You are on page 1of 9

Mekanika

VII. MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

1. PUSAT MASSA

Dalam gerak translasi, tiap titik pada benda mengalami pergeseran


yang sama dengan titik lainnya sepanjang waktu, sehingga gerak dari
salah satu partikel dapat menggambarkan gerak seluruh benda. Tetapi,
walaupun di dalam geraknya, benda juga berotasi atau bervibrasi,
akan ada satu titik pada benda yang bergerak serupa dengan gerak
partikel, titik tersebut disebut pusat massa.
m1 m2 mn

x1
x2
xn

Misalkan terdapat n buah partikel dengan massa masing-masing,


m1, m2, ..., mn, sepanjang garis lurus dengan jarak dari titik asal
masing-masing x1, x2, ..., xn didefinisikan mempunyai koordinat pusat
massa :
m1x1 + m2x2 + ... + mn xn
m1 + m2, + ... + mn
∑ mixi
∑ mi

∑ mixi
M
Dengan cara yang sama bila partikel terdistribusi dalam 3 dimensi
(ruang), koordinat pusat massanya adalah
∑ mixi
M
∑ miyi
M
∑ mizi
M
Untuk benda pejal, misalkan bola, silinder dsb, dianggap benda
tersebut tersusun atas partikel-partikel yang terdistribusi secara

37
Mekanika
kontinu. Bila benda terbagi menjadi n buah elemen dengan massa
masing-masing ∆m dan untuk ∆m 0 koordinat pusat massanya :

∑ ∆mixi ∫ x dm ∫ x dm
∑ ∆mi ∫ dm M

∑ ∆miyi ∫ y dm ∫ y dm
∑ ∆mi ∫ dm M

∑ ∆mizi ∫ z dm ∫ z dm
∑ ∆mi ∫ dm M

2. GERAK PUSAT MASSA


Terdapat sekumpulan partikel dengan massa masing-masing : m1, m2 ,
... , mn dengan massa total M. Dari teori pusat massa diperoleh :

M rpm = m1r1 + m2r2 + ... + mn rn


dengan rpm adalah pusat massa susunan partikel tersebut.
Bila persamaan tersebut dideferensialkan terhadap waktu t, diperoleh

M drpm /dt= m1 dr1/dt + m2 dr2/dt + ... + mn drn/dt


M vpm = m1v1 + m2v2 + ... + mn vn

Bila dideferensialkan sekali lagi, diperoleh

M dvpm /dt= m1 dv1/dt + m2 dv2/dt + ... + mn dvn/dt


M apm = m1 a1 + m2 a2 + ... + mn an

Menurut hukum Newton, F = m a, maka F1 = m1 a1, F2 = m2 a2 dst.

F1

F2

38
Mekanika

Fn

M apm = F1 + F2 + ... + Fn

Jadi massa total dikalikan percepatan pusat massa sama dengan


jumlah vektor semua gaya yang bekerja pada sekelompok partikel
tersebut. Karena gaya internal selalu muncul berpasangan (saling
meniadakan), maka tinggal gaya eksternal saja

M apm = Feks

Pusat massa suatu sistem partikel bergerak seolah-olah dengan


seluruh sistem dipusatkan di pusat massa itu dan semua gaya
eksternal bekerja di titik tersebut.

3. MOMENTUM LINEAR
Untuk sebuah partikel dengan massa m dan bergerak dengan
kecepatan v, didefinikan mempunyai momentum :

p = m v.

Untuk n buah partikel, yang masing, masing dengan momentum p1, p2


, ... , pn, secara kesuluruhan mempunyai momentum P,

P = p1 + p2 + ... + pn

P = m1v1 + m2v2 + ... + mn vn

P = M vpm

“Momentum total sistem partikel sama dengan perkalian massa total


sistem partikel dengan kecepatan pusat massanya”.

dP/dt = d(Mvpm)/dt

= M dvpm/dt

39
Mekanika
dP/dt = M apm
Jadi
Feks = dP/dt

4. KEKEKALAN MOMENTUM LINEAR

Jika jumlah semua gaya eksternal sama dengan nol maka,


dP/dt = 0
atau
P = konstan

Bila momentul total sistem P = p1 + p2 + ... + pn, maka

p1 + p2 + ... + pn = konstanta = P0
Momentum masing-masing partikel dapat berubah, tetapi momentum
sistem tetap konstan.

5. SISTEM DENGAN MASSA BERUBAH

t t + ∆t

M ∆M M - ∆M
v u v + ∆v

Sebuah sistem bermassa M dengan pusat massa bergerak dengan


kecepatan v. Pada sistem bekerja gaya eksternal Feks.
Selang waktu ∆t sistem melepaskan massa∆M yang pusat massanya
bergerak dengan kecepatan u terhadap pengamat dan massa sistem
berubah menjadi M - ∆M dan kecepatannya menjadi v + ∆v.
Dari hukum Newton,
Feks = dP/dt
40
Mekanika
Feks ≅ ∆P/∆t = (Pf -Pi)/ ∆t
dengan Pi adalah momentum mula-mula = M v, dan
Pf adalah momentum akhir = (M - ∆M) (v + ∆v) + ∆M u
Feks ≅ [{(M - ∆M) (v + ∆v) + ∆M u} - M.v ] /∆t
Feks = M ∆v/∆t + [ u - (v + ∆v) ] ∆M/∆t
Untuk ∆v→ 0,
∆v/∆t → dv/dt
∆M/∆t → - dM/dt
∆v → 0
maka Feks = M dv/dt + v dM/dt - u dM/dt
atau
Feks = d(Mv)/dt - u dM/dt
atau
Feks = M dv/dt + (v - u) dM/dt

M dv/dt = Feks + (u - v) dM/dt


dimana (u - v) merupakan kecepatan relatif massa yang ditolakkan
terhadap benda utamanya.

