You are on page 1of 20

Case Report

ABORTUS MOLA HIDATIDOSA

Diajukan Oleh : Roi Holan Ambarita, S.Ked 0718011080

Pembimbing : Dr. H. Taufiqurrahman R., Sp.OG(K)

SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG OKTOBER 2012

BAB I LAPORAN KASUS

I. REKAM MEDIK A. Anamnesis 1. Identifikasi Nama Umur Jenis Kelamin Agama MR Alamat : Ny. SM : 43 tahun : Perempuan : Islam : 262006 : Jl. P. Murotai Gg. Damai Tanjung Sari No.11 Sukabumi Pekerjaan Status Suku Bangsa Tgl masuk RS 2. Keluhan Keluhan utama : keluar darah dari kemaluan 3. Riwayat perjalanan penyakit OS mengeluh keluar darah dari kemaluannya sejak 14 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, berwarna merah terang, banyaknya 3x ganti celana dalam sehari. OS mengaku keluar gelembung darah seperti mata ikan dan tidak ada keluar gumpalan darah seperti hati ayam. OS juga mengeluh perut bagian bawah sedikit terasa nyeri. OS ada riwayat mual muntah dan merasa perutnya lebih besar dari usia kehamilan sebenarnya. Keluhan jantung berdebar disangkal, keluhan sering gemetar di sangkal, keluhan sesak nafas dan riwayat keputihan di sangkal. OS mengaku hamil 3 bulan dan pernah dirawat di RSAM sekitar 2 minggu yang lalu karena : IRT : Menikah : Jawa : Minggu, 7 Oktober 2012

pendarahan pervaginam. OS sudah dilakukan pemeriksaan USG dan dokter mengatakan hamil anggur. 4. Riwayat penyakit dahulu OS mengaku tidak pernah menderita penyakit seperti kencing manis, darah tinggi, penyakit jantung, ginjal dan asma. Riwayat mola hidatidosa (-). 5. Riwayat penyakit keluarga Pasien mengaku di dalam keluarga tidak ada yang menderita mola hidatidosa, darah tinggi, penyakit jantung, ginjal, asma maupun kencing manis. 6. Riwayat fungsi reproduksi Menarche Siklus Lamanya : 14 tahun : teratur 28 hari/bulan : 5 hari

Banyaknya : 3x ganti pembalut/hari HPHT : 15 Juli 2012

7. Riwayat perkawinan Menikah 1x, usia menikah 23 tahun. 8. Riwayat obstetri G3 P2 A0 I. 1991, , spontan, aterm, bidan, sehat II. 1997, , spontan, aterm, bidan, sehat III. Hamil ini 9. Riwayat kontrasepsi OS mengaku tidak mempunyai riwayat menggunakan KB.

B. Pemeriksaan Fisik 1. Status present Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran Gizi Tanda tanda vital o TD o N o RR

: compos mentis : kesan kurang ideal (kurus) :

= 110/60 mmHg = 82 x/menit = 24 x/menit

o Suhu = 36,3 o C 2. Status generalis Rambut Mata Telinga Hidung Mulut Leher Thorax Abdomen Extremitas : hitam, lurus, dan tidak mudah dicabut. : sklera anikterik, konjungtiva anemis. : liang telinga lapang, tidak ada kelainan. : deviasi septum (-), sekret (-). : mukosa bibir kering, pucat kebiruan, lidah tidak kotor. : ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid. : tidak ditemukan adanya kelainan. : datar, simetris, striae gravidarum (-) : akral dingin dan pucat pada setiap ekstremitas.

3. Status ginekologis Pemeriksaan luar : abdomen cembung, lemas, simetris, fundus uteri setinggi pusat, nyeri tekan (-), massa (-). Inspekulo : portio livid, OUE terbuka 3 cm, fluor (-), fluksus (+), tampak jaringan mola keluar dari muara OUE. Pemeriksaan dalam : portio lunak, OUE terbuka 3 cm, nyeri goyang portio (-), AP kanan/kiri lemas.

