You are on page 1of 8

Trichuris trichiura (cacing cambuk) Nama penyakit : Trichuriasis Whipworm infection - Trichuriasis merupakan penyakit tropis terutama pada

anakanak usia 5-15 tahun . - Terbanyak dijumpai pada daerah rural di Asia. - Ditemukan juga di Amerika Selatan terutama pada keluarga-keluarga dengan sanitasi yang buruk. - Tersebar secara kosmopolitan ( tersebar di seluruh dunia ) terutama di daerah-daerah tropis yang panas dan lembab. - Di Indonesia, cacing ini sering ditemukan disamping Ascaris lumbricoides dan cacing tambang. Morfologi - Cacing dewasa berbentuk seperti cambuk - 3/5 tubuh bagian depan kecil, mengandung oesophagus. - 2/5 tubuh bagian belakang lebar, mengandung intestine dan satu set alat reproduksi. - Cacing jantan berukuran 30-45 mm, ujung posterior membengkok dan mempunyai spikula dengan selubung yang retraktil. - Cacing betina berukuran 35-50 mm, ujung posterior lurus dan membulat. - Life span cacing dewasa 1 tahun Trichuris trichiura jantan ( Kiri) dan betina (kanan) (makroskopis)

Panjang 35-55 mm 2/5 bagian posterior gemuk menyerupai pegangan cambuk dan

3/5 bagian anterior kecil panjang seperti cambuk.

Telur : - berbentuk seperti tempayan, tong anggur (barrel shape) atau lemon shape, ukuran 50 x 23 mikron, pada kedua ujungnya terdapat dua buahmucoid plug (sumbat yang jernih) - dinding luar telur berwarna kuning kecoklatan, dindingdalam transparan, isi berupa massa yang tidakbersegmen. SIKLUS HIDUP - Telur keluar dari tubuh bersama feses jatuh pada tanah . - Di luar tubuh manusia telur berkembang dan menjadi infektif dalam waktu 15 30 hari. Infeksi terjadi oleh karena menelan telur infektif. - Setelah tertelan oleh manusia, telur menetas di usus halus, larva keluar, penetrasi ke dalam villi usus, kemudian turun ke caecum dan menjadi dewasa. - Cacing dewasa menanamkan tubuh bagian anterior nya pada mukosa caecum. - Cacing betina mulai meletakkan telurnya 60-70 hari setelah infeksi, dan mengeluarkan telur sebanyak 3.000 20.000 telur per hari. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan telur : - Suhu panas / hangat (27 32 C) - Kelembaban cukup 60 80% - Keadaan yang teduh - Tanah berhumus / tanah liat CARA INFEKSI - Infeksi terjadi karena kontaminasi tanah yang mengandung telur infektif pada makanan atau tangan. - Infeksi berat sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan sanitasi yang buruk dan kebiasaan bermain di tanah yang mengandung telur yang matang. GEJALA KLINIK - Pada umumnya tidak menimbulkan gejala. - Gejala klinik baru tampak pada infeksi berat,terutama pada anak- anak, berupa : . mual dan muntah . nyeri abdomen, terutama pada titik Mc. Burney . diare yang disertai bercak-bercak darah, tanpa panas. . kadang kadang konstipasi . anoreksia

. berat badan menurun . anemia . prolapsus recti PATOGENESIS - Cacing Trichuris pada umumnya hidup di caecum, hanya pada infeksi berat dapat sampai ke bagian usus yang lain seperti appendix, ileum terminale,bahkan kadang-kadang sampai ke rectum. - Cacing menanamkan diri pada mukosa, menghisap darah dan menyebabkan luka-luka berdarah. Trauma pada epithelium dan submukosa usus dapat menyebabkan perdarahan kronis yang akan mengakibatkan anemia. - Luka-luka ini dapat menjadi jalan masuk bagi bakteri dan amoeba, sehingga gejala-gejala yang terjadi dapat disertai dengan infeksi bakteri sekunder . DIAGNOSA - Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinis - ditemukannya telur yang khas di dalam tinja , pada pemeriksaan tinja secara langsung (direct smear) atau cara konsentrasi. - Pada infeksi berat, dapat terjadi prolapsus recti dengan ditemukannya cacing dewasa Terapi Obat yang sekarang banyak digunakan dan mempunyai efek samping yang minimal adalah : - Mebendazole, dengan dosis 200 mg untuk dewasa, dan 100 mg untuk anak-anak selama 3 hari - Albendazole 600 mg dosis tunggal - Dapat juga diberikan Oxanthel pyrantel pamoat - Bila dijumpai adanya anemia , dapat diberikan obat anti anemia PENCEGAHAN - Menghilangkan sumber infeksi dengan cara pengobatan penderita - Training pada anak-anak dan orang dewasa untuk defekasi di WC - Mencuci tangan adalah penting untuk mencegah reinfeksi - Menjaga kebersihan baik secara pribadi maupun kebersihan lingkungan - Pendidikan kesehatan

