You are on page 1of 16

4

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pupuk Sriwidjaja PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) yang lebih dikenal sebagai PT Pupuk Sriwidjaja merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran pupuk. Secara legal, PT Pupuk Sriwidjaja resmi didirikan berdasarkan akte Notaris Eliza Pondang nomor 177 tanggal 24 Desember 1959 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia nomor 46 tanggal 7 Juni 1960. Pada saat itu yang menjadi Presiden Direktur adalah Ir. Ibrahim Zahier dan Ir. Salmon Mustafa sebagai Direktur Utama. PT Pupuk Sriwidjaja yang memiliki Kantor Pusat dan Pusat Produksi yang berkedudukan di Palembang Sumatera Selatan merupakan produsen pupuk urea pertama di Indonesia. Nama Sriwidjaja sendiri sebenarnya diambil dari nama sebuah kerajaan Sriwidjaja yang dahulu sangat terkenal karena armada lautnya, kerajaan ini terletak di Sumatera Selatan. Pemilihan Propinsi Sumatera Selatan khususnya Palembang sebagai lokasi pabrik didasarkan pada ketersediaan bahan baku berupa gas alam dan letak kota Palembang di tepian sungai Musi yang tinggi debit airnya. PT Pupuk Sriwidjaja telah mengalami dua kali perubahan bentuk badan usaha. Perubahan pertama berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 tahun

1964 yang mengubah statusnya dari Perseroan Terbatas (PT) menjadi Perusahaan Negara (PN). Perubahan kedua terjadi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1969 dan dengan akte Notaris Soeleman Ardjasasmita pada bulan Januari 1970, statusnya dikembalikan ke Perseroan Terbatas (PT). Selain itu, dari aspek permodalan PT Pupuk Sriwidjaja juga mengalami perubahan seiring perkembangan industri pupuk di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 tanggal 7 Agustus 1997 ditetapkan bahwa seluruh saham Pemerintah pada industri pupuk PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk, dan PT. Petrokimia Gresik sebesar Rp. 1.829.290 juta dialihkan kepemilikannya kepada PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero). Struktur modal PT Pupuk Sriwidjaja diperkuat lagi dengan adanya pengalihan saham pemerintah sebesar Rp. 6 milyar di PT. Mega Eltra kepada PT Pupuk Sriwidjaja serta tambahan modal disetor sebesar Rp. 728.768 juta dari hasil rekapitalisasi laba dari PT. Pupuk Kaltim Tbk. Dengan demikian keseluruhan modal disetor dan ditempatkan PT Pupuk Sriwidjaja per 31 Desember 2002 adalah Rp. 3.634.768 juta. Pabrik pertama yang dibangun PT Pupuk Sriwidjaja adalah PUSRI I yang diresmikan pada tanggal 4 November 1960 dengan kapasitas terpasang sebesar 180 ton ammonia/hari dan 300 ton urea/hari. Produksi perdana PUSRI I pada tanggal 16 Oktober 1963. Perluasan pabrik PT Pupuk Sriwidjaja mulai direncanakan pada tahun 1965 melalui penandatanganan perjanjian kerjasama antara Departemen

Perindustrian dan Perusahaan Toyo Engineering Corp dari Jepang. Namun rencana tersebut menemui kegagalan akibat terjadinya pemberontakan G30S/PKI. Pada tahun 1968 kembali dilakukan perencanaan pembangunan dengan

