You are on page 1of 6

KURANG ENERGI PROTEIN A.

Pengertian KEP ( Kekurangan energi protein ) adalah salah satu keadaan dimana tubuh mengalami defisiensi zat gizi yaitu kalori ( zat tenaga ) dan protein ( zat pembangun ). Keadaan umumnya pada anak dibawah usia lima tahun. Mulyati, sri 1993 : 20 KEP merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari - hari, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi.

Untuk mengetahui KEP dapat dilihat dengan cara menggunakan alat ukur ANTROPOMETRI dengan melakukan pengukuran timbang pada anak (BB, TB, lingkar lengan atas) dengan membandingkan standar anak normal.
B. 1. a. Etiologi Penyebab KEP dibedakan menjadi dua, yaitu: Penyebab langsung Yaitu masukan makanan yang kurang baik dari gizi makro berupa karbohidrat, protein, lemak dan gizi mikro berupa vitamin A, B dan Fe maupun penyakit atau kelainan yang diderita anak misalnya penyakit infeksi, malabsorbsi, dll. Penyebab tidak langsung

b.

Faktor ekonomi, faktor fasilitas, perumahan, dan sanitasi, faktor pendidikan dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan dan faktor pertanian, dll.
2. a. Penyebab KEP bervariasi, sehingga derajat KEP bervariasi dari yang paling ringan sampai yang berat: KEP ringan dan sedang, merupakan keadaan patologik akibat kekurangan energi dalam waktu yang cukup lama, meskipun masukan protein dan zat gizi lainnya mungkin mencukupi. Bila hasil penimbangan BB pada KMS terletak pada pita warna kuning diatas garis merah atau BB/U 70% - 80% (Baku median WHO-NCHS). Marasmus, dimulai dengan mengurangnya energi hingga hilangnya sub kutan yang berlanjut dengan menyusutnya jaringan otot serta organ lainnya, baik morfologi maupun fungsinya (dikatakan anak marasmik hidup dari tubuhnya sendiri) Kwashiorkor terjadi akibat tubuh selalu kekurangan protein dalam diit dan lebih banyak mendapat diit kaya karbohidrat (energi relatif cukup) marasmic-kwashiorkor merupakan peralihan yang terjadi dari kwashiokor menjadi marasmus atau sebaliknya, bergantung pada diit yang diperolehnya Secara garis besar ditandai dengan tiga tingkatan KEP Ringan : Bila hasil penimbangan BB pada KMS terletak pada pita warna kuning diatas garis merah atau BB/U 70% - 80% (Baku median WHO-NCHS). KEP Sedang : Bila hasil penimbangan BB pada KMS berada dibawah garis merah (BGM) atau BB/U 60% - 70% (Baku median WHO-NCHS). KEP Berat : bila hasill penimbangan BB/U < 60% (Baku median WHO-NCHS) pada KMS tidak ada garis pemisah antara KEP berat dan KEP ringan. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala KEP ringan Pertumbuhan linier berkurang atau tertutup Kenaikan BB berkurang, berhenti dan kadang turun Ukuran lengan lingkar atas menurun Maturasi tulang lambat Rasio berat badan terhadap tinggi normal/ menurun

b.

c. d. 3. a. b. c.

C. 1. a. b. c. d. e.

f. g. h. i. 2. a. b. c. d. a. b. c. d. e. 3.

a.

b. c. a. b. c. a. b. c. d. e.

Tebal kulit/ lipat kulit normal/ berkurang Anemia ringan Aktifitas dan perhatian berkurang Kadang-kadang ada kelainan kulit Tanda dan gejala kwashiorkor Gejala klinik yang selalu ada: Edema (gejala kardinal, tanpa edema tidak dapat ditegakkan diagnosis kwashiokor karena hipoalbumin) Pertumbuhan terlambat Perubahan psikomotorik (cengeng, apatis) Berkurangnya jaringan lemak subkutan Gejala klinis yang biasanya ada: Perubahan rambut (tipis, lurus, jarang, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kemerahan karena gangguan melano genesis), kalau terjadi akut kelainan rambut tidak ada Anoreksia, diare Pigmentasi kulit dan persisikan kulit Moon face Anemia Gejala klinis yang kadang ada: flaky point rash, hepatomegali Tanda dan gejala marasmus Gambaran yang umum adalah bayi yang kurus kering akibat berkurangnya lemak subkutan Gejala klinis yang selalu ada: Pertumbuhan yang sangat terlambat Lemak subkutan hampir tidak ada (sel lemak masih ada), sehingga kulit anak keriput, wajah seperti orang tua, perut tampak buncit Jaringan otot mengecil Tidak ada oedema Gejala klinis yang kadang-kadang ada: Perubahan rambut: kusam, kemerahan, mudah dicabut Gejala defisiensi nutrien/ vitamin yang menyertai Gejala/ tanda penyakit yang menyertai (diare, penyakit infeksi akut maupun kronik Gejala lain Perubahan mental: sering menangis walaupun habis makan, apatis (marasmus berat) Kelainan rambut kepala, kering, tipis, mudah rontok Jantung: bradikardia Kecepatan napas berkurang Hb rendah

D.

