You are on page 1of 139

GAMBARAN SARANA PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF DI PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG TAHUN 2012

LAPORAN MAGANG

OLEH: ABU ZAR NIM : 108101000006

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433H 2012M

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Magang, Februari 2012 Abu Zar, NIM : 108101000006 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif Di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Tahun 2012 xii + 116 halaman, 13 tabel, 19 gambar, 11 lampiran

ABSTRAK Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan oleh semua orang, karena setiap kebakaran dapat menimbulkan banyak kerugian mulai dari fisik, material, bahkan sampai dapat menyebabkan kematian. Berbagai upaya pencegahan terhadap kebakaran ditempat kerja sangatlah penting untuk dilakukan. Salah satu upaya pencegahan terhadap terjadinya kebakaran yaitu dengan penyediaan sarana proteksi kebakaran aktif. Semua industri memiliki risiko kebakaran, termasuk PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang merupakan salah satu perusahaan Pertamina yang mengolah panas bumi menjadi energi listrik. Oleh karena itu mahasiswa tertarik untuk mengambil tema gambaran sarana proteksi kebakaran aktif di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012 Dari hasil kegiatan magang ini didapatkan seluruh sprinkler, alarm kebakaran detektor kebakaran dan tempat penyimpanan air yang telah terpasang sudah sesuai dengan standar yang ada. Namun APAR 27,3% APAR tdak terdapat tanda pemasangan dan APAR denagn media CO2 tidak ditimbang saat pemantauan. 100% nozzle hidran belum terpasang pada selang. Dan lantai pompa pemadam tidak dibuat landai serta tidak adanya pengering lantai. Masukan untuk perusahaan yaitu dipasangnya tanda pemasangan APAR pada 27,3% APAR yang tidak ada tanda pemasangannya, APAR yang baru digunakan dengan segera diganti dengan APAR yang dapat digunakan, APAR dengan jenis CO2 dilakukan penimbangan saat pemantauan APAR, dipasangnya pipa pemancar (nozzle) pada selang kebakaran, lantai pada pompa pemadam dibuat landai dan disediakannya pengering lantai. Daftar Bacaan : 18 (1980-2011)

Identitas Peserta Magang


Data Pribadi Nama Tempat Tanggal Lahir Alamat : Abu Zar : Jakarta, 08 Maret 1990 : Jalan Bangka 2 no 100 RT 17/03 Kelurahan : Pela Mampang Kecamatan : Mampang Prapatan Jakarta Selatan. DKI Jakarta Kode Pos Jenis Kelamin Telepon (rumah) Handphone Golongan Darah Agama E-mail : 12720 : Laki-laki : 021-7199464 : 081286528585 :O : Islam : abhoe_zzz@yahoo.com; abhoezzz@gmail.com

Riwayat Pendidikan 1994-1996 1996-2002 2002-2005 2005-2008 2008-sekarang TQ Al-Hikmah, Jakarta MI Al-Hikmah, Jakarta SLTP-IT Al-Hikmah, Jakarta SMAN 55, Jakarta S1 - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Magang Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Tahun 2012 ini dengan baik. Maksud dan tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu mata kuliah dan sebagai hasil akhir dari kegiatan magang yang telah dilaksanakan selama 30 hari kerja di PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) kamojang. Penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Selesainya laporan magang ini tidak luput dari bantuan dan dukungan banyak pihak yang telah memberikan konstribusi serta masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada: 1. Umi dan Ayah yang senantiasa selalu mendukung dan mendengarkan keluh kesah, memberikan semangat, memberikan support dalam segala hal. Doain supaya Abu cepet lulus kuliah ya, terus cepet dapet kerja. 2. Kakak Saya Hilda Rahmadia dan Chaerunnisa serta adik saya Qeis Muhammad terima kasih terus memberikan support untuk Saya dan sering menemani ketika Saya sedang berkeluh kesah. 3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, sebagai dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, sebagai ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
v

5. Bapak M. Farid Hamzens, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik Saya, terima kasih atas bimbingannya selama ini. 6. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, sebagai penanggung jawab peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 8. Bapak Ir. Fahmi selaku manager K3LL PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, terima kasih atas seluruh bantuannya sehingga kegiatan magang ini dapat berjalan lancar. 9. Bapak Widodo Suwanto, ST selaku pembimbing lapangan magang selama proses kegiatan magang di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang berlangsung, terima kasih atas semua bimbingannya selama berada dilapangan. 10. Seluruh staff divisi K3LL PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang yang telah memberi banyak pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga untuk saya. 11. Sahabat seperjuangan selama magang berlangsung Ludi Mauliana dan Irfan Nurhidayat, terima kasih atas kerja sama, kebersamaan dan bantuannya selama menjalani proses magang. 12. Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2008 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sangat saya cintai. 13. Dan kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan laporan magang ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya dalam penyusunan laporan magang ini.

vi

Penulis sadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun tanpa kontribusi dan masukan-masukan dari kalian semua. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amiin..

Jakarta, 24 Maret 2012

Penulis

vii

DAFTAR ISI

Abstrak Pernyataan Persetujuan Laporan Magang Panitia Sidang Ujian Magang Identitas Peserta Magang Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 Latar Belakang Tujuan

........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ...........................................

i ii iii iv v viii xi xii 1 1 7 7 7 8 8 9 9 9 11 11 11 17 23 23 25 26 31 31 31

1.2.1 Tujuan Umum 1.2.2 Tujuan Khusus 1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Untuk Perusahaan 1.3.2 Manfaat Untuk Program Studi 1.3.3 Manfaat Untuk Mahasiswa 1.4 Ruang Lingkup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 2.4 Pengertian Kebakaran Unsur-unsur Terjadinya Kebakaran Penyebab Terjadinya Kebakaran Klasifikasi Kebakaran

2.4.1 Kategori Kebakaran 2.4.2 Klasifikasi Tingkat Potensi Kebakaran 2.5 2.6 2.6.1 Penanggulangan Kebakaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

2.6.1.1 Pengertian APAR

viii

2.6.1.2 Jenis-jenis dan Klasifikasi APAR 2.6.1.3 Pemasangan APAR 2.6.1.4 Cara Penggunaan APAR 2.6.2 Hidran 2.6.2.1 Pengertian Hidran 2.6.2.2 Penempatan Hidran 2.6.2.3 Inspeksi dan Pengujian Hidran 2.6.2.4 Pemeliharaan Hidran 2.6.3 Sprinkler 2.6.4 Pompa Pemadam 2.6.5 Penyediaan Air 2.6.6 Detektor Kebakaran 2.6.7 Alarm Kebakaran BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN 3.1 Aktivitas Kegiatan Magang

........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ...........................................

31 35 37 38 38 39 39 40 41 44 46 50 51 55 55 55 57 57 58 59 61 67 67 67 68 69 70 70 70 71 72

3.1.1 Rencana Kegiatan 3.1.2 Tahap Persiapan 3.1.3 Tahap Pelaksanaan 3.1.4 Narasumber 3.2 3.3 Alur Kegiatan Magang Jadwal Kegiatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PT Pertamina (Persero)

4.1.1 Sejarah PT Pertamina (Persero) 4.1.2 Visi dan Misi PT Pertamina (Persero) 4.1.3 Logo dan Slogan PT Pertamina (Persero) 4.2

Gambaran Umum PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang ... ........................................... ........................................... ........................................... ...........................................

4.2.1 Visi dan Misi 4.2.2 Struktur Organisasi 4.2.3 Sertifikat, Piagam dan Penghargaan 4.2.4 Tenaga Kerja

ix

4.2.5 Gambaran Proses Industri 4.2.14 Sarana dan Prasarana 4.3 Gambaran Umum Unit K3LL

........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ...........................................

74 77 78 78 78 79 83 83 83 86 90 92 92 94 95 96 99 102 104 107

4.3.1 Gambaran Karyawan 4.3.2 Program yang Sedang Dijalankan 4.4 4.5 Gambaran Area Penelitian

Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif ........................................... ........................................... ...........................................

4.5.1 Gambaran APAR 4.5.1.1 Gambaran Lokasi dan Media APAR

4.5.1.2 Gambaran Penempatan dan Kondisi APAR ........................................... 4.5.1.3 Gambaran Pemantauan dan Pemeliharaan APAR 4.5.2 Gambaran Hidran 4.5.2.1 Gambaran Jenis Hidran 4.5.2.2 Gambaran Penempatan Hidran 4.5.2.3 Gambaran Inspeksi Pemeliharaan Hidran 4.5.3 Gambaran Sprinkler ...............................

........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ...........................................

4.5.4 Gambaran Pompa Pemadam ` 4.5.5 Gambaran Penyediaan Air 4.5.6 Gambaran Detektor Kebakaran 4.5.7 Gambaran Alarm Kebakaran BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.2 Saran Daftar Pustaka

........................................................................... ........................................................................... ...........................................................................

111 113 114

Daftar Tabel Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Magang ...................................................................... 55 Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Magang.......................................................................... 61 Tabel 4.1 Tabel Jumlah Tenaga Kerja...................................................................... 73 Tabel 4.2 Tabel Potensi Kebakaran di Area PLTP Unit IV ................................... 82 Tabel 4.3 Tingkat Efektifitas Jenis Media APAR dengan Kategori Kelas Kebakaran menurut permenaker no 04 tahun 1980 ................................................ 85 Tabel 4.4 Kesesuaian Media APAR yang Terpasang dengan Kategori Kelas Kebakaran ............................................................................................................... 86 Tabel 4.5 Kesesuaian Penempatan dan Kondisi APAR di Area PLTP Kamojang Unit IV dengan Standar Permenaker No. PER/04/1980........................................... 88 Tabel 4.6 Kesesuaian Pemantauan dan Pemeliharaan APAR Standar Permenaker No. PER/04/1980................................................................................. 90 Tabel 4.7 Kesesuaian Penempatan Hidran Area PLTP Kamojang Unit IV dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 ................................................. 94 Tabel 4.8 Kesesuaian Pemeliharaan Hidran dengan Standar PerMen PU No. 24 Tahun 2008 ............................................................................................................ 95 Tabel 4.9 Kesesuaian Sprinkler dengan Standar Permen PU No. 26/PRT /MEN/2008 ............................................................................................................ 98 Tabel 4.10 Kesesuaian Pompa Pemadam dengan Standar Permen PU No 26/PRT/MEN/2008 ................................................................................................. 101 Tabel 4.11 Kesesuaian Penyimpanan Air dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 ................................................................................................. 103 Tabel 4.12 Kesesuaian Detektor Area PLTP Kamojang Unit IV dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 ....................................................................... 106 Tabel 4.13 Kesesuaian Alarm Kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 .................................................. 108

xi

Daftar Gambar Gambar 2.1 Gambar Triangle of Fire Gambar 2.2 Gambar Tetrahendron of Fire Gambar 3.1 Bagan Alur Kegiatan Magang Gambar 4.1 Gambar Logo Pertamina Gambar 4.2 Gambar Proses Industri Geothemal Gambar 4.3 Denah Area PLTP Unit IV Gambar 4.4 APAR Media Dry Powder Gambar 4.5 APAR Media CO2 Gambar 4.6 Presentase Jenis Media APAR Gambar 4.7 APAR yang Tidak Terpasang Gambar 4.8 APAR yang Tidak Ada Tanda Pemasangan Gambar 4.9 Hidran Halaman Gambar 4.10 Hidran Gedung Gambar 4.11 Presentase Jenis Hidran Gambar 4.12 Gambar Sprinkler Gambar 4.13 Pompa Pemadam yang Bersifat Tetap Gambar 4.14 Pompa Pemadam yang Bersifat Portabel Gambar 4.15 Tempat Penyediaan Air Gambar 4.16 Detektor Asap Gambar 4.17 Detektor Panas Gambar 4.18 Bell Alarm Kebakaran Gambar 4.19 Alarm Kebakaran Manual di PLTP Unit IV .................................. 13 .................................. 18 .................................. 60 .................................. 69 .................................. 76 .................................. 80 .................................. 84 .................................. 84 .................................. 84 .................................. 89 .................................. 89 .................................. 92 .................................. 93 .................................. 93 .................................. 97 .................................. 100 .................................. 100 .................................. 103 .................................. 105 .................................. 105 .................................. 107 .................................. 107

xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, keselamatan dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting. Kerugian yang dialami perusahaan apabila terjadi kecelakaan dan atau penyakit akibat kerja tidaklah sedikit. Karena hal ini, perusahaan dituntut dengan menjalankan aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pekerjaannya. Diharapkan dengan dijalaninya aspek-aspek Keselamatan dan kesehatan Kerja produktivitas suatu perusahaan dapat meningkat, dan menciptakan kondisi pekerjaan yang aman, nyaman dan handal. Salah satu sektor yang mendukung perekonomian di Indonesia adalah minyak, gas dan panas bumi. Salah satu perusahaan besar yang mengelola minyak, gas dan panas bumi yang terdapat di Indonesia yaitu Pertamina. Pertamina merupakan perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang ditetapkan berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 (Anonim, 2011) Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero), berdiri sejak tahun 2006 telah diamanatkan oleh pemerintah untuk mengembangkan 15 Wilayah Kerja Pengusahaan Geothermal di Indonesia. Pertamina Geothermal dalam pengusahaanya selalu fokus kepada kegiatan untuk meningkatkan produksi di tiga daerah operasi (Kamojang, Lahendong dan Sibayak). Total produksi

yang dihasilkan dari 3 daerah operasi eksisting sebesar 9,5 juta ton uap dengan pembangkitan 1,3 juta MWh. Selain itu kontribusi dari KOB sebesar 30,37 juta ton uap dan 4,1 juta MWh. Total produksi uap geothermal pertahun sebesar 39,89 juta ton dengan pembangkitan listrik mencapai 5,36 juta MWh (Anonim, 2008). Menurut keputusan menteri tenaga kerja Republik Indonesia no 186 tahun 1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja, Pertamina Geothermal Energy (PGE) ini berpotensi untuk terjadinya kebakaran. Untuk itu diperlukannya manajemen sistem tanggap darurat kebakaran yang baik dan personil terlatih yang lebih banyak. Menurut Ramli (2010:16) kebakaran adalah api yang menjalar dan tidak terkendali, yang berarti diluar kemampuan dan keinginan manusia. Oleh karena itu diperlukannya sistem pencegahan kebakaran serta sistem penanggulangan kebakaran. Pencegahan kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya kebakaran dan penanggulangan kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka memadamkan kebakaran. Sedangkan penanggulangan kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka memadamkan kebakaran (Perda DKI No.8 2008). Kebakaran dan ledakan (blow out) merupakan hal yang sangat sering terjadi seperti kebakaran yang terjadi di gudang limbah plastik dan busa terbesar di kota Tangerang kawasan industri Jatiuwung, dalam kebakaran ini kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. (Syamsuri, Berita Fokus, 2008). Sebuah kantor sekaligus gudang farmasi milik PT Indo Farma Global Medika di Medan, Sumatera Utara ludes terbakar. Api menghanguskan bangunan dan seluruh isi gudang dan kantor. Kerugian akibat kebakaran ini ditaksir mencapai 10 miliar rupiah. Dugaan penyebab kebakaran adalah

konsleting listrik. Pasca kebakaran sejumlah karyawan terlihat kebinggungan mereka khawatir terjadi pemutusan hubungan kerja (Iriawan, Berita Fokus, 2010). Kebakaran juga pernah terjadi untuk kedua kalinya di pabrik balon PT Latexindo Internusa yang berada di Jalan Semanan, Jakarta Barat. Kobaran api diduga disebabkan oleh gagalnya mesin produksi. Percikan api dari mesin produksi ini dengan cepat membesar, karena banyaknya cairan kimia dan bahan karet yang mudah terbakar. Api baru bisa dijinakkan 1,5 jam kemudian setelah petugas pemadam kebakaran mengerahkan 19 unit mobil pemadam kebakaran (Santoso, Berita Fokus, 2009). Kebakaran juga pernah terjadi di PT Pertamina RU IV Cilacap Tangki 31-T2, Akibat kencangnya angin di sekitar lokasi, menyebabkan tangki di sebelah kanan yaitu tangki 31-T3 juga ikut terbakar (Rifai, Berita Okezone, 2011). Berita yang dituliskan oleh kompas (dikutip oleh Iskandar 2008), kebakaran yang terdapat di pasar Tanah Abang pada tahun 2003, kebakaran bisa terjadi karena sistem sprinkler dan hidran tidak dapat berfungsi dengan baik. Menurut laporan investigasi kebakaran PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, walaupun tidak pernah terjadi kebakaran saat produksi berlangsung tetapi pernah terjadi kebakaran di warung kupat tahu Ibu Epon yang berada di sebelah gedung workshop Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang. Ledakan (blow out) pernah terjadi di tandon solar yang terjadi di sebuah pabrik rambut palsu di Jalan Raya Sedati Nomor 37, Desa Wedi, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (14/1). Seorang pekerja tewas dan dua lainnya terluka parah akibat kejadian ini (Berita Metrotv, 2011). Pabrik petasan di Indramayu,

Jawa Barat, meledak dan menyebabkan satu orang tewas. Tidak hanya itu, ledakan juga merusak sejumlah bangunan semi permanent. Ledakan juga mengakibatkan salah seorang pemilik pabrik yang tengah meracik tewas di tkp (Koran Sindo, 2011). Kerugian dari terjadinya kebakaran dan ledakan tentunya sangatlah banyak, ada kerugian yang bersifat fisik ada juga kerugian yang bersifat psikis. Kerugian fisik dari terjadinya kebakaran dan ledakan yaitu kerugian materiil, kerugian waktu kerja, kurangnya produktifitas, hilangnya dokumen penting, cedera, luka bakar atau sampai dapat terjadi kematian. Sedangkan kerugian psikis yaitu kepanikan, ceroboh, rasa tidak nyaman, rasa takut, dapat menjadi trauma terhadap sesuatu. Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008). Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus (PerMen PU No.

26/PRT/M/2008). Alat-alat deteksi kebakaran diperlukan untuk mendeteksi saat awal terjadi kebakaran. Detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya kebakaran dan mengawali suatu tindakan (SNI 03-3985-2000). Alat-alat deteksi kebakaran dibagi menjadi 4, yaitu detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan detektor gas kebakaran. Masing-masing detektor tersebut mempunyai zat yang

dideteksinya serta sensitifitasnya masing-masing. Alat-alat deteksi ini kemudian dirangkai sedemikian rupa dengan alarm otomatis sehingga ketika detektor mendeteksi, alarm langsung berbunyi sebagai peringatan bahwa adanya kebakaran. Alat-alat pemadam, mulai dari alat pemadam untuk awal terjadi kebakaran ringan sampai alat pemadam lanjut untuk kebakaran besar. Salah satu alat yang diperlukan untuk pemadaman awal kebakaran ringan adalah Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran (Permenakertrans No. Per 04/MEN/1980). Sedangkan alat pemadam yang digunakan ketika api sudah membesar adalah sprinkler dan hidran. Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008). Sprinkler adalah pemadam kebakaran yang dipasang secara tetap didalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis menyemprotkan air ditempat terjadi kebakaran (SNI 03-3989-2000). Untuk sistem proteksi kebakaran aktif diperlukannya pemantauan dan 5

pemeliharaan lebih lanjut untuk memastikan bahwa ketika terjadi kebakaran sarana proteksi kebakaran tersebut dapat digunakan. Keberadaan sarana proteksi kebakaran aktif menjadi sangatlah penting, karena sebelum adanya kebakaran besar tentunya didahului dengan adanya kebakaran kecil. Ketika kebakaran kecil sudah dapat ditangani atau dipadamkan secara baik, tentunya kebakaran yang besar tidak akan terjadi. Oleh karena itu penting untuk mengetahui gambaran sistem proteksi kebakaran aktif. Standar yang digunakan dalam laporan ini adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 24 Tahun 2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No : Per.04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan. Penelitian dilakukan oleh mahasiswa di area PLTP Unit IV karena potensi kebakaran yang lebih tinggi terdapat pada area ini terutama dari adanya warehouse yang didalamnya terdapat material kelas A dan B dengan jumlah yang banyak dan berdekatan sehingga jika terjadi kebakaran api dapat menjalar dengan cepat, sarana proteksi yang dipasang pada area ini juga lebih lengkap yaitu adanya APAR, hidran, sprinkler, pompa pemadam, penyediaan air, detektor kebakaran dan alarm kebakaran, dan apabila terjadi kebakaran pada area ini maka ada kemungkinan proses produksi akan berhenti karena sebagian besar proses produksi terdapat pada area ini. Karena pentingnya sarana proteksi kebakaran yang telah dipaparkan diatas, penting untuk diketahuinya gambaran sistem proteksi kebakaran aktif. Sehingga jika terjadinya kebakaran seluruh sistem proteksi aktif dapat benar-benar dapat digunakan

untuk memadamkan api. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat tema mengenai sistem proteksi kebakaran aktif ketika magang berlangsung, yaitu dengan judul Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Tahun 2012 Jl Raya Kamojang, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Bandung, Jawa Barat. 1.2 Tujuan Magang 1.2.1 Tujuan Umum Mengetahui sarana proteksi kebakaran aktif di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012. 1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran umum perusahaan dan seluruh kegiatan yang berlangsung di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012 2. Diketahuinya gambaran umum kegiatan yang berlangsung di divisi K3LL PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012 3. Diketahuinya gambaran APAR di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012. 4. Diketahuinya gambaran hidran di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012. 5. Diketahuinya gambaran sprinkler otomatis di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012.