C. Pe meriksaan Penunjang 1. Laboratorium Darah Rutin - Hb - Hematokrit - LED : 8,4 gr/dl (N: 12-16,0 gr/dl) : 24 % (N: 38-47%) : 35 mm/jam (N: 0-20 mm/jam)

- Leukosit - Hitung Jenis o Basophil o Eosinophil o Batang o Segmen o Limfosit o Monosit - Trombosit

: 9.000/ul (N: 4500-10.700/ul) : : 0 % (N: 0-1 %) : 2 % (N: 1-3 %) : 0 % (N: 2-6 %) : 79 % (N: 50-70 %) : 16 % (N: 20-40 %) : 3 % (N: 2-8 %) : 236.000/ul (N: 150.000-400.000/ul)

- Masa perdarahan : 3 (N: 1-7 menit) - Masa pembekuan : 12 (N: 9-15 menit)

D. Diagnosa Klinis Abortus mola hidatidosa

E. Penatalaksanaan Kuretase (AVM) Persiapan tindakan (alat, izin, obat, dan darah) Cek lab: DR, KD, T3 , T4 , TSH, -hCG

LAPORAN OPERASI Konsulen : dr. Zulkarnaen Hussein, Sp.OG(K)

Nama Pasien :Ny. SM / 43 tahun Hari/Tanggal :Minggu, 7 Oktober 2012 Alamat : Jl. P. Murotai Gg. Damai Tanjung Sari No.11 Sukabumi Med.Rec/Reg : 262006/ 767893 Anestesi : Spinal Anesthesia

Operator Asisten Anestesi Instrument

: dr. Ivan Susanto : dr. Marno : dr. Indra, Sp.An : Isnaini, Amd. Keb

Pukul 04.00 WIB tindakan dimulai Penderita dalam posisi litotomi dan spinal anastesi Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vulva dan sekitarnya Kandung kencing dikosongkan dengan kateter Dilakukan pemasangan sims atas dan bawah Portio ditampakkan secara avoe Dengan tenakulum dilakukan penjepitan portio pada pukul 11 Dilakukan sondase, didapatkan kedalaman uterus + 16 cm Dilakukan AVM dan didapatkan darah serta jaringan 200 cc Jaringan di PA-kan Setelah diyakini tidak ada lagi jaringan dan perdarahan, tenakulum dilepaskan Portio dibersihkan dengan kassa betadine

Pukul 04.45 WIB tindakan selesai

Diagnosa Pre-Op Diagnosa Post Op Tindakan

: Mola Hidatidosa : Post AVM a.i. Mola Hidatidosa : AVM

II. FOLLOW UP

Hari, Tanggal

Perjalanan Penyakit

Instruksi Dokter

Minggu, 7 Oktober 2012

Kel : post kuret mola Status present Sens KU TD N RR Suhu

: CM : tampak sakit sedang : 110/60 mmHg : 118 x/menit : 20 x/menit : 36,3 C

Obs TTV dan perdarahan Cek Hb post tindakan Cek T3 , T4 , TSH, -hCG PTU tab 3x1 Viccilin 2x1 IVFD RL + ketorolac 1amp gtt XX/ menit

Status ginekologis Pemeriksaan luar: Fundus uteri 1/2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif (-) Dx : post kuretase mola hidatidosa Kel : lemas, perdarahan aktif (-) KU : tampak sakit ringan Sens : CM Tanda-tanda vital: TD : 100/60 mmHg N : 89 x / menit RR : 20 x / menit Suhu: 36,5 o C Pemeriksaan lab: Hb : 6,0 gr/dl Dx : post kuretase mola hidatidosa H-II

