You are on page 1of 4

Radiografii Vertebra Fraktur Vertebra Fraktur kompresi: fraktur ini bermanifestasi sebagai deformitas berbentuk sudut pada bagian

anterior dari korpus vertebra atau depresi yang terbatas pada vertebral end-plate. Pita sklerosis yang samar dapat diidentifikasi tepat di bawah end plate yang mengalami deformitas. Pada jejas yang berat, dapat ditemukan penyempitan dari segmen anterior vertebra. Fraktur-dislokasi: Paling sering terjadi di vertebra cervicalis bagian bawah dan pada sambungan torako-lumbal. Biasanya corpus vertebra bagian atas terdorong anterior, relatif terhadap korpus vertebra di bawahnya. Terkadang tidak terdapat fraktur, hanya terjadi dislokasi, di mana jejas hanya terjadi pada diskus intervertebra dan ligamenligamennya. Fraktur vertebra cervical: Fraktur C1 atau atlas jarang terjadi. Jenis yang paling umum adalah fraktur yang melibatkan arkus neural posterior terjadi karena hiperekstensi dari kepala dan leher. Fraktur-fraktur ini umumnya bilateral dan tidak disertai dislokasi tulang. Trauma langsung pada vertebra dapat menyebabkan fraktur vertebra pada arah anterior dan posterior, yang berujung pada dislokasi lateral dari kedua fragmen. Fraktur C2 terjadi pada trauma hiperekstens yang mengakibatkan fraktur dari arkus neural terhadap faset inferiornya. Garis fraktur sering kali berbentuk oblik dan cenderung simetris dan berkaitan dengan dislokasi dari C2 terhadap C3. Jejas yang terjadi akibat fleksi pada segmen vertebra servikalis lainnya mengakibatkan fraktur kompresi anterior yang biasanya dapat dengan mudah dilihat pada foto polos dengan proyeksi lateral. Fraktur vertebra torakolumbal: Sebagian besar fraktur yang terjadi mengakibatkan kompresi anterior, yang biasanya dapat dilihat dengan mudah pada proyeksi lateral dan mungkin nampak pada proyeksi anterior. Burst fracture sering terjadi pada sambungan torakulumbal. Pada jejas ini, fragmen dari batas superoposterior dari korpus vertebra akan tergeser menuju kanalis spinalis dan mengakibatkan jejas pada medulla spinalis. Spondylitis Gambaran radiografi menunjukkan terjadinya proses spondylitis infeksi yaitu: penyempitan dari diskus interverterba, erosi dan destruksi vertebra end plate di sekitarnya, dan massa jaringan lunak paravertebra. Pada spondilitis TB, dapat ditemukan massa jaringan lunak yang diikuti dengan erosi irregular atau scalloping dari batas anterior dari beberapa korpus vertebra yang berdekatan. Pada kasus yang berkepanjangan, kalsifikasi dapat terjadi pada abses paravertebra. Dapat juga ditemukan deformitas berbentuk sudut yang disebut gibbus. Daftar Pustaka: Rogers LF. Traumatic lesions of the bones and joints. In: Juhl JH, Crummy AB, Kuhlman JE, editors. Paul and juhls essentials of radiologic imaging. 7th ed. 1998. Lippincott Williams & Wilkins Herring W. Learning radiology: recognizing the basics. 2nd ed. 2011. Elsevier Saunders Rogers LF, Norris MA. Infections and inflammations of the bones. In: Juhl JH, Crummy AB, Kuhlman JE, editors. Paul and juhls essentials of radiologic imaging. 7th ed. 1998. Lippincott Williams & Wilkins

Radiografi Sendi Pemeriksaan foto polos sendi memiliki peranan yang baik dalam menunjukkan kelainan tulang terkait sendi, namun memberikan gambaran yang buruk mengenai abnormalitas pada jaringan lunak. 1. Osteoarthritis

a.
b.

Gambaran khasnya adalah terbentuknya osteofit marginal,yaitu protrusi tulang di sepanjang sendi Sklerosis subkondral di mana kartilago protektif telah rusak Kista subkondral. Akumulasi cairan synovial di daerah subkondral. Penyempitan celah sendi. Biasanya ditemukan pada sendi panggul dan sendi lutut.

c. d.
e.