diadakannya studi kelayakan bersama John Van Der Volk & Associate dari Amerika serikat. Pada tahun 1972 mulai didirikan pabrik PUSRI II dengan kapasitas terpasang 660 ton ammonia/hari dan 1150 ton urea/hari, dan pembangunannya selesai pada tahun 1974. Pendirian pabrik tersebut dikerjakan oleh kontraktor M.W Kellog Overseas Corp dari Jepang. Pada tahun 1992 dilakukan optimalisasi terhadap kapasitas pabrik PUSRI II menjadi 570.000 ton urea/tahun. Karena kebutuhan akan pupuk di Indonesia meningkat dengan pesat, maka pada waktu yang relatif bersamaan dibangun pabrik PUSRI III dan PUSRI IV. Pabrik PUSRI III dibangun pada 21 Mei 1975 dengan kapasitas terpasang 1000 ton ammonia/hari dengan menggunakan proses Kellog dan kapasitas produksi urea 1725 ton/hari atau 570.000 ton/tahun dengan proses Mitsui Toatsu Total Recycle (MTTR) C-Improved. Pembangunan pabrik PUSRI III dikerjakan oleh Kellog Overseas Corp. dan Toyo Engineering Corp. Lima bulan setelah pembangunan pabrik PUSRI III, pabrik PUSRI IV mulai didirikan dengan kapasitas terpasang dan proses yang sama. Pada tahun 1985 pabrik PUSRI I dihentikan operasinya karena dinilai tidak efisien lagi. Sebagai penggantinya didirikan pabrik PUSRI IB pada tahun 1990 dengan kapasitas terpasang 446.000 ammonia/tahun dengan menggunakan

proses Kellog dan 570.000 ton urea/hari dengan menggunakan proses Advanced Process For Cost and Energy Saving (ACES) dari TEC. Konstruksi pabrik ini dikerjakan oleh PT. Rekayasa Industri (Indonesia). Adanya tuntutan efisiensi produksi dan penghematan bahan baku membuat PT. Pupuk Sriwidjaja melakukan proyek optimalisasi proses yang diberi nama Ammonia Optimization Project (AOP) pada tahun 1992 dan melakukan kerjasama dengan Imperial Chemical Industry (ICI). Melalui proyek ini kapasitas produksi dapat ditingkatkan dengan penghematan pemakaian gas alam sebesar 10%. Proses optimalisasi dan modifikasi proses telah membuat PT. Pupuk Sriwidjaja mampu memproduksi total 2.280.000 ton urea/tahun dan 1.149.000 ton ammonia/tahun.

2.2 Misi Perusahaan Sejalan dengan Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 1983, PT. PUSRI mengemban 3 misi pokok yaitu :
1. Sebagai Unit Usaha ( economic entity ) PT. PUSRI harus dikelola

dengan efisien dan produktivitas secara optimal sehingga mampu menghasilkan selanjutnya.
2. Sebagai penggerak pembangunan ( development agen ) PT. PUSRI

dana

sekaligus

dapat

membiayai

pertumbuhan

dituntut untuk dapat menunjang pembangunan di bidang industry

lainnya sehingga mampu berperan dalam meratakan pembangunan saat ini. 3. Sebagai stabilisator PT. PUSRI harus dapat menunjang produksi pangan nasional dalam usaha stabilitas pengadaan pupuk bagi para petani dangan selalu memakai prinsip 5 tepat, yaitu : tepat jumlah, tepat waktu, tepat jenis, tepat tempat, dan tepat harga.

2.3 Lokasi dan Tata Letak Pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja (PT. PUSRI) terletak di tepi Sungai Musi kira kira 7 Km dari pusat kota Palembang, di wilayah perkampungan Sungai Selayur, Kecamatan Ilir Timur II, Kotamadya Palembang. Kelayakan ini ditunjang oleh keadaan geografis Sumatera Selatan yang memiliki kekayaan alam yaitu gas alam (natural gas) yang merupakan bahan baku utama dan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Gass Bell & Associates dari Amerika Serikat memberikan rekomendasi berdasarkan studi kelayakan untuk membangun Pabrik Pupuk Urea PUSRI di Palembang, dengan kapasitas 100.000 ton per tahun. Adapun faktor teknis dan faktor ekonomi yang menunjang studi kelayakan tersebut adalah : a. Keadaan geografis Sumatera Selatan yang memiliki kekayaan gas alam sebagai bahan baku utama, dalam jumlah yang cukup banyak. Dekat dengan sumber bahan baku gas alam, yaitu Prabumulih dan Pendopo yang terletak sekitar 100 150 Km dari pabrik.

b. Dekat dengan Sungai Musi yang tidak pernah kering sepanjang tahun, merupakan salah satu sarana penting untuk sumber air, sarana pembuangan limbah dan juga sebagai sarana transportasi. c. Dekat dengan Tambang Bukit Asam yang tidak jauh dari Kota Palembang, yang banyak mengandung batubara dan dapat dijadikan sebagai cadangan bahan baku yang sangat potensial seandainya persediaan gas bumi sudah menipis. d. Dekat dengan sarana pelabuhan dan kereta api. Luas tanah yang digunakan untuk lokasi pabrik adalah 20,4732 hektar, ditambah untuk lokasi perumahan karyawan seluas 26,7965 hektar. Disamping itu sebagai lokasi cadangan disiapkan tanah seluas 41,7965 hektar yang dimaksudkan untuk persediaan perluasan komplek pabrik dan perumahan karyawan bila diperlukan kemudian hari.