M dv/dt = Feks + vrel dM/dt

Untuk kasus roket, vrel dM/dt merupakan daya dorong roket.

6. IMPULS dan MOMENTUM


Dalam suatu tumbukan, misalnya bola yang dihantam tongkat
pemukul, tongkat bersentuhan dengan bola hanya dalam waktu yang
sangat singkat, sedangkan pada waktu tersebut tongkat memberikan
gaya yang sangat besar pada bola. Gaya yang cukup besar dan terjadi
dalam waktu yang relatif singkat ini disebut gaya impulsif.
v v’

Perubahan gaya impulsif terhadap waktu ketika terjadi tumbukan :


41
Mekanika

F(t)

Fr

t
∆t
Tampak bahwa gaya impulsif tersebut tidak konstan. Dari hukum ke-2
Newton diperoleh

F = dp/dt

tf pf
∫ F dt = ∫ dp
ti pi

tf
I = ∫ F dt = ∆p = Impuls
ti
Dilihat dari grafik tersebut, impuls dapat dicari dengan menghitung
luas daerah di bawah kurva F(t) (yang diarsir). Bila dibuat pendekatan
bahwa gaya tersebut konstan, yaitu dari harga rata-ratanya, Fr , maka

I = Fr ∆t = ∆p

Fr = I /∆t =∆p/∆t

“ Impuls dari sebuah gaya sama dengan perubahan momentum


partikel “.

7. KEKEKALAN MOMENTUM DALAM TUMBUKAN

42
Mekanika

F12 F21

m1 m1 m2

Dua buah partikel saling bertumbukan. Pada saat bertumbukan kedua


partikel saling memberikan gaya (aksi-reaksi), F12 pada partikel 1 oleh
partikel 2 dan F21 pada partikel 2 oleh partikel 1.

Perubahan momentum pada partikel 1 :


tf
∆p1= ∫ F12 dt = Fr12 ∆t
ti
Perubahan momentum pada partikel :
tf
∆p2 = ∫ F21 dt = Fr21 ∆t
ti
Karena F21 = - F12 maka Fr21 = - Fr12
oleh karena itu ∆p1 = - ∆p2

Momentum total sistem : P = p1 + p2 dan perubahan momentum total


sistem :
∆P = ∆p1 + ∆p2 = 0

“Jika tidak ada gaya eksternal yang bekerja, maka tumbukan


tidak mengubah momentum total sistem”.

Catatan : selama tumbukan gaya eksternal (gaya grvitasi, gaya gesek)


sangat kecil dibandingkan dengan gaya impulsif, sehingga gaya
eksternal tersebut dapat diabaikan.

8. TUMBUKAN SATU DIMENSI


Tumbukan biasanya dibedakan dari kekal-tidaknya tenaga kinetik
selama proses. Bila tenaga kinetiknya kekal, tumbukannya bersifat
elstik. Sedangkan bila tenaga kinetiknya tidak kekal tumbukannya
tidak elastik. Dalam kondisi setelah tumbukan kedua benda menempel
dan bergerak bersama-sama, tumbukannya tidak elastik sempurna.

43
Mekanika

8.1. Tumbukan elastik

sebelum sesudah
m1 m2 m1 m2

v1 v2 v’1 v’2

Dari kekekalan momentum :


m1 v1 + m2 v2 = m1v’1 + m2v’2
Dari kekekalan tenaga kinetik :
1/2 m1 v12 + 1/2m2 v22 = 1/2m1v’12 + 1/2 m2v2’2

Dan diperoleh : v1 - v2 = v’2 - v’1

8.2. Tumbukan tidak elastik


Dari kekekalan momentum :
m1 v1 + m2 v2 = m1v’1 + m2v’2
Kekekalan tenaga mekanik tidak berlaku, berkurang/bertambahnya
tenaga mekanik ini berubah/berasal dari tenaga potensial deformasi
(perubahan bentuk).
Dari persamaan ketiga tumbukan elastis dapat dimodifikasi menjadi :
v1 - v2
v’1 - v’2
e : koefisien elastisitas,
e=1 untuk tumbukan elastis
0 < e < 1untuk tumbukan tidak elastis
e=0 untuk tumbukan tidak elastis sempurna

8.3. Tumbukan tidak elastis sempurna.


Pada tumbukan ini setelah tumbukan kedua benda bersatu dan
bergerak bersama-sama. Dari kekekalan momentum :
m1 v1 + m2 v2 = (m1 + m2)v’

9. TUMBUKAN DUA DIMENSI

y
44
Mekanika

v’2

m2 θ2
m1 v1 θ1 x

v’1

Dari kekekalan momentum , untuk komponen gerak dalam arah x :


m1 v1 = m1v’1 cos θ1+ m2v’2 cos θ2
untuk komponen gerak dalam komponen y :
0 = m1v’1 sin θ1- m2v’2 sin θ2

Bila dianggap tumbukannya lenting :


1/2 m1 v12 + 1/2m2 v22 = 1/2m1v’12 + 1/2 m2v2’2
Bila keadaan awal diketahui, masih ada 4 besaran yang tidak
diketahui, tetapi persaamannya hanya 3, oleh karena itu slah satu
besaran keadaan akhir harus diberikan.

45

You might also like