Senin, 8 Oktober 2012

Obs TTV dan perdarahan Transfusi

Selasa, 09 Oktober 2012

Kel : tidak ada KU : baik Sens : CM Tanda-tanda vital: TD : 120/70 mmHg N : 88 x / menit RR : 20 x / menit Suhu: 36,7 o C Pemeriksaan lab: Hb : 9,1 gr/dl Dx : post kuretase mola hidatidosa H-II

Pulang Kontrol poli Cek rutin titer -hCG

III. ANALISA KASUS A. Identifikasi OS mengeluh keluar darah dari kemaluannya sejak 14 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, berwarna merah terang, banyaknya 3x ganti celana dalam sehari. OS mengaku keluar gelembung darah seperti mata ikan dan tidak ada keluar gumpalan darah seperti hati ayam. OS juga mengeluh perut bagian bawah sedikit terasa nyeri. OS ada riwayat mual muntah dan merasa perutnya lebih besar dari usia kehamilan sebenarnya. Keluhan jantung berdebar disangkal, keluhan sering gemetar di sangkal, keluhan sesak nafas dan riwayat keputihan di sangkal. OS mengaku hamil 3 bulan dan pernah dirawat di RSAM sekitar 2 minggu yang lalu karena pendarahan pervaginam. OS sudah dilakukan pemeriksaan USG dan dokter mengatakan hamil anggur.

B. Permasalahan 1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat? Melalui anamnesa didapatkan: Keluar gelembung darah seperti mata ikan amenorea 3 bulan, riwayat mual muntah perutnya lebih besar dari usia kehamilan sebenarnya

Melalui pemeriksaan fisik : Abdomen : fundus uteri setinggi pusat Harusnya FUT sesuai HPHT adalah masih sebesar telur angsa. Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus : - tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g) - kehamilan 8 minggu : telur bebek - kehamilan 12 minggu : telur angsa - kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat - kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat - kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat - kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid - kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat- xyphoid - 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid Melalui pemeriksaan dalam diperoleh Inspekulo : Portio Livide, OUE terbuka 3 cm, Fluksus(+), tampak jaringan mola keluar dari muara OUE VT : Portio Lunak, OUE terbuka 3 cm

Berdasarkan Anamnesa dan pemeriksaan diatas dapat didiagnosa : ABORTUS MOLA HIDATIDOSA. Cara penegakan diagnosis sudah tepat yaitu dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan ginekologis. 2. Apakah penatalaksanaan penderita ini sudah adekuat? Penatalaksanaan yang direncanakan adalah: Kuretase (AVM) Persiapan tindakan (alat, izin, obat, dan darah) Cek lab: DR, KD, T3 , T4 , TSH, -hCG Kuretase (AVM) Pada pasien ini langsung dilakukan kuretase karena terjadi pendarahan sehingga perlu dilakukan kuretase segera. Dilakukan vakum kuretase

10

(kuret Hisap) dimana dilakukan kuret hisap dengan peralatan AVM yang kemudian dilanjutkan dengan kuret tumpul untuk membersihkan cavum uteri. Baru kemudian diberikan uterotonika berupa oksitosin 10 IU dalam 500 RL drip 20-40 tetes diberikan pasca kuret hisap. Penggunaan kuret hisap lebih dianjurkan mengingat konsistensi uterus yang lunak sehingga lebih mudah terjadi perforasi. Pengecekan laboratorium berupa darah rutin, kimia darah, T3 , T4 , TSH dan pengecekan kadar beta HCG. Pengecekan laboratorium pada pasien mola yang terpenting adalah melakukan pemeriksaan terhadap salah satu komplikasi dari mola hidatidosa yaitu tirotoksikosis dengan pengecekan T3,T4,TSH dan pengecekan titer kehamilan (-hCG) serum. Pada pasien dengan mola hidatidosa dapat terjadi komplikasi berupa tirotoksikosis karena terdapat tiroid like hormone yaitu peninggian kadar -hCG yang akan merangsang pelepasan T3 dan T4. Penatalaksanaan Post operasi Cek TVI dan perdarahan Cek Hb Post oprasi jika <10 gr/dl tranfusi Puasa sampai bising usus (+) Inj. Vicilin 3x1gr (skin test) Gentamisin 2 x 1g/12 jam Metronidazole 2 x 1g/12 jam Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam (drip, 1 amp/flabot) Inj. Kalnex 1 amp/8 jam Dari terapi yang diberikan diatas cukup adekuat untuk menangani mola hidatidosa karena pada dasarnya ada 4 tahapan terapi pada mola hidatidosa yang meliputi : a. Perbaikan keadaan umum Sudah dilakukan pada pasien ini, seharusnya pada pasien ini dilakukan pemberian PTU sebelum tindakan evakuasi namun dikarenakan