Gambar 1. Lokasi PT Pupuk Sriwidjaja

10

2.4 Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan PT. Pupuk Sriwidjaja (PT. PUSRI) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menggunakan Sistem Line and Staff Organization dengan bentuk perseroan terbatas (PT) dalam pengelolaannya dan modal pengelolaan pabrik berasal dari pemerintah. Proses manajemen PT Pupuk Sriwidjaja berdasarkan Total Quality Control Management (TQCM) yang melibatkan seluruh pimpinan dan karyawan dalam rangka peningkatan mutu secara kontinyu. Organisasi PT Pupuk Sriwidjaja dipimpin oleh Direktur Utama dan dibantu oleh lima orang Direksi. Dalam kegiatan operasionalnya, direksi dibantu oleh staf dan Kepala Departemen. Direksi bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris, dimana Dewan Komisaris terdiri dari wakil-wakil pemegang saham yang bertugas menentukan kebijaksanaan umum yang harus dilaksanakan oleh direksi, juga bertindak sebagai pengawas atas semua kegiatan dan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Dewan Direksi. Dewan Komisaris terdiri dari wakilwakil pemerintah, yaitu : a. Departemen Pertanian b. Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri c. Departemen Perindustrian Direktorat Jenderal Industri Kimia Dasar d. Departemen Pertambangan dan Energi. Struktur Organisasi PT Pupuk Sriwidjaja berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. SK/DIR/109/1998, tanggal 1 September 1998 adalah sebagai berikut :

11

1. Direktur Utama 2. Direktur Produksi 3. Direktur Pemasaran 4. Direktur Teknik dan Pengembangan 5. Direktur Keuangan 6. Direktur SDM & Umum Direktur produksi sebagai salah satu bagian penting di dalam perusahaan yang membawahi beberapa departemen, yaitu : 1. Departemen Produksi (Departemen Produksi 1 dan II) 2. Departemen Pemeliharaan 3. Departemen Teknik Produksi 4. Departemen Keandalan dan Jaminan Kualitas (TK & JK) Departemen Produksi-I, Produksi-II, Pemeliharaan, Teknik Produksi serta Departemen Keandalan dan Jaminan Kualitas (TK & JK) berada di bawah Kompartemen Produksi yang dikepalai oleh seorang General Manager yang bertanggungjawab kepada direktur produksi. 1. Departemen Produksi (Departemen Produksi I dan II) Tugas dan tanggung jawab utama departemen produksi 1 dan II adalah sebagai berikut : a) Mengoperasikan sarana produksi secara optimal dengan faktor produksi setinggi-tingginya.

12

b) Menjaga kualitas produksi, bahan baku dan peralatan serta bahan-bahan penunjang. c) Membuat sendiri peralatan dan suku cadang yang mampu dibuat dengan tetap memperhatikan segi teknis dan ekonomis. d) Menggantikan peralatan pabrik yang pemakaiannya sudah tidak ekonomis. Departemen produksi bertugas mengkoordinasikan jalannya operasi Pabrik Pusri II, III, IV, IB dan PPU. Departemen produksi I dan II ini dipimpin oleh seorang Manager yang dibantu oleh Assistant Manager serta Superintendent masing-masing yang bertugas mengkoordinir jalannya operasi. Assistant Manager membawahi Superintendent masing-masing, seperti bagian ammonia, bagian urea, dan bagian utilitas. Setiap Superintendent dibantu oleh seksi-seksi. Di bawahnya terdapat group shift yang dipimpin oleh seorang kepala seksi. 2. Depertemen Pemeliharaan Departemen pemeliharaan bertugas memelihara dan memperbaiki alat-alat pabrik yang berhubungan dengan operasi pabrik. Departemen pemeliharaan dipimpin oleh seorang Kepala Departemen. 3. Departemen Teknik Produksi Departemen teknik produksi bertugas membantu departemen operasi dalam hal pengamatan operasi, persiapan dan pengendalian mutu bahan baku serta bahan pendukung, perhitungan produksi, evaluasi kondisi serta studi untuk melakukan modifikasi dan peningkatan efisiensi.

