You are on page 1of 27

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia termasuk negara berkembang dan tergabung dalam United Nation yang turut berperan serta dalam menyukseskan Millennium Development Goals (MDGs). Beberapa poin dari MDGs berkaitan dengan permasalahan kesehatan sehingga kesehatan merupakan salah satu bidang bisnis dalam pelayanan dan jasa yang sedang berkembang dengan pesat. Kemajuan bidang bisnis jasa serta pelayanan kesehatan ditunjang pula dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik yang menyatakan bahwa pemerintah memberikan kesempatan bagi pihak swasta baik berupa yayasan ataupun perseroan terbatas agar dapat membangun rumah sakit. Peraturan tersebut berdampak pada jumlah rumah sakit swasta baru yang tumbuh dan tersebar bertambah pesat. (Abrams, 2012) Bertambahnya jumlah rumah sakit membuat persaingan dalam bidang kesehatan semakin ketat sehingga pihak manajemen rumah sakit perlu membuat suatu inovasi ataupun suatu ciri khas agar rumah sakit dapat tetap survive. Selain inovasi, rumah sakit harus memiliki manajemen yang mampu mengelola pelayanannya dengan konsep yang jelas agar perkembangan rumah sakit dapat diprediksi dan tumbuh dengan cepat.

Perkembangan rumah sakit dapat dilihat dari berbagai macam aspek dan salah satunya adalah keuangan rumah sakit, Sejauh ini infrastruktur rumah sakit pemerintah masih buruk karena belum ada paradigma bahwa sistem keuangan harus berdasarkan sistem akuntansi yang benar. (Trisnantoro, 2010) Tingginya angka kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia membuat pihak rumah sakit harus siap dalam menerima pasien-pasien dengan cidera kepala yang berkaitan sangat erat dengan kecelakaan lalu lintas, karena kecelakaan dapat terjadi di mana saja, dan saat terjadi kecelakaan, korban akan dibawa ke rumah sakit yang terdekat. Rumah sakit harus siap dalam segala aspek untuk menangani kasus cidera kepala baik dari sumber daya manusianya yang terampil, sarana, prasarana serta berbagai macam pemeriksaan penunjang untuk membantu menentukan diagnosis serta prognosis pasien. Dengan latar belakang pemikiran seperti ini dapat disimpulkan bahwa CT-scan menjadi suatu alat penunjang yang sangat diperlukan bagi rumah sakit. Peluang bisnis yang dapat diambil adalah rumah sakit yang telah memiliki CT-scan dapat menjadi rumah sakit rujukan untuk CT-scan bagi rumah sakit lainnya yang tidak memiliki CT-scan, terutama bagi rumah sakit swasta yang baru saja berdiri, karena kecil kemungkinannya rumah sakit tersebut telah memiliki CT-scan. Rumah sakit berfungsi serta berperan dalam memberikan jasa pengobatan, perawatam dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh pendapatan dari jasa dan

fasilitas yang diberikan yang diantaranya adalah rawat inap. Pendapatan rumah sakit tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tariff jasa rawat inap merupakan keputusan yang sangat penting karena hal ini dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit. Adanya berbagai macam fasilitas yang disediakan bagi konsumen pada rawat inap, serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin menuntut suatu ketepatan dalam perhitungan untuk menetapkan pembebanan biaya yang sesungguhnya. (Sulastomo, 2000) Dalam menentukan harga pokok suatu produk, rumah sakit pada umumnya masih menggunakan akuntansi biaya tradisional. Sistem ini tidak sesuai dengan lingkungan manufaktur yang maju serta

keanekaragaman produk yang tinggi. Biaya produk yang ditentukan dengan sistem akuntansi biaya tradisional dapat membuat informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi muncul disebabkan oleh tidak akuratnya penentuan pembebanan biaya sehingga mengakibatkan kesalahan dalam penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian. (Mowen, Hansen, & Heitger, 2009) Banyak pihak mulai menyadari di tahun 1990-an bahwa sistem akuntansi biaya pada saat itu tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan manajemen. Berdasarkan landasan pikiran tersebut maka dikembangkan suatu sistem akuntansi yang baru oleh Consortium of Advanced Manufacturing-International (CAM-I) yang dikenal sebagai ActivityBased Costing (ABC). Sistem ABC menggunakan aktivitas sebagai basis