11

jaringan mola sudah keluar disertai dengan perdarahan pervaginam maka tindakan evakuasi harus segera dilakukan. b. Pengeluaran jaringan mola Yang dilakukan dengan kuret hisap yang dilanjutkan dengan kuret tumpul dan kemudian jaringan mola di PA kan dilanjutkan drip 10 IU oksitosin dalam 500 RL c. Terapi profilaksis dengan sitostatika Terapi ini dilakukan pada kasus mola dengan risiko tinggi akan terjadi keganasan, missal pada umur > 35 th, paritas tinggi ataupun kadar beta HCG > 100.000 IU/L dilakukan pemberian Metotrexat 3-5 mg/KgBB atau 25 mg IM dosis tunggal.

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio melainkan terjadi proliferasi dari villi korealis disertai dengan degenerasi hidrofobik. Epidemiologi Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 20 kehamilan) dari pada wanita di negara-negara Barat (1 atas 200 kehamilan). Soejones dkk (1967) melaporkan 1 : 85 kehamilan, RS Dr. Cipto Mangunkusomo, Jakarta 1 : 31 persalinan dan 1 : 49 kehamilan, Luat A Siregar (Medan) 1982 : 11-16 per 1000 kehamilan, Soetomo (surabaya) 1 : 80 persalinan, Djamhoer M (Bandung) : 9-21 per 1000 kehamilan. Tidak ada ras atau etnis khusus yang menjadi predileksi bagi suatu kehamilan mola, meskipun pada negara-negara Asia menunjukkan angka 15 kali lebih tinggi dibandingkan Amerika. Wanita Asia yang tinggal di Amerika tidak menampakkan adanya perbedaan angka kehamilan mola dibandingkan degan grup etnis lainnya. Mola Hidatidosa sering terjadi pada wanita usia reproduktif. Wanita dewasa muda atau perimenopause berisiko tinggi untuk kehamilan mola. Wanita dengan usia lebih dari 35 tahun 2 kali lipat lebih beresiko. Dan wanita dengan usia lebih dari 40 tahun beresiko 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita yang usianya lebih muda. Dalam suatu studi di Hawai, insiden mola lebih sedikit pada orang kulit putih dan penduduk pribumi, dan insiden tertinggi pada populasi penduduk Jepang dan Filipina. Insiden mola meningkat pada awal kehamilan dan akhir masa reproduksi. Menurut kelompok penelitian Duke yang membandingkan sebanyak 2.202 pasien mola hidatidosa dengan kelompok kontrol, didapati bahwa risiko menderita mola hidatidosa lebih tinggi pada usia 15 tahun atau lebih muda dan pada usia 40 tahun atau lebih tua. Insiden yang lebih rendah secara signifikan pada rentang usia 20-29 tahun. Risiko relatif terbesar adalah pada usia 50 tahun atau lebih. Tampaknya