6. Diketahuinya gambaran pompa pemadam di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012. 7. Diketahuinya gambaran penyimpanan air di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012. 8. Diketahuinya gambaran detektor kebakaran di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012. 9. Diketahuinya gambaran alarm kebakaran di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tahun 2012. 1.3 Manfaat 1.3.1 Untuk Perusahaan

a. Perusahaan dapat menjalankan program perusahaan yang berada di sector edukasi. b. Perusahaan diharapkan dapat melibatkan mahasiswa dalam melaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perusahaan dan semua aktifitas yg berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). c. Dapat membuka peluang kerjasama antara PT Pertamina Geothermal Energy kawasan Kamojang Garut dengan program studi Kesehatan Masyarakat, khususnya di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) d. Perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan dan mempertimbangkan atas masukan-masukan yang diberikan oleh mahasiswa sebagai perbaikan.

1.3.2

Untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Dapat membuka peluang kerjasama antara program studi Kesehatan Masyarakat dengan PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang. b. Laporan dapat dijadikan bahan tambahan bacaan mengenai gambaran sistem proteksi aktif kebakaran. 1.3.3 Untuk Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat mengenal secara dekat dan nyata karakteristik dan kondisi lingkungan kerja nyata b. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu, khususnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan pengetahuan yang telah diperoleh di bangku perkuliahan pada tempat kerja sesungguhnya. Serta dapat membandingkan teori dan kenyataan yang ada dilapangan. c. Mahasiswa dapat memberikan kontribusi positif terhadap institusi, khususnya dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 1.4 Ruang Lingkup Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang yang terletak di jalan Raya Kamojang, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Bandung, Jawa Barat. Judul penelitian dari kegiatan magang ini adalah Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Tahun 2012. Kegiatan magang ini dilakukan oleh mahasiswa semester

VIII peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta selama 30 hari kerja terhitung mulai 30 Januari sampai 9 Maret tahun 2012. Mahasiswa melakukan pengambilan data primer yang berupa wawancara dan observasi; dan dilakukan pengambilan data sekunder untuk mendukung data-data primer.

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kebakaran Menurut Ramli (2010:16) dalam bukunya Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management) kebakaran adalah api yang menjalar dan tidak terkendali, yang berarti diluar kemampuan dan keinginan manusia. Menurut Perda DKI No.3 tahun 1992 Definisi kebakaran secara umum adalah suatu peristiwa atau kejadian timbulnya api yang tidak terkendali yang dapat membahayakan keselamatan jiwa maupun harta benda. Menurut NFPA 10, secara umum kebakaran didefinisikan sebagai : suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu ; bahan bakar yang mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energy atau panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera bahkan kematian (Prawira, Skripsi, 2009: 8). Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan dimana terdapat unsur-unsur yang membentuknya yaitu terdiri dari bahan bakar, oksigen dan sumber panas yang membentuk suatu reaksi oksidasi dan menimbulkan kerugian fisik dan psikis. 2.2 Unsur-unsur Terjadinya Kebakaran Berdasarkan definisi kebakaran diatas, maka suatu kebakan akan terjadi ketika material atau benda yang mudah terbakar dengan cukup oksigen atau bahan yang mudah 11

teroksidasi bertemu dengan sumber panas dan menghasilkan reaksi kimia. Untuk membentuk suatu kebakaran maka diperlukan adanya unsur-unsur yang satu sama lain saling mempengaruhi, tanpa adanya salah satu unsur pembentuknya maka kebakaran tidak akan terjadi. Api adalah suatu massa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan dalam proses kimia oksidasi yang berlangsung dengan cepat dan disertai pelepasan energi atau panas. Timbulnya api ini sendiri disebabkan oleh adanya sumber panas yang berasal dari berbagai bentuk energi yang dapat menjadi sumber penyulutan dalam segitiga api (National Fire Protection Association/NFPA 10, 1998). Menurut Kusuma Yuriadi dalam bukunya Sistem Mekanikal Gedung (2005: 1920) kebakaran berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas dan Material yang mudah terbakar ( bahan bakar ). Keseimbangan unsur unsur tersebutlah yang menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah definisi singkat mengenai unsur unsur tersebut : a. Oksigen Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting dalam pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan pembakaran suatu benda. Kadar oksigen yang kurang dari 12 % tidak akan menimbulkan pembakaran. b. Panas Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu / temperatur,

12

sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber sumber panas tersebut dapat berupa sinar matahari, listrik, pusat energi mekanik, pusat reaksi kimia dan sebagainya. c. Bahan yang Mudah Terbakar Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur terendah suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api. Bahan makin mudah terbakar bila memiliki titik nyala yang makin rendah. Dari ketiga unsur unsur di atas dapat digambarkan pada segitiga api.

Gambar 2.1 Gambar Triangle of Fire Sumber : www.safetysign.co.id Setelah adanya penelitian lebih lanjut, ternyata terdapat penambahan 1 unsur dalam proses terjadinya kebakaran, yaitu adanya rantai reaksi kimia. Sehingga Triangle of Fire berubah nama

13

menjadi Tetrahendron of Fire. Dalam Tetrahedron of Fire proses terjadinya api mempunyai 4 unsur yaitu :

a. Bahan bakar atau Bahan Pereduksi

Berdasarkan sifatnya, bahan bakar atau bahan pereduksi dapat dibagikan atas 3 (tiga) kelompok, yaitu: - Bahan bakar padat, contoh : kayu, kertas, dll. - Bahan bakar cair, contoh : minyak bumi, bahan pelarut, dll. - Bahan bakar gas, contoh : LNG, LPG

Bahan bakar yang dapat terbakar apabila kontak dengan energi panas adalah bahan bakar yang mengandung unsur-unsur : magnesium, titanium, sulfur, dan kebanyakan senyawa yang mengandung unsur-unsur carbon, hidrokarbon, oxygen dan nitrogen. Hampir disemua tempat dan semua organisme hidup mengandung unsur-unsur carbon, hidrogen, oxygen dan nitrogen.Contohnya kayu, kertas dan textil.

b. Zat asam (oxygen) Oxygen adalah dalam unsur yang terbanyak, kira-kira 21% volume, 90% berat air laut, 50% berat kerak bumi dan 60% berat tubuh manusia terdiri unsur tersebut. Untuk mendukung proses kebakaran (api) diperlukan oksigen antara 10% - 20% volume udara.Pada beberapa reaksi kimia untuk terjadi proses kebakaran tidak diperlukan oksigen karena pada proses reaksi zat tersebut sudah cukup oksigen sehingga proses pembakaran dapat terjadi. Zat tersebut disebut zat pengoksida (oxidizing agents), misal : hydrogen peroxide, ozone, nitrat, chlorat, perchlorat perotide. Oksigen itu sendiri tidak

14

bisa terbakar, tetapi adalah pendukung terhadap perubahan.Kandungan oksigen yang tinggi, akan menaikan panas pembakaran dan oksidasi atau proses pembakaran akan lebih cepat. c. Sumber Energi - Energi Kimia Salah satu contoh sumber panas yang berasal dari reaksi kimia adalah pemanasan spontan yang terjadi pada reaksi oksidasi beberapa bahan organik, reaksi oleh bakteri pada bahan organik hasil pertanian. - Energi Listrik Oleh tenaga listrik dapat dihasilkan panas yang cukup tinggi sebagai sumber penyalaan panas yang dihasilkan ini misalnya dalam bentuk : bocoran arus listrik, listrik statis, busur listrik, petir atau kilat. - Energi mekanik Tenaga panas dari proses mekanik dapat disebabkan oleh gesekan dua bahan yang sifatnya menahan panas, misalnya : batu gosok atau kayu kering. Contoh lain adalah gesekan dua logam yang mengandung zat besi (Fe). Contoh dan prinsip ini adalah mesin diesel dimana pertama-tama dimampatkan (ditahan) dalam selinder mesin, setelah itu kabut bahan bakar di injeksikan ke dalam silinder, sehingga oleh pemampatan udara akan timbul cukup panas untuk menyalakan bahan bakar.

15

- Energi Nuklir Energi panas yang sangat besar dapat dihasilkan dari inti atom (nucleus), karena penembakan (bom barder) oleh energi partikel. Tenaga nuklir dapat dikeluarkan dalam bentuk panas, tekanan dan radiasi. Beberapa unsur di alam yang dapat menghasilkan energi nuklir disebut Radio-isotop, misalnya : uranium. Plutonium, atau radium. d. Reaksi Pembakaran Berantai Dari hasil penyelidikan yang terjadi dalam proses pembakaran yang normal, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran yaitu : CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil yang lain dari reaksi ini adalah atom bebas (free atom) oxygen dan hydrogen yang disebut radicals, yaitu bentuk hydroxil (simbol OH).Bila ada 2 gugus OH, mungkin pecah menjadi H2O dan radical bebas O. (2OH 2H2O + O radical) Berikut adalah gambar Tetrahendron of Fire:

Gambar 2.2 Gambar Tetrahendron of Fire Sumber : www.artikelk3.com

16

2.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran Menurut Kusuma Yuriadi dalam bukunya Sistem Mekanikal Gedung (2005: 22-23) penyebab terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut: a. Faktor Manusia Faktor manusia biasanya terjadi karena kesalahan manusia yang dapat berupa kurang hati hati dalam menggunakan alat yang dapat menimbulkan api atau kurangnya pengertian tentang bahaya kebakaran. Sebagai salah satu contoh merokok atau memasak. b. Faktor Teknis Faktor teknis biasanya disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah, pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau kebocoran. Atau dapat juga berupa penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan pendek listrik. c. Faktor Alam Merupakan penyebab terjadinya kebakaran yang disebabkan oleh keadaan alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran, atau sambaran petir yang menyebabkan kebakaran.

17

d. Kebakaran yang Disengaja Kebakaran yang disengaja biasanya diciptakan sendiri oleh manusia sengan sengaja, seperti huru hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi. Menurut Sumamur dalam (Akbar, 2011) menyebutkan beberapa peristiwa yang dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut: a. Nyala api dan bahan-bahan pijar Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik, mulai terbakar dan bernyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau tidak tergantung dari: - Sifat benda padat Sifat dari benda tersebut berbeda-beda, ada yang mungkin sangat mudah, agak mudah dan sukar terbakar. - Besarnya benda padat tersebut Jika benda padat tersebut sedikit, tidak cukup timbul panas untuk teradinya kebakaran. - Keadaan zat padat Keadaan zat padat seperti mudahnya terbakar kertas atau kayu-kayu lempengan tipis oleh karena relatif luasnya permukaan yang bersinggungan dengan oksigen.

18

- Cara menyalakan zat padat Cara menyalakan zat padat misalnya menyalakan diatas atau sejajar dengan nyala api. - Benda pijar Benda pijar mudah atau tak mudah terbakar, akan menyebabkan terbakarnya benda lain, jika bersentuhan dengannya. Suatu benda tak mudah terbakar akan

menyebabkan terbakarnya bahan mudah terbakar bersinggungan dengannya. b. Penyinaran . Terbakanya suatu bahan yang mudah terbakaroleh benda pijar oleh nyala api tidak perlu atas dasar persentuhan. Semua sumber panas memanacarkan gelombanggelombang elektomagnetis yaitu sinar inframerah. Jika gelombang ini mengenai benda, maka pada benda tersebut dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Benda

tersebut menjadi panas dan jika suhunya terus naik, maka pada akhirnya benda tersebut akan menyala.Kayu yang diletakkan sekitar tungku yang berpijar akhirnya akan menyala, sekalipun tidak dikenai api. c. Peledakan uap atau gas. Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi akan meluas dengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas yntuk menyala atau meledak. Batas-batas kadar ini tergantung terhadapbahan yang bersangkutan. Cepatnya api menjalar tergantung kepada sifat zat, suhu dan tekanan udara berkisar diantara 1 sampai

19

2.000 m per detik. Kecepatan ini menentukan besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh peledakannya. d. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair. Debu-debu dari zat-zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang berupa suspensi di udara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau uap dalam udara dan dapat meledak. e. Percikan api. Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi penyebab terbakarnya campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasnya percikan api tak dapat menyebabkan tebakarnya benda padat, oleh karena tidak cukupnya energi dan panas yang ditimbulkan akan menghilang dialam benda padat. Percikan api mungkin terbentuk sebagai akibat arus listrik. Dalam hal demikian, percikan api listrik timbulpada pemutusan hubungan arus terutama pada kumparan yang bertenaga listrik, Pada tempattempat kontak dua sambungan, pada pengosongan listrik ditempat elektroda-elektroda dan lain-lain sebagainya. Percikan api dapat pula timbul oleh karena kelistrikan statis sebagai akibat dua benda yang bererak, Seperti terjadi pada pengisian bahan bakar minyak. Dalam hal ini bahan bakar dengan berat jenis lebih besar adalah lebih berbahaya, oleh karena bahan yang ringan akan cepat menguap dan tak terjadi pembakaran. Oleh karena bahan yang ringan akan cepat menguap dan tak jadi pembakaran. Percikan api yang dikarenakan beradunya secara kuat dua benda dapat membakar pula campuran gas atau uap da udara

20

yang mudah menyala. Agar agar mekar pula campran gas atau uap dan udara yang mudah menyala. Agar menyebabkan nyala api, Percikan api dari sumber listrik atau mekanik sekurang-kurangnya harus bertenaga 0,1 mJ. Juga percikan api sebagai akibat gesekan dua permukaan mungkin berbahaya. Sebagai contoh adalah penggerindaan logam bukan besi seperti gelas flint yang ringan. f. Terbakar sendiri Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar minerl yang padat atau zat-zat organis.apabila peredaran udara cukup besar untuk terjadinya proses oksidasi, tetapi tidak cukup untuk mengeluarkan panas yang tejadi. Peristiwa-peristiwa ini dipercepat oleh tingkat kelembaban.Dalam hal mineral, zat tertentu seperti besi mungkin bertindak sebagai katalisator bagi proses, sedangkan untuk bahan-bahan organis, peranan bakteri adalah penting. Kebanyakan minyak mudah teroksidasi, terutama minyak tumbuh-tumbuhan. Banyaknya panas yang terjadi ditentukan oleh luas permukaan yang bersinggungan dengan udara. Permukaan ini akan diperluas, jika minyak dihisap oleh permukaanpermukaan seperti debu atau sampah-sampah halus. Panas yang timbul akan beerkumpul, oleh karena bahan-bahan yang menyerap minyak buka penghnatar panas. Akibatnya, bahan tersebut akan terbakat dalam waktu yang singkat. g. Reaksi kimiawi Reaksi-reaksi kimiawi tertentu menghasilkan cukup panas dengan akibat terjadinya kebakaran. Fosfor kuning teroksidasi sangat cepat, bila bersinggungan dengan

21

udara. Bubuk besi yang halus (besi pirofor) pijar dalam udara dan mungkin kebakaran. Kalsium karbida mengurai secara eksotermis, ji9ka terkena air dan membebaskan gas asetilen yang mungkin meledak atau terbakar oleh panas yang terjadi.Natrium dan kalium beraksi keras dengan air dan membebakan zat air yang mungkin terbakar, jika suhu naik melebihi 40oC. Asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik akan menyebabkan nyala api. Seluloid akan mengurai pada suhu 100 oC, mungkin menyala pada suhu 150 oC sebagai akibat zat asam yang dikandungnya dan mungkin meledak, bila di simpan alam wadah tertutup. Zat-zat yang bersifat mengoksidasi seperti hidrogen peroksida, klorat, perklorat,Borat, perborat dan lain-lain yang membebaskan oksigen pada pemanasan, dengan aktif meningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan terbakarnya bahan-bahan yang dapat dioksidasi. Sekalipun tidak ada panas yang datang dari luar, bahan yang mengoksidasi dapat mengakibatkan terbakarnya zat-zat organik, terutama jika bahan organik terdapat dalam bentuk partikel atau jika kontak terus menerus dengan zat yang mengoksidasi tersebut. Zat asam murni, terutama yang dikempa, mungkin menjadi sebab kebakaran atau peledakan, jika bersentuhan dengan bahan-bahan yang dapat terbakar. Maka dari itu, minyak atau gemuk tidak boleh dipakai untuk perawatan silinder oksigen atau katupnya. h. Peristiwa-peristiwa lain. Gesekan antara dua benda menghasilkan panas, yang semakin banyak menurut besarnya koefisien gesekan. Manakala panas yang timbul lebih besar dari kecepatan hilangnya panas ke lingkungan, kebakaran mungkin terjadi seperti pada mesin yang 22

kurang minyak atau gemuk. Penekanan gas secara adiabatis menimbulkan panas, yang mungkin berakibat peledakan dengan terbakarnya minyak pelumas, Jika kompresor tak diinginkan atau peledakan silinder-silinder yang bertekanan. Agar pembakaran sempurna, Zat asam dalam jumlah yang cukup diperlukan untuk mengubah bahan-bahan yang terbvakar menjadi benda-benda yang lengkap. Jika udara tidak cukup, bahan yang terbakar mengurai dan menghasilkan asap serta karbonmonooksida. Asap terdiri dari noktah-noktah padat atau cair yang melayang dan bergerak dengan gas-gas hasil pembakaran. 2.4 Klasifikasi Kebakaran 2.4.1 Kategori Kebakaran Kategori kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar. Dengan adanya kategori tersebut, akan lebih mudah dalam pemilihan media pemadaman yang dipergunakan untuk memadamkan kebakaran. Berikut adalah kategori Kebakaran Menurut Permenaker Per-04/MEN/1980 : a. Kelas A : Kebakaran bahan padat kecuali logam. b. Kelas B : Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar c. Kelas C : Kebakaran instalasi listrik bertegangan d. Kelas D : Kebakaran logam Sedangkan kategori kebakaran menurut NFPA, kategori kebakaran dibagi menjadi 5, yaitu adalah sebagai berikut: a. Kelas A yaitu kebakaran pada material yang mudah terbakar, misalnya

23

kebakaran kertas, kayu, plastic, karet, busa dan lain-lain b. Kelas B yaitu kebakaran bahan cair yang mudah menimbulkan nyala api (flammable) dan cairan yang mudah terbakar (combustible) misal kebakaran bensin, solven, cat, alcohol, aspal, gemuk, minyak, gas LPG, dan gas yang mudah terbakar. c. Kelas C yaitu kebakaran listrik yang bertegangan d. Kelas D yaitu kebakaran logam, misalnya magnesium, titanium, sodium, lithium, potassium, dll. e. Kelas K Kebakaran pada peralatan memasak dimana termasuk medianya seperti minyak sayur-sayuran dan hewan, dan lemak. Menurut modul HSE Pertamina No 11 yang berjudul Aspek Kebakaran, berdasarkan jenis pemadamannya atau penyebab timbulnya api, kebakaran dikelompokkan menjadi 5 kelas, yaitu: a. Kelas A: kebakaran / api yang ditimbulkan oleh bahan bakar padat yang umumnya mengandung unsur karbon seperti kayu, kertas plastik, kain, karet dsb. Pemadaman untuk api kelas A ini dapat dengan menggunakan pemadam api kelas A yakni air, foam, dry power / dry chemical, CO2. api kelas A diperuntukkan untuk bahan-bahan yang jika terbakar menghasilkan sisa pembakaran berupa abu. b. Kelas B: kebakaran / api yang ditimbulkan oleh bahan bakar cair. Pemadaman api kelas B ini dapat dengan menggunakan foam, dry chemical / dry powder. c. Kelas C: kebakaran yang ditimbulkan oleh peralatan listrik. Pemadaman ini

24

dapat dilakukan dengan CO2 atau dry chemical. Foam meskipun dapat digunakan tetapi tidak disarankan karena dapat merusak peralatan listrik d. Kelas D: kebakaran / api yang ditimbulkan oleh bahan logam / metal seperti magnesium, sodium, potasium, dan alumunium. Pemadaman api kelas D ini dapat dengan menggunakan bahan kimia kering khusus, seperti bahan berbasis Sodium Klorida, lemak, pasir. e. Diluar kelas diatas tersebut, ada tambahan kelas untuk kebakaran yang diakibaktkan oleh bahan-bahan dapur yakni api kelas K (untuk mudah mengungat K adalah kitchen). Kebakaran khusus dari dapur karena minyak goreng atau lemak (cooking oil atau fats) yang jika dalam keadaan terlalu panas akan mencapai titik nyala sendiri (auto ignition) 2.4.2 Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran adalah pengelompokan atas hunian untuk disesuaikan dengan fasilitas penanggulangan kebakaran yang diperhitungkan Dalam SNI 03-3987-1995, klasifikasi bahaya kebakaran digolongkan dalam 3 golongan, yaitu: a. Bahaya Kebakaran Ringan Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat hanya sedikit barang-barang jenis A yang dapat terbakar, termasuk perlengkapan, dekorasi dan semua isinya. Tempat yang mengandung bahaya ini meliputi bangunan perumahan (hunian), pendidikan (ruang kelas), kebudayaan, kesehatan dan keagamaan.