penggolongan biaya untuk menghasilkan informasi activity cost. Informasi tersebut digunakan untuk menyediakan informasi bagi personel dan memberdayakan personel dalam melaksanakan pengurangan biaya melalui pengelolaan terhadap aktivitas. ABC membebankan activity cost pada produk atau jasa berdasarkan konsumsi produk atau jasa atas aktivitas yang terjadi dalam proses produksi produk atau jasa yang dijual ke konsumen sehingga menghasilkan cost produk yang akurat. Keunggulan ABC terletak pada kemampuannya dalam

menyediakan informasi yang berkaitan dengan aktivitas seperti customer yang mengonsumsi keluaran aktivitas, value and non-value, cycle effectiveness (CE), capacity resources, budget type. Informasi yang lengkap mengenai aktivitas dapat memudahkan perusahaan untuk merencanakan target pengurangan biaya dan mengimplementasikan secara efektif. Rumah sakit merupakan suatu perusahaan jasa dan menghasilkan produk yang sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut

mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produk. Metode ABC menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh aktivitas yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasarkan pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan hal ini baik jika diterapkan pada perusahaan yang memiliki produk yang beragam., sehingga dapat meningkatkan

ketelitian dan meminimalisir kesalahan perhitungan agar pembebanan biaya menjadi lebih akurat dan tidak merugikan salah satu pihak.

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada sub-bab sebelumnya maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Berapa unit cost head CT-scan yang dihitung dengan menggunakan metode Activity-Based Costing pada RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 2. Apakah ada perbedaan antara unit cost head CT-scan yang dihitung dengan metode Activity-Based Costing dengan unit cost head CT-scan yang diterapkan saat ini di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui unit cost ead CT-scan yang dihitung dengan metode Activity-Based Costing di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui perbedaan antara unit cost ead CT-scan yang

dihitung dengan metode Activity-Based Costing dengan unit cost head CT-scan yang diterapkan saat ini di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti

Sebagai bahan pembelajaran dalam menambah wawasan keilmuan di bidang manajemen rumah sakit khususnya dalam perhitungan unit cost ead CT-scan dengan metode Activity-Based Costing. 2. RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Sebagai beban kajian untuk melakukan evaluasi terhadap perencanaan dalam mengevaluasi biaya yang ada serta melakukan efisiensi biaya di pemeriksaan penunjang head CT-scan 3. Institusi Pendidikan Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang serupa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TELAAH PUSTAKA
1. Biaya Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan digunakan sebagai pengurang dari penghasilan (Supriyono, 1999). Menurut Masyhudi (2008), pengertian biaya adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk objek atau tujuan tertentu. Biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan dapat atau tidaknya biaya tersebut diidentifikasikan terhadap objek biaya. Objek biaya yang dimaksud adalah produk, jasa, fasilitas dan lain-lain. Pada tentative set of board accounting principle for business enterprises, biaya dinyatakan sebagai harga penukaran atau

pengorbanan yang digunkan untuk memperoleh suatu manfaat (Kartadinata, 2000). 2. Penggolongan Biaya Penggolongan biaya adalah proses pengelompokkan biaya atas keseluruhan elemen-elemen biaya secara sistematis ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih rinci untuk dapat memberika informasi biaya yang lebih lengkap. Menurut Mulyadi (2007), biaya

dapat digolongkan menurut obyek pengeluaran, fungsi pokok dalam perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, dan jangka waktu manfaatnya. Berdasarkan pengelompokan biaya di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Biaya menurut objek pengeluaran Pada penggolongan biaya ini, pengklasifikasian biaya didasarkan atas nama objek pengeluaran. Contoh biaya depresiasi mesn, biaya asuransi dan lain-lain. 2. Biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan, dibagi menjadi biaya produksi dan biaya non produksi (Garrison, 2006). a. Biaya produksi Semua biaya yang dikeluarkan untuk mengelola bahan baku menjadi produksi yang siap dijual di pasaran. Biaya produksi digolongkan menjadi tiga kategori yaitu : bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. b. Biaya non produksi Umumnya biaya bob produksi dibagi menjadi dua yaitu biaya pemasaran atau penjualan dan biaya administrasi. Biaya pemasaran atau penjualan meliputi semua biaya

yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Biaya-biaya tersebut pemerolehan pesanan (order-getting) dan pemenuhan pesanan (orderfilling). Biaya pemasaran meliputi pengiklanan,

pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, gaji, dan biaya penyimpanan produk jadi. Biaya administrasi meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. 3. Klasifikasi biaya untuk memprediksi perilaku biaya (Garrison, 2006) a. Biaya variabel Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas. Aktivitas terseut dapat diwujudka dalam berbagai bentuk seperti unit yang diproduksi, unit yang dijual, jumlah tempat tidur yang digunakan. b. Biaya semi variable Perubahan biaya sesuai dengan variasi volume kegiatan tetapi perubahan dalam biaya operasional ini tidak sebanding dengan perubahan volume. Karakteristik biaya semi variabel yaitu jumlah totalnya akan berubah

sesuai dengan perubahan volume kegiatan, tapi sifat perubahannya tidak sebanding, dengan kata lain, semakin tinggi volume kegiatan akan meningkat pula jumlah total biaya semi variabelnya, dan bila volume kegiatan semakin rendah maka jumlah total biaya semi variabelnya akan semakin rendah, namun perubahannya tidak seimbang. Pada biaya semi variabel, satuan biayanya akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai pada tingkat kegiatan tertentu, semakin tinggi volume kegiatan akan semakin rendah biaya satuannya, dan bila semakin rendah volume kegiatan akan semakin tinggi biaya satuannya

(Supriyono, 1999). Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel (Mulyadi, 2007)

c. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas. Biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan aktivitas. Contohnya adalah biaya sewa. 4. Biaya langsung dan biaya tidak langsung

Menurut Mulyadi (2007), biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh unit yang langsung

memproduksi otput, contoh di rumah sakit adalah gaji pegawai, biaya obat, biaya bahan medis habis pakai, biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan peralatan. Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh unit penunjang yang tidak langsung memproduksi output, contonya biaya alat tulis kantor, biaya umum (air, listrik), biaya pemeliharaan gedung dan peralatan. Menurut Pelfrey (1995) biaya dibagi menjadi : 1) biaya bahan langsung; 2) biaya tenaga kerja langsung; dan 3) biaya overhead dengan perkiraan berdasarkan aktivitas. Metode perkiraan biaya, yaitu : 1) job costing; 2) process costing; dan 3) standard costing.

5. Model Analisis Biaya Dalam rangka menghitung biaya satuan, biaya yang ada di pusat biaya penunjang harus didistribusikan ke pusat biaya produksi karena output pelayanan yang dihitung hanya ada di pusat biaya produksi, sehingga apabila biaya yang ada di pusat biaya penunjang tidak didistribusikan ke unit prodksi maka hasil perhitungan biaya satuan akan tidak sesuai. Ada empat metode yang digunakan dalam mengalokasian biaya menerut Bermen dan Week (1982), Gani (1999)

1. Simple Distribution Sesuai dengan namanya, teknik ini sangat sederhana, yaitu melakukan distribui biaya-biaya yang dikeluarkan di pusat biaya penunjang. Distribusi ini dilakukan satu per satu dari masingmasing pusat biaya penunjang. Kelebihan dari cara ini adalah kesederhanaannya sehingga mudah dilakukan. Namun

kelemahannya adalah asumsi dukungan fungsional hanya terjadi antara unit penunjang dan unit produksi. 2. Step Down Method Perbedaan mendasar metode ini dengan simple distribution adalah pada pengakuan metode ini terhadap adanya secara nyata hubungan/kaitan antara unit penunjang. Dalam metode ini dilakukan distribusi biaya unit penunjang lain dan unit produksi. Distribusi biaya dilakukan secara berturut-turut, dimulai dengan unit penunjang yang biayanya terbesar. Biaya unit penunjang tersebut didistribusikan ke unit-unit yang lain (penunjang dan produksi yang relevan). 3. Double Distribution Method Secara garis besar, metode ini hampir sama dengan metode step down, perbedaanya hanya terletak pada cara alokasi biaya yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama melakukn distribusi biaya yang dikeluarkan di unit penunjang ke unit penunjang lain dan unit produksi. Hasil sebagian di unit penunjang

sudah didistribusikan ke unit produksi, akan tetapi sebagia masih berada di unit penunjang. Biaya yang masih berada di unit penunjang ini pada tahap selanjutnya akan didistribusikan ke unit produksi, sehingga tidak ada lagi biaya yang tersisa di unit penunjang. Metode ii cukup akurat dan relatif mudah dilaksanakan. 4. Multiple Distribution Distribusi biaya dilakukan secara lengkap baik antara sesama unit penunjang maupun unit produksi. Distribusi antar unit dilakukan karena adanya hubungan fungsional antar unit. 5. Real Cost Menurut Masyudi (2008), metode ini hampir sama dengan metode ABC dengan berbagai perubahan karena adanya kendala sistem, karena itu metode ini menggunakan asumsi yag sedikit mungkin.

