You are on page 1of 14

makalah skrining fitokimia

SKRINING FITOKIMIA Daun Dewa (Gynura segetum (L.) Merr.)


I. TUJUAN Mahasiswa mampu mengidentifikasi kandungan kimia tanaman daun dewa (Gynura segetum (L.) Merr.) secara kuantitatif dan kualitatif. II. TINJAUAN PUSTAKA Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan (Syahid, 2004). Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar (wild crop) tentu saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu konstan karena disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi umum dan cara panen, serta proses pascapanen dan preparasi akhir. Walaupun ada juga yang berpendapat bahwa variabel tersebut tidak berakibat besar pada mutu ekstrak nantinya. Variabel tersebut juga dapat dikompensasi dengan penambahan/pengurangan bahan setelah sedikit prosedur analisis kimia dan sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan sehingga tidak berdampak banyak pada khasiat produksi. Usaha untuk menjaga variabel tersebut dianggap sebagai usaha untuk menjaga mutu simplisia (Anonim, 2000). Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun parameter standar mutu yaitu sebagai berikut : 1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi). 2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetapi diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat). 3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan (Anonim, 2000). Daun dewa mengandung cukup banyak serat, berguna sebagai pencegah dan pengobatan suatu penyakit (Winarto, 2004). Daun dewa merupakan tanaman yang mudah diperoleh, dapat tumbuh di segala musim, dan mempunyai banyak khasiat. Tanaman daun dewa digolongkan

sebagai herba, daun berhadapan kadang ada yang tersebar, daun tunggal tanpa daun penumpu. Bunga dalam bongkol kecil, bunga berwarna orange kecoklatan. Mahkota bunga berdaun lepas berbentuk lidah. Bakal buah tenggelam dengan satu bakal biji. Tangkai putik berjumlah satu, kebanyakan dengan dua kepala putik. Biji tumbuh menyatu dengan kulit buah (Van Steenis, 2003). Tanaman ini berkhasiat sebagai antiradang, lever, analgetik, pembersih darah, antikoagulan, penghilang nyeri di persendian akibat rematik, pengobatan luka terpukul, tidak datang haid, bengkak payudara, kejang pada anak, masuk angin, digigit binatang berbisa, asam urat, kutil, tumor, kanker, mencegah serangan jantung, stroke dan jerawat (Dewani dan Sitanggang, 2006). Unsur unsur kimia yang dimiliki tanaman daun Dewa : Menurut penilitian pada Pusat Kesehatan (Farmakologis), setiap unsur kimia yang dimiliki dari tiap bagian tanaman daun dewa ini, memiliki manfaat yaitu: 1. Efek dari daun dewa adalah daun dan umbinya biasa digunakan sebagai obat antikoagulan, anti pembengkakan menghentikan luka akibat pukulan/benturan/memar, batuk darah, melancarkan muntah peredaran darah, darah, pendarahan pada mimisan, mengurangi

pembengkakan atau benjolan pada payudara, mengatasi haid tidak lancar. 2. Minyak Atsiri yang terkandung dalam daun dewa mampu merangsang peredaran darah menjadi lancar. 3. Ekstrak Etanol daun dewa mampu menghambat pertumbuhan tumor paru dan sel kanker pada uji coba mencit (tikus putih) (Winarto, 2004).

Gambar daun dewa (Gynura segetum (L.) Merr.) Nama lain daun dewa adalah Gynura divaricata DC, Gynura ovalis DC, Senecio divaringata L. Di Cina dikenal sebagai Samsit atau tansit (Coan tin sit) (Winarto, 1994). Klasifikasi daun dewa (Gynura segetum (L.) Merr.) :

Divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis

: Spermatophyta : Dicotyledonae : Asterales/Campanulatae : Asteraceae/Compositae : Gynura : Gynura pseudochina (L) DC