25

Kebakaran berdasarkan perhitungan bahwa barang-barang dalam ruangan bersifat tidak mudah terbakar, atau api tidak mudah menjalar. Di sini juga termasuk barang-barang jenis B yang ditempatkan pada ruang tertutup dan tersimpan aman. b. Bahaya Kebakaran Menegah Bahaya kebakaran pada tempat dimana terletak barang-barang jenis A yang mudah terbakar dan jenis B yang dapat terbakar dalam jumlah lebih banyak dari pada yang terdapat di tempat yang mengandung bahaya kebakaran ringan. Tempat ini meliputi bangunan perkantoran, rekreasi, umum, pendidikan (ruang praktikum). c. Bahaya Kebakaran Tinggi Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat barang-barang jenis A yang mudah terbakar dan jenis B yang dapat terbakar, yang jumlahnya lebih banyak dari yang diperkirakan dari jumlah yang terdapat pada bahaya kebakaran menengah. Tempat ini meliputi bangunan transportasi (terminal), perniagaan (tempat pameran hasil produksi, show room), pertokoan, pasar raya, gudang. 4.5 Penanggulangan Kebakaran Menurut Kusuma Yuriadi dalam bukunya Sistem Mekanikal Gedung (2005: 26 27), karena kebakaran adalah suatu yang dapat menyebabkan banyaknya kerugian, oleh karena itu perlu diperhatikan penanggulangannya, yaitu segala upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan dan memadamkan api serta memperkecil kerugian akibat kebakaran. Penanggulangan dapat dilakukan sebelum, pada saat dan sudah terjadi kebakaran. Usaha usaha yang dapat dilakukan yaitu usaha pencegahan kebakaran, usaha proteksi kebakaran dan usaha pemadaman kebakaran. 26

a. Pencegahan Kebakaran Pencegahan dalam hal ini adalah adalah istilah untuk menunjukkan cara yg dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran atau dapat dengan program-program pencegahan kebakaran. Usaha ini pada mulanya dilakukan oleh pihak yang berwenang dan menuntut peran serta dari masyarakat. Sedangkan usaha usaha yang dilakukan Pemerintah adalah : 1) Mengadakan dan menjalankan undang undang / peraturan daerah seperti : - Undang undang gangguan yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat tinggal atau tempat mendirikan bangunan. - Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang ketentuan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada gedung bertingkat. - Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 tahun 1992 tentang ketentuan penanggulangan bahaya kebakaran dalam wilayah DKI Jakarta. 2) Mengadakan perbaikan kampung yang meliputi sarana sarana fisik berupa pembuatan jaringan jalan dan sarana sanitasi, serta meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk. 3) Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat yang berkaitan dengan masalah kebakaran, perlu ditekankan bahwa undang undang / peraturan daerah yang ada serta penyuluhan penyuluhan yang diadakan sama sekali tidak berguna bila tidak dijalankan dengan baik.

27

b. Proteksi Kebakaran Proteksi kebakaran adalah istilah untuk prosedur pencegahan kebakaran, deteksi kebakaran dan pemadaman kebakaran. Proteksi kebakaran yaitu mencakup fasilitas system proteksi kebakaran dan sumber daya manusia penanggulangan kebakaran. Sistem proteksi kebakaran adalah suatu sistem pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada suatu bangunan dan lingkungannya dengan cara mendeteksi sekaligus menanggulanginya dengan cepat dan tepat, sehingga tidak menimbulkan kebakaran yang lebih besar. Sistem proteksi kebakaran ini dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu: 1) Sistem proteksi kebakaran aktif Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus. Contoh sistem proteksi kebakaran aktif adalah APAR, monitor, sprinkler, hidran, fire truck, detektor kebakaran, dll. Sistem proteksi aktif ada yang sifatnya portable misalnya APAR, ada juga yang sifatnya fix misalnya water sprinkler, heat detector (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008). 2) Sistem proteksi kebakaran pasif Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap

28

api, serta perlindungan terhadap bukaan. Sedangkan contoh sistem proteksi kebakaran pasif yaitu fire proofing, konstruksi yang didesain tahan api, Pintu yang didesain khusus untuk mengontrol asap, struktur bangunan yang terbuat dari bahan tahan api misalnya baja, dll (PerMen PU No. 26/PRT/M/2008). c. Pemadaman Kebakaran Kebakaran dapat dilakukan pemadaman dengan menghilangkan unsur - unsur yang dapat menyebabkan kebakaran terjadi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa unsur-unsur tersebut adalah sumber panas, oksigen, dan bahan bakar. Unsurunsur tersebut akan bereaksi secara kimia dan dapat menyebabkan kebakaran. Oleh karena itu, teori pemadaman api itu sendiri adalah dengan menghilangkan unsur dan terjadilah pemutusan reaksi sehingga kebakaran yang terjadi tidak semakin membesar. Menurut NFPA 10 edisi 1991 (seperti dikutip oleh Estria Cintha, 2008) dijelaskan bahwa teknik-teknik pemadaman antara lain : 1) Cooling/Pendinginan Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan menghilangkan panas serta mendinginkan permukaan dan bahan yang terbakar dengan bahan semprotan air sampai menmencapai suhu dibawah titik nyalanya. Atau dengan kata lain mengurangi/ menurunkan panas sampai benda yang terbakar mencapai suhu dibawah titik nyalanya (flash point). Pendinginan permukaan yang terbakar tersebut akan menghentikan proses terbentuknya uap.

29

2) Smothering/Penyelimutan Kebakaran dapat juga dipadamkan dengan menghilangkan unsur oksigen atau udara. Menyelimuti bagian yang terbakar dengan karbondioksida atau busa akan menghentikan suplai udara. Biasa juga dikenal dengan sistem pemadaman isolasi/lokalisasi yaitu memutuskan hubungan udara luar dengan benda yang terbakar, agar perbandingan udara dengan bahan bakar tersebut berkurang. 3) Starvation/Memisahkan bahan yang terbakar Suatu bahan yang terbakar dapat dipisahkan dengan jalan menutup aliran yang menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan supplai bahan bakar yang dapat terbakar. Yaitu mengurangi atau mengambil jumlah bahan-bahan yang terbakar menutupi aliran bahan yang terbakar. 4) Memutus Rantai Reaksi Pemutusan rantai reaksi pembakaran dapat juga dilakukan secara fisik, kimia atau kombinasi fisik-kimia. Secara fisik nyala api dapat dipadamkan dengan peledakan bahan peledak ditengah-tengah kebakaran. Secara kimia pemadaman nyala api dapat dilakukan dengan pemakaian bahan-bahan yang dapat menyerap hidroksit (OH) dari rangkaian reaksi pembakaran. Bahan-bahan tersebut dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu : - logam alkali berupa tepung kimia kering (dry chemical). - Ammonia berupa tepung kimia kering - Halogen yeng berupa gas dan cairan

30

2.6 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif 2.6.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 2.6.1.1 Pengertian APAR Adapun pengertian-pengertian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah sebagai berikut : a. Menurut (Permenakertras No. PER.04/MEN/1980) Alat pemadam api ringan adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadinya kebakaran b. Menurut SNI 03-3987-1995 APAR adalah pemadam api ringan yang ringan, mudah dibawa / dipindahkan dan dilayani oleh satu orang dan alat tersebut hanya digunakan untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran pada saat api belum terlalu besar. 2.6.1.2 Jenis-jenis dan Klasifikasi APAR Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) menurut permenakertrans no per 04/men/1980 adalah sebagai berikut : a. Serbuk kimia kering (dry chemical) Media yang digunakan dalam APAR ini adalah partikel-partikel kimia yang mencakup sodium bikarbonat, potassium bikarbonat, potassium bikarbonat berbahan dasar urea, potassium klorida atau mono kromonium fosfat yang dicampur secara khusus sehingga dapat menyerap panas. Cara kerja dari pemadam ini adalah dengan merusak

31

reaksi kimia pembakaran dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan yang terbakar (Dry chemical memadamkan api dengan memisahkan empat bagian api tetrahedron). Untuk jenis ini dapat digunakan untuk kelas kebakaran A, B, maupun C. b. Air Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran telah digunakan dari zaman dahulu sampai sekarang. Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik mengambil panas (colling) dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat (kelas A) karena dapat menembus sampai bagian dalam (Modul K-03 Depnaker). Ada tiga macam APAR air, yaitu : air dengan pompa tangan, air bertekanan, dan asam soda/soda acid. APAR dengan media air ini tidak dianjurkan digunakan untuk : Kebakaran pada perangkat listrik yang bertegangan (Kelas C). Kebakaran logam (Kelas D). Kebakaran minyak dan cairan yang mudah terbakar (Kelas B). Untuk jenis pemadam ini biasanya digunakan hanya untuk jenis kebakaran kelas A saja. c. Busa (Foam) Ada dua macam busa yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dibuat dari gelembung yang berisi antara lain zat arang dan CO2, sedangkan busa mekanik dibuat dari campuran zat arang dengan udara. Salah satu APAR jenis foam ialah AFFF. Aqueous Film Forming Foam atau AFFF adalah campuran busa yang dilarutkan dalam air, berfungsi sebagai penghalang tercampurnya udara dengan uap bahan bakar dengan cara membentuk lapisan film hidrokarbon pada permukaan bahan bakar untuk

32

menekan timbulnya uap bahan bakar. Biasanya digunakan untuk jenis kelas kebakaran D. Keuntungan penggunaan foam/busa adalah dapat menutupi permukaan yang terbakar dan timbul pada permukaan. Sedangkan kerugian penggunaan foam/busa adalah tidak dapat memadamkan kebakaran listrik, dan meninggalkan bekas busa d. Halon (cairan mudah menguap) Biasanya digunakan untuk memadamkan jenis kebakaran kelas C. Namun saat ini sudah jarang digunakan karena mempunyai efek samping terhadap ozon. Gas Halon bersifat stabil, sehingga bila terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 4850C akan mengalami proses penguraian. Zat-zat yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut akan mengikat unsure hydrogen dan O2 dari udara, sehingga memutus rantai reaksi kimia pada proses pembakaran dan menghasilkan beberapa unsur baru yang diantaranya antara lain : Hydrogen Fluida (HF), Hydrogen Bromida (HBr), dan senyawa-senyawa carbon halide (COF2 dan COBr2). Oleh karena sifat zat baru tersebut beracun maka berbahaya terhadap manusia. Keuntungan menggunakan APAR halon adalah bahan pemadam yang ampuh, bersih, dan tidak meninggalkan bekas. Sedangkan kerugian menggunakan APAR yang berisi halogen adalah penggunaan APAR jenis ini di ruangan tertutup berbahaya bagi manusia (beracun), sebaiknya menggunakan masker. e. CO2 Media yang digunakan dalam APAR ini adalah gas CO2. Cara kerja dari pemadam jenis ini adalah dengan menyingkirkan O2 dari area kebakaran dan memisahkannya dari bahan bakar, karena CO2 lebih berat dibandingkan dengan O2.Oleh

33

sebab gas CO2 tersimpan dalam fasa cair dengan tekanan tinggi, maka suhunya pun sangat rendah (di bawah -780C) sehingga pemadamannya dilakukan dengan metode pendinginan.Media ini biasanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas C. CO2 dapat juga dipergunakan sebagai alat pemadam otomatis. Salah satu kelemahan CO2 ialah bahwa media pemadam tersebut tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran kembali setelah api padam (reignitasi). Hal ini disebabkan CO2 tersebut tidak dapat mengikat O2 secara terus menerus tetapi hanya dapat mengikat O2 sebanding dengan jumlah CO2 yang tersedia sedang supply O2 di sekitar tempat kebakaran terus berlangsung. Kelemahan lain penggunaan APAR jenis ini adalah di ruangan terbuka kurang efektif dan jangan sampai terkena kulit, karena dapat terkelupas (Hikmat, 2004). Tetapi keuntungan penggunaan APAR jenis ini adalah cocok ditempatkan di ruangan komputer, dapat masuk sampai ke sela-selanya, dan tidak berbekas. Sedangkan klasifikasi APAR, dapat dibedakan menjadi 4 macam (Elsi Elsa, 2003: 26-28), yaitu : 1) APAR Golongan A APAR golongan A yaitu APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran pada klasifikasi kebakaran A. Zat/bahan pemadam dapat berupa: air bertekanan, zat kimia larut, asam soda, busa, mono amonium fosfat, diamonium fosfat, dalam tabung bertekanan. Tanda pengenal dapat dilihat bertuliskan huruf A pada dasar berbentuk segitiga berwarna hijau.

34

2) APAR Golongan B APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran golongan B. Zat/bahan pemadam berupa zat-zat kimia pemadam api seperti zat asam arang (CO2), zat kering pakai natrium dan kalium bikarbonat, zat-zat kimia serbaguna bromotifluoromethan, karbon tetra klorida, klorobromomethan. Tanda pengenalnya bertuliskan huruf B besar pada dasr berbentuk segi empat berwarna merah. 3) APAR Golongan C APAR golongan C yaitu APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran golonngan C. Zat/bahan pemadam berupa: zat-zat yang tidak menghantarkan llistrik, zat asam arang (CO2), zat kimia kering pakai natrium dan kalium bikarbonat, zat-zat kimia serba guna, bromotifluoromethan, karbon tetra klorida, klorobromomethan. Tanda pengenalnya bertuliskan huruf C besar pada dasar berbentuk lingkaran berwarn biru. 4) APAR Golongan D APAR golongan D yaitu APAR yang efektif untuk memadamkan kebakaran golongan D. Zat/bahan pemadam dapat berupa zat pemadam khusus berupa bubuk kering, antara lain senyawa yang mengandung garam dapur, granit, grafit fosfor. APAR golongan ini dapat dikenali dengan pada dasar berbentuk bintang berwarna kuning. 2.6.1.3 Pemasangan APAR Menurut Permenakertras 04/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR, pemasangan APAR harus sebagai berikut: a. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi

35

yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. b. Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam bersangkutan. c. Pemasangan dan penempatan jenis APAR harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran. d. Jarak antara APAR satu dengan APAR yang laiinya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan verja. e. Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang didapati sudah berlubanglubang atau cacat karena karat. f. Setiap APAR harus ditempatkan (dipasang) menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguatan lainnya dan ditempatkan pada lemari (box) yang tidak dikunci. g. Pemasangan APAR dengan bagian paling atas berada pada ketinggian 1.2 m dari lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm dari permukaan lantai. h. APAR tidak boleh dipasang pada ruangan atau tempat dimana suhu melebihi 49 C atau turun sampai minus 44 C kecuali APAR tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut. i. Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah.

36

2.6.1.4 Cara Penggunaan APAR Alat pemadam kebakaran dapat bermanfaat jika digunakan dengan benar. Hal ini berarti orang yang diharapkan akan menggunakan alat tersebut harus menerima pelatihan yang memadai. Menurut modul pertamina no 11 Aspek Kebakaran secara umum, orang tersebut harus mengetahui : a. Lokasi alat pemadam kebakaran di tempat kerja. b. Tingkatan alat pemadam kebakaran dan kecocoknnya untuk jenis kebakaran. c. Bagaimana mengoperasikan alat pemadam kebakaran dan secara efektif menangani kebakaran sambil tetap menjaga diri. Secara umum cara menggunakan APAR dibedakan menjadi 10 tahap yaitu adalah sebagai berikut : a. Tarik cincin pin pada APAR b. Untuk jenis catridge tekan tuas oenusuk agar alat pemadam siap digunakan c. Dekati api dari arah angin berhembus d. Arahkan nozzle ke sumber kebakaran dari jarak yang aman e. Tekan tuas operasi. Beberapa alat pemadam kebakaran menyemprot pada kecepatan tinggi. Hindari semprotan langsung ke arah bahan bakar cair karena dapat menimbulkan percikan yang dapat menyebarkan dan memperbesar api

37

f. Arahkan semprotan dari nozzle dari satu ke sisi lain secara horizontal hingga semua area tertangani dengan menggunakan lengan (bukan pergelangan tangan) g. Lanjutkan hingga seluruh badan pemadam habis dan api dapat dipadamkan h. Pastikan kebakaran telah padam dan mundur perlahan, namun jangan pernah membelakangi api. Ingat, selalu ada resiko api menyala kembali. Pastikan juga anda selalu pada posisi yang bebas untuk menyelamatkan diri (escaping) dengan selalu membelakangi jalan keluar. i. Cari bantuan ketika kebakaran sudah di luar kendali. j. Setelah dipakai, alat pemadam kebakaran harus diperbaiki dan isi kembali. 2.6.2 Hidran

2.6.2.1 Pengertian Hidran Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran (PerMen PU, 2008). Instalasi Hidran adalah suatu system pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang kebakaran. Hidran secara umum dibagi menjadi 2 macam (PerMen PU, 2008), yaitu: a. Hidran Gedung Hidran gedung adalah hidran yang terletak dalam suatu bangunan/gedung dan system serta peralatannya disediakan dalam bangunan gedung tersebut.

38

b. Hidran Halaman Hidran halaman adalah Hidran yang terletak di luar bangunan, sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang dilingkungan bangunan tersebut. 2.6.2.2 Penempatan Hidran Penempatan hidran menurut Kep Men PU No. 02/KPTS/1985 adalah harus sebagai berikut : a. Lokasi penempatan jenis hidran kebakaran dibagi menjadi hidran gedung dan hidran luar gedung b. Komponen hidran terdiri dari sumber persediaan air, pompa kebakaran, selang kebakaran, kopling penyambung dan perlengkapan lainnya c. Selang kebakaran dengan diameter kurang dari 1,5 inci harus terbuat dari tahan yang tahan panas dan panjang maksimum selang harus 30m d. Semua peralatan hidran kebakaran sebaiknya dicat warna merah atau warna yang mudah terlihat e. f. Pipa pemancar (nozzle) harus sudah terpasang pada selang kebakaran Kotak hidran harus mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak terhalang oleh benda lain 2.6.2.3 Inspeksi dan Pengujian Hidran Inspeksi dan pengujian hidran menurut KepMen PU No. 02/KPTS/1985 adalah harus sebagai berikut :

39

a. b. c. d. e. f.

Pemipaan dan fiting harus diinspeksi setiap tahun Katup selang hidran harus diinspeksi setiap tiga bulan Sambungan pemadam harus diinspeksi setiap tiga bulan Hidran luar gedung/pillar hidran harus diinspeksi setiap tahun dan setelah operasi Kotak selang hidran luar harus diinspeksi setiap tiga bulan Pengujian aliran air harus dilakukan setiap lima bulan pada sambungan selang terjauh secara hidrolik

g.

Hidran luar harus diuji coba setiap tahun dengan cara dibuka penuh sampai semua kotoran dan benda asing terbuang selama kurang lebih satu menit

2.6.2.4 Pemeliharaan Hidran Pemeliharaan hidran menurut KepMen PU No. 02/KPTS/1985 adalah harus sebagai berikut : a. Setelah pemakaian semua selang harus dibersihkan, dibuang airnya dan dikeringkan seluruhnya sebelum dipasang kembali b. Bila tutup sambungan pemadam (siamese) tidak ada pada tempatnya, bagian dalam sambungan pemadam kebakaran harus diperiksa untuk halangan atau sumbatan c. d. Hidran luar gedung atau pillar hidran harus diberi pelumas setiap tahun Kotak selang hidran luar gedung atau pillar hidran harus dipelihara atau dirawat setiap tahun untuk menjamin kelengkapan dan dalam kondisi yang dapat digunakan.

