You are on page 1of 13

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi. Kebiasaan makan balita (terutama usia 0-12 bulan) adalah konsumer pasif. Artinya, dia lebih banyak mengonsumsi makanan yang sudah kita pilihkan. Bila asupan zat gizi tertentu yang tidak adekuat dan berlebih atau tidak seimbang dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang buruk (morbiditas) dan mungkin kematian (mortalitas). Trasisi antara asupan-asupan tersebut sulit didefiniskan asupan makronutrien yang tidak adekuat biasanya paling jelas terlihat pada gangguan perkembangan anak. Anak yang sehat dan tercukupi kebutuhan gizinya akan mencapai perkembangan yang sesuai dengan usianya. Pemantauan perkembangan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya hambatan perkembangan secara dini. Di bidang kesehatan, bangsa Indonesia masih harus berjuang memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan kurang gizi yang saling berinteraksi satu sama lain menjadikan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia tidak kunjung meningkat secara signifikan. Dilihat dari Prevalensi

penyakit infeksi berdasarkan Riskesdas 2007 Prevalensi ISPA tertinggi pada balita

60

(>35%), Prevalensi campak tertinggi pada anak balita (3,4%), prevalensi Diare tertinggi terdeteksi pada balita (16,7%). Melihat prevalensi penyakit menular

prevalensi tertinggi semua diderita oleh balita sangat memprihatikan. Dimana kesehatan berpengaruh pada pertumbuhan balita. Dan masih rendahnya kesadaran orang tua khususnya ibu terhadap pertumbuhan ankanya dilihat dari Dari data Riskesdas (2007) pemantauan pertumbuhan balita, dengan melakukan penimbangan. Untuk provinsi Sulawesi

Selatan terdapat 27,2 % yang tidak melakuakn penimbangan dalam 6 bulan terakhir dan untuk 10 kabupaten kota yang mempunya presentasi balita yang ditimbang rutin terendah diantaranya Kabupaten Pangkep sebesar 2,6%. Dan untuk tahun 2011 bulan januari tercatat 64% yang membawa anaknya menimbang dari 28.402 jumlah balita lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional yaitu 62,5%. Jadi ada 46% balita yang tidak ditimbang. Dari data ini dapat dilihat masih kurang kesadaran ibu untuk

memantau pertumbuhan anaknya. Yang akan cenderung meningkat dengan meningkatnya umur anak. Kekurangan gizi merupakan salah satu penyebab tingginya kematian pada bayi dan anak. Apabila anak kekurangan gizi dalam hal zat karbohidrat (zat tenaga) dan protein (zat pembangun) akan berakibat anak menderita kekurangan gizi yang disebut KEP tingkat ringan dan sedang, apabila hal ini berlanjut lama maka akan berakibat terganggunya pertumbuhan, terganggunya perkembangan mental,

menyebabkan terganggunya sistem pertahanan tubuh, hingga menjadikan penderita

61

KEP tingkat berat sehingga sangat mudah terserang penyakit dan dapat berakibat kematian ( Solihin Pudjiadi, 2003 dalam Adi Moh Useini, 2005). B. LandasanTeori Bagan 3.1 Model Interaksi Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh-Kembag Anak

Manifestasi

Kecukupan Makanan

Infeksi

Penyebab Langsung

Ketahanan makanan keluarga

Asuhan bagi ibu dan anak

Pemanfaatan pelayanan kesehatandan sanitasi lingkungan

Penyebab tidak langsung

Pendidikan Keluarga

Keadaan dan control sumber daya keluarga. Manusia, ekonomi dan keluarga

Pokok masalah di masyarakat

Struktur politik dan Keluarga Struktur Ekonomi Akar Dasar Potensi sumber daya Sumber : Soetjiningsih,1998. Tumbuh Kembang anak . Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Hal 13

62

C. Kerangka konsep Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut: Kerangka Konsep Asupan Zat Gizi a. Energi b. Protein c. Lemak d. Karbohidrat e. Fe (Besi) f. Zinc (Seng)

Pengetahuan

Status Perkembangan Motorik Kasar Baduta Yang Mendapat Suplemen Taburia

Penyakit Infeksi a. Diare b. Gejala ISPA

Pengasuhan Kesehatan

Keterangan:

Variabel Dependen Variabel Independen Varaibel Yang Diteliti Varaibel Yang Tidak Diteliti

63

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Status Perkembangan Motorik Kasar Definisi Operasional : Bagaimana kemampuan motorik kasar yang tertinggi pada anak baduta usia 6 18 bulan dibandingkan dengan umurnya yang diukur dengan menggunakan KMS perkembangan motorik kasar anak (kurva milistone) yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan, Depkes Bogor 2010. Kriteria Objektif (Depkes Bogor 2010): Normal : Bila titik pertemuan garis gerakan motorik kasar dan umur berada digaris kurva normal. Terlambat : Bila titik pertemuan garis gerakan motorik kasar dan umur berada dibawah garis kurva normal. Lebih Dari Normal : Bila titik pertemuan garis gerakan motorik kasar dan umur berada diatas garis kurva normal. 2. Asupan Zat Gizi Definisi operasional : Yang dimaksud dengan asupan zat gizi dalam penelitian ini adalah jumlah asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat, Fe, dan Zinc yang dikonsumsi oleh baduta yang bersumber dari makanan, minuman dan ASI (bagi anak yang masih menyusui). Asupan zat gizi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan metode recall 24 jam.