6. Activity Based Costing

Metode activity based costing adalah metode perhitungan biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap (Garrison, 2006).

Activity based costing merupakan suatu pendekatan untuk menghitung pembiayaan dengan menentapkan sumber biaya ke dalam biaya satuan contohnya produk, pelayanan, dan konsumen berdasarkan aktivitas yang terjadi pada masing-masing objek (Franklin, 2006). Menurut Mulyadi (2007), pengertian Activity Based Costing adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyedian informasi lengkap tentang aktivitas untuk

memungkinkan personel

perusahaan melakukan pengeolaan

terhadap aktivitas. Sistem ini menggunakan aktivitas sebagai dasar serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat. Activity Based Costing adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi kemudian membebankan biaya atau aktivitas tersebut pada produk atau jasa dan melaporkan biaya aktivitas tersebut yang selanjutnya dapat dignakan dalam perencanaan, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan (Saputri, 2012). Menurut Garrison (2006), ada beberapa tahapan dalam menetapkan metode Activity Based Costing, yaitu : a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas pada pul aktivitas b. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya

c. Membebankan biaya ke pul biaya aktivitas d. Menghitung tarif aktivitas e. Membebankan biaya ke objek biaya dengan

menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas f. Menyiapkan laporan manajemen.

Klasifikasi aktivitas Berdasarkan Shim (2001), dalam empat golongan yaitu : 1. Result-producing activities 2. Result-contributing activities 3. Support activities 4. Hygiene and housekeeping activities aktivitas dapat dikelompokkan ke

Kelebihan Metode ABC menurut Gayle yang diterjemahkan Sugyarto antara lain : 1. ABC memperbaiki distorsi yang melekat dalam informasi biaya tradisonal berdasarkan alokasi bertahap yang hanya digunakan penggerak yang dilakukan oleh volume. ABC lebih deail dalam mengetahui hubungan sebab akibat antara penggerak biaya dengan kegiatan. Dengan berfokus pada penentuang biaya berdasarkan aktivitas dalam proses bisnis.

2. Aktivitas perbaikan secara terus menerus untuk mengurngi biaya overhead 3. Memudahkan menenrukan relevant cost. 4. Menyediakan informasi yang berlimpahtentang aktivitas yang digunakan pleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa. 5. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan biaya. 6. Menyediakan secara akurat dan multidimensi biaya produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan.

6. Tarif Menurut Sutomo (2003), penetapan tarif dapat dilakukan dengan menghitung anggaran biaya variabel rata-rata (variable costing),

ditambah dengan presentase tertentu. Penentuan harga juga bisa dilakukan dengan normal pricing, yaitu taksiran biaya penuh ditambah laba yang diharapkan. Penentuan tarif berdasarkan kira-kira memang dapat dilakukan dan untuk sementara tidak akan terlihat hubungannya antara anggaran rumah sakit dengan kepuasan pasien, tetapi pada kondisi kompetisi maka penentuan tarif yang rasional diperlukan. Menurut Azwar (1996), penetapan tarif dipengarugi oleh empat faktor yaitu : a. Biaya Investasi

Di dalam rumah sakit, biaya yag investasi yang terpenting adalah adalah biaya pembangunan gedung, pembelia berbagai peralata medis maupun non medis, serta biaya pendidikan dan pelatihan tenaga pelaksana. Tergantung dari besarnya biaya investasi, break event point, jangkan waktu pengembalian modal, serta perhitungan masa kadaluwarsa maka tarif pelayanan suatu sarana kesehatan dapat berbeda dibanding sarana kesehatan lainnya. b. Biaya kegiatan rutin Biaya kegiatan rutin yang dimaksudkan disini mencakup semua biaya yang dibutuhkan untuk menyelanggarakan berbagai kegiatan. Biaya kegiatan rutin dbedakan menjadi dua macam yaitu biaya untuk kegiatan yangberhubungan langsung dengan kebutuhsn pelayanan dan biaya yang tidak berhubungan kesehatan. c. Biaya rencana pengembangan Biaya rencana pengembangan mencakup rencana perluasan pembangunan, penambahan peralatan, penambahan jumlah dan peningkatan pengetahuan serta ketrampilan karyawan dan ataupun rencana penambahan jenis pelayanan. d. Biaya target keuntungan langsung dengan kebutuhan pelayanan

Tergantung dari target pemilik sarana kesehatan, besarnya terget keuntungan tersebut sangat bervariasi.