40

2.6.3

Sprinkler Otomatis Menurut SNI 03-3989-2000 instalasi sprinkler adalah pemadam kebakaran yang

dipasang secara tetap/permanen didalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis dengan menyemprotkan air ditempat mula terjadi kebakaran. Sprinkler ini merupakan sistem penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem hidran dan lainnya. Sebuah studi di Australia & New Zealand memberikan angka keberhasilan mencapai 99%. Studi lain di USA menyimpulkan bahwa sprinkler mampu membatasi kebakaran pada area of origin pada tingkat 90% dibanding tanpa sprinkler yang hanya 70%. Semua building code di dunia mempersyaratkan proteksi sprinkler di bangunan tinggi, bahkan sekarang di USA sudah mulai digalakkan sprinkler untuk residensial tunggal dengan ketinggian satu sampai dua tingkat. Fenomena kebakaran adalah sedemikian sehingga bila dalam waktu 5 menit kebakaran tidak dapat dikendalikan atau dipadamkan pada area of origin, maka kemungkinan besar kebakaran akan menyebar ke seluruh lantai dan bangunan. Sementara itu waktu tanggap sprinkler adalah waktu yang diperlukan untuk mengendalikan atau memadamkan kebakaran secara otomatik. Banyak kejadian dilaporkan bahwa ketika petugas pemadam tiba di tempat, api telah padam oleh sprinkler. Bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler, maka persyaratan lain seperti ketahanan api, kompartemen, dan sistem deteksi serta alarm menjadi lebih ringan. Misalnya untuk kelas hunian apartemen, ketahanan api dinding apartemen boleh 1 jam

41

atau bahkan 4 jam. Serta deteksi boleh hanya memakai detektor asap (kecuali untuk ruang tertentu yang karena fungsinya harus menggunakan detektor panas). Dengan demikian sesungguhnya sistem sprinkler tidak memakan biaya besar dari total nilai proyek keseluruhan. Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor panasnya telah naik mencapai temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya digunakan temperatur nominal 57C atau 68C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis dengan prinsip operasi detektor panas lain seperti yang digunakan dalam sistem deteksi dan alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler maka tidak perlu lagi dilengkapi dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor asap. Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan terbentuk 2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan terus bertambah selama terjadi kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas asap di bawahnya relatif sama dengan temperatur ruangan. Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala api) relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi kegagalan sistem sprinkler sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai. Hal ini dapat diprediksikan dengan program simulasi kebakaran di kompartemen. Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding

keberhasilannya, sprinkler dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama,

42

kesalahan rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko bahaya kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan hunian apartemen di atas dan paserba di podium, mempunyai risiko bahaya yang berbeda, dengan demikian rancangan densitasnya pun berbeda. Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan di lapangan kuang, misalnya posisi kepala sprinkler terhadap langit-langit dan rintangan (kolom dan balok struktur) tidak memenuhi persyaratan instalasi sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler. Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala yang sesuai standar, mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat diperlukan bila terjadi kebakaran. Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai terbuka ke udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api (dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut mempengaruhi kinerja sistem sprinkler (Danial, 2010). Menurut NFPA 13 (dikutip Iskandar, 2008 : 36) sistem sprinkler dibagi beberapa jenis yaitu : a. Dry Pipe System Dry pipe system adalah suatu sistem yang menggunakan sistem sprinkler otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe valve. b. Wet Pipe System Wet pipe system yaitu sistem sprinkler yang bekerja secara otomatis tergabung

43

dengan sistem pipa yang berisi air dan terhubung dengan suplai air sehingga air dikeluarkan dengan segera dari sprinkler yang terbuka oleh adanya panas api. Menurut PerMen PU No. 26/PRT/M/2008 kepala springkler harus tidak ditempatkan di tempat yang mungkin mendapat kerusakan mekanis. Selain itu sprinkler juga harus terdapat seorang atau lebih koordinator jika terjadi kerusakan atau setelah pemakaian. Sebuah label juga harus dipasangkan untuk menunjukkan bahwa suatu sistem, atau bagian dari sistem, telah dihentikan pengoperasiannya atau di non aktifkan. Sprinkler juga harus dirancang sedemikian rupa agar minimal dapat mempertahankan agar api tidak berkembang selama 30 menit. Batas jarak maksimum antar kepala sprinkler harus juga di sesuaikan dengan potensi bahaya kebakaran yang ada. Dan yang terpenting adalah sprinkler dibuat sedemikian rupa sehingga sprinkler dapat bekerja secara otomatis. 2.6.4 Pompa Pemadam Menurut SNI No 03-6570-2001 pompa pemadam kebakaran adalah suatu alat yang fungsinya untuk memompa air agar air dapat keluar dari tempat penyediaan air dengan tekanan tertentu yang dikehendaki sesuai keperluan. Untuk pompa pemadam kebakaran, yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Kapasitas main fire pump antara 500 gpm sampai degan 2500 gpm b. Jumlah pompa sesuai dengan kebutuhan air c. Untuk menjaga tekanan dlm pipa tetap 100 psig pakai Jokey Pump dgn kapasitas antara 150 gpm pada 100 psig

44

d. Untuk start maka harus Automatic kecuali ada operator yg standby 24 jam terus menerus e. Automatic untuk pompa listrik berdasarkan tekanan air dalam pipa drop. Untuk pompa selanjutnya start secara manual. Tapi sekarang sudah hampir semua menggunakan system start automatic. Pompa pemadam kebakaran terbagi menjadi 2 macam yaitu ada yang bersifat permanen ada juga yang bersifat portable. Pompa pemadam yang bersifat tetap merupakan pompa pemadam bila terjadi kebakaran yang dipasang bersamaan dengan konstruksi bangunan yang sifatnya permanen untuk melindungi bangunan tersebut. Sedangkan pompa pemadam kebakaran yang sifatnya portable adalah pompa pemadam yang sifatnya dapat dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan. Menurut standar PerMen PU No. 26/PRT/M/2008 pompa kebakaran, penggerak dan alat kontrolnya harus diproteksi terhadap kemungkinan gangguan pelayanan. Unit pompa pemadam kebakaran didalam bangunan harus dipisahkan dari semua daerah bangunan dengan konstruksi. Unit pompa kebakaran yang ditempatkan diluar bangunan dan instalasi pompa kebakaran dalam bangunan lain yang diproteksi oleh pompa kebakaran harus ditempatkan minimal 15,3 m dari bangunan yang di proteksi. Pencahayaan buatan harus disediakan dalam ruangan pompa, pencahayaan darurat juga harus disediakan dan ventilasi ruangan pompa harus sesuai ketentuan. Lantai harus dibuat landai/miring untuk pengeringan yang cukup menghilangkan air menjauhi peralatan yang kritis seperti pompa, penggerak, alat kontrol dsb. Ruangan pompa harus disediakan dengan pengering lantai yang menyalurkan air ke lokasi luar.

45

2.6.5

Penyediaan Air Penyediaan air untuk kebakaran adalah suatu tempat penyediaan air yang akan

digunakan saat terjadi kebakaran. Air pemadam harus tersedia dari sumber yang cukup untuk bisa mensupply air selama minimum 6 jam terus menerus sesuai dengan kapasitas maximum pompa yg terpasang. Air yang digunakan untuk pemadaman kebakaran harus tidak terkontaminasi oleh minyak serta harus tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu atau menyumbat ketika penyemprotan pemadaman kebakaran. Air untuk pemadaman kebakaran bisa dari air tawar atau air laut, namun jika digunakannya air laut dapat membuat peralatan korosi karena sifat air laut yang korosif (Ramli, 2010). Menurut standar PerMen PU No. 26/PRT/M/2008, sekurang-kurangnya harus terdapat 1 jenis sistem penyediaan air. Sistem penyediaan air tersebut harus bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat digunakan dan diandalkan setiap saat. Air yang digunakan dalam tempat penyimpanan air ini juga tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu. Dan sebisa mungkin untuk tidak menggunakan air asin, jika memang harus terpaksa menggunakan air asin, maka peralatan tertentu harus dibilas lagi dengan air tawar segera mungkin karena air asin sifatnya korosif. Ditinjau dari bahan pembuatnya ada 3 jenis tempat penyimpanan air yaitu dari bahan plastik PE (poly Etilene), dari bahan stainless steel dan dari bahan fiber. Tempat penyimpanan air yang terbuat dari bahan plastik PE (poly Etilene) bagian dalamnya dilengkapi dengan lapisan anti lumut sehingga menjaga kualitas air yang disimpan

46

didalamnya. Tempat penyimpanan air jenis seperti ini banyak sekali digunakan di dunia air isi ulang, AMDK, perumahan, apartemen, maupun di industri terutama digunakan untuk penampungan air baku sebelum melalui suatu proses pengolahan air. Tempat penyimpanan air ini tidak dapat digunakan untuk menampung cairan minyak, oli atau cairan kimia karena akan merusak kondisi fisik dari tempat penyimpanan air itu sendiri. (Anonim, 2012) Keunggulan tempat penyimpanan air yang terbuat dari bahan plastik PE (poly Etilene) yaitu : a. Tempat penyimpanan air Tahan Terhadap Radiasi Ultra Violet. Tempat penyimpanan air / Tandon Air Polyethylene tahan terhadap radiasi ultra violet yang dapat menyebabkan perubahan warna, keretakan, dan akhirnya dapat membuat tempat penyimpanan air pecah. Tempat penyimpanan air kami dibuat dari bahan hasil teknologi terbaru yang tahan terhadap radiasi UV sampai dengan 1000 kly, rata-rata radiasi UV di daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatra adalah 140 kly per tahun. Dengan menggunakan tempat penyimpanan air Polyethylene produk kami maka akan bertahan lama terutama dari Sinar UV. b. Tempat penyimpanan air Tahan Terhadap Segala Cuaca. Tempat penyimpanan air Polyethylene di buat sedemikian rupa agar tahan terhadap segala perubahan cuaca atau iklim yang terjadi ( Tahan terhadap temperatus mulai -30 Derajat Celcius sampai dengan 60 Derajat Celcius ) sehingga tempat penyimpanan air tidak akan mudah pecah, retak ataupun mengelupas.

47

c. Tempat penyimpanan air Cocok Untuk Rumah dan Industri. Tempat penyimpanan air Polyethylene produk kami sangat cocok untuk Industri dan Rumah Tangga, karena tempat penyimpanan air kami terbuat dari bahan Polyethylene bermutu yang diakui oleh FDA (Food and Drugs Administration ), Tidak beracun, tidak dapat merubah rasa sehingga aman untuk menyimpan air minum dan makanan. d. Tempat penyimpanan air Yang Memiliki Dinding Multi Lapis. Tempat penyimpanan air Polyethylene produk kami memiliki keunggulan 3 lapis yaitu lapisan luar yang memiliki warna yang bervariasi, tahan panas dan tahan terhadap sinar UV. Lapisan Tengah yang erbuat dari bahan PE Foam yang berfungsi untuk penahan panas, benturan dan elastisitas sehingga tidak mudah pecah. Dan lapisan Dalam : Terbuat dari bahan PE Putih Deluxe yang berguna untuk menghambat pertumbuhan jamur, halus dan tidak berbau. e. Instalasi Yang Mudah. Untuk Pemasangan / Instalasi sangat mudah dan cepat karena cukup di letakkan di atas permukaan / fondasi yang datar dan dapat di letakkan di atas menara ( tower ) karena bahan Polyethylene cukup ringan. f. Aksesories Lengkap. Aksesoris untuk Tempat penyimpanan air Polyethylene berupa : Fitting untuk Lubang Output dan Input Air sudah termasuk beserta Tutup Standart yang dapat menjaga agar air minum tidak menjadi kotor karena dimasuki oleh kotoran yang tidak di 48

ingikan Lubang untuk Input atau Output Air adalah standart dan dapat juga sesuai dengan permintaan. (Anonim, 2011) Manfaat dan kegunaan dari tempat penyimpanan air yang terbuat dari bahan plastik PE (poly Etilene) yaitu : 1) Industri Kimia : Menyimpan bahan bahan kimia atau air keras limbah industri. 2) Industri Transportasi : Transport bahan kimia, minyak, air dan proyek bangunan. 3) Industri Tekstil : Penyimpanan larutan warna, pigment dll. 4) Perikana Pelayaran : Penyimpanan hasil penangkapan ikan. 5) Pertanian : Penyimpanan pupuk, racun hama, hasil pertanian. 6) Rumah Tangga : Penyimpanan air, penyimpanan air dalam tanah, tempat sampah. 7) Lain lain : Perhotelan, pariwisata, kolam renang, dll. Jenis yang kedua adalah dari bahan stainless steel. Tempat penyimpanan air jenis seperti ini banyak sekali digunakan di dunia air isi ulang, AMDK, perumahan, apartemen, maupun di industri terutama digunakan untuk penampungan air product sesudah melalui suatu proses pengolahan air. Tempat penyimpanan air jenis ini juga tidak dapat digunakan untuk menampung cairan minyak, oli atau cairan kimia karena akan merusak kondisi fisik dari tempat penyimpanan air itu sendiri. Jenis yang ketiga adalah dari bahan fiber. Tempat penyimpanan air jenis seperti ini banyak sekali digunakan di dunia air isi ulang, AMDK, perumahan, apartemen, maupun di industri terutama digunakan untuk penampungan air baku atau air bersih. (Anonim, 2012)

49

2.6.6

Detektor Kebakaran Sistem deteksi adalah suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa untuk

mendeteksi, adanya peringatan sampai adanya pemberitahuan terkait adanya tindakan darurat. Detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya kebakaran dan mengawali suatu tindakan (SNI 03-3985-2000). Kegunaan sistem deteksi adalah untuk mendeteksi dan memberi sinyal dasar atau tanda bahaya secara dini bila terjadi kebakaran sehingga sinyal atau tanda bahaya tersebut dapat ditanggulangi secara cepat. Jadi kerugian akibat terjadinya kebakaran dapat ditekan menjadi lebih rendah dan yang sangat penting adalah meminimalkan korban jiwa akibat kebakaran tersebut. (modul pelatihan fire alarm system PGE, 2012) Menurut permenaker no Per 02/men/1983 detektor dibagi menjadi empat macam jenis yaitu : detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan detektor gas kebakaran a. Detektor asap. Detektor asap adalah alay yan mendeteksi partikel yang terlihat atau yang tidak terlihat dati suatu pembakaran. Detektor asap terdapat 3 jenis yaitu detektor asap optik dan detektor asap ionisasi. b. Detektor panas. Detektor panas adalah alat yang mendeteksi temperatur tinggi atau laju kenaikan temperatur yang tidak normal. Detektor panas terdapat 2 jenis yaitu detektor bertemperatur tetap yang bekerja pada suatu batas panas tertentu, detektor yang bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperatur dan detektor kombinasi yang bekerjanya berdasarkan kenaikan temperatur dan batas temperatur maksimum yang ditetapkan.

50

c. Detektor nyala api. Detektor nyala api yaitu detektor yang bekerja berdasarkan radiasi nyala api. Terdapat 2 tipe detektor nyala api yaitu detektor nyala api ultra violet dan detektor nyala api infra red. d. Detektor gas kebakaran. Detektor gas kebakaran yaitu alat detektor yang bekerjanya berdasarkan kenaikan konsentrasi gas yang timbul akibat kebakaran ataupun gas-gas lainnya yang mudah terbakar. Menurut standar PerMen PU No. 26/PRT/M/2008 Detektor tidak boleh dipasang dengan cara masuk ke dalam permukaan langit-langit. Detektor harus dipasang pada seluruh daerah bila disyaratkan oleh standar yang berlaku atau oleh instansi yang berwenang. Terminal duplikat atau sejenisnya, harus disediakan pada setiap detektor kebakaran otomatik untuk penyambungan cepat ke dalam sistem alarm kebakaran. Detektor harus tidak diletakkan dimana udara dari suplai diffuser dapat melarutkan asap sebelum mencapai detektor. Sumber tenaga listrik sistem deteksi tidak kurang dari 6 volt. Panel kontrol harus bisa menunjukan asal lokasi kebakaran. Untuk setiap ruangan dengan luas 92 m dengan tinggi langit-langit 3 m, harus dipasang 1 buah alat detektor. Detektor tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 m dari AC. 2.6.7 Alarm Kebakaran Alarm kebakaran adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor panas, detektor nyala api dan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran. Alarm dibagi menjadi 2 jenis menurut cara kerjanya yaitu :

51

a. Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat berupa bunyi khusus (audible alarm). Alarm kebakaran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : b. Mempunyai irama yang khas sehingga mudah dikenali c. Bunyi alarm tersebut mempunyai frekuensi antara 500 1000 Hz dengan tingkat kekerasan minimal 65 dB d. Untuk ruangan dengan tingkat kebisingan normal yang tinggi, tingkat kekerasan alarm audio minimal 5 dB lebih tinggi dari kebisingan normal e. Untuk ruangan yang kemungkinan digunakan untuk tidur/istirahat, tingkat kekerasan alarm audio minimal 75 dB f. Alarm kebakaran yang memberikan tanda / isyarat yang tertangkap pandangan mata secara jelas. Kegunaan sistem alarm kebakaran adalah memberi notifikasi dari hasil deteksi dari detektor dan memberi sinyal dasar atau tanda bahaya secara dini bila terjadi kebakaran sehingga sinyal atau tanda bahaya tersebut dapat ditanggulangi secara cepat. Jadi kerugian akibat terjadinya kebakaran dapat ditekan menjadi lebih rendah dan yang sangat penting adalah meminimalkan korban jiwa akibat kebakaran tersebut. (modul pelatihan fire alarm system PGE, 2012) Alarm sistem juga memiliki suatu kontrol tertentu, kontrol sistem alarm terdiri dari komponen sebagai berikut:

52

a. Notification Appliances Alarm (NAC), yaitu peralatan yang memberikan peringatan sebagai efek dari adanya pendeteksian kebakaran seperti bell, lampu, horn. b. Master Control Fire Alarm (MCFA), yaitu peratalan yang mengolah masukan dari hasil pendeteksian detektor dan memberikan keluaran terhadapat NAC. c. Voice Control System, peralatan yang digunakan sebagai media komunikasi antara operator dengan CPU-MCFA atau dengan pengertian lain sebagai media komunikasi antara CPU-MCFA dengan manusia seperti LCD-160, LCD-80 dan mimic panel. d. Network System. Sistem yang digunakan dalam sebuah bangunan yang terdiri dari beberapa MCFA dan setiap MCFA dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Menurut modul pelatihan Fire Alarm System PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang 15 Feb 2012, kontrol sistem alarm terbagi menjadi 2 macam yaitu: a. Sistem Konvensional. Sistem konvensional adalah sistem pendeteksian kebakaran yang memanfaatkan pendeteksian langsung perubahan keadaan detektor. b. Sistem Intelligent. Sistem ini merupakan sistem pendeteksian kebakaran yang memanfaatkan proses perubahan secara elektronik dan akan diperoleh hasil yang lebih akurat, dapat dilakukan penyesuaian serta dapat diketahui keadaan aktual. Menurut standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 sistem alarm kebakaran harus mempunyai sebuah program pemeliharaan dan pengujian. Riwayat catatan

pemeliharaan, pengujian dan dokumentasi harus disimpan. Untuk sistem alarm 53

kebakaran yang menggunakan deteksi otomatik kebakaran atau alat deteksi aliran air, sekurang-kurangnya satu kotak titik panggil manual harus disediakan untuk inisiasi sinyal alarm kebakaran. Setiap kotak titik panggil manual pada sistem harus dapat dicapai, tidak terhalang dan tampak jelas. Notifikasi penghuni harus disediakan untuk menyiagakan penghuni terhadap suatu kejadian kebakaran atau keadaan darurat lainnya. Alarm di Panel annunciator pada pusat pengendalian kebakaran harus dengan cara indikator suara dan visual. Alarm harus mempunyai notifikasi khusus yang berbeda. Alarm manual sebaiknya berwarna merah dan ditempatkan pada lintasan jalur keluar. Lokasi penempatan alarm manual tersebut tidak boleh terkena gangguan. Kekerasan suara alarm minimal 65 dB. Adanya pemeliharaan rutin terhadap alarm.

