You are on page 1of 4

Identifikasi senyawa golongan antrakuinon pada Rheum palmatum Pembahasan

Pada identifikasi ekstrak ini digunakan eluen etil asetat:metanol:air = 100:13,5:10. Dari pelarut yang digunakan ini, dapat diketahui bahwa polaritas nya diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil yaitu air, metanol, etil asetat. Pada pengamatan secara visible nampak 2 spot noda yang terbentuk berwarna kuning, sedangkan pada pengamatan UV 366nm didapatkan 2 warna noda yaitu kuning, dan noda kecoklatan. Kemudian dihitung Rf masingmasing noda tersebut yaitu Rf kecoklatan 0,5625, Rf kuning 0,875. Menurut Wagner dan Bladt (2001) pada drug sampel ekstrak methanol Rhei palmati radix 20L, menggunakan solvent sistem etil asetat : methanol : air (100 : 13,5 : 10) dan dideteksi menggunakan UV 365nm di dapatkan gambar sebagai berikut:
Keterangan : 1 = Rhei palmati radix (methanolic extract, 20L) 2 = Rhei rhapontici radix (methanolic extract, 20L) T1 = Rhein T2 = Rhaponticoside

Dalam mendeteksi glikosida pada Rhei radix khususnya Rhei palmati radix menggunakan solvent sistem etil asetat : methanol : air (100 : 13,5 : 10) dan dideteksi menggunakan UV 365nm akan di dapatkan fluorescent menonjol berwarna kuning yang merupakan antraquinone aglycone zone meliputi emodin, aloe-emodin, physcion, dan chrysophanol. Selain itu akan nampak pula 8-O-monoglukosides dengan warna coklat-merah dengan Rf 0.45 0.55 dan dihasilkan pula sedikit diglikosides pada range Rf 0.1 0.3. Sedangkan aglikon polar rhein ditunjukan pada warna biru florescent dengan Rf ~ 0.4 (Wagner dan Bladt,2001). Berdasarkan praktikum dan study literatur, maka dapat dianalisis bahwa hasil praktikum KLT pada ekstrak methanol Rheum palmatum, mengandung antraquinone aglycone (emodin, aloe-emodin, physcion, dan chrysophanol) karena menunjukkan warna

kuning berfluorecent, dan mengandung 8-O-monoglukosides karena menunjukkan warna kecoklatan. Namun jika dianalisis dari hasil Rf nya, menurut Wagner dan Bladt (2001) seharusnya Rf 8-O-monoglukosides Rf 0.45 0.55, tetapi pada praktikum di dapatkan pada Rf 0.5625, sedangkan untuk Rf antraquinone aglycone (emodin, aloe-emodin, physcion, dan chrysophanol) didapatkan nilai sebesar Rf 0,875, dan Wagner dan Bladt (2001) tidak menyebutkan nilai Rf untuk antraquinone aglycone pada ekstrak methanol Rheum palmatum dengan eluen etil asetat : methanol : air (100 : 13,5 : 10). Hal ini mungkin dikarenakan praktikan kurang presisi dan akurasi dalam membuat eluen, adanya komposisi eluen yang menguap, kurang tepat menotolkan, kurangnya ekstrak yang ditotokan, ataupun kwalitas ekstrak yang di analisis maupun kwalitas alat-alat yang digunakan dalam praktikum kurang bagus. Dilihat dari jarak perpindahan spot nya, maka diketahui bahwa spot berwarna kuning dengan Rf 0,875 memiliki jarak perpindahan yang lebih jauh dibanding spot kecoklatan Rf 0,5625. Hal tersebut menunjukkan spot kecoklatan yang berdasarkan literatur adalah 8-Omonoglukosides, memiliki sifat kurang larut dalam eluen dan lebih menempel pada silica (polar). Sedangkan spot warna kuning yang berdasarkan literatur adalah antraquinone aglycone (emodin, aloe-emodin, physcion, dan chrysophanol), memiliki sifat lebih larut dalam eluen nya dan kurang menempel pada silica(polar). Dapat diketahui pula bahwa campuran eluen memiliki volume etil asetat yang besar sehingga sifatnya kurang polar. Sehingga kemungkinan spot kecoklatan sifatnya lebih polar dibanding spot kuning karena spot kecoklatan lebih melekat pada silica. Kesimpulan: Dari praktikum ini, pada pengamatan secara visible nampak 2 noda yang terbentuk berwarna kuning, sedangkan pada pengamatan UV 366nm didapatkan 2 warna noda yaitu kecoklatan, dan kuning. Rf coklat 0.5625, dan Rf kuning 0,875. Hasil praktikum KLT pada ekstrak methanol Rheum palmatum, mengandung komponen kimia antraquinone aglycone (emodin, aloe-emodin, physcion, dan chrysophanol) karena menunjukkan warna kuning berfluorecent, dan mengandung 8-O-monoglukosides karena menunjukkan warna coklat. Wagner,H, Bladt,S, 1995, A Plant Drug Analysis- A Thin Layer Chromatography Atlas 2nd Edition, New York: Springer