13

Departemen teknik produksi membawahi : Dinas Teknis Proses, Dinas teknik proses dipimpin oleh seorang Kepala Dinas Teknik Proses yang membawahi : Staf teknik proses 1 dan teknik proses 2, Dinas administrasi teknik proses, tugas utama sebagai berikut : Memonitor dan mengevalusi kondisi operasi pabrik

sehingga dapat dioperasikan pada kondisi yang optimum, Mengendalikan dan mengevaluasi kualitas dan kuantitas

hasil-hasil produksi, Memberikan bantuan yang bersifat teknis kepada unit-unit

yang terkait, Merencanakan modifikasi peralatan produksi serta

tambahan unit produksi dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktifitas, Memberikan rekomendasi pengganti katalis, resin dan

bahan sejenis. Dinas laboratorium Dinas laboratorium bertugas menganalisa, mengontrol dan mengawasi mutu bahan baku, bahan penunjang serta hasil produksi pabrik.

14

4. Departemen Keandalan dan Jaminan Kualitas (TK & JK) Departemen ini berada di bawah kompartemen produksi. Departemen ini dipimpin oleh seorang Manager yang dibantu oleh : 1. Dinas pemeriksaan teknik, 2. Dinas keselamatan, 3. Dinas teknik lingkungan hidup Struktur Organisasi PT Pupuk Sriwidjaja ditentukan oleh dewan direksi yang meliputi : 1. Manager 2. Superintendent 3. Assistant Superintendent 4. Senior Foreman 5. Foreman 6. Pelaksana

15

1. Manager Manager berkedudukan di bawah seorang general manager dan bertanggung jawab kepada general manager. Manager memimpin suatu departemen, misalnya departemen produksi-I. 4. Superintendent Superintendent berkedudukan di bawah seorang assistant manager dan bertanggung jawab kepada assistant manager. Superintendent memimpin suatu bagian di dalam dinas tertentu. Misalnya bagian utilitas pada dinas operasi P-III.

5. Assistant Superintendent Assistant manager bertugas untuk membantu kinerja seorang superintendent dan mewakili tugas superintendent apabila superintendent tidak berada di tempat. Assistant superintendent bertanggung jawab kepada assistant manager. 6. Senior Foreman Senior foreman bertanggung jawab kepada superintendent dan bertugas untuk memimpin suatu seksi tertentu. Senior foreman membawahi beberapa foreman.

16

7. Foreman Foreman atau kepala regu bertugas untuk mengkoordinir regu yang sedang bertugas pada shift kerja tertentu dan membantu kinerja seorang senior foreman. 9. Pelaksana Operator bertugas untuk melaksanakan suatu operasi pada pabrik dan bertanggung jawab kepada senior foreman. 2.5 Struktur Organisasi Dinas Operasi PT. Pupuk Sriwidjaja. Secara struktur organisasi perusahaan Dinas Operasi PUSRI III termasuk ke dalam Departemen Produksi II, yang tugas departemen ini adalah mengkoordinasikan jalannya PUSRI III dan PUSRI IV melalui Dinas Operasi PUSRI III dan Dinas Operasi PUSRI IV. Sedangkan untuk PUSRI IB dan II dikoordinasikan di bawah Departemen Produksi I. Pabrik PUSRI III dipimpin oleh seorang Assistant Manager Dinas Operasi PUSRI-III yang bertanggung jawab terhadap operasional pabrik PUSRI III secara keseluruhan. Assistant Manager Superintendent, yaitu:
1. Superintendent Urea 2. Superintendent Ammonia

Dinas Operasi P-III dibantu oleh 3 orang

17

3. Superintendent Utilitas

Setiap superintendent dibantu oleh assistant superintendent yang membawahi langsung : 1. Senior Foreman
2. Kepala Regu/Foreman