54

BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN

3.1 Aktivitas Kegiatan Magang 3.1.1 Rencana Kegiatan Berikut adalah rangkaian rencana kegiatan magang di lapangan yang telah disusun oleh mahasiswa sebelum kegiatan magang dilaksanakan: Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Magang di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Tahun 2012 No 1 Waktu Hari Ke-1 Kegiatan Perkenalan dengan pembimbing lapangan dan dan sebagian jajaran. 2 Hari Ke-2 Bimbingan kepada pembimbing lapangan terkait judul magang 3 Hari Ke-3 Mencari data mengenai gambaran umum pertamina secara keseluruhan.

Hari Ke-4

Mencari data sekunder mengenai gambaran umum perusahaan, profil perusahaan, struktur organisasi perusahaan, proses industri utama perusahaan unit-unit kerja perusahaan, tenaga kerja, sarana dan prasarana, data mengenai kasus kebakaran.

Hari Ke-5

Mencari data mengenai gambaran umum bagian K3 struktur orgnisasi bagian K3, standar K3 perusahaan, program dan prosedur kerja serta system kerja dan data kasus kebakaran.

55

6 7 8 9 10 11 12

Hari Ke-6 Hari Ke-7 Hari Ke-8 Hari Ke-9 Hari Ke-10 Hari Ke-11 Hari Ke-12

Mencari data mengenai gambaran sprinkler otomatis Mencari data mengenai gambaran sprinkler otomatis Mencari data mengenai gambaran pompa pemadam Mencari data mengenai gambaran penyediaan air Mencari data mengenai gambaran sistem deteksi dan alarm Mencari data mengenai gambaran sistem deteksi dan alarm Mencari data mengenai gambaran jenis, komponen dan penempatan hidran

13

Hari Ke-13

Mencari data mengenai gambaran inspeksi dan pengujian hidran

14 15

Hari Ke-14 Hari Ke-15

Mencari data mengenai gambaran pemeliharaan hidran Pencatatan no APAR, media APAR, lokasi APAR. Melihat APAR dari 3 sisi. Melihat ada/tidaknya tanda pemasangan APAR, melihat warna APAR dan melihat APAR terdapat menggantung/tidak dan dalam box/tidak.

16

Hari Ke-16

Pengukuran jarak APAR. Pengukuran tinggi pemasangan APAR. Pengukuran suhu lingkungan sekitar APAR

17 18 19

Hari Ke-17 Hari Ke-18 Hari Ke-19

Pemeriksaan kondisi fisik APAR. Mencari data terkait pemeliharaan dan pemantauan APAR Pengecekan literatur, pencarian literatur tambahan, pengecekan data-data yang kurang dan pencarian data-data yang kurang.

20 21

Hari Ke-20 dst Hari Ke-21 dst

Pembuatan Laporan magang Bimbingan kepada pembimbing lapangan dan dosen pembimbing magang

22

Hari Ke-22 dst

Perbaikan Laporan Magang

56

3.1.2

Tahap Persiapan Tahap persiapan dimulai dengan pencarian lokasi magang yang diinginkan

oleh mahasiswa. Setelah didapatkannya lokasi magang yang diinginkan oleh mahasiswa, maka mahasiswa mencari apasaja yang dibutuhkan untuk pengajuan kegiatan magang di perusahaan tersebut. Kemudian mahasiswa mengurus surat perizinan magang di Fakultas dan mengumpulkan bahan serta teori untuk mendukung kegiatan magang ini. Dalam perencanaannya, kegiatan magang ini dilakukan selama kurang lebih 5 minggu terhitung selama 26 hari kerja, direncanakan akan dimulai pada minggu pertama bulan Februari 2012 dan berakhir pada minggu pertama bulan Maret 2012. 3.1.2.1. Tema atau Topik Magang Topik yang diangkat oleh mahasiswa adalah gambaran mengenai sarana proteksi kebakaran aktif yang ada di perusahaan. 3.1.2.2. Waktu Pelaksanaan Rencana kegiatan magang ini dilakukan selama 26 hari kerja, terhitung mulai minggu pertama Februari sampai minggu pertama bulan Maret tahun 2012. 3.1.2.3. Lokasi Pelaksanaan Rencana lokasi kegiatan magang ini dilaksanakan di perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang berlokasi di jalan Raya Kamojang no 10, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Bandung, Jawa Barat.

57

3.1.3

Tahap Pelaksanaan Kegiatan magang ini dimulai pada hari senin tanggal 30 Januari dan berakhir

pada hari jumat tanggal 9 Maret, dengan total 30 hari kerja. Kegiatan magang ini bertempat di PT Pertamina Geothermal Energy yang terletak di jalan Raya Kamojang no 10, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Bandung, Jawa Barat. Kegiatan magang ini diawali dengan orientasi dan perkenalan serta observasi lapangan secara umum. Setelah itu, diskusi dengan pembimbing terkait judul magang dan didapatkanlah judul magang yaitu Gambaran Sarana Proteksi Aktif di PT Pertamina Geothermal Energy Tahun 2012. Setelah judul magang didapatkan, menentukan unit mana yang akan diteliti maka didapatkanlah area yang diteliti yaitu kawasan kantor utama, kawasan kantor belakang dan kawasan PLTP Unit IV. Selanjutnya, dilakukanlah pencarian dan pengambilan data sekunder terkait perusahaan dimulai dari data yang bersifat umum yaitu terkait gambaran perusahaan sampai data-data yang mendukung terkait sarana proteksi kebakaran aktif. Setelahnya dilakukanlah pengambilan data primer yaitu dengan observasi dan wawancara terkait sarana sarana proteksi kebakaran aktif. 3.1.4 Narasumber Narasumber dalam kegiatan magang ini adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidangnya masing-masing serta memahami terhadap teori Health, Safety and Environment yang ditunjuk oleh perusahaan untuk memberikan data kepada mahasiswa.

58

3.2 Alur Kegiatan Magang Alur kegiatan magang yang dilakukan oleh mahasiswa dimulai dari pencarian tempat magang, dari pencarian tempat magang tersebut dicari juga persyaratan apa saja yang diperlukan. Setelah didapatnya beberapa perusahaan yang diinginkan oleh mahasiswa untuk dijadikan tempat magang, maka dibuatlah proposal magang dan persiapan persyaratan lainnya yang diperlukan. Kemudian diajukanlah proposal magang di beberapa perusahaan tersebut. Setelah mahasiswa diterima untuk melaksanakan kegiatan magang di tempat tersebut, kemudian dilakukan persiapan untuk nanti saat pelaksanaan kegiatan magang. Setelah semua persiapan sudah terpenuhi, maka pelaksanaan kegiatan magangpun sudah siap dilaksanakan oleh mahasiswa. Dalam pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa melakukan banyak kegiatan, diantaranya perkenalan dengan jajaran karyawan pihak perusahaan, mempelajari gambaran umum perusahaan mulai dari gambaran proses industri di perusahaan tersebut sampai hal-hal yang lebih detail, pengumpulan data-data untuk keperluan laporan magang baik berupa data primer maupun data sekunder, serta turut serta dalam kegiatan di perusahaan khususnya di bidang K3LL. Ketika mahasiswa turut serta dalam kegiatan di K3LL, mahasiswa mendapatkan pengalaman terkait pekerjaan K3LL di kantor dan pekerjaan terkait K3LL di lapangan. Bersamaan dengan pelaksanaan magang, mahasiswa membuat laporan hasil kegiatan magang. Laporan yang dibuat oleh mahasiswa adalah terkait sarana

59

proteksi kebakaran aktif yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang. Dalam pembuatan laporan mahasiswa juga melakukan bimbingan kepada pembimbing lapangan saat masih berada di perusahaan dan melakukan bimbingan kepada pembimbing fakultas saat mahasiswa sudah tidak di perusahaan. Setelah laporan selesai dibuat oleh mahasiswa, maka mahasiswa siap untuk presentasi hasil laporan kegiatan magang yang telah dilaksanakan.

Pencarian Tempat Magang

Pembuatan Proposal Magang

Pengajuan Magang di Beberapa Perusahaan

Diterima

Pembuatan Laporan Hasil Kegiatan Magang

Presentasi Hasil Kegiatan Magang

Pelaksanaan kegiatan magang : 1. Perkenalan dengan pihak perusahaan 2. Mempelajari Gambaran Umum dan Struktur Organisasi Perusahaan 3. Pengumpulan Data Penelitian dan Pemantauan di Lapangan 4. Turut Serta dalam Kegiatan di Perusahaan, khususnya dibidang K3LL

Gambar 3.1 Bagan Alur Kegiatan Magang di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Tahun 2012

60

3.3 Jadwal Kegiatan Kegiatan magang dalam pelaksanaannya adalah mencari data-data baik data primer (dengan observasi, pengukuran langsung dan wawancara) maupun data sekunder (pencarian data pendukung dan gambaran perusahaan). Banyak hal yang dipelajari mengenai dunia kerja pada bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya yang berkaitan dengan sarana proteksi kebakaran aktif. Berikut adalah rincian dari rencana kegiatan magang ini. Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Magang di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang No. 1 Waktu Senin, 30 Jan 2012 2 Senin, 30 Jan 2012 3 Senin, 30 Jan 2012 Perkenalan awal dengan Kegiatan Tempat SDM

Laporan awal ke bagian SDM terkait Ruang prosedur magang Safety Induction dari Pak Ewon PGE

Sekretariat K3LL pembimbing Sekretariat

lapangan Bpk. Widodo dan manager K3LL K3LL Bpk. Fahmi Mempelajari Monitoring Tindak Lanjut Mess Temuan PT Pertamina Geothermal Energy yang diberikan oleh pembimbing lapangan

Senin, 30 Jan 2012

Selasa, 31 Jan 2012

Pemberian materi gambaran proses industri Ruang PGE dan Sistem Managemen Perusahaan sekretariat (SMP) PGE K3LL

rapat

Selasa, 31 Jan 2012

Ikut serta dalam kegiatan inspeksi Alat Unit IV PGE Pemadam Api Ringan (APAR) Mencari data terkait profil PGE Humas

Selasa, 31

61

Jan 2012 8 Selasa, 31 Jan 2012 9 Selasa, 31 Jan 2012 10 Rabu, 1 Feb 2012 Mencari data terkait struktur organisasi SDM PGE Mencari perusahaan Mengerjakan tugas yang diberikan oleh Ruang kantor, yaitu Prosedur Tata Kerja sekretariat K3LL rapat rapat data-data tambahan terkait Perpustakaan

Organisasi Lock Out Tag Out (TKO LOTO) 11 Rabu, 1 Feb 2012

Bimbingan dengan pembimbing lapangan Ruang terkait judul laporan magang sekretariat K3LL

12

Rabu, 1 Feb 2012

Melihat proses penyimpanan limbah

Gudang limbah B3

13

Rabu, 1 Feb 2012

Peninjauan

lapangan

dan

penjelasan Halaman dekat gudang limbah B3

mengenai lomba fire fighting

14

Rabu, 1 Feb 2012

Pencarian data terkait profil K3LL PGE

Sekretariat K3LL

15

Kamis, 2 Feb 2012

Ikut serta membantu dalam pelaksanaan TPS program perlombaan fire fighting B3

Limbah

16

Kamis, 2 Feb 2012

Ikut serta membantu dalam pelaksanaan Fire station program perlombaan breathing apparatus Mencari spesifikasi portable fire pump Ruang sekretariat K3LL rapat

17

Kamis, 2 Feb 2012

18

Kamis, 2 Feb 2012 Jumat, 3 Feb 2012

Mencari

referensi

tambahan

dan Ruang

rapat

melanjutkan tugas terkait prosedur tata kerja sekretariat organisasi Lock Out Tag Out (TKO LOTO) K3LL

19

Ikut serta dalam rangka senam pagi Lapangan (aerobik) yang di selenggaraka oleh kantor utama

62

perusahaan 20 Jumat, 3 Feb 2012 Jumat, 3 Feb 2012 Penulisan laporan

PGE Ruang sekretariat K3LL rapat

21

Persiapan jadwal untuk minggu ke-2

Ruang sekretariat K3LL

rapat

22

Senin, 6 Feb Pengambilan 2012 Lapangan

ID

Card

Praktek

Kerja Pos Security

23

Senin, 6 Feb Penulisan laporan 2012

Ruang sekretariat K3LL

rapat

24

Senin, 6 Feb Perbaikan 2012 penelitian

dan

penambahan

instrumen Mess

25

Selasa, 7 Feb 2012

Ikut inspeksi ke lokasi sumur uap. KMJ 38, Lokasi 45, 82, 52, 31, 33, 83, 28, 34, 37, 22, 29, 41, uap 27, 46, 40, 62, 77, 78, 81, 63, 73, 74

sumur

26

Selasa, 7 Feb 2012

Wawancara terkait APAR

Kantor lapangan

K3LL

27

Selasa, 7 Feb 2012

Pencarian data dan form terkait APAR dan Kantor hidran lapangan

K3LL

28

Selasa, 7 Feb 2012

Observasi sarana proteksi kebakaran aktif di Kantor Kantor K3LL lapangan, Fire Station, lapangan,

K3LL

sekretariat K3LL, Workshop, Koperlak, sekretariat Infokom dan Gedung Kantor Utama PGE K3LL, Gedung Kantor Utama 29 Rabu, 8 Feb 2012 30 Rabu, 8 Feb 2012 Melihat proses saluran pembuangan KWK Ikut mengganti windsock di 3 lokasi sumur Lokasi sumur

63

31

Rabu, 8 Feb 2012

Kunjungan ke Geothermal Center

Information GIC

32

Kamis, 9 Feb 2012

Melihat pembibitan program penghijauan Tempat pertamina (lindungan lingkungan) budidaya pembibitan

33

Kamis, 9 Feb 2012 Jumat, 10 Feb 2012 Jumat, 10 Feb 2012

Melanjutkan laporan magang

Mess

34

Ikut senam pagi yang diadakan oleh Lapangan perusahaan Monitoring pembangunan kantor utama gedung gedung laboratorium baru

35

laboratorium baru

36

Sabtu, 11 Feb 2012

Ikut inspeksi APAR di kantor utama PT Kantor Pertamina Kamojang Geothermal Energy Area PGE

utama

37

Senin, 13 Feb 2012

Mengerjakan laporan triwulan IV 2011 Ruang pemantauan linkungan (1) sekretariat K3LL

rapat

38

Selasa, 14 Feb 2012

Mengerjakan laporan triwulan IV 2011 Ruang pemantauan linkungan (1) sekretariat K3LL

rapat

39

Selasa, 14 Feb 2011

Menempel hasil lomba foto safety dan Gedung DIPA lomba poster safety Ikut serta dalam grand safety meeting Bramanta Gedung DIPA Bramanta Ikut serta dalam training fire surpression Ruang system dan fire alarm system notifier system dan fire alarm system notifier teknik rapat

40

Rabu, 15 Feb 2012

41

Kamis, 16 Feb 2012

42

Kamis, 16 Feb 2012

Ikut serta dalam simulasi fire surpression Gedung kantor utama PGE rapat Membuat prosedur fire alarm system Ruang

43

Kamis, 16

64

Feb 2012 Jumat, 17 Feb 2012 Jumat, 17 Feb 2012

notifier

sekretariat K3LL

44

Ikut serta dalam senam pagi yang diadakan Halaman oleh perusahaan kantor PGE utama

45

Melanjukan pembuatan prosedur fire alarm Ruang system notifier sekretariat K3LL

rapat

46

Sabtu, 18 Feb 2012

Ikut ke KWK

KWK

47

Senin, 20 Feb 2012

Pengukuran kebisingan diruangan kantor Kantor Utama utama PGE

48

Rabu, 22 Feb 2012

Menanyakan administrasi penimjaman APD Kantor di kantor lapangan K3LL dan tindak lanjut lapangan temuan K3LL Ruang meeting sekretariat K3LL

49

Kamis, 23 Feb 2012

Ikut safety meeting divisi K3LL

50

Kamis, 23 Feb 2012

Membuat Job Safety Analysis (JSA) : (1) Pemantauan Gas di Lokasi Sumur, (2) Pelatihan Pemadaman Kebakaran, (3) Pengisian Tabung

Kantor lapangan K3LL

51

Jumat, 24 Feb 2012 Jumat, 24 Feb 2012 Jumat, 24 Feb 2012

Ikut senam pagi yang diadakan oleh Halaman perusahaan kantor PGE utama

52

Melihat proses donor darah yang dilakukan Gedung DIPA oleh pekerja dan pekarya PT Geothermal Bramanta Energy serta masyarakat Kamojang

53

Observasi ke PLTP Unit IV

PLTP Unit IV

65

54

Jumat, 24 Feb 2012 Jumat, 24 Feb 2012

Ikut safety meeting divisi Power Plan

PLTP Unit IV

55

Membuat Job Safety Analysis (JSA) : (1) Uji Emisi Cooling Tower (2) Uji Emisi Incinerator (3) Operasi Kantor K3LL

Gedung DIPA Bramanta

56

Sabtu, 25 Feb 2012

Ikut dalam pelaksanaan bleeding sumur KWK baru Observasi ke PLTP Unit IV terkait sarana PLTP Unit IV proteksi kebakaran aktif Melakukan penilaian Alat Pelindung Diri Kantor (APD) yang ada di kantor lapangan K3LL lapangan K3LL

57

Senin, 27 Feb 2012

58

Senin, 27 Feb 2012

59

Senin, 27 Feb 2012

Pembuatan Job Safety Analysis (JSA) Ruang K3LL terkait monitoring kebisingan sekretariat K3LL

rapat

60

Selasa, 28 Feb 2012

Observasi ke PLTP Unit IV terkait sarana PLTP Unit IV proteksi kebakaran aktif Pembuatan Job Safety Analysis (JSA) Sekretariat K3LL terkait operasi pemadaman kebakaran K3LL Melakukan inspeksi APAR di PLTP Unit PLTP Unit IV IV Mengerjakan laporan

61

Selasa, 28 Feb 2012

62

Rabu, 29 Feb 2012

63

Kamis, 1 Mar 2012

64

Jumat, 2 Mar 2012

Mengerjakan laporan

65

Senin, 5 Mar 2012

Mengerjakan laporan

66

Selasa, 6 Mar 2012

Mengerjakan laporan

66

67

Rabu, 7 Mar Mengerjakan laporan 2012

68

Kamis, 8 Mar 2012

Mengerjakan laporan

69

Kamis, 8 Mar 2012

Pengurusan administrasi untuk selesainya kantor kegiatan magang di perusahaan PGE

utama

70

Jumat, 9 Mar 2012

Ikut senam pagi yang diadakan oleh Lapangan perusahaan kantor PGE utama

71

Jumat, 9 Mar 2012

Pencarian data yang kurang ke PLTP Unit PLTP Unit IV IV Pengurusan administrasi untuk selesainya kantor kegiatan magang di perusahaan Mengerjakan laporan PGE utama

72

Jumat, 9 Mar 2012

73

Jumat, 9 Mar 2012

67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT Pertamina (Persero) 4.1.1 Sejarah PT Pertamina (Persero) Pencarian minyak di Indonesia dimulai sejak abad ke-19 oleh Jan Recnik yang berkebangsaan Belanda, pada tahu 1871 Royal Dutch dan Sheel mulai melakukan eksplorasi minyak di Indonesia. Kemudian tahun 1883 produksi minyak dilakukan secara komersil. Yang pertama kali di Indonesia berasal dari sumur minyak Telaga Said di Pangkalan Bandar Sumatera Utara. Keberhasilan pencarian minyak mendorong dibangunnya penyulingan minyak di Wonokromo tahun 1880, pangkalan Brandan tahun 1892, Cepu tahun 1890, Plaju tahun 1888, dan Balikpapan tahun 1890. Kegiatan-kegiatan Royal Dutch dan Sheel dengan Stanvac sebuah perusahaan Amerika pada tahun 1918 membangun penyulingan di Riau daratan perusahaan minyak tersebut dilakukan oleh perusahaan Royal Dutch didaerah Sumatera Utara dan Aceh yang kemudian dikenal dengan nama BPM (Bataafsche Petroleum Maatcapay) pada penjajahan Jepang dan berganti nama dengan Sayutai. Lahirnya Pertamina tidak dilepas dari perjuangan bangsa Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah pengakuan kedaualatan perusahaan pertama yang didirikan adalah Perusahaan Tambak Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI).