Ascaris Lumbricoides Nama Latin : Ascaris lumbricoides Phylum : Nematoda

Ordo : Ascaridida Family : Ascarididae Klas : Secernentea Species : Ascaris lumbricoides Genus : Ascaris Morfologi Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur perharinya. Cacing dewasa bentuknya silindris, dengan ujung bagian depan meruncing. Merupakan cacing nematode terbesar yang menginfeksi manusia. Cacing ini berwarna putih kemerahmerahan. Kepalanya mempunyai tiga bibir pada bagian depan dan mempunyai gigi-gigi kecil pada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup dan dipanjangkan untuk memasukkan makanan.

Gambar cacing Ascaris lumbricoides

Telur yang dibuahi berbentuk oval melebar dengan ukuran 60-70 x 30-50 mikron. Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu sel tunggal. Sel ini dikelilingi oleh suatu membran (lapisan) vitelin yang tipis untuk meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dapat bertahan hidup sampai satu tahun. Disekitar lapisan ini ada kulit bening dan tebal yang dikelilingi oleh lapisan albuminoid (protein dalam darah) yang permukaannya tidak teratur. Di dalam rongga usus, telur memperoleh warna kecoklatan dari pigmen empedu. Sedangkan telur yang tidak dibuahi berada dalam tinja, bentuk telur lebih lonjong dan mempunyai ukuran 88-94 x 40-44 mikron, mempunyai dinding yang tipis, berwarna coklat dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna dan isinya tidak teratur.

Gambar telur cacing Ascaris lumbricoides

Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat mengandung telur askariasis yang telah dibuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari. Bila terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris. Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran, yakni hati, jantung dan kemudian di paru-paru. Pada paruparu, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea,kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya. Siklus Hidup Siklus hidup parasit "Ascaris lumbricoides" dimulai dari cacing dewasa yang bertelur dalam usus halus dan telurnya keluar melalui tinja lewat anus (1), sehingga tahap ini disebut juga dengan fase diagnosis, dimana telurnya mudah ditemukan. Kemudian telur yang keluar bersama tinja akan berkembang di tanah tempat tinja tadi dikeluarkan (2) dan mengalami pematangan (3). Selanjutnya setelah telur matang disebut fase infektif, yaitu tahap dimana telur mudah tertelan (4). Telur yang tertelan akan menetas di usus halus (5). Setelah menetas, larva akan berpindah ke dinding usus halus dan dibawa oleh pembuluh getah bening serta aliran darah ke paru-paru (6). Di dalam paru-paru, larva masuk ke dalam kantung udara (alveoli), naik ke saluran pernafasan dan akhirnya tertelan (7). Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Mulai dari telur matang yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan.

Gambar siklus hidup A. lumbricoides

Distribusi Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar di seluruh dunia, lebih banyak ditemukan di daerah yang beriklim panas dan lembab. Survey yang dilakukan di Indonesia antara tahun 1970-1980 menunjukkan pada umumnya merata hingga 70% atau lebih. Angka pemerataan tinggi sebesar 78.5% dan 72.6% masih ditemukan pada tahun 1998 pada sejumlah murid dua sekolah dasar di Lombok. Di Jakarta sudah dilakukan pemberantasan secara sistematis terhadap cacing yang ditularkan melalui tanah sejak 1987 di sekolah-sekolah dasar. Angka pemerataan Ascaris sebesar 16.8% dibeberapa sekolah di Jakarta Timur pada tahun 1994 turun menjadi 4.9% pada tahun 2000. ASKARIASIS Askariasis adalah suatu infeksi di usus halus yang disebabkan oleh parasit cacing gelang"Ascaris Lumbricoides". Kecacingan ini terjadi di seluruh dunia,