3. Operator senior (panel) 4. Operator lapangan Setiap unit pabrik terdapat senior foreman yang bertugas sebagai koordinator antar unit pabrik dan sebagai penanggung jawab teknis pada sore dan malam hari. Pembagian jam kerja terdiri dari empat grup shift dimana tiga grup melakukan shift sedangkan satu grup shift libur (off). Setiap grup dikepalai oleh Senior Foreman shift. Pengaturan jam kerja untuk tiap shift adalah : 1. Day shift 2. Swing shift 3. Night shift : pkl. 07.00 15.00 WIB : pkl. 15.00 23.00 WIB : pkl. 23.00 07.00 WIB

Selain operator dan karyawan lapangan yang dibutuhkan selama 24 jam sehingga jadwal kerjanya dibagi per-shift, terdapat pula karyawan non-shift untuk pegawai administrasi dan jabatan setingkat kepala bagian ke atas dengan jadwal kerja : 1. Senin Kamis 2. Jumat : 07.30 16.30 diselingi istirahat pada pukul 12.00 13.00 : 07.30 17.00 diselingi istirahat pada pukul 11.30 13.00

18

3. Sabtu Minggu : Libur (off). 2.6 Pemasaran Pada tahun 1979 PT Pupuk Sriwidjaja ditunjuk sebagai penanggungjawab pengadaan dan penyaluran seluruh jenis pupuk bersusidi, baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor untuk memenuhi kebutuhan program intensifikasi pertanian melalui surat keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 56/KP/II/1979. Atas dasar penunjukkan tersebut maka PT Pupuk Sriwidjaja bertanggung jawab dalam memasarkan dan mendistribusikan berbagai jenis pupuk hingga sampai di tangan petani (Pipe Line Distribution Pattern) dengan menekankan mekanisme distribusi pada factor biaya (Least Cosy Distribution Patter). Untuk dapat memenuhi kewajibannya tersebut PT Pupuk Sriwidjaja memiliki sistem distribusi, baik untuk tata niaga pupuk produksi dalam negeri maupun pupuk untuk di impor. Sarana distribusi dan pemasaran yang dimiliki PT Pupuk Sriwidjaja, yaitu:
1. Satu buah kapal ammonia : MV. Sultan Machmud Badarudin II.

2. Delapan buah kapal pengangkut pupuk curah dan satu unit kapal sewa berdaya muat masingmasing 66.500 ton, yaitu MV. PUSRI Indonesia, MV.. Abusamah, MV. Sumantri Brojonegoro, MV. Mochtar Prabunegara, MV. Julianto Mulio Diharjo, MV. Ibrahim Zahier dan MV. Otong Kosasih. 3. Empat unit pengantongan pupuk di Belawan, Cilacap, Surabaya, Dan Banyuwangi serta 1 UPP (Unit Pengantongan Pupuk) sewa di Semarang.

19

4. 595 buah gerbong kereta api. 5. 107 unit gudang persediaan pupuk dan 261 unit gudang sewa. 6. 25 unit pemasaran PUSRI daerah (PPD) di ibukota propinsi. 7. 180 kantor pemasaran PUSRI Kabupaten (PPK) di Ibukota Kabupaten. 8. Empat unit kantor perwakilan PUSRI di produsen pupuk, yaitu : a. PT. Pupuk Kujang b. PT. Petrokimia Gresik c. PT. Pupuk Iskandar Muda d. PT. Pupuk Kalimantan Timur Pada tanggal 1 Desember 1998, pemerintah menghapuskan tata niaga pupuk, baik produksi dalam negeri maupun impor. Keputusan pemerintah tersebut membuat setiap pabrik pupuk untuk memasarkan sendiri produknya di Indonesia, meskipun begitu untuk mencegah persaingan yang tidak sehat, pemerintah menentukan daerah daerah penyaluran untuk setiap pabrik pupuk yang ada. Sebagai contoh pemenuhan kebutuhan pupuk untuk propinsi Bali erupakan kewajiban dari PT. Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim), namun apabila terjadi kekurangan suplai di Bali, produsen yang lain dapat memberi bantuan penjualan pupuk di Bali. Adanya keputusan pemerintah ini hanya berlaku pada tata niaga pupuk nasional dan tidak mempengaruhi status PT Pupuk Sriwidjaja sebagai Holding Company.

You might also like