2. Charcot arthropathy

a.

Gambaran khasnya termasuk fragmentasi tulang di sekitar persendian yang menghasilkan densitas ossifikasi kecil-kecil di sekitar kapsul sendi, terkadang tidak terlihat karena proses resorbsi

b.

Destruksi struktur anatomi sendi.

3. Artritis reumatik (AR) a. Temuan biasanya bilateral dan simetris

b.

Di tangan, AR sering melibatkan persendian proksimal. Temuan lanjut termasuk deviasi ulna pada persendian metakarpophalangeal (MCP), subluksasi MCP, dan kelenturan sendi yang mengakibatkan deformitas jari (deformitas swan-neck dan boutonniere)

c.

Di persendian radiokarpal, dapat terjadi erosi tulang karpal, stiloid ulna, dan penyempitan celah sendi radiokarpal. d. Di vertebra servikalis, dapat ditemukan kelenturan ligamen yang berujung pada subluksasi C1 dan C2 (subluksasi atlantoaksial).

e.
4.

Di persendian lain biasanya timbul penyempitan celah sendi.

Artritis gout

a. b.
c. 5.

Gambaran khasnya adalah erosi juxta-artikularis dengan batas tegas dan batas sklerotik. Penyempitan celah sendi adalah gambaran pada fase lanjut Dapat ditemukan tohpi, yaitu akumulasi dari kristal asam urat.

Artritis psoriatic

a. b.

Pasien psoriasis ditandai dengan perubahan pada kuku dan kulit sesuai gejala klinis psoriasis Melibatkan persendian kecil di tangan, terutama sendi interphalang distal (DIP)

c.
d.

Dapat ditemukan erosi juxta-artikularis terutama di DIP. Proliferasi tulang pada insersi tendo Reaksi periosteum pada tulang (pencil-in-cup deformity) Pada sendi sakro-iliaka, ditemukan sakroilitis bilateral asimetris.

e.
f. Dislokasi sendi 1.

Dislokasi pergelangan tangan (articulatio radiocarpea): Biasanya melibatkan os lunatum, dengan gambaran dislokasi anterior dari radius dan tulang karpal di sekitarnya. Ini disebut sebagai dislokasi lunatum anterior. Dapat dilihat dengan mudah dengan menggunakan proyeksi lateral. Dislokasi siku: ditemukan dislokasi posterior atau posterolateral dari radius dan ulna terhadap humerus.

2.

3. Dislokasi sendi bahu: Pada dislokasi anterior (yang sering terjadi), maka caput humerus bergeser ke arah
anterior dari glenoid, menuju prosesus korakoideus dari scapula. Diagnosis dari dislokasi anterior tidaklah sulit. Pada dislokasi posterior, caput humerus berada dalam posisi rotasi interna dengan permukaan artikular menghadap posterior. Biasanya dibutuhkan dua proyeksi untuk mendiagnosis keadaan ini. Gambaran radiografi yang dapat ditemukan berupa garis vertikal pada korteks tulang yang paralel terhadap korteks medial humerus. Dapat juga ditemukan pelebaran sendi (>6mm).

4. Dislokasi sendi acetabulofemoral: Dapat terjadi dislokasi ke anterior atau posterior. Dislokasi posterior
terjadi lebih sering, gambarannya yaitu pelebaran celah sendi, pergeseran kaput femur ke arah superior rotasi interna dari kaput femur dan aduksi dari femoral shaft. Dislokasi anterior memberikan gambaran pergeseran dari kaput femur ke arah inferior.

Daftar pustaka: Rogers LF. Traumatic lesions of the bones and joints. In: Juhl JH, Crummy AB, Kuhlman JE, editors. Paul and juhls essentials of radiologic imaging. 7th ed. 1998. Lippincott Williams & Wilkins Herring W. Learning radiology: recognizing the basics. 2nd ed. 2011. Elsevier Saunders

You might also like