Identifikasi pada Curcuma Xanthorrhiza dan Curcuma domestica Pembahasan

Pada identifikasi ekstrak ini digunakan eluen kloroform:etanol:asam asetat glasial = 95:5:1, untuk mengamati sopot nya digunakan UV 365 nm dan tanpa zat kimia lain. Menurut Wagner,H, Bladt,S, 1995, identifikasi Curcumae Rhizoma dengan metode tersebut adalah identifikasi pigmen warna kuning pada Curcumae Rhizoma. Dari pelarut yang digunakan, dapat diketahui bahwa polaritas nya diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil yaitu asam asetat glasial, etanol, kloroform. Sebelum mengidentifikasi ekstrak Curcuma Xanthorrhiza dan Curcuma domestica, terlebih dahulu diidentifikasi senyawa curcumin standard sebagai pembanding. Dari standard nya didapat 3 spot, dengan Rf curcumin 1 = 0,25; Rf curcumin 2 = 0,44; dan Rf curcumin 3 = 0,7625. Perbedaan nilai Rf pada saat praktikum ini dengan pada literatur mungkin dikarenakan praktikan kurang presisi dan akurasi dalam membuat eluen, adanya komposisi eluen yang menguap, kurang tepat menotolkan, kurangnya ekstrak yang ditotokan, ataupun kwalitas ekstrak yang di analisis maupun kualitas alat-alat yang digunakan dalam praktikum kurang bagus. Pada identifikasi ekstrak Curcuma Xanthorrhiza, didapat spot dengan Rf 0,573. Jika dibandingkan dengan Rf curcumin standard, nilai Rf dari spot ekstrak Curcuma Xanthorrhiza ini tidak mendekati nilai Rf curcumin standard. Menurut Wagner,H, Bladt,S, 1995, Ekstrak Curcuma xanthorrhiza kandungannya yang utama adalah curcumin, sedikit kandungan dernethoxycurcumin, nilai Rf dari curcumin Rf ~ 0.6. Sehingga kemungkinan spot yang didapat adalah curcumin karena nilai Rf nya 0,573, ini mendekati Rf curcumin yaitu 0,6. Pada identifikasi ekstrak Curcuma domestica, didapat spot warna kuning dengan Rf 0,24. Jika dibandingkan dengan Rf curcumin standard, maka nilainya mendekati nilai Rf curcumin 1 yaitu 0,25. Menurut Wagner,H, Bladt,S, 1995, Ekstrak Curcuma domestica menunjukkan warna spot kuning putih berfluorosensi, curcumin Rf ~ 0.6, demethoxycurcumin tepat dibawah range Rf 0.5-0.55, dan bisdernethoxycurcurnin Rf ~ 0.3. Dibandingkan dengan literatur ini, maka Rf spot kuning Curcuma domestica lebih mendekati Rf bisdernethoxycurcurnin. Perbedaan nilai Rf pada saat praktikum ini dengan pada literatur mungkin dikarenakan praktikan kurang presisi dan akurasi dalam membuat eluen, adanya komposisi eluen yang menguap, kurang tepat menotolkan, kurangnya ekstrak yang ditotokan, ataupun kwalitas ekstrak yang di analisis maupun kualitas alat-alat yang digunakan dalam praktikum kurang bagus. Kesimpulan Pada identifikasi ekstrak Curcuma Xanthorrhiza, didapat spot dengan Rf 0,573. Sehingga kemungkinan spot yang didapat adalah curcumin karena nilai Rf nya 0,573, ini mendekati Rf curcumin yaitu 0,6. Jika dibandingkan dengan Rf curcumin standard, nilai Rf dari spot

ekstrak Curcuma Xanthorrhiza ini tidak mendekati nilai Rf curcumin standard. Pada identifikasi ekstrak Curcuma domestica, didapat spot warna kuning dengan Rf 0,24. Jika dibandingkan dengan Rf curcumin standard, maka nilainya mendekati nilai Rf curcumin 1 yaitu 0,25. Jika dibandingkan dengan literatur, maka Rf spot kuning Curcuma domestica lebih mendekati Rf bisdernethoxycurcurnin Rf ~ 0.3.

You might also like