Professional Documents
Culture Documents
1. PUSAT MASSA
x1
x2
xn
∑ mixi
M
Dengan cara yang sama bila partikel terdistribusi dalam 3 dimensi
(ruang), koordinat pusat massanya adalah
∑ mixi
M
∑ miyi
M
∑ mizi
M
Untuk benda pejal, misalkan bola, silinder dsb, dianggap benda
tersebut tersusun atas partikel-partikel yang terdistribusi secara
37
Mekanika
kontinu. Bila benda terbagi menjadi n buah elemen dengan massa
masing-masing ∆m dan untuk ∆m 0 koordinat pusat massanya :
∑ ∆mixi ∫ x dm ∫ x dm
∑ ∆mi ∫ dm M
∑ ∆miyi ∫ y dm ∫ y dm
∑ ∆mi ∫ dm M
∑ ∆mizi ∫ z dm ∫ z dm
∑ ∆mi ∫ dm M
F1
F2
38
Mekanika
Fn
M apm = F1 + F2 + ... + Fn
M apm = Feks
3. MOMENTUM LINEAR
Untuk sebuah partikel dengan massa m dan bergerak dengan
kecepatan v, didefinikan mempunyai momentum :
p = m v.
P = p1 + p2 + ... + pn
P = M vpm
dP/dt = d(Mvpm)/dt
= M dvpm/dt
39
Mekanika
dP/dt = M apm
Jadi
Feks = dP/dt
p1 + p2 + ... + pn = konstanta = P0
Momentum masing-masing partikel dapat berubah, tetapi momentum
sistem tetap konstan.
t t + ∆t
M ∆M M - ∆M
v u v + ∆v
F(t)
Fr
t
∆t
Tampak bahwa gaya impulsif tersebut tidak konstan. Dari hukum ke-2
Newton diperoleh
F = dp/dt
tf pf
∫ F dt = ∫ dp
ti pi
tf
I = ∫ F dt = ∆p = Impuls
ti
Dilihat dari grafik tersebut, impuls dapat dicari dengan menghitung
luas daerah di bawah kurva F(t) (yang diarsir). Bila dibuat pendekatan
bahwa gaya tersebut konstan, yaitu dari harga rata-ratanya, Fr , maka
I = Fr ∆t = ∆p
Fr = I /∆t =∆p/∆t
42
Mekanika
F12 F21
m1 m1 m2
43
Mekanika
sebelum sesudah
m1 m2 m1 m2
v1 v2 v’1 v’2
y
44
Mekanika
v’2
m2 θ2
m1 v1 θ1 x
v’1
45