua ujung plester melalui hub kateter dan rekatkan pada kulit pasien - Rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang diatas sayap kateter dan selang infus untuk memperkuat, kemudian berikan label Metode U - Potong plester ukuran 1,25 cm dan letakkan bagian yang berperekat dibawah hub kateter - Lipat setiap sisis plester melalui sayap kateter, tekan kebawah sehingga paralel dengan hub kateter Rekatkan plester lain diatas kateter untuk memperkuat. Pastikan kateter terekat sempurna dan berikan label Metode H - Potong plester ukuran 2,5 cm tiga buah. Rekatkan plester Dokumentasi Terapi Intravena pada sayap kateter

Inisiasi: 1. Ukuran dan tipe peralatan 2. Nama petugas yang melakukan insersi 3. Tanggal dan jam insersi 4. Tempat insersi IV 5. Jenis cairan 6. Ada tidaknya penambahan obat 7. Kecepatan tetesan 8. Adanya pemakaian alat infus elektronik 9. Komplikasi, respon pasien, intervensi perawat 10. Pasien mengerti tindakan yang dilakukan terhadapnya Maintenance 1. Kondisi tempat insersi 2. Pemeliharaan tempat insersi 3. Pergantian balutan 4. Pemindahan tempat insersi 5. Pergantian cairan dalam infus set 6. Pasien mengerti tindakan yang dilakukan terhadapnya. Penghentian 1. Jam dan tanggal 2. Alasan dihentikan terapi IV 3. Penilaian tempat insersi sebelum dan sesudah alat dilepaskan 4. Reaksi dan komplikasi yang terjadi pada pasien, serta intervensi perawat 5. Kelengkapan alat akses vena sesudah dipasang 6. Tindaklanjut yang akan dilakukan (mis: memakai perban untuk tempat insersi, atau melakukan inisiasi di tungkai yang baru)

Tipe vena yang harus dihindari: 1. Vena yang telah digunakan sebelumnya 2. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau phlebitis 3. Vena yang keras dan sklerotik 4. Vena-vena dari ekstremitas yang lemah secara pembedahan 5. Area-area fleksi, termasuk antekubiti 6. Vena-vena kaki karena sirkulasi lambat dan komplikasi lebih sering terjadi 7. Cabang-cabang vena lengan utama yang kecil dan berdinding tipis 8. Ekstremitas yang lumpuh setelah serangan stroke 9. Vena yang memar, merah dan bengkak 10. Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi 11. Vena-vena yang digunakan untuk pengambilan sampel darah laboratorium

Cara Penusukan Cairan dengan Infus Set kemasan infus set Putar klem pengatur tetesan sampai selang tertutup Pertahankan sterilitas penusuk botol Buka penutup botol dengan tehnik aseptik atau antiseptik Perhatikan arah menarik penutup Tusukkan ujung penusuk infus set ke botol secara tegak lurus dengan menerapkan tehnik aseptik. Jangan diputar Bila menggunakan botol gelas, pasang jarum udara Tekan chamber sampai cairan terisi setengah Naikkan ujung infus set sejajar chamber Putar klem pengatur tetesan perlahan supaya udara mudah keluar Jarak botol dengan IV catheter minimal setinggi 80 cm

You might also like