Patofisiologi

Kekurangan nutrisi juga defisit cairan dan elektrolit

Pola nafas tidak efektif, bersihan jalan nafas, gangguan pertukaran gas

( Windra, 2012 )

E. 1.

2.

Cara Menemukan kasus KEP Keluarga / Posyandu / Poli Gizi Pada penimbangan bulanan di Posyandu dapat diketahui anaktersebut terkena KEP, baik berat, sedang, ringan. Puskesmas Semua balita yang datang ke puskesmas harus ditentukanstatus gizinya, apabila ditemukan balita KEP sedang berat segera dilakukan pemeriksaan ulang dan kaji dengan cara teliti. Bila KEP sedang, tanpa penyakit penyerta yang termasuk berat, maka dapat dilakukan rawat jalan saja. Dan bila penyerta itu berat, maka segera bawa ke RS. terdekat.

F. 1. 2.

Pemeriksaan KEP Antropometri Meliputi : Tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas

Klasifikasi lain yang juga digunakan:

Kategori Gizi normal Gizi kurang Kwashiorkor Marasmus Kwashiorkor - marasmus


3. Uji laboratorik

BB/U ( %) >80 80 - 60 60-80 <60 <60 Kwashiorkor <2,5gr% Tidak seimbang Positif

Edema + + Marasmus 2,5 gr% Seimbang Kadang terjadi

Uji laboratorik 1. Darah Albumin serum Asam amino darah Anemia 2. Air Kemih Proteinuria Indeks hidroksipron Urea per gram kreatinin

Negatif Rendah Normal / rendah

Negatif Rendah Rendah

1. 2. 3.

Catatan Pemeriksaan laboratorium tidak harus dikerjakan, karena biayanya cukup mahal, padahal penderita kebanyakan berasal dari keluarga yang tidak mampu ; kecuali untuk tujuan khusus Biopsi hepar : pada kwashiorkor terdapat infiltrasi lemak, sedangkan pada marasmus normal atau atrofik Untuk kepentingan praktis, diagnosa cukup berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara cermat
Diagnosa yang terjadi Kekurangan nutrisi b/d gastrointernitis/ mual muntah/ kurang pengetahuan akan makanan bergizi Resiko kekurangan cairan b/d gastrointeritis Gangguan intergritas kulit b/d edema Gangguan pola aktifitas bermain anak b/d defisiensi energi dan kelemahan fisik Cemas b/d kurangnya pengetahuan mengenai penyakit dan resiko penurunan status kesehatan Intervensi Dx : Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat menunjukan peningkatan status gizi Kriteria Hasil : Hb Normal Kapilarefil baik Konjungtiva tidak anemis

G. 1. 2. 3. 4. 5. H. 1.

a. b. c.

d. e. a. 1) 2) 3)

4)

5) 6) b. 1) 2) 3) 4)

5) 6)

7) 8) 9)

TTV normal Balance cairan baik Intervensi : Manajemen nutrisi Kaji riwayat alergi makanan, dan catat jika memiliki alergi terhadap jenis makanan tertentu R : Data yang tetpat tentang riwayat nutrisi klien dapat membantu dalam penentuan intervensi Kaji makanan kesukaan klien. R : untuk mengetahui kemungkinan ada pengaruh makanan terhadap kondisi klien Hitung jumlah kalori yang dibutuhkan dan tipe nutrisi yang diperlukan. R : dengan menghitung kebutuhan nutrisi serta antropometri dapat mengetahui tingkat satatus gizi seorang Dorong asupan nutrisi sedikit tapi sering R : dengan sedikit tapi sering diharapkan dapat memberikan nutrisi sesuai kebutuhan serta mengurangi efek mual Monitor asupan nutrisi dan kalori R : Dengan memonitor kita mengetahui apakah klien makan dengan benar atau tidak Timbang BB secara teratur. R : dengan menimbang berat badan dapat mengetahui tingkat kebutuhan gizi dan kondisi seseorang Nutrisi Tentukan BB tubuh ideal klien. R : Untuk mengetahui masalah gizi, tingkat gizi seseorang Monitor BB Klien. Dengan memonitor BB kita dapat mengetahui tingkat perkembangan kondisi tubuh klien Monitor respon emosi klien terkait dengan situasi/ waktu makan. R : respon emosi klien terhadap makanan menunjukan selera makan klien Monitor lingkungan selama makan. R : Dengan memonitor lingkungan kita dapat menghindari kemungkinan kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan nafsu makan menurun Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat anti mual muntah R : dengan obat anti emetik diharapkan efek mual muntah dapat selesai dan klien mau makan Monitor pertumbuhan dan perkembangan. R : Dengan memonitor pertumbuhan dan perkembangan kita dapat mengetahui masalah yang dihadapi klien Monitor kondisi kulit : pucat, kemerahan, kekeringan, kekenyalan. R : dengan memonitor kondisi kulit kita dapatkan data permasalahan nutrisi maupun kebutuhan cairan Monitor makanan kesukaan klien dan kolaborasikan dengan ahli gizi mengenai diit makanan yang tepat Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi infus yang tepat sesuai kebutuhan.

You might also like