64

a. Asupan Energi Asupan energi adalah jumlah total energi, yang bersumber dari makanan, minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek. Jumlah energi yang dikonsumsi oleh anak berdasarkan pada Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Kriteria objektif : Klasifikasi tingkat kecukupan energi (TKE) sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 110 % AKG Kurang : < 80% AKG Lebih : > 110% AKG b. Asupan Protein Asupan protein adalah jumlah total protein yang bersumber dari makanan, minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek. Jumlah protein yang dikonsumsi oleh anak berdasarkan pada Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Kriteria objektif : Klasifikasi tingkat kecukupan protein (TKP) sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 110 % AKG Kurang : < 80% AKG Lebih : > 110% AKG

65

c. Asupan Lemak Asupan lemak adalah jumlah total lemak yang bersumber dari makanan, minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek. Jumlah lemak yang dikonsumsi oleh anak berdasarkan pada Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Kriteria objektif : Klasifikasi tingkat kecukupan lemak sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 110 % AKG Kurang : < 80% AKG Lebih : > 110% AKG d. Asupan Karbohidrat Asupan karbohidrat adalah jumlah total karbohidrat yang bersumber dari makanan, minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek. Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi oleh anak berdasarkan pada Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Kriteria objektif : Klasifikasi tingkat kecukupan karbohidrat sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 110 % AKG Kurang : < 80% AKG Lebih : > 110% AKG

66

e. Asupan Fe Asupan Fe adalah jumlah Fe yang bersumber dari makanan, minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek. Jumlah Fe yang dikonsumsi oleh anak berdasarkan pada Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Kriteria objektif : Klasifikasi tingkat kecukupan Fe sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 110 % AKG Kurang : < 80% AKG Lebih : > 110% AKG f. Asupan Zinc Asupan zinc adalah jumlah zinc yang bersumber dari makanan, minuman dan ASI yang dikonsumsi subjek. Jumlah zinc yang dikonsumsi oleh anak berdasarkan pada Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Kriteria objektif : Klasifikasi tingkat kecukupan lemak sebagai berikut (WNPG, 2004): Baik : 80 110 % AKG Kurang : < 80% AKG Lebih : > 110% AKG

67

3. Penyakit Infeksi Definisi Operasional : Penyakit infeksi yang dimaksud adalah penyakit diare dan penyakit ISPA serta gejalanya seperti influenza, batuk dan demam yang pernah atau masih diderita oleh anak sebulan terakhir berdasarkan pengakuan dari ibu. Kriteria Objektif : Menderita : Bila responden menderita minimal salah satu penyakit infeksi. Tidak Menderita 4. Pengasuhan Definisi Operasional : Yang dimaksud dengan pengasuhan adalah bagaimana perhatian ibu pada anaknya mencakup: a. Perawatan kesehatan adalah apa yang dilakukan ibu jika anaknya sakit, dan perannya dalam pemberian vitamin. b. Pemantauan pertumbuhan adalah bagaimana peran ibu dalam : Bila responden tidak menderita penyakit infeksi.

penimbangan anak secara rutin setiap bulan. Untuk menilai jawaban responden, digunakan Skala Likert dengan member skor 3 pada jawaban yang benar, skor 2 pada jawaban yang mendekati benar, dan skor 1 pada jawaban yang salah.

68

Kriteria Objektif : Baik : Bila responden memperoleh skor 66,7%

Kurang : Bila responden memperoleh skor < 66,7% 5. Status Gizi Definisi Operasional : Status gizi yang dimaksud adalah melihat status gizi balita yang ditentukan dengan cara pengukuran antropometri yaitu melakukan

pengukurang Berat Badan, Tinggi badan/Panjang badan dan menanyakan umur balita yang kemudian dianalisis menggunakan WHO Antro 2005. Berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut : Kriteria Objektif (Standar deviasi Z-score WHO NCHS, 2005): a. Berdasarkan indikator BB/U : 1 = Kategori Gizi Buruk Z-score < -3,0 2 = Kategori Gizi Kurang Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0 3 = Kategori Gizi Baik Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0 4 = Kategori Gizi Lebih Z-score >2,0 b. Berdasarkan indikator TB/U: 1= Kategori Sangat Pendek Z-score < -3,0

69

2 = Kategori Pendek Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0 3 = Kategori Normal Z-score >=-2,0 c. Berdasarkan indikator BB/TB: 1 = Kategori Sangat Kurus Z-score < -3,0 2 = Kategori Kurus Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0 3= Kategori Normal Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0 4 = Kategori Gemuk Z-score >2,0 E. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Nul (Ho) a. Tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011. b. Tidak ada hubungan antara asupan protein dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011. c. Tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011. d. Tidak ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan status

perkembangan motorik kasar baduta Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

usia 6 sampai 18 bulan di

70

e.

Tidak ada hubungan antara asupan Fe dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

f.

Tidak ada hubungan antara asupan Zinc dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

g.

Tidak ada hubungan antara penyakit diare dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

h.

Tidak ada hubungan antara penyakit ISPA dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

i.

Tidak ada hubungan antara pengasuhan ibu dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

2. Hipotesis Alternatif (Ha) a. Ada hubungan antara asupan energi dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011. b. Ada hubungan antara asupan protein dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011. c. Ada hubungan antara asupan lemak dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011. d. Ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

71

e. Ada hubungan antara asupan Fe dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011. f. Ada hubungan antara asupan zinc dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011. g. Ada hubungan antara penyakit diare dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011. h. Ada hubungan antara penyakit ISPA dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011. i. Ada hubungan antara pengasuhan ibu dengan status perkembangan motorik kasar baduta usia 6 sampai 18 bulan di Kabupaten Pangekep Tahun 2011.

You might also like