terutama di Negara berkembang termasuk Indonesia. Apalagi di daerah pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh mudah sekali untuk terkena infeksi cacing. Penyebab Kira-kira dua bulan setelah terkena askariasis, cacing dewasa mulai bertelur di dalam usus, kemudian tetur-telur mikroskopik ini berjalan di sepanjang saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui tinja. Telur-telur tadi membutuhkan waktu 10-14 hari di dalam tanah dengan temperature yang hangat untuk dapat menginfeksi tuan rumah baru (hospes baru), dan telurtelur tadi juga dapat hidup di tanah sampai jangka waktu 6 tahun. Ketika telur-telur tadi dicerna, maka daur hidupnya akan dimulai kembali. Cacing dewasa dapat hidup hingga 2 tahun dan cacing betina dapat bertelur 200.000 tiap harinya. Parasit dapat dipindahkan ketika tinja manusia yang terinfeksi bercampur dengan tanah. Di Negara-negara berkembang, tinja manusia digunakan sebagai pupuk atau fasilitas-fasilitas yang mempunyai sanitasi yang rendah mengijinkan barang-barang sisa untuk bercampur dengan tanah disekitar parit atau lading mereka. Telur-telur cacing dapat bertahan hidup di dalam tanah bertahun-tahun lamanya karena untuk menginfeksi manusia kembali. Dan manusia dapat terinfeksi oleh telur-telur cacing melalui buah dan sayuran yang mereka makan tumbuh di lahan yang tercemar tadi. Patologi dan gejala klinis Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa. Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paruparu akanmenyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen. Gejala bisa timbul sebagai akibat berpindahnya larva melalui paru-paru dan akibat adanyacacing dewasa di dalam usus. Perpindahan larva melalui paruparu bisa menyebabkan demam, batuk dan bunyi nafas mengi (bengek). Infeksi usus yang berat bisa menyebabkan kram perut dan kadang penyumbatan usus. Penyerapan zat makanan yang buruk bisa terjadi akibat banyaknya cacing di dalam usus. Cacing dewasa kadang menyumbat usus buntu, saluran empedu atau saluran pankreas. Diagnosis Infeksi oleh cacing dewasa biasanya didiagnosis berdasarkan adanya telur di dalam contoh tinja. Kadang di dalam tinja atau muntahan penderita ditemukan cacing dewasa dan di dalam dahak ditemukan larva. Jumlah eosinofil di dalam darah bisa meningkat. Tanda-tanda adanya perpindahan parasit bisa terlihat pada foto rontgen dada. Pengobatan

1) Pengobatan tradisional Beberapa hasil studi terbaru dalam literature medis yang mengusulkan benihsemangka dan papaya yang dijemur dibawah terik matahari dapat mengurangi infeksi cacing. Pada orang dewasa diberikan dosis satu sendok makan benih yang dicampur dengan gula dalam satu gelas air satu kali seminggu selama dua minggu. 2) Pengobatan dengan farmasi Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, mebendazol, albendazol, piperasin. Prognosis Kebanyakan penderita ascariasis dapat sembuh dengan spontan walaupun tanpa pengobatan. Namun, komplikasi dapat disebabkan oleh cacing dewasa yang bergerak ke organ tertentu atau berkembang biak berlebihan sehingga dapat menyumbat usus. Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis mencapai70 hingga 99%. Pencegahan Pencegahan dan upaya penanggulangan berdasarkan kepada siklus hidup dan sifat telurcacing ini, maka upaya untuk pencegahan dapat dilakukan langkah sebagai berikut : Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti : Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunkan sabun. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat. Khusus pada daerah endemik atau rentan, Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun, pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik adalah sulit. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah sebagai berikut : Mengadakan kemotrapi massal setiap 6 bulan sekali di daerah endemik ataupun daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis. Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan. Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidupcacing misalnyamemakai jamban/ WC. Makan makanan yang dimasak saja. Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan tinja sebagai pupuk

You might also like