67

Perusahaan ini berasal dari BPM yang ditinggalkan ketika tentara Jepang memasuki Sumatera Utara pada masa perang dunia. Penyerahan lapangan minyak dan kekayaan dari Sheel kepada pemerintah RI tidak berjalan lancar sampai tahun 1954 sementara di dalam negeri berbagai perkembangan politik, atas inisiatif karyawan setempat nama PTMNRI diganti menjadi Tambak Minyak Staff Angkatan Darat dengan membentuk Eksplorasi Tambak Minyak Sumatera Utara (PT ETSU) pada bulan Desember 1957 atas perintah Kepala Staff Angkatan Darat PT ETSU di ubah menjadi PN PETAMINA, kemudian dengan PP no 198 pada tanggal 1 Juli 1961 perusahaan ini diubah menjadi PN PERMINA. Pada tahun 1968 perusahaan ini berubah menjadi PN PERTAMINA berdasarkan PP no 27 tahun 1968 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 tahun 1971 nama PN PERTAMINA berubah menjadi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA). Kemudian tahun 2003 nama perusahaan ini berubah menjadi PT PERTAMINA yang berdasarkan pada PP no 31 tahun 2003 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). 4.1.2 Visi dan Misi PT Pertamina (Persero) Visi dari PT Pertamina (Persero) adalah Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia

68

Sedangkan misi dari PT Pertamina adalah menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat 4.1.3 Logo dan Slogan PT Pertamina (Persero)

Gambar 4.1 Gambar Logo Pertamina sumber : www.pertamina.com Logo pertamina yang berlaku secara nasional, merupakan sebuah logo dengan makna yang harus dipahami oleh orang-orang yang bersinggungan langsung dengan Perusahaan perminyakan milik Negara ini. Elemen logo merupakan representasi huruf P yang keseluruhan representasi bentuk panah dimaksudkan sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progresif. Arti warna-warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis. Berikut adalah arti dari warna-warna dari logo Pertamina: a. Biru : melambangkan keandalan, dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Sumber daya manusia sebagai mitra kerja yan loyal serta memiliki komitmen untuk berdedikasi.

69

b.

Hijau : Melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. Sumber daya lingkungan sebagai mitra kerja yang berorientasi pada pelayanan masyarakat.

c.

Merah : melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam keadaan. Sumber daya manusia sebagai mitra kerja yang tanggung dan pantang menyerah.

4.2 Gambaran Umum PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang 4.2.1 Visi dan Misi PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Berikut adalah visi PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang : 2008 : Bussiness Mainded Geothermal Energy 2011 : Center of Excellence for Indonesia Geothermal Energy 2014 : World Class Geothermal Energy Sedangkan misi dari PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang adalah melakukan usaha pengembangan energy geothermal secara optimal yang berwawasan lingkungan dan memberikan nilai tambah bagi stakeholder (pihak-pihak yang bersangkutan) 4.2.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang di dalamnya mencakup pembagian kerja atau tugas ke dalam bagian-bagian yang ada sehingga dapat terjalin kordinasi dan kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang berbentuk struktur organisasi fungsional,

70

artinya seorang atasan mendelegasikan wewenang pada bawahannya berdasarkan fungsi dan pemisahan tugas. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi terlampir dalam laporan ini. 4.2.3 Sertifikat, Piagam, dan Penghargaan Berikut adalah sertifikat yang telah didapatkan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang: a. Sertifikat ISO 9001L: 2008 dari TUV Rheinland. b. Sertifikat BS OHSAS 1800: 2007 dari TUV Rheinland. c. Sertifikat Partisipasi dari Pemeran Pendidikan Lingkunagan Propinsi Jawa Barat tahun 2004 d. Sertifikat ISO 1400: 2004 dari TUV Rheinland. Berikut adalah piagam yang telah didapatkan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang: a. Piagam penghargaan Stand Terbaik II Pameran Produk-Produk Unggulan Pertambangan dan Energi dari Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa Barat tahun 2006. b. Piagam penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accidet Award) dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tahun 2006. c. Piagam Penghargaan Pengelolaan Ligkungan Kegiatan Pertambangan Panas Bumi tahun 2005-26 dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi.

71

d. Piagam Penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Bandung atas Partisipasi Kegiatan Penghijauan pada Pekan Lingkungan Dalam Rangka Memperingati HUT RI ke-364 Kabupaten Bandung tanhun 2005. e. Piagam Penghargaan K3LL yang diberikan oleh Direksi Pertamina (Persero)

berupa Penghargaan Patra Adikarya Bhuni Utama kepada PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang pada tahun 2005. f. Piagam Penghargaan dari Green Cities Gemah Ripah Repeh Rapih atas partisipasi Peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia Tingkat Profinsi Jawa tahun 2005. g. Piagam Penghargaan Utama Keselamatan Pertambangan tahun 2004 yang

diberikan kepada Perusahaan Geothermal PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang tahun 2004. Berikut adalah penghargaan yang telah didapatkan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang: a. Tanda Penghargaan Kecelakaan Nihil Keselamatan Kerja Patra Nirbaya Karya Pratama dalam bidang produksi Geothermal yang diberikan kepada Pertamina EP Unit III Cirebon dari Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia tahun 1992. b. Penghargaan Aditama Keselamatan Pertambnagan tahun 2006 dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi. 4.2.4 Tenaga Kerja Tenaga kerja di perusahaan Geothermal Energy Area Kamojang pada bulan Januari 2012 berjumlah sebanyak 344 orang, 82 orang pekerja tetap dan 252 orang

72

adalah mitra kerja. Berikut adalah tabel ketenagakerjaan di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang pada bulan Januari tahun 2012. Tabel 4.1 Tabel Jumlah Tenaga Kerja di PT Pertamina Area Kamojang Tahun 2012 No.

Bagian General Manager Enjinering Operasi Power Plant Workshop Keuangan K3LL Layanan Umum SDM Humas IT dan Komunikasi Pengadaan Security Jumlah

Pekerja Tetap 1 6 16 36 6 4 3 1 3 1 1 3 1 82

Pekerja Mitra 5 26 12 57 2 8 1 33 2 3 54 49 252

Jumlah 1 11 42 48 63 6 11 2 36 3 4 57 50 344

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Sumber: PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

73

4.2.5 Gambaran Proses Industri Geothermal Secara umum proses industri di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang terbagi menjadi 4 tahap, yaitu: a. Preliminary Survey Preliminnary survey merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendahului kegiatan eksplorasi yaitu dengan mengidentifikasi dan perhitungan untuk kemungkinan adanya potensi bahwa terdapat sumber panasbumi di daerah tersebut. b. Eksplorasi Eksplorasi adalah penjelajahan dan pencarian terhadap adanya titik-titik potensi adanya sumber energi panasbumi. Dalam eksplorasi ini ada kemungkinan untuk ditemukan atau tidaknya sumber energy panas bumi. c. Feasibility Study Feasibility study merupakan suatu analisis terhadap eksporasi tersebut diteruskan atau tidak diteruskan. d. Eksploitasi Eksploitasi merupakan pemanfaatan sumber energi panasbumi yang kemudian diubah menjadi energi listrik. Proses pemanfaatan sumber energi panasbumi ini yaitu: 1) Panasbumi Diambil dari Sumur Produksi Panasbumi yang diambil dari sumur produksi ini disalurkan melalui pemipaan.

74

2) Pemisahan Fluida Pemisahan fluida ini dilakukan di separator karena panasbumi yang diambil dari kepala sumur merupakan campuran dari fluida 2 fasa yaitu fasa uap dan fasa cair, oleh karena itu dipisahkan terlebih dahulu proses pemisahan. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan inilah yang dialirkan ke turbin. 3) Perubahan Energi Energi panasbumi ini digunakan untuk menggerakkan turbin yang dihubungkan dengan generator. Tenaga gerak ini kemudian berubah menjadi energi listrik. Energi listrik yang didapatkan ini kemudian siap untuk didistribusi. 4) Pendinginan Karena temperatur uap panasbumi tersebut yang masih tinggi, oleh karena itu diperlukan proses pendinginan sebelum uap tersebut dikembalikan injeksi ke sumur injeksi. Proses pendinginan ini terjadi di menara pendingin. Saat ini, lapangan panas bumi Kamojang memiliki 82 sumur (termasuk 5 sumur Belanda). Pembangkitan listrik energy panas bumi dipasok dari 45 sumur produksi yang dialirkan ke lima jalur pipa utama produksi, yakni PL-401, 402, 403, 404, dan 405. Jalur pipa PL-401, 402, 403, dan 404 mengalirkan uap untuk pembangkitan PLTP unit I, II, dan III sebesar 1100 ton/jam dan mampu menghasilkan listrik berkapasitas 140 MW. Sementara itu, jalur pipa PL-405 mengalirkan uap sebesar 432 ton/jam untuk pembangkitan PLTP unit IV yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas 60 MW.

75

Sebagai usaha untuk menjaga keberlanjutan produksi listrik dari energy panas bumi, Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang menginjeksikan kembali kondensat uap panas bumi ke dalam sumur-sumur injeksi. Dikenal sebagai salah satu lapangan panas bumi dengan kualitas uap terbaik tentunya membawa keuntungan dalam proses produksi, dimana fasilitas produksi permukaan dapat bertahan dalam rentang waktu yang panjang dan kemudahan dalam perawatan.

Gambar 4.2 Gambar Proses Industri Geothemal di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Tahun 2012 Sumber : PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

76

4.2.6 Sarana dan Prasarana 4.2.6.1 Sarana Produksi Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225 C). Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panasbumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik. Fasilitas produksi yang diperlukan untuk mengoperasikan lapangan uap panas bumi di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang terdiri dari sumur produksi, valve, instrumentasi, gauge, silencer, scrubber, pemipaan, separator, turbin, generator, pompa, menara pendingin dan sumur injeksi. 4.2.6.2 Sarana Penunjang Sarana penunjang di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sama seperti perusahaan-perusahaan lainnya yaitu sarana yang dipakai oleh perusahaan yang bukan bagian dari sarana produksi. Sarana penunjang tersebut berupa gudang, laboratorium, meja kantor, kursi kantor, peralatan tulis, transportasi, Alat Pelindung Diri (APD), sarana proteksi kebakaran, logistic, pengadaan, printer, komputer, dll

77

4.3 Gambaran Umum Bidang K3LL PT Pertamina Geothermal Energy 4.3.1 Gambaran Karyawan Karyawan K3LL di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang berjumlah 11 orang. Dari 11 orang tersebut 3 orang merupakan pekerja tetap dan 8 orang lainnya merupakan mitra kerja. Seluruh kegiatan terkait K3LL yang ada divisi K3LL PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang dikepalai oleh satu orang manager K3LL. Manager K3LL ini bertanggung jawab langsung kepada general manager. Dibawah manager K3LL terdapat 1 orang staff lindungan lingkungan, 1 orang staff K3 yang bertanggung jawab langsung kepada general manager. Kemudian terdapat 2 orang staff kantor K3LL yang merupakan mitra kerja. Untuk kantor lapangan K3LL terdapat 6 orang pekerja yang semuanya merupakan mitra kerja. Dua orang pekerja di kantor lapangan K3LL adalah pekerja harian, yang bekerja pagi sampai sore hari layaknya pekerja lainnya yang dimulai dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 16.00 sore. Pekerja yang bekerja di kantor lapangan 4 orang lainnya merupakan pekerja shift, yang terbagi menjadi 3 shift yang dilakukan secara bergantian yaitu shift pagi pukul 08.00 16.00, shift sore pukul 16.00 00.00 dan shift malam 00.00 08.00. 4.3.2 Program yang Sedang Dijalankan Selain tugas rutin harian yang dikerjakan oleh divisi K3LL PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, ada juga program-program yang dijalankan. Secara garis besar program yang sedang dijalankan oleh divisi K3LL terbagi menjadi 4 kategori besar yaitu program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), program pelatihan internal 78

pekerja, program terkait lindungan lingkungan dan audit perusahaan. Program yang dijalankan tersebut ada program yang dijalankan secara rutin, ada yang dijalankan 2 pekan sekali, ada yang dijalankan 1 bulan sekali, ada yang dilakukan dalam selang 3 bulan sekali, ada yang dilakukan dalam selang waktu 6 bulan dan ada juga yang dilakukan hanya 1 kali dalam setahun. Untuk lebih jelasnya, program yang sedang dijalankan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang ini terlampir dalam laporan magang ini. 4.4 Gambaran Area Penelitian Penelitian dilakukan pada area PLTP Unit IV karena potensi kebakaran yang lebih tinggi terdapat pada area ini, sarana proteksi yang dipasang juga lebih lengkap pada area ini dan jika terjadinya kebakaran pada area ini maka ada kemungkinan proses produksi akan berhenti, sehingga mahasiswa memilih area ini menjadi area penelitian untuk laporan kegiatan magang. Area PLTP Kamojang Unit IV adalah area untuk PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang melakukan kegiatan-kegiatan produksi. Untuk Area PLTP Kamojang Unit IV ini terdapat kantor PLTP, warehouse dan PLTP. Area PLTP Kamojang Unit IV secara garis besar dibedakan menjadi 3 sub-lokasi yaitu area PLTP, area kantor PLTP dan area warehouse. Area PLTP merupakan area pusat produksi dari PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang ini. Area PLTP ini bersebelahan dengan kantor PLTP yang terdiri dari 3 lantai. Area kantor PLTP juga terdiri dari 3 lantai, disini merupakan kantor kerja untuk pekerja PLTP. Sedangkan warehouse adalah tempat penyimpanan untuk keperluan PLTP dalam kapasitas besar.

79

Gambar 4.3 Denah Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012 Sumber : PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Kategori kebakaran di kantor PLTP Unit IV terdapat kategori kelas A, B dan C. Kategori kelas A didapatkan dari adanya peralatan berbahan dasar kayu, kertas, plastik, dll. Kategori kelas B didapatkan dari adanya laboratorium yang didalamnya terdapat bahan kimia cair yang mudah terbakar. Kategori kelas C didapatkan dengan adanya peralatan listrik didalam kantor PLTP. Untuk jumlah untuk material jenis A, B dan C tersebut jumlahnya sedikit, jarak antar material jenis A dan C tidak berdekatan dan apabila terbakar tidak melepaskan panas yang tinggi sehingga menjalarnya api menjadi lambat dan material jenis B sudah ditempatkan pada ruang tertutup dan tersimpan aman. Karena hal-hal tersebut, maka tingkat potensi kebakaran yang ada di kantor PLTP Unit IV tergolong rendah.

80

Kategori kebakaran pada warehouse adalah kategori A, B dan C. Untuk kategori kelas A didapatkan dari adanya peralatan berbahan dasar kayu, kertas, plastik, dll. Untuk kategori kelas B didapatkan dari adanya penyimpanan bahan-bahan kimia cair yang mudah terbakar. Dan kategori kelas C didapatkan dengan adanya peralatan listrik didalamnya. Potensi kebakaran yang tinggi pada warehouse ini dikarenakan banyaknya jumlah material jenis A dan B didalam warehouse ini, dan sangat dekatnya jarak antar material jenis A yang apabila terbakar dapat melepaskan panas yang tinggi sehingga dapat menyebabkan api menjalar dengan cepat. Sedangkan PLTP klasifikasi kebakaran yang didapatkan adalah A, B dan C. Kategori kelas A didapatkan dari adanya peralatan berbahan dasar kayu, karet, dll. Untuk kategori kelas B didapatkan dengan adanya peralatan yang menggunakan bahan bakar cair. Sedangkan kategori C didapatkan dari adanya sumber tegangan listrik tinggi dan banyaknya peralatan yang menggunakan energi listrik didalamnya. Tingkat potensi kebakaran di area ini adalah sedang dengan melihat jumlah material jenis A dan B dan jarak antar material jenis A yang terdapat pada area ini tergolong tidak terlalu rapat yang apabila terbakar dapat melepaskan panas yang sedang sehingga dapat menyebabkan api menjalar dengan kecepatan sedang. Tingkat potensi kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV berbagi menjadi tingkat potensi kebakaran yang rendah sedang dan tingkat potensi kebakaran yang tinggi. Untuk potensi kebakaran yang rendah terdapat pada kantor PLTP, untuk potensi kebakaran sedang terdapat pada dan PLTP sedangkan pada kategori tinggi terdapat pada lokasi warehouse.

81

Tabel 4.2 Tabel Potensi Kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012 No Sublokasi Tingkat Potensi kebakaran 1 Kantor PLTP B Rendah Kategori Kelas Kebakaran A Terdapat material padat seperti kayu dan kertas Terdapat lab yang didalamnya Keterangan

terdapat bahan kimia yang mudah terbakar seperti aseton dan spriritus

C 2 Warehouse Tinggi A

Terdapat sumber tegangan listrik Terdapat material padat seperti kayu dan kertas

Menyimpan bahan cair yang muda terbakar seperti bahan bakar solar

C 3 PLTP Sedang A

Terdapat sumber tegangan listrik Terdapat material padat seperti kayu dan karet

Terdapat

mesin-mesin

yang

menggunakan bahan bakar cair Terdapat berbagai macam sumber C tegangan listrik

Area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang memiliki sarana proteksi kebakaran aktif yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan area lain, sarana proteksi yang ada yaitu APAR, hidran, sprinkler otomatis, pompa pemadam, penyimpanan air, detektor kebakaran dan alarm kebakaran.

82

4.5 Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Sarana proteksi kebakaran aktif yang dilihat dalam laporan magang ini adalah APAR, hidran, sprinkler otomatis, pompa pemadam, penyimpanan air, detektor kebakaran dan alarm kebakaran. Dalam laporan magang ini digunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan sebagai acuan utama melihat sarana proteksi kebakaran aktif yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang. Namun digunakan juga Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: Per.04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan untuk melihat kesesuaian APAR yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang. 4.5.1 Gambaran APAR di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang 4.5.1.1 Gambaran Media APAR di PT Pertamina Geothermal Energy Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah ditempatkan secara menyebar di area PLTP Kamojang Unit IV. Untuk jenis media APAR terdapat 2 jenis media APAR, yaitu APAR dengan media dry powder dan APAR dengan media CO2. Untuk APAR dengan media dry powder berjumlah 17 buah dan APAR dengan media CO2 berjumlah 16 buah sehingga jumlah APAR keseluruhan di area PLTP Kamojang Unit IV menjadi 33 buah.

83

84

Menurut permenaker no 04 tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR), APAR dengan media dry powder digunakan untuk kebakaran kelas A, B dan C dan APAR dengan media CO2 digunakan untuk kebakaran kelas B dan C. Tabel 4.3 Tingkat Efektifitas Jenis Media APAR dengan Kategori Kelas Kebakaran Menurut Permenaker No PER/04/1980 No Jenis Media 1 Dry Powder Kelas Kebakaran A B C D 2 CO2 A B C D Sangat Baik Baik Sangat Baik Berbahaya Kurang Baik Dapat dipakai Sangat baik Tidak dapat dipakai Untuk kelas A, tidak dapat Untuk kelas C, tidak dapat Tingkat Efektifitas Keterangan

digunakan untuk instalasi hubungan listrik

digunakan untuk kayu, arang batu, karet busa dan plastik busa dan untuk kelas B baik untuk bahan bakar cair seperti bensin, cat,

minyak, alkohol dan sebangsanya

APAR dengan media dry powder yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang digunakan untuk kategori kelas A, B dan C. Sedangkan APAR dengan media CO2 digunakan untuk kebakaran kelas C.