13

tidak ada perbedaan paritas antara kehamilanmola dengan kehamilan normal. Usia dan paritas tidak mempengaruhi hasil kehamilan mola secara klinis. Usia kehamilan saat diagnosis mola ditegakkan tidak mempengaruhi sekuele selanjutnya. Insiden mola ulangan dilaporkan sebanyak 0,6-2% dari seluruh kehamilan yang terjadi setelahnya di Asia dan Amerika Utara. Penderita dengan kehamilan mola hidatidosa ulangan tersebut mempunyai risiko yang meningkat menjadi penyakit trofoblas ganas yang persisten pada fase penyakit mola berikutnya.2 Etiologi Walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak abad ke-6, tetapi sampai sekarang belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Teori yang paling cocok dengan keadaan adalah teori dari Acosta Sison yaitu defisiensi protein, karena kenyataan membuktikan bahwa penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dari golongan sosial ekonomi rendah. Pada suatu studi case-control dari Baltimore, faktor- faktor yang didapati berhubungan dengan Neoplasia Trophoblastic Gestational meliputi pekerjaan profesional, riwayat abortus spontan terdahulu, dan rata-rata jumlah bulan dari kehamilan yang lalu sampai kehamilan indeks. Sedangkan riwayat kontrasepsi, radiasi, golongan darah ABO, dan faktor merokok tidak berhubungan dengan kejadian mola hidatidosa. Adapun kelompok-kelompok risiko tinggi yaitu usia kurang dari 20 tahun, sosial ekonomi kurang, jumlah paritas tinggi, dan riwayat kehamilan mola sebelumnya. Penyebab mola Hidatidosa sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mola hidatidosa adalah: 1. Faktor ovum 2. Imunoselektif dari trofoblast 3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah sehingga mengakibatkan rendahnya asupan protein, asam folat, dan beta karoten 4. Jumlah paritas yang tinggi 5. Usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun

14

6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas 7. Penggunaan kontrasepsi oral untuk jangka waktu yang lama 8. Riwayat mola Hidatidosa sebelumnya 9. Riwayat abortus spontan. Patogenesis Pada mola hidatidosa terjadi konsepsi terhadap ovum tanpa inti. Di Indonesia kejadianya bervariasi, yaitu 1/120 200 kehamilan. Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas. Pertama, missed abortion yaitu mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu, karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuklah gelembunggelembung. Menurut Reynolds, kematian mudigah itu disebabkan kekurangan gizi berupa asam folat dan histidin pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Ada pula teori sitogenetika, yaitu mola hidatidosa komplit berasal dari genom paternal (genotype 46 XX sering, 46 XY jarang, namun 46 XX-nya bersal dari reproduksi haploid sperma dan tanpa kromoson dari ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromoson terdiri dari kromoson 2 haploid paternal dan 1 haploid maternal (triploid, 69 XXX atau 69 XXY dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi dispermia. Secara ringkas patogenesisnya adalah o Terjadi konsepsi terhadap ovum tanpa inti o Bentuk morfologi sel mola hidatidosa adalah Diploid 46 XX atau 46 XY Parsial mola hidatidosa 69 XXX o Plasenta berkembang dan terjadi hidropik degenerasi disertai hyperplasia sel trofoblas dan tanpa janin o Kedua degenerasi ini menimbulkan gejala klinis : o Kejadian banyak pada masyarakat dengan ekonomi social menengah kebawah, multipara dan defisiensi protein dan vitamin. 4
2,3