B. PENELITIAN TERDAHULU
a. Nishi Dewi Ruci, 2011. Analisis Unit Cost Akomodasi ICU dengan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul). Perbedaan dengan penelitian ini adalah Activity Based Costing digunakan untuk menghitung unit cost pada penggunaan head CT-Scan, sedangkan penelitian Nishi Dewi Ruci menghitung unit cost dari akomodasi ICU. b. Rima Seniarty, 2008. Pola Kebijakan Pentarifan Jasa Layanan Bedah di Rumah Sakit Khusus Bedah Ropanasuri. Perbedaan dengan penelitian ini adalah Rima Seniarty melakukan analisis pada kebijakan penentuan tarif layanan bedah di RS Bedah Ropanasuri.

C. LANDASAN TEORI
Aktivitas Head CT-scan

Biaya langsung

Analisis ABC

Unit Cost

Biaya tidak langsung


Tarif

Jenis Produk Motivasi sosial ekonomi ATP/WTP Faktor subsidi Faktor profit

Gambar 1. Landasan Teori

D. KERANGKA KONSEP
Aktivitas Pemeriksaan CT-scan head Komponen biaya : - Gaji tenaga teknis - Gaji radiolog - Biaya bahan penunjang - Biaya bahan penunjang non medis - Jasa foto - Gaji tenaga administrasi - Biaya pemakaian listrik - Biaya ATK - Biaya administrasi umum - Biaya konsumsi Analisis Activity Based Costing

Unit Cost

- Tingkat Utilisasi Tarif - Pelayanan Kesehatan Pesaing

Tarif Pemeriksaan Head CT-Scan

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai unit cost yang berhubungan dengan pemeriksaan head CT-scan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan metode ABC.

B. Subyek Penelitian Subyek dlam penelitian adalah Kepala Bagian Keuangan, Kepala Bagian Laboratorium, Cleaning Service, bagian pemeliharaan alat, petugas administrasi dan diklat untuk memperoleh data yang komprehensif di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan pemeriksaan head CTscan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitia ini telah dilakukan pada bulan Juni 2013 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Definisi Operasional Definisi operasional bertujuan untuk membantu atau sebagai pedoman dalam penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Unit cost adalah biaya yang dihitung untuk satu satua produk pemeriksaan, yang dihitung engan cara membagi total cost dengan jumlah atau total output. 2. Head CT-scan adalah pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis klinis. 3. Pemeriksaan gula darah adalah pemeriksaan kadar gula (glukosa) dalam darag yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit kecing manis (Diabetes Millitus). 4. Pemeriksaan kolesterol adalah pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah yang dilakukan utuk meneteksi penyakit pembuluh darah dn jantung. 5. Pemeriksaan asam urat adalah pemeriksaan asam urat dalam darah yang dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi ginjal. 6. Pemeriksaan SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) adalah pemeriksaan kadar enzim Glutamat Piruvat Transaminase darah yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit hati/liver. 7. Pemeriksaan SGOT (Serum Glutamat Oksaloasetic Transaminase) adalah pemeriksaan kadar enzim Glutamat Oksaloasetic Transaminase dalam darah yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit hati/liver. 8. Pemeriksaan creatinine adalah pemeriksaan kadar creatinine dalam darah yang dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi ginjal. 9. Pemeriksaan ureum adalah pemeriksan kadar ureum dalam darah yang dilakukan untuk mendeteksi kelainan fungsi ginjal. dalam

10. ABC system adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktifitas untuk memungkinkan personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat produk atau jasa sebagai tujuan.