85

Tabel 4.4 Kesesuaian Media APAR yang Terpasang dengan Kategori Kelas Kebakaran No Sub-lokasi Kategori Kelas Kebakaran Jenis Media APAR yang cocok menurut PER/04/1980 1 Kantor PLTP B A Air dan Dry Powder Natrium dan Dry Powder C CO2, Dry Powder dan Halon 2 Warehouse A Air dan Dry Powder C CO2, Dry Powder dan Halon 3 PLTP A C Air dan Dry Powder CO2, Dry Powder dan Halon Dry powder dan CO2 Sesuai Dry powder dan CO2 Sesuai Dry powder dan CO2 Sesuai Jenis Media APAR yang ada Kesesuaian

4.5.1.2 Gambaran Penempatan dan Kondisi APAR di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang APAR yang terpasang di area PLTP Kamojang Unit IV sudah diletakkan ditempat yang mudah terlihat dan mudah dicapai dan diambil. Didapatkan APAR yang tidak ada tanda pemasangan APARnya, seperti pada APAR no 20 DP 29, 20 DP 25, 20 DP 29, 20 DP 16, 20 DP 29, 20 DP 17, 20 DP 18, 20 DP 19dan 20 DP 20. 86

Semua APAR yang terpasang di area ini berwarna merah, sehingga sangat mudah terlihat karena warnanya yang mencolok. Hampir semua APAR yaitu 31 buah menggantung pada dinding, hanya terdapat 3 buah APAR yang posisinya tidak menggantung yaitu APAR no 20 CO2 1, 20 CO2 dan 20 CO2 7 dan tidak ada satupun APAR yang diletakkan didalam box. Untuk semua APAR yang menggantung, sudah semuanya terdapat penguatan sekang pada dinding. Untuk tinggi pemasangan APAR sendiri, semua APAR ujung tertingginya dipasang tidak melebihi 120 cm yaitu berkisar antara 97cm 113cm dan dasar APAR berkisar 55 cm 42 cm dari permukaan lantai. PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang tidak terdapat tempat-tempat yang suhunya ekstrim. Sehingga suhu lingkungan sekitar APAR tidak lebih dari 49 C dan tidak turun dari minus 44 C. APAR yang sudah terpasang di area PLTP Kamojang Unit IV, sudah semua APARnya terdapat label pemeriksaan. Terdapat instruksi pemakaian APAR di beberapa tempat, yaitu 3 buah dikantor PLTP masing-masing 1 buah disetiap lantai, 2 buah di warehouse dan 2 buah di PLTP. Tidak ditemukan juga APAR yang kondisi tekanan didalamnya kurang serta tidak ditemui APAR yang kondisi tabungnya sudah berkarat.

87

Tabel 4.5 Kesesuaian Penempatan dan Kondisi APAR di Area PLTP Kamojang Unit IV dengan Standar Permenaker No. PER/04/1980 No Standar Permenaker No. PER/04/1980 1 Semua APAR harus diletakkan ditempat yang mudah terlihat, mudah dicapai dan diambil 2 Semua APAR harus terdapat tanda pemasangan APAR yang standar Terdapat APAR yang tidak ada 72,7% Semua APAR telah diletakkan ditempat yang mudah terlihat, mudah dicapai dan mudah diambil Kenyataan Di Lapangan Tingkat Kesesuaian 100% APAR sesuai

tanda pemasangan APARnya (20 DP APAR 29, 20 DP 25, 20 DP 29, 20 DP 16, 20 DP 29, 20 DP 17, 20 DP 18, 20 DP 19dan 20 DP 20) sesuai

Warna APAR sebaiknya berwarna merah

Semua APAR berwarna merah

100% APAR sesuai

APAR diletakkan menggantung pada dinding dengan penguatan sekang

APAR yang menggantung pada dinding terdapat penguatan sekang

100% APAR sesuai

APAR yang diletakkan didalam box, boxnya tidak terkunci

Tidak ada APAR yang diletakkan dalam box

Untuk APAR dry power dan CO boleh diletakkan dibawah 120 cm, tetapi dasar APAR tidak lebih rendah dari 15cm dari permukaan lantai

Tinggi teratas APAR yaitu berkisar antara 97cm 113cm dan dasarnya berkisar 55 cm 42 cm

100% APAR sesuai

88

Suhu lingkungan sekitar APAR tidak boleh diatas 49 C dan tidak turun dari minus 44 C

Suhu lingkungan sekitar APAR

100%

tidak lebih dari 49 C dan tidak turun APAR dari minus 44 C sesuai

Semua APAR harus terdapat label pemeriksaan APAR

Semua APAR terdapat label pemeriksaan

100% APAR sesuai

Tabung APAR tidak berlubang dan atau berkarat

Tidak dijumpai adanya tabung APAR yang berkarat

100% APAR sesuai

10

Jarum pada gauge APAR menunjukan bahwa APAR terisi penuh dan tekanan cukup

Semua jarum pada gauge APAR menunjukan bahwa APAR bertekanan cukup

100% APAR sesuai

Gambar 4.7 APAR yang Tidak Terpasang di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

Gambar 4.8 APAR yang Tidak Ada Tanda Pemasangan di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

89

4.5.1.3 Gambaran Pemantauan dan Pemeliharaan APAR di PT Pertamina Geothermal Energy Karena APAR merupakan sarana proteksi kebakaran aktif yang harus siap pakai kapanpun jika diperlukan, oleh karena itu dibutuhkan suatu pemeliharaan dan pemantauan APAR yang dilakukan secara rutin agar ketika diperlukan APAR benarbenar dapat digunakan. Untuk pengisian tidak dilakukan secara mandiri oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, namun pengisian media APAR diisi secara eksternal oleh instansi lain. Ketika inspeksi, jika ditemukan alat perlengkapan APAR yang cacat atau rusak, segera diperbaiki oleh inspektor APAR yang bertugas. Standar pemantauan pada peraturan yang berlaku adalah setiap 6 bulan sekali, namun pemantauan yang dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang adalah sebulan sekali. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan ketika pemantauan APAR di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang: Tabel 4.6 Kesesuaian Pemantauan APAR Menurut Standar Permenaker No. PER/04/1980 No Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 Kenyataan di lapangan 1 2 Berkurang/tidaknya tekanan dalam tabung Rusak/tidaknya pengaman cadridge/tabung tekanan dan mekanik penembus segel 3 4 5 Tersumbat/tidaknya mulut pancar Pipa pelepas tidak cacat/rusak Gelang tutup kepala dalam keadaan baik Dilakukan Dilakukan Dilakukan Sesuai Sesuai Sesuai Dilakukan Dilakukan Sesuai Sesuai Kesesuaian

90

Tabung APAR tidak berlubang/cacat karena karat

Dilakukan

Sesuai

APAR dengan media CO2 harus diperiksa dengan cara menimbang serta mencocokan beratnya dengan berat yang tertera pada APAR tersebut dan tidak boleh terdapat kekurangan lebih dari 10% dengan berat yang tertera di APAR

Tidak dilakukan penimbangan terhadap APAR media CO2

Tidak sesuai

APAR dengan media dry powder, dry powdernya Dilakukan harus dalam keadaan tercurah bebas dan tidak berbulir

Sesuai

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang tidak dilakukan dalam pemantauan APAR adalah penimbangan terhadap APAR dengan media CO2, sedangkan hal-hal lainnya sudah dilakukan pada saat pemantauan. Penimbangan dilakukan untuk melihat indikasi adanya kebocoran pada APAR CO2 tersebut jika didapatkan APAR yang beratnya kekurangan lebih dari 10% dengan berat yang tertera di APAR merupakan indikasi adanya kebocoran pada APAR. Karena CO2 merupakan zat yang bersifat gas, maka APAR dengan media CO2 lebih mungkin untuk terjadinya kebocoran, ditambah dengan tidak adanya regulator untuk mengetahui tekanan dalam APAR. Selain itu diperlukannya penimbangan terhadap APAR dengan media CO2 yaitu dikhawatirkan APAR kurang optimal pada saat akan digunakan.

91

4.5.2 Gambaran Hidran di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang 4.5.2.1 Gambaran Jenis Hidran di PT Pertamina Geothermal Hidran di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah terpasang menyebar di semua area PLTP Kamojang Unit IV. Jenis hidran yang terpasang secara garis besar dibagi menjadi 2 macam yaitu hidran halaman dan hidran gedung.

Gambar 4.9 Hidran Halaman di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

92

Gambar 4.10 Hidran Gedung di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

Gambar 4.11 Presentase Jenis Hidran di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

93

4.5.2.2 Gambaran Penempatan Hidran di PT Pertamina Geothermal Energy Penempatan hidran di area PLTP Kamojang Unit IV ini terdapat hidran gedung dan hidran halaman. Komponen hidran terdiri dari selang kebakaran 1,5 inci, selang kebakaran 2,5 inci, kopling penyambung dan nozzle. Semua selang kebakaran panjangnya adalah 30 meter. Semua peralatan hidran berwarna merah dan orange. Kotak hidran sudah mudah dilihat, dijangkau dan tidak terhalang oleh benda lain. Pipa pemancar (nozzle) yang ada di area ini seluruhnya belum terpasang pada selang kebakaran. Tabel 4.7 Kesesuaian Penempatan Hidran Area PLTP Kamojang Unit IV dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 No Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 1 Komponen hidran terdiri dari selang kebakaran, kopling penyambung dan perlengkapan lainnya 2 Selang kebakaran dengan diameter kurang dari 1,5 inci harus terbuat dari tahan yang tahan panas dan panjang maksimum selang harus 30m 3 Semua peralatan hidran kebakaran sebaiknya berwarna warna merah 4 Kotak hidran harus mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak Semua peralatan hidran berwarna merah Kotak hidran mudah dibuka, dilihat, dijangkau 100% hidran sesuai 100% hidran sesuai Komponen hidran terdiri dari sumber persediaan air, pompa kebakaran, selang kebakaran, nozzle Semua selang kebakaran diameternya 1,5 inci dan 2,5 inci dan panjang selang masing-masing 30m 100% hidran sesuai Kenyataan Di Lapangan Tingkat Kesesuaian 100% hidran sesuai

94

terhalang oleh benda lain

dan tidak terhalang oleh benda lain

Pipa pemancar (nozzle) harus sudah terpasang pada selang kebakaran

Pipa pemancar belum terpasang pada selang kebakaran

0% hidran sesuai

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa komponen hidran, warna peralatan hidran dan selang kebakaran sudah sesuai dengan standar yang ada. Namun pipa pemancar (nozzle) masih belum terpasang pada selang kebakaran, hal ini memerlukan waktu yang lebih jika terjadinya kebakaran sedangkan jika pipa pemancar (nozzle) sudah terpasang pada selang hidran dapat digunakan lebih cepat dan tidak memerlukan waktu lagi untuk memasang pipa pemancar (nozzle). 4.5.2.3 Gambaran Inspeksi Pemeliharaan dan Pengujian Hidran Inspeksi hidran dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy ada yang 1 bulan sekali, ada juga yang setahun sekali. Untuk inspeksi 1 bulanan, yang diinspeksi adalah pemipaan dan fiting, katup selang hidran, sambungan pemadam, pillar hidran, kotak hidran. Sedangkan pengujian aliran dilakukan setahun sekali. Tabel 4.8 Kesesuaian Pemeliharaan Hidran dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 No Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 1 Katup selang hidran harus diinspeksi setiap tiga bulan Katup selang hidran diinspeksi setiap 1 bulan Sesuai Kenyataan Di Lapangan Kesesuaian

95

Sambungan pemadam harus diinspeksi setiap tiga bulan

Sambungan pemadam diinspeksi setiap 1 bulan Hidran luar gedung diinspeksi setiap 1 bulan dan setelah operasi Kotak selang hidran luar diinspeksi setiap 1 bulan Hidran luar diuji coba setiap 1 tahun

Sesuai

Hidran luar gedung/pillar hidran harus diinspeksi setiap tahun dan setelah operasi

Sesuai

Kotak selang hidran luar harus diinspeksi setiap tiga bulan

Sesuai

Hidran luar harus diuji coba setiap tahun dengan cara dibuka penuh sampai semua kotoran dan benda asing terbuang selama kurang lebih satu menit

Sesuai

Setelah pemakaian semua selang harus dibersihkan, dibuang airnya dan dikeringkan seluruhnya sebelum dipasang kembali

Setelah pemakaian semua selang dibersihkan, dibuang airnya dan dikeringkan seluruhnya sebelum dipasang kembali Hidran luar gedung atau pillar hidran diberi pelumas

Sesuai

Hidran luar gedung atau pillar hidran harus diberi pelumas setiap tahun

Sesuai

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh gambaran inspeksi dan pengujian hidran sudah sesuai dengan standar yang ada. 4.5.3 Gambaran Sprinkler Otomatis di PT Pertamina Geothermal Energy Sprinkler sudah terpasang di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang. Sprinkler yang ada di PLTP Unit IV tidak terdapat pada semua area PLTP, hanya terdapat pada sekeliling mesin mesin yang berpotensi

96

tinggi untuk timbulnya kebakaran. Seluruh pipa-pipa yang menghubungkan sumber air dengan kepala sprinkler mempunyai warna tersendiri yaitu berwarna merah. Terdapat pipa pipa lain yang berwarna beda dengan fungsi yang berbeda juga.

Gambar 4.12 Sprinkler di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012 Sprinkler yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang telah terdapat koordinator kerusakan jika sprinkler didapatkan telah rusak atau telah digunakan. Dan sprinkler juga diberi label di kepala sprinkler jika didapati ada sprinkler yang rusak atau sistem dihentikan untuk sementara. Sprinkler yang dipasang sebenarnya sudah dirancang untuk memadamkan api, namun tetap dirancang untuk setidak-tidaknya dapat mempertahankan api agar tidak terus membesar, dan air dapat terus menyemprot sampai kira-kira 6 jam. Batas jarak maksimum antar sprinkler ada sedikit perbedaan dibeberapa titik. Hal ini disebabkan kemungkinan terjadinya kebakaran tiap mesin berbeda, sehingga jarakpun ada sedikit perbedaan yaitu sekitar 2-3 meter. Semua sprinkler didesain sedemikian rupa agar dapat bekerja secara otomatis, namun jika didapatkan sprinkler gagal bekerja pemberitahuan akan tetap tercatat di control room

97

sehingga dapat dilakukan tindak lanjutnya secara manual. Seluruh saluran pipa sprinkler berwarna merah, hal ini ditujukan untuk mempermudah perbaikan jika terdapat kebocoran pipa atau masalah teknis lainnya. Semua kepala sprinkler yang ada telah ditempatkan pada daerah yang kemungkinan untuk mendapat kerusakan mekanisnya sangat kecil. Tabel 4.9 Kesesuaian Sprinkler dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 No Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 1 Pemilik/pengelola gedung harus menugaskan seorang koordinator kerusakan 2 Sebuah label harus dipasangkan untuk menunjukkan bahwa suatu sistem, atau bagian dari sistem, telah dihentikan pengoperasiannya/di non aktifkan 3 Harus dirancang sedemikian rupa agar Dirancang minimal dapat minimal dapat mempertahankan agar api tidak berkembang selama 30 menit mempertahankan agar api tidak berkembang, dapat terus menyemprot selama 6 jam 4 Batas jarak maksimum antar kepala sprinkler harus di sesuaikan 5 Sprinkler harus bekerja secara otomatis 6 Kepala springkler tidak ditempatkan Jarak antar kepala sprinkler 2-3 meter Sprinkler bekerja secara otomatis Kepala springkler tidak Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Jika sprinkler tidak dapat digunakan/dihentikan sementara dipasang label Sesuai Terdapat koordinator kerusakan Sesuai Kenyataan Di Lapangan Kesesuaian

98

di tempat yang mungkin mendapat kerusakan mekanis

ditempatkan di tempat yang mungkin mendapat kerusakan mekanis

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh sprinkler di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang yang telah terpasang sudah sesuai dengan standar yang ada. Namun memang sprinkler yang ada hanya terdapat di area area tertentu saja atau tidak terdapat disemua sub-lokasi. Sedangkan jika sprinkler terdapat juga pada area area lain, kebakaran dapat dipadamkan dengan lebih cepat tanpa harus menunggu petugas kebakaran datang ke lokasi kebakaran atau setidak-tidaknya api dapat dipertahankan sebelum api menjalar ke tempat-tempat lain sambil menunggu petugas kebakaran datang ke lokasi kebakaran. 4.5.4 Gambaran Pompa Pemadam di PT Pertamina Geothermal Energy Pompa Pemadam di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu pompa pemadam yang bersifat tetap dan pompa pemadam yang bersifat portable.

99

Gambar 4.13 Pompa Pemadam Bersifat Tetap di Area PLTP Unit IV Tahun 2012

Gambar 4.14 Pompa Pemadam Portabel di Area PLTP Unit IV Tahun 2012 Pompa pemadam yang bersifat tetap sudah ditempatkan ditempat yang terpisah dari kegiatan pekerja, pompa ini berjalan secara otomatis dan alat kontrolnya ditutup dan dikunci sehingga tidak sembarang orang dapat merubah settingannya. Tempat untuk menempatkan pompa pemadam ini tidak ditempatkan pada ruangan khusus, sehingga pencahayaan dan ventilasi di area pompa pemadam ini sudah pasti tercukupi. Area pompa pemadam ini tidak dibuat landai/miring dan juga tidak ada pengering lantai, namun pompa diletakkan agak sedikit tinggi untuk menjauhi dari kemungkinan terkena air dan saluran air disekitar pompa pemadam sudah disediakan.

100

Tabel 4.10 Kesesuaian Pompa Pemadam dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 No Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 1 Pompa kebakaran, penggerak dan alat kontrolnya harus diproteksi terhadap kemungkinan gangguan Pompa pemadam sudah terpisah dari kegiatan pekerja, bekerja otomatis dan alat kontrolnya dikunci 2 Pencahayaan buatan harus disediakan dalam ruangan pompa 3 Pencahayaan darurat harus disediakan 4 Ventilasi ruangan pompa harus sesuai ketentuan Pencahayaan buatan disediakan Pencahayaan darurat disediakan Ventilasi ruangan pompa sudah sesuai karena tidak diletakkan pada ruang khusus 5 Lantai harus dibuat landai/miring untuk pengeringan yang cukup menghilangkan air menjauhi peralatan yang kritis seperti pompa, penggerak, alat kontrol dsb. 6 Ruangan pompa harus disediakan dengan pengering lantai yang menyalurkan air ke lokasi luar Tidak ada pengering lantai, namun sudah ada saluran air yg menyalurkan keluar Tidak sesuai Lantai tidak di sekitar pompa pemadam tidak dibuat landai/miring Tidak sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Kenyataan di Lapangan Kesesuaian

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada hal-hal yang belum sesuai terkait pompa pemadam seperti lantai tidak dibuat landai/miring dan tidak terdapat pengering lantai. Lantai yang dibuat landai ini tujuannya agar jika terdapat air, air

101

tersebut dapat langsung mengalir ke saluran air. Lantai yang dibuat landai juga berguna jika terdapat tumpahan saat pengisian bahan bakar pompa, maka cukup dialirkan dengan cairan lain seperti air sabun ke saluran air. 4.5.5 Gambaran Penyediaan Air di PT Pertamina Geothermal Energy Penyediaan air di PT Pertamina Geothemal Energy terdapat 1 tempat penyimpanan air yang dapat digunakan setiap saat. Satu tempat penyediaan air telah disediakan untuk kebutuhan saat kebakaran dan untuk keperluan sehar-hari di Area PLTP Kamojang Unit IV. Penyediaan air ini dapat bekerja secara otomatis yang telah diatur secara otomatis. Untuk volume air di Area PLTP Kamojang Unit IV terdapat 2 tempat yaitu 1.000.000.000 liter dan 800.000 liter, sehingga jika dijumlahkan menjadi 1.800.000 liter air yang siap untuk digunakan, namun tempat penyimpanan air itu tidak hanya digunakan untuk keperluan saat terjadi kebakaran, tetapi digunakan juga untuk keperluan sehari-hari. Air yang ada di tempat penyimpanan air juga tidak mengandung serat dan bahan yang dapat mengganggu. Walaupun penyimpanan air di area kantor utama dan area gudang diambil dari danau Cikaro, tetapi air tersebut juga sudah di filter terlebih dahulu, sehingga tidak ada serat atau bahan lain yang dapat mengganggu. Air yang ada di tempat penyimpanan airpun bukan air asin, karena memang penggunaan air asin tersebut sifatnya korosif sehingga kurang baik jika terkena alat-alat yang penting dan mahal. Secara geografis PT Pertamina Geothermal Area Kamojang ini

102

terletak di daratan tinggi sehingga sulit jika menggunakan air asin, dan yang sudah dijelaskan sebelumnya air sebagian besar diambil dari danau Cikaro yang tentunya tidak bersifat asin.