15

Klasifikasi a. Mola hidatidosa komplit Mola hidatidosa komplit secara genetik adalah lesi yang diploid dengan kromosom 46 XX, pada mola komplit tidak dijumpai elemen embrionik atau fetus. Kelainan genetik ini disebabkan oleh karena fertilisasi ovum yang kosong oleh dua sperma. Mola hidatidosa merupakan suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili khorialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih yang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yang lebih mudah terlihat sampai beberapa sentimeter dan bergantung dalam beberapa sentimeter dan bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Massa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi uterus yang besarnya biasa mencapai ukuran uterus kehamilan normal lanjut. Gambaran histologi mola hidatidosa komplit adalah : Terdapat Vili dalam berbagai ukuran. Ditengah Vili yg besar menunjukkan edema dengan sentral kavitas berisi cairan yang disebut cisterna. Terdapat proliferasi trofoblas yg berlebihan. Sinsitiotrofoblas berwarna ungu, sitotrofoblas jernih dan nukleus Bizarre. Tidak ada pembuluh darah fetal di mesenkim vili. b. Mola hidatidosa inkomplit (parsial) Mola hidatidosa parsial kariotipenya triploid, yang terdiri dari 1 set maternal dan 2 set paternal. Secara klinis dijumpai adanya fetus dan perubahan pada plasenta berupa mola hidatidosa. Titer hCG yang abnormal meningkat disertai tanda preeklamsia dan hiperplasia trofoblas yang dijumpai lebih ringan daripada mola komplit.

16

Secara makroskopik tampak gelembung mola yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin mati pada bulan pertama. Perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion.

Diagnosis Mola Hidatidosa Pemeriksaan klinik: a. Terlambat haid disertai gejala-gejala kehamilan normal, kadangkadang gejala kehamilan tersebut berlebihan. b. Uterus membesar, umumnya uterus membesar lebih besar dari usia c. kehamilan. d. Uterus lunak, kehamilan ini tidak disertai dengan janin atau selaput janin (molahidatidosa komplit) tetapi dapat juga disertai dengan adanya janin atau kantong janin (molahidatidosa parsial). e. Tidak dijumpai gerakan janin, tidak dijumpai denyut jantung janin. f. Pada sonde uterus tidak didapatkan tahanan kantong janin (perasat Acosta sisson dan hanifa winkjosastro). 5

Perasat Acosta sisson yaitu menggunakan sonde uterus untuk membedakan mola hidatidosa dengan kehamilan normal. Prinsipnya bila pada kehamilan normal dala kavum uteri terdapat janin yang dilindungi oleh selaput ketuban, sedangkan pada mola hidatidosa hanya terdapat gelembung-gelembung yang lunak tanpa selaput ketuban. Bila kita memasukkan sonde melalui kanalis servikalis secara perlahan- lahan dan sonde dapat masuk lebih dari 10 cm ke tengah-tengah kavum uteri tanpa tahanan, maka diagnosis mola hidatidosa hampir dapat dipastikan. Pada kehamilan normal, sonde akan tertahan oleh ketuban. Syarat melakukan sondase ini adalah uterus harus lebih besar dari kehamilan 20 minggu. Setelah sondase masuk kemudian sonde diganti dengan cunam abortus dan jaringan mola dijepit serta ditarik keluar.

17

Perasat hanifa winkjosastro dimana hampir sama dengan perasat Acosta sisson, hanya saja setelah sonde uterus masuk tanpa tahanan, kemudian sonde dapat diputar 360 derajat juga tanpa tahanan.

Pemeriksaan tambahan: Ultrasonografi (USG) , tidak dijumpai janin, terlihat gambaran khas dari molahidatidosa (snowstorm pattern) serta sering dijumpai kista lutein dari ovarium. Kadar HCG yang sangat tinggi ( ribuan internasional unit / l).5

Diagnosis pasti dari mola hidatidosa adalah melihat jaringan mola baik secara ekspulsi spontan maupun dengan perasat Acosta sisson.