Sub Divisi : Angiospermae Sub Kelas : Sympetalae

(Tjitrosoepomo, 1988 ; Backer and Van den Brink, 1968). Kandungan kimia daun dewa (Gynura segetum (L.) Merr.) adalah saponin, flavonoid, dan minyak atsiri (Kumalaningsih, 2008). Flavonoid dalam daun dewa adalah glikosida quersetin (Soetarno, 2000), yang bersifat antioksidan dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase sehingga pembentukan asam urat terhambat (Sulaksana, 2004). Beberapa kandungan kimia daun dewa (Gynura segetum (L.) Merr.) yaitu: 1. Saponin Saponin mempunyai berat molekul yang besar dan polaritas tinggi. Saponin berbentuk glikosida yang dapat dihidrolisis menjadi asam yang mengandung aglikon (sapogenin), beberapa gula dan berkaitan dengan asam uroniat. Menurut aglikonnya, saponin dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu steroid (tetrasiklik triterpenoid) dan pentasiklik triterpenoid. Kedua macam senyawa tersebut mempunyai hubungan dengan glikosida pada atom C3 (Trease and Evans, 2002). Saponin sering digunakan sebagai detergen, bersifat hemolitik yang jika masuk ke peredaran darah menyebabkan ketoksikan, bersifat diuretik dan kardiotonik (Trease and Evans, 2002). 2. Flavonoid Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang terdapat dalam semua tumbuhan hijau. Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham, 1988). Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air dan dapat diekstraksi dengan etanol 70%. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia, mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan (Harborne, 1987). 3. Minyak atsiri Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak atsiri ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak asensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya (Gunawan dan Mulyani, 2004). Minyak atsiri pada daun dewa diduga dapat merangsang sirkulasi darah, juga bersifat analgetik dan antiinflamasi (Winarto, 1994). Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian

organoleptik, pengujian makroskopik, pengujian mikroskopik, dan pengujian histokimia. Dasar pembuatan simplisia yaitu : a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringan dilakukan dengan cepat, tetapi pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan dengan waktu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, bahan simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur perajangannya sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringannya tidak mengalami kerusakan. b. Simplisia dibuat dengan proses fermentasi Proses fermentasi dilakukan dengan saksama agar proses tersebut tidak berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan. c. Simplisia dibuat dengan proses khusus Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat nabati, pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan. d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air Pati, talk, dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman patogen, logam berat, dan lainlain (Anonim, 1985). Tahap Pembuatan a. Bahan baku Bahan baku merupakan sampel yang digunakan dalam identifikasi suatu senyawa. Bahan baku/sampel biasanya berupa daun yang dijadikan serbuk, atau dapat berupa ekstrak kental yang selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap senyawa yang dikandungnya. b. Sortasi Basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotorankotoran atau bahanbahan asing lainya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan bahan seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainya harus dibuang. c. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air dari sumur atau air PAM. d. Perajangan Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dengan keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.

e. Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. f. Sortasi kering Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan bendabenda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkandan pengotorpengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. g. Pengepakan dan penyimpanan Pada penyimpaan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya. Penyebab kerusakan pada simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasan harus sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia, dan dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpanannya. h. Pemeriksaan mutu Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembelian dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupum Materia Medika Indonesia Edisi terakhir (Anonim, 1985).

III. CARA KERJA 1. Pembuatan Serbuk Daun Dewa Ambil daun purwoceng sebanyak 1 ons. Sortasi daun purwoceng yang telah diambil. Cuci daun purwoceng dengan air bersih. Potong kecil-kecil daun purwoceng (proses perajangan). Oven daun purwoceng yang telah dipotong dengan suhu 1200C. Haluskan/hancurkan daun yang telah kering dengan mesin penggiling. Simpan serbuk dalam plastik pengemas. 0,5 g serbuk daun dewa ditambahkan (10 ml) ke dalam tabung reaksi, tutup dan kocok kuat-kuat selama 30 detik. Biarkan tabung dalam posisi tegak selama 30 menit, apabila buih tingginya beberapa cm dari permukaan cairan, maka menunjukkan adanya saponin.

2. Uji Saponin

3. Uji Flavonoid a. Pembuatan larutan percobaan - 0,5 g serbuk daun dewa disari dengan 10 ml metanol. - Panaskan serbuk yang telah ditambah metanol diatas waterbath selama 10 menit. - Saring selagi panas dengan kertas saring. - Encerkan filtrat dengan 10 ml air dan pindahkan ke dalam corong pisah. - Tambahkan 5 ml petroleum eter. - Fase metanol diuapkan sampai kering. - Tambahkan dengan 5 ml etil asetat. - Ambil bagian yang jernih. b. Reaksi Taubeck - Ambil 1 ml larutan dalam cawan. - Uapkan di atas waterbath hingga kering. Kemudian basahi dengan aseton. - Tambahkan eter. - Tambah serbuk asam borat dengan asam oksalat. - Panaskan di atas waterbath selama 10 menit. - Angkat cawan dari waterbath dan dinginkan. - Amati dibawah sinar UV 366 nm. - Terjadi fluoresensi (menunjukkan adanya flavonoid). c. Reaksi Wilson - Ambil 1ml larutan dalam cawan. - Uapkan di atas waterbath hingga kering. - Kemudian basahi dengan aseton. - Tambah serbuk asam borat dengan asam oksalat. - Tambahkan serbuk borat dan asam sitrat. - Panaskan di atas waterbath selama 10 menit. Tambahkan aseton. - Amati dibawah sinar UV 366 nm. - Menunujukkan (+) berwarna kuning tetapi tidak berfluoresensi. d. Reaksi yang lain untuk Flavonoid - Ambil 1ml larutan dalam cawan. - Uapkan di atas waterbath hingga kering. - Larutkan dalam 2ml etanol 95%. - Masukkan kedalam tabung reaksi (Tabung reaksi A, B, dan C). - Larutan pada tabung reaksi A, tambahkan dengan FeCl3 2% dalam air. - Larutan pada tabung reaksi B, tambahkan dengan Pb Asetat 25% dalam air. - larutan pada tabung reaksi C, tambahkan dengan Amonia NaOH 0,2 N. 4. Uji Minyak Atsiri a. Identifikasi Umum - Teteskan 1 tetes minyak atsiri dalam cawan porselin yang berisi air. - Teteskan 1 tetes minyak atsiri pada sepotong kertas saring.