Gambar 4.11 Tempat Penyediaan Air di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012 Tabel 4.25 Kesesuaian Penyediaan Air dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 No Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 1 Sekurang-kurangnya terdapat jenis sistem penyediaan air 2 Sistem penyediaan air bekerja secara otomatis 3 Sistem penyediaan air dapat diandalkan tiap saat Terdapat 1 buah sistem penyediaan air Sistem penyediaan air bekerja secara otomatis Sistem penyediaan air dapat diandalkan tiap saat Sesuai Sesuai Sesuai Kenyataan Di Lapangan Kesesuaian

103

Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu

Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu

Sesuai

Pemakaian air asin tidak diijinkan

Tidak menggunakan air asin

Sesuai

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa tempat penyimpanan air yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah sesuai dengan standar yang ada. 4.5.6 Gambaran Detektor Kebakaran di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Detektor yang ada di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang PLTP Unit IV ada 2 jenis, yaitu detektor asap dan detektor panas. Dipasang 2 macam detektor bertujuan agar jika salah satu (asap atau panas) saja terdeteksi, maka akan dapat memberikan pemberitahuan dengan cepat. Detektor asap yang di pasang di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang berjenis foto electric. Untuk kondisi stand-by atau normal lampu smoke detektor ini akan menyala berwarna merah berkedip-kedip, namun untuk kondisi detektor yang mendeteksi adanya asap, maka detektor akan menyala berwarna merah terus-menerus. Untuk detektor panas yang di pasang di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, di setting untuk mendeteksi panas dengan temperatur 57 C.

104

Gambar 4.16 Detektor Asap di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

Gambar 4.17 Detektor Panas di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

Detektor yang di area PLTP Kamojang Unit IV tidak dipasang masuk ke dalam langit-langit. Detektor sudah terpasang di seluruh area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy mulai dari kantor PLTP, warehouse dan PLTP Unit IV. Detektor kebakaran tidak diletakkan ditempat yang dapat melarutkan asap sebelum mencapai detektor seperti diletakkan dekat kipas angin, jendela, AC atau yang lainnya. Detektor tidak dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 m dari AC. Sumber tenaga listrik yang dipasang untuk sistem deteksi kebakaran yaitu 15 32 Volt. Panel kontrol sudah dapat menunjukan asal lokasi kebakaran dengan menunjukkan zona-zona yang sudah diklasifikasikan terlebih dahulu.

105

Tabel 4.12 Kesesuaian Detektor Area Gedung Utama dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/MEN/2008 No Standar Permen PU No. Kenyataan di Lapangan Tingkat Kesesuaian Detektor dipasang tidak masuk kedalam permukaan langit-langit Detektor sudah terpasang menyebar disemua area Sesuai Sesuai

26/PRT/MEN/2008 1 Detektor tidak boleh dipasang dengan cara masuk ke dalam permukaan langit-langit 2 Detektor harus dipasang pada seluruh daerah bila disyaratkan oleh standar yang berlaku atau oleh instansi yang berwenang. 3 Detektor harus tidak diletakkan dimana udara dari suplai diffuser dapat melarutkan asap sebelum mencapai detektor. 4 Sumber tenaga listrik sistem deteksi tidak kurang dari 6 volt 5 Panel kontrol harus bisa menunjukan asal lokasi kebakaran Detektor tidak diletakkan ditempat yang dapat melarutkan asap sebelum mencapai detektor Sumber tenaga listrik sistem deteksi 15 32Volt Panel kontrol dapat menunjukan asal lokasi kebakaran 6 Untuk setiap ruangan dengan luas 92 m dengan tinggi langit-langit 3 m, harus dipasang 1 buah alat detektor 7 Detektor tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 m dari AC Detektor tidak dipasang dalam jarak kurang dari 1,5m dari AC Detektor sudah terpasang menyebar disemua area

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

106

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua detektor kebakaran yang sudah dipasang di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah sesuai dengan standar yang ada. 4.5.7 Gambaran Alarm Kebakaran di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Alarm di PT Pertamina Geothermal Energy terbagi menjadi 2 macam, yaitu alarm yang bersifat manual dan alarm yang bersifat otomatis. Alarm manual digunakan ketika alarm otomatis gagal berfungsi. Alarm otomatis merupakan alarm yang secara otomatis berbunyi jika detektor kebakaran mendeteksi adanya kebakaran.

Gambar 4.18 Alarm Kebakaran Manual di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

Gambar 4.19 Bell Alarm Kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV Tahun 2012

107

Sistem alarm kebakaran yang ada sudah memiliki program pemeliharaan dan pengujian. Riwayat catatan, pengujian tersebut telah didokumentasikan dan telah disimpan. Setiap kotak titik panggil manual pada sistem dapat dicapai, tidak terhalang dan tampak jelas. Notifikasi penghuni sudah disediakan untuk menyiagakan penghuni terhadap suatu kejadian kebakaran atau keadaan darurat lainnya. Alarm di panel annunciator pada pusat pengendalian kebakaran sudah dengan cara indikator suara dan visual. Alarm untuk keadaan darurat sudah mempunyai notifikasi khusus yag berbeda. Alarm manual berwarna merah, ditempatkan pada lintasan jalur keluar dan ditempatkan pada tempat yang tidak mudah terkena gangguan. Tingkat kekerasan suara pada alarm adalah 92 desibel pada sumber bunyinya. Tabel 4.13 Kesesuaian Alarm Kebakaran di Area PLTP Kamojang Unit IV dengan Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 No Standar Permen PU No. 26/PRT/M/2008 1 Sistem alarm kebakaran harus mempunyai sebuah program pemeliharaan dan pengujian 2 Riwayat catatan pemeliharaan, pengujian dan dokumentasi harus disimpan 3 Untuk sistem alarm kebakaran yang menggunakan deteksi otomatik kebakaran atau alat deteksi aliran air, sekurang-kurangnya satu kotak titik panggil manual harus disediakan untuk inisiasi sinyal alarm kebakaran. Sistem alarm kebakaran mempunyai sebuah program pemeliharaan dan pengujian Riwayat catatan, pengujian dan dokumentasi telah disimpan Terdapat titik panggil alarm manual pada jalur evakuasi Sesuai Sesuai Kenyataan di Lapangan Kesesua ian Sesuai

108

Setiap kotak titik panggil manual pada sistem harus dapat dicapai, tidak terhalang dan tampak jelas.

Setiap kotak titik panggil manual pada sistem dapat dicapai, tidak terhalang dan tampak jelas.

Sesuai

Notifikasi penghuni harus disediakan untuk menyiagakan penghuni terhadap suatu kejadian kebakaran atau keadaan darurat lainnya

Notifikasi penghuni sudah disediakan

Sesuai

Alarm di Panel annunciator pada pusat pengendalian kebakaran harus dengan cara indikator suara dan visual

Alarm di Panel annunciator pada pusat pengendalian kebakaran dengan cara indikator suara dan visual

Sesuai

Alarm harus mempunyai notifikasi khusus yang berbeda

Alarm mempunyai notifikasi khusus yag berbeda Alarm manual berwarna merah

Sesuai

Alarm manual berwarna merah

Sesuai

Alarm manual ditempatkan pada lintasan jalur keluar

Alarm manual ditempatkan pada lintasan jalur keluar Lokasi penempatan alarm manual ditempatkan pada tempat yang tidak mudah terkena gangguan

Sesuai

10

Lokasi penempatan alarm manual tidak boleh terkena gangguan

Sesuai

11

Kekerasan suara minimal 65 dB

Kekerasan suara alarm 92 dBA

Sesuai

12

Adanya pemeliharaan terhadap alarm

Ada pemeliharaan terhadap alarm

Sesuai

109

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh sistem alarm kebakaran yang telah dipasang di area PLTP Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah sesuai dengan standar yang ada.

110

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan a. PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan energi panas bumi yang diubah menjadi energi listrik. Untuk pembangkitan PLTP unit I, II, dan III mengalirkan uap sebesar 1100 ton/jam dan mampu menghasilkan listrik berkapasitas 140 MW, sedangkan unit IV 430 ton/jam yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas 60 MW. b. Karyawan K3LL PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang berjumlah 11 orang. Program yang dijalankan secara umum terbagi menjadi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), program pelatihan internal pekerja, program terkait lindungan lingkungan dan audit perusahaan. c. Hasil yang didapatkan dalam laporan magang ini di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang adalah sebagai berikut: 1) Jenis media APAR yang terdapat di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang adalah dry powder dan CO2. Masih ada halhal terkait APAR yang masih harus diperhatikan seperti 27,3% APAR belum memiliki tanda pemasangan APAR, dan APAR jenis CO2 tidak ditimbang saat pemantauan APAR. 111

2) Jenis hidran yang terpasang secara garis besar dibagi menjadi 2 macam yaitu hidran halaman dan hidran gedung. Ada hal yang masih belum sesuai dengan standar terkait hidran seperti 100% pipa pemancar (nozzle) masih belum terpasang pada selang kebakaran. 3) Seluruh sprinkler yang telah terpasang sudah sesuai dengan standar yang ada, dan terpasang pada mesin-mesin yang beresiko tinggi untuk terbakar di area PLTP Kamojang Unit IV. 4) Pompa Pemadam di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang terbagi menjadi 2, yaitu pompa pemadam yang bersifat tetap dan pompa pemadam yang bersifat portable. Masih ada hal-hal yang masih harus diperhatikan terkait pompa pemadam seperti lantai tidak dibuat landai dan tidak adanya pengering lantai. 5) Tempat penyimpanan air yang ada di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang sudah sesuai dengan standar yang berlaku. 6) Detektor yang ada di area PLTP Kamojang Unit IV PT Pertamina Geotehrmal Energy Area Kamojang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu detektor asap dan detektor panas. Seluruh detektor kebakaran yang sudah dipasang sudah sesuai dengan standar yang ada. 7) Alarm di area PLTP kamojang Unit IV PT Pertamina Geothermal Energy terbagi menjadi 2 macam, yaitu alarm yang bersifat manual dan alarm yang bersifat

112

otomatis. Seluruh sistem alarm kebakaran yang telah dipasang sudah sesuai dengan standar yang ada. 5.2. Saran Setelah mahasiswa melakukan kegiatan magang tersebut, maka saran untuk perusahaan adalah sebagai berikut: a. Semua APAR diberi tanda pemasangan, APAR yang baru digunakan dengan segera diganti dengan APAR yang dapat digunakan dan APAR dengan jenis CO2 dilakukan penimbangan saat pemantauan APAR. b. Dipasangnya pipa pemancar (nozzle) pada selang kebakaran. c. Lantai pada pompa pemadam dibuat landai dan disediakannya pengering lantai.

113

Daftar Pustaka Anonim. Profil Pertamina. http://www.pertamina.com/index.php/home/read/company_profile (akses 17 Nov 2011). Anonim. Sejarah Bisnis. http://www.pge.indonesia.com/index.php?option=com_content&view=article& id=3&Itemid=2 (akses 25 des 2011) Anonim. Ledakan di Pabrik Rambut Palsu Tewaskan Seorang Pekerja.

http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/01/14/78524/Ledakan-diPabrik-Rambut-Palsu-Tewaskan-Seorang-Pekerja/6 (akses 14 Feb 2012) Anonim. Tangki Air http://www.purewatercare.com/tangki_air.php (akses 22 mar 2012) Anonim. Keunggulan Tangki Polyetilen http://pionirmandirijaya.com/keunggulantangki--tandon-air-polyethylene.html (akses 22 mar 2012) Anonim. Kenali Segitiga Api. http://www.safetysign.co.id/image-product/img21101287553023.gif (akses 15 Jan 2012) Anonim. Bahaya Kebakaran. http://www.artikelk3.com/bahaya-kebakaran.html (akses 15 jan 2012) Danial. Sistem Sprinkler Otomatis. 2010 (last updated Feb 2011).

http://www.trenkonstruksi.com/index.php?option=com_content&view=article &id=91:sistem-pengolahan-air-laut-dengan-membran-osmosisbalik&catid=43:material-dan-alat&Itemid=57 (akses 22 mar 2012) Elsi, Elsa. Evaluasi Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Gedung B Lantai V Rumah Sakit X dengan Berpedoman kepada SNI 03-3987-1995. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2003.

114

Estria, Cintha. Evaluasi Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kapal Penumpang KM. Lambelu PT Pelayaran Nasional Indonesia (PT PELNI) Tahun 2008. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2008. Iriawan, Edi. Gudang Farmasi Ludes Terbakar Kerugian Ditaksir Mencapai 10 Milyar. http://www.indosiar.com/fokus/gudang-farmasi-ludes-terbakar-kerugian-10miliar_76237.html (akses 14 jan 2012) Iskandar, Redion. Evaluasi Alat Proteksi Kebakaran Aktif dan Gambaran Pengetahuan Pekerja Mengenai Penggunaan Alat Proteksi Kebakaran Aktif di Gedung Wet Paint Production PT International Paint Indonesia Tahun 2008. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2008. Kusuma, Yuriadi. Sistem Mekanikal Gedung. Modul 8. Bandung: Pusat Pengembangan Bahan Ajar, 2005. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI no. KEP.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 Tentang Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung Laporan Investigasi Kebakaran PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Modul HSE Pertamina No 11 Aspek Kebakaran National Fire Protection Association No NFPA 10 Tentang Standard for Portable Fire Extinguishers Edisi 1998. Modul pelatihan fire alarm system 15 Feb 2012 Pabrik Petasan Meledak, 1 Orang Tewas, Koran Sindo, 16 des 2011 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Khusus Ibu Kota Jakarta

115

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No : Per.04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 02/Men/1983 tentang instalasi kebakaran otomatik Prawira, Windy Noermala. Evaluasi dan Analisis Konsekuensi Alat Pemadam Api Ringan di Gedung A FKM UI Tahun 2009 dengan Metode Event Tree Analysis. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2009. Ramli, Soehatman. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management). Jakarta: Dian Rakyat, 2010 Rifai, Muhammad. Kronologi Kebakaran Kilang Pertamina di Cilacap. http://news.okezone.com/read/2011/04/02/340/441726/kronologi-kebakarankilang-pertamina-di-cilacap (akses 14 jan 2012) Santoso, Sujito. Pabrik Balon di Semanan Untuk Kedua Kalinya Terbakar. http://www.indosiar.com/fokus/pabrik-balon-di-semanan-untuk-kedua-kalinyaterbakar_77710.html (akses 14 jan 2012) Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-3987-1995 Tahun 1995 Tentang Tata cara perencanaan, pemasangan pemadam api ringan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung. Syamsuri, Masud. Gudang Limbah Terbesar Ludes Dilalap Api. http://www.indosiar.com/fokus/gudang-limbah-terbesar-ludes-dilalapapi_75892.html (akses 14 jan 2012).

116

Lampiran Dokumentasi Inspeksi APAR Grand Safety Meeting

Lomba Fire Fighting

Pelatihan Fire Alarm System

Lomba Breathing Apparatus

Safety Meeting K3LL

Safety Meeting Power Plant

Donor Darah

Mengganti Shock Wind yang Rusak

Safety Briefing Sebelum Bleeding

Uji Tegak Sumur

Senam Jumat

LAPORAN KEBAKARAN

DI WARUNG KUPAT TAHU IBU EPON Rabu, 29 Juni 2011

a. Masalah
Terjadi kebakaran di Warung Kupat Tahu milik Ibu Epon. Lokasi dekat dengan Workshop.

b. Kondisi Sebelum
Kondisi Warung Kondisi Cuaca : Baik : Hujan

c. Kronologis
Tanggal 29 Juni 2011 Jam 20.15 WIB Petugas Petugas HSE Shift malam Bapak T. Andani Keterangan Ibu Epon pemilik warung sedang memasak kupat tahu di tungku Selagi memasak, Ibu Epon pergi membeli nasi pincuk di warung pojok dan meninggalkan tungku dalam keadaan menyala Tungku yang ditinggalkan tersebut menyebabkan terjadinya kebakaran 20.18 WIB Petugas HSE Shift malam Bapak T. Andani Pak Mulyadi (Security) melapor kepada Pak Dani (HSE) bahwa telah terjadi kebakaran di warung Ibu Epon 20.19 WIB Petugas HSE Shift malam Bapak T. Andani Pak Dani dibantu oleh Linmas dan security mengambil APAR dry powder sebanyak 8 tabung Mereka mengambil APAR karena pompa mobil pemadam sedang rusak sehingga tidak bisa dipakai Photo

20.20 WIB

Petugas HSE Shift malam Bapak T. Andani

Proses pemadaman api menggunakan APAR Pak Dani Mengontak control room Operasi Produksi untuk meminta kiriman air untuk hydrant dari Cikaro Memadamkan api menggunakan hydrant Tetapi tekanan hydrant nya kecil karena sumber airnya cukup jauh dan harus berbagi dengan sumur injeksi Api sudah padam

20.40 WIB

Petugas HSE Shift malam Bapak T. Andani

20.59 WIB

Petugas HSE Shift malam Bapak T. Andani

d. Penyebab Permasalahan :
Kebakaran disebabkan oleh tungku yang digunakan untuk memasak kupat tahu di warung Ibu Epon, dimana di dekat tungku terdapat kompor minyak.

e. Akibat Kebakaran :
Warung, masakan dan peralatan masak di warung Ibu Epon habis terbakar Sebagian atap warung Pak Dulman juga ikut terbakar (api merembet ke bagian warung yang sebagian besar terbuat dari kayu, bambu dan asbes). Booster televisi di warung Pak Dulman rusak Pemilik warung (Mertua dan anak P Dulman) merasa syok Total Kerugian diperkirakan mencapai 12 juta rupiah (Ibu Epon Rp 10 jt, P Dulman Rp 2 Juta)

f. Saran
1. Pencegahan : Sosialisasi mengenai bahaya kebakaran kepada masayarkat sekitar perusahaan, khususnya masyarakat yang melakukan aktivitas yang berpotensi menimbulkan kebakaran seperti pemilik warung, agar mereka selalu berperilaku aman saat beraktivitas. 2. Penanggulangan : a. APAR dipergunakan Untuk memadamkan kebakaran dengan api yang masih kecil (tingkat permulaan). Sehingga untuk api besar seharusnya jangan memadamkan menggunakan APAR b. Alat Pemadam Kebakaran seharusnya selalu dalam kondisi siap, terutama untuk menghadapi kondisi emergency. Sehingga Perbaikan kerusakan pompa mobil pemadam kebakaran harus dikerjakan secepatnya c. Tekanan hydrant yang digunakan harus cukup. Sumber air nya bisa dari sumber lain yang lebih dekat agar lebih cepat dan tidak berebut dengan sumur injeksi

Disiapkan Tanda Tangan : ................Nama : Ewon Sonjaya (Staff HSE) Tanggal : .. Juni 2011

Diperiksa Tanda Tangan : ................Nama : Widodo Suwanto (Pws Ut HSE) Tanggal : .. Juni 2011

Disetujui Tanda Tangan : ................Nama : Fahmi HD (Man. HSE PT.PGE Area KMJ) Tanggal : .. Juni 2011

LAMPIRAN FOTO KEBAKARAN WARUNG KUPAT TAHU IBU EPON Rabu, 29 Juni 2011

PROGRAM K3LL AREA GEOTHERMAL ENERGY KAMOJANG TAHUN 2012 NO MATERI/KEGIATAN JANUARI 1 2 3 4 FEBRUARI MARET 1 2 3 4 1 2 3 4 APRIL MEI 1 2 3 4 1 2 3 JUNI 1 2 3 JULI 1 2 3 AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 KET

KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA 1 Review Kebijakan K3LL 2 Safety Meeting 3 Safety Walk & Talk (SWAT) 4 Observasi & Intervensi 5 Safety Talk 6 Bulan K3 7 Peralatan Keselamatan (Check APD) 8 Pengawasan K3LL Pemboran* 9 Emergency Response 10 Good House Keeping 11 Review Safety Sign 12 Fire Alarm Test Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Komite K3LL INTERNAL TRAINING 14 P3K 13 15 Teknik Pemakaian APAR 16 Breathing Apparatus 17 Safety Driving 18 Pengelolaan Lingkungan LINDUNGAN LINGKUNGAN 19 Pemantauan Lingkungan 16.1. Kualitas Air 16.2. Kualitas Udara GS GS GS GS

NO

MATERI/KEGIATAN

JANUARI 1 2 3 4

FEBRUARI MARET 1 2 3 4 1 2 3 4

APRIL MEI 1 2 3 4 1 2 3

JUNI 1 2 3

JULI 1 2 3

AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

KET

20 Audit Pengelolaan Sampah Domestik 21 Program Revegetasi 22 Kampanye Lingkungan 19.1. Hari Air 19.2. Hari Bumi 19.3. Hari Lingkungan sedunia AUDIT 23 Internal Audit SMP (ISO & OHSAS) 24 External Audit (Resertifikasi) Keterangan : * Disesuaikan dengan pelaksanaan pemboran Kamojang, Januari 2011 Dibuat oleh : Pws. Ut. HSE,

Mengetahui : General Manager

Disetujui oleh Manajer K3LL

Tavip Dwikorianto

Fahmi H. Dereinda

Widodo Suwanto

You might also like