D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Studi dokumen, yaitu untuk memeriksa dokumn-dokumen yang ada kaitannya dengan analisis biaya sepertinya kontrak pembeliian peralatan medis dan non medis, nota pembelian reagenisasi. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpuln data, penulis mengunakan metode sebagai berikut: 1. Metode Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data denga cara bertanya langsung atau berkomunikasi langsung dengan responden. a. Responden yang diwawancara terdiri dari kepala bagian keuangan dan kepala bagian laboratorium RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1. b. Wawancara mendalam dilakukan dalam panduan wawancara yang sudah ditentukan ataupun pertanyaan yang bersifat spontan muncul saat interview berlangsung. Penulis menggunakan metode ini dengan harapan bisa memperoleh data secara langsung untuk

kelengkapan penelitian. Data yang diperoleh penulis berupa gambaran umum mengenai RS PKU Muhammadiyag Yogyakarta Unit 1, sistem yang digunakan oleh rumah sakit dalam menentukan biaya pemeriksaan head CT-scan dan identifikasi aktivitas yang dilakukan di head CT-scan. 2. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung pada obyek penelitian. 3. Metode Dokumentasi Dokumentasi dan data dari rumah sakit digunakan sebagai data primer mengenai harga atau nilai rupiah yang digunakan di rumah sakit misalnya gaji pegawai.

F. Uji Validitas Dilakukan teknik triangulasi sumber untuk uji validitas. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data atau informasi yang diperoleh peneliti dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu sehingga diharapkan dapat mengurangi bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data. G. Analisis Data Data dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi langsung dari nara sumber yaitu menanyakan langsung kepeda respoden. Data sekunder dilakukan dengan penelusuran dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini serta distribusi

biaya operasioal rumah sakit. Metode analisis biaya yang digunakan adalah berdasarkan ABC (Activity Based Costing) system. Baiaya yang digunakan adalah biaya langsung yaitu biaya yang melekat pada petugas, diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung (direct tracing) dan biaya tidak langsung yaitu biaya-biaya yang berada pada unit penunjang. Adapun langkah-langkah untuk menghitung biaya tidak langsung (Roztocki, 2004) adalah : 1. Menentukan kategori biaya. 2. Mengidentifikasi aktivitas. Aktivitas yang terjadi pada setiap kelompok biaya diidentifikasi dengan kegiatan pelayanan masingmasing pusta aktivitas. 3. Menghubugkan biaya dan aktivitas dengan membuat matriks EAD (Expense Activity Dependence). Langkah ini mengidentifikasi aktivitas yang berkontribusi dengan masing-masing biaya. Kategori aktivitas ditampilkan pada lajur dari matriks EAD dan kategori biaya ditampilkan sebagai kolom dari matriks EAD. 4. Membuat tanda centang (check marks) secara proporsional dalam matriks EAD. Setiap sel berisi tanda centang yang diletakkan secara proporsional. Masing-masing kolom pada matriks EAD dijumlahkan sampai bernilai 1. 5. Menentuka nilai rupiah terhadap aktivitas-aktivitas 6. Menghubungkan antara aktivitas dan produk dengan membuat matriks APD (Activity Product Dependence). Langkah ini untuk

mengidentifikasi aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Aktivitas ditampilkan sebagai kolom dari matriks ABC dan produk ditampilkan pada lajur matriks APD. 7. Membuat tanda centang (check marks) secara proporsional dalam matriks APD. Setiap sel berisi tanda centang yang diletakkan secara proporsional. Masing-masing kolom pada matriks APD dijumlahkan sampai bernilai 1. 8. Menentukan nilai rupiah masing-masing produk. 9. Menjumlahkan direct tracing dan driver tracing untuk menghasilakn unit cost. H. Etika Penelitia Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subyek dan prinsip keadilan. Ubyek penelitian dilindungi fisik, mental dan sosialnya. Responden diberikan hak untuk menyatakan persetujuan atau tidak menjadi nara sumber data tanpa paksaan, bujukan, tipuan dan ketidakbebasan. Segala bentuk data yang diperoleh dari subyek penelitian akan dijaga kerahasiaannya (Nursalam, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, R. (2012). BUSINESS PLAN IN A DAY (5th Edition ed.). California, USA: The Planning Shop. Trisnantoro, L. (2010). The Non-State Hospital in INDONESIA. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Sulastomo. (2000). Manajemen Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mowen, M. M., Hansen, D. R., & Heitger, D. L. (2009). Cornerstones of Managerial Accounting. Mason, Ohio, USA: South-Wester Cengage Learning.

You might also like