- Kocok 1 ml minyak atsiri dengan 1 ml natrium klorida jenuh dalam gelas 5 ml, dan biarkan memisah. - Teteskan 1 tetes minyak atsiri dalam etanol, petroleum eter dan kloroform. - Deteksi adanya senyawa fenol dalam minyak atsiri : Ke dalam 2 ml larutan minyak atsiri (25% dalam etanol 95% yang netral terhadap lakmus) tambahkan setetes larutan ferri klorida. - Reduksi volume minyak atsiri yang mengandung fenol dan turunannya : Ke dalam 2 ml minyak atsiri ditambah larutan natrium hidroksida, kocok pelan-pelan dan amati (garam fenolat larut dalam air sehingga volume berkurang). b. Identifikasi komponen khusus dalam minyak atsiri 1. Uji terhadap eugenol untuk Oleum Caryophylli: - Ambil obyek glass dan deck glass, bersihkan obyek glass dan deck glass. - Teteskan minyak atsiri sebanyak 1 tetes pada masing-masing obyek glass. - Pada salah satu obyek glass ditambahkan larutan natrium hidroksida 3%, jenuhi dengan larutan kalium bromida. - Amati kristal natrium eugenolat yang terjadi dibawah mikroskop. - Pada salah satu obyek glass yang lain ditambah larutan ferri klorida. Amati warna yang terjadi. 2. Uji piperis nigri fructus: Teteskan asam sulfat pekat pada serbuk Piperis Nigri Fructus pada obyek glass yang diletakkan diatas kertas putih. Amati warna yang terjadi. c. Uji adanya fellandren Kocok 100 mg serbuk Piperis Nigri Fructus dalam 5 ml petroleum eter, kemudian saring. Filtrat kemudian dicampur dengan 5 ml larutan natrium nitrit (dibuat dari 5 gram natrium nitrit dalam 8 ml air), kemudian tambah 5 ml asam asetat glasial. DAFTAR PUSTAKA Anonim.1985.Cara Pembuatan Simplisia. 222. Jakarta: Depkes RI. Anonim.2000.Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. 35. Jakarta: Depkes RI. Fitria, Aninda Titis. 2011. Efek Ekstrak Etanol Daun Dewa (Gynura pseudochina (L) DC) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Mencit Putih Jantan Galur Balb-C Hiperurisemia. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Harborne. J.B.,1987.Metode Fitokimia, terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso, 69-94, 142-158, 234-238. Bandung: ITB Press. http://syifaluminescene.blogspot.com/2012/05/makalah-skrining-fitokimia.html

Daun Dewa (Gynura divaricata) adalah daun yang bisa digunakan untuk penyakit kulit seperti flek hitam pada wajah. Cara penggunaannya sangat sederhana yaitu dengan mengambil daunnya yang mempunyai getah lalu getahnya dioleskan pada flek hitam tersebut. Masih banyak manfaat bagi daun dewa tersebut. Seperti mengobati kencing manis, diabetes, dan penyakit dalam yaitu dengan cara

meminum air rebusan daun tersebut yang sudah dikeringkan.daun dewa juga dapat digunakan sebagai obat penyakit kutil. cara penggunaan yaitu potong2 daun dewa lalu tempel pada kutil anda,ikat dengan kain atau hansaplast. niscaya kutil anda akan hilang.[rujukan?] http://id.wikipedia.org/wiki/Daun_Dewa DAUN DEWA

Daun Dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr.) Familia : Compositae Sinonim : G. pseudo-china DC. = Gynura procumbens, (Lour.), Merr. = G. ovalis DC. = G. divaricata DC. = Senecio divarigata L.