Terapi atau tahap pengelolaan mola hidatidosa I. Perbaikan keadaan umum Yang termasuk dalam hal ini adalah usaha pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan penyulit seperti preeclampsia atau tirotoksikosis. II. Pengeluaran jaringan mola Sebelum pengeluaran jaringan mola jika pasien dating bukan dalam keadaan perdarahn aktif dengan disertai pengeluaran jaringan mola maka dilakukan persiapan dahulu yaitu dengan foto thorax serta pemeriksaan laboratorium. 4 Evakuasi pada pasien dengan mola hidatidosa dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : Vakum kuretase (kuret Hisap) dimana dilakukan kuret hisap dengan peralatan AVM yang kemudian dilanjutkan dengan kuret tumpul untuk membersihkan cavum uteri. Baru kemudian diberikan uterotonika berupa oksitosin 10 IU dalam 500 RL drip 20-40 tetes diberikan pasca kuret hisap. Penggunaan kuret hisap lebih dianjurkan mengingat
3

18

konsistensi uterus yang lunak sehingga lebih mudah terjadi perforasi. Beberapa teori menyebutkan dilakukan kuret hisap sebanyak 2x dengan selang 7-10 hari. Hal ini dilakukan dengan indikasi yaitu apabila setelah 7 hari pasca kuret hisap didapatkan tinggi fundus uteri masih sebesar kehamilan 20 minggu. Histerektomi Tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak dimana dilakukan dengan alasan umur tua dan paritas tinggi merupakan factor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur lebih dari 35 tahun dengan anak hidup 3. 2,3,4 Atau jika kecurigaan degenerasi ganas dengan beta HCG mendatar atau meningkat setelah minggu ke-4, anak cukup atau lebih dari 2, usia maternal diatas 30-35 tahun.4

III.

Terapi profilaksis dengan sitostatika Terapi ini dilakukan pada kasus mola dengan risiko tinggi akan terjadi keganasan, missal pada umur > 35 th, paritas tinggi ataupun kadar beta HCG > 100.000 IU/L dilakukan pemberian Metrotrexat 3-5 mg/KgBB atau 25 mg IM dosis tunggal. Atau atas indikasi : -Kadar hCG yang tinggi > 4 minggu pascaevakuasi (serum >20.000 IU/liter, urine >30.000 IU/24 jam) -Kadar hCG yang meningkat progresif pascaevakuasi -Kadar hCG berapapun juga yang terdeteksi pada 4 bulan pascaevakuasi -Kadar hCG berapapun juga yang disertai tanda-tanda metastasis otak, renal, hepar, traktus gastrointestinal, atau paru-paru. 2,4

19

IV.

Pemeriksaan tindak lanjut Pada pasien pasien dengan anemia sedang cukup berikan sulfas ferosus 600 mg/hari untuk anemia berat lakukan tranfusi. 1 Hal ini perlu dilakukan mengingat dapat berkembangnya mola hidatidosa menjadi arah keganasan. Lama pengawasan berkisar antara 1-2 tahun. Pemeriksaan Trias Acosta Sisson yaitu HBEs (Having expelled a product of conception, Bleeding, Enlargement and softene ss of the uterus) Pemeriksaan kadar beta HCG setiap minggu sampai kadarnya negative selama 3 minggu berturut turut Dilanjutkan pemeriksaan kadar beta HCG tiap bulan sampai bulan ke enam Dilanjutkan pemeriksaan kadar beta HCG setiap 2 bulan selama 6 bulan Berikan kontrasepsi hormonal berupa pil, diafragma atau kondom untuk mencegah kehamilan agar tidak terjadi kesalahan penilaian peningkatan beta HCG karna kehamilan atau karna kegananasan. Pasien boleh hamil setelah 6 bulan beta HCG normal Jika kadar beta HCG mendatar atau justru meningkat dalam beberapa kali pemeriksaan maka harus dicurigai berkembang ke arah keganasan Pemeriksaan roentgen thorax jika dicurigai berkembang kearah keganasan.2,3,4

20

DAFTAR PUSTAKA

Gentamisin. http://milissehat.web.id Gentamisin. http://dinkes.tasikmalayakota.go.id Metronidazole. http://milissehat.web.id Mola Hidatidosa. ast3arthtree.files.wordpress.com Mola Hitam. www.scribd.com Mola. www.scribd.com Rochmatratih. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Wanita Hamil. http://asuhankebidanan.wordpress.com

You might also like