Uraian tanaman daun dewa : Daun dewa memiliki batang muda berwarna hijau dengan alur memanjang, bila agak tua bercabang banyak. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur sampai bulat memanjang dan bagian ujungnya lancip. Kedua permukaan daun berwarna putih dan berambut lembut. Permukaan daun berwarna hijau tua, bagian bawah berwarna hijau muda. Daun memiliki panjang 8-20 cm dan lebar 5 10 cm. Bunganya berwarna kuning berbentuk bonggol (kepala bunga) terletak di ujung batang,. Mempunyai umbi berwarna ke abu-abuan. Pada umumnya daun dewa ditanam di pekarangan sebagai tanam obat.

Nama Lokal : Ngokilo, sambung nyawa (Jawa), daun dewa (Jawa Tengah), San qi cao (China).

Penyakit Yang Dapat Diobati : Luka terpukul, pendarahan, batuk darah, muntah darah, mimisan, infeksi kerongkongan, tidak datang haid, digigit binatang berbisa, pembekuan darah, tulang patah, pendarahan setelah melahirkan.

SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : netral, rasa khas. Antikolesterol, antipiretik, hipotensif, hipoglikemik dan antiinflamasi. Anti koagulan, stimulasi sirkulasi, mencairkan bekuan darah, menghentikan perdarahan. Membersihkan racun dan menghilangkan panas. KANDUNGAN KIMIA : steroid, saponin, flavonoid minyak atsiri, dan lain-lain.

Bagian yang Dipakai : daun dan batang .

Manfaat Daun Dewa :

DAUN : bersifat antikoagulan (mencegah pembekuan darah) dan pengencer darah, melancarkan sirkulasi, luka terpukul, menghentikan perdarahan (Batuk darah, muntah darah, mimisan), pembengkakan payudara, tidak datang haid, infeksi kerongkongan, digigit binatang berbisa.

UMBI : tulang patah (fraktur), menghilangkan bekuan darah (haematom) pembengkakan, perdarahan sehabis melahirkan. KHASIAT DEWA Tanaman daun dewa mengandung berbagai unsur kimia, antara lain saponin, flavonoid, minyak atsiri, dan antikoagulan. Tak heran jika ia punya segudang khasiat. Salah satunya adalah untuk mengatasi stroke. Sediakan 30 gram umbi daun dewa, cuci bersih, lalu keringanginkan. Tumbuk sampai halus. Ambil 1 sendok teh bubuk umbi daun dewa, lalu campur dengan 5 butir biji ginko. Seduhlah dalam segelas air, tambahkan sedikit madu. Silakan diminum. Atau, ambil 1 sendok makan bubuk umbi dewa, campur dengan 10 butir biji ginko kering yang telah ditumbuk, lantas masukkan ke dalam kapsul. Kapsul pun siap diminum. Lakukan teratur selama 1-2 bulan. Selain stroke, daun dan umbi tanaman daun dewa juga memiliki khasiar sebagai obat untuk: - Rematik Ambil 30 gram daun tanaman daun dewa segar, cuci bersih lalu rebus. Lumatkan dan peras dengan diberi sedikit air. Minum saban hari. Atau, sediakan 30 gram daun tanaman daun dewa segar, 10 gram jahe merah, dan 30 gram akar sawi langit. Masukkan ke dalam 600 cc air, lalu rebus hingga air tersisa 300 cc. Saring dengan kain bersih, minum. - Kencing manis Ambil 5 helai daun tanaman daun dewa segar, seduh dengan 110 cc air. Minum sekali sehari sebanyak 100 cc. - Perdarahan dan payudara membengkak Siapkan 15 gram daun tanaman daun dewa, rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa separuh. Minum setelah dingin, sehari tiga kali setengah gelas. - Jantung Ambil 10 gram umbi daun dewa segar, tumbuk halus, lalu tambahkan air setengah gelas. Saring ampas, lalu minum setiap sore. - Luka bakar dan luka teriris Tumbuk umbi daun dewa, tambah sedikit gula merah hingga menjadi adonan seperti salep. Balurkan ke bagian luka bakar atau luka teriris, lalu balut. - Gigitan binatang buas Ambil umbi daun dewa secukupnya, tumbuk halus. Bubuhkan pada bagian tubuh yang tergigit binatang buas, lalu balut. http://annisnursuxcez.wordpress.com/tag/cara-pemanfaatan-daun-dewa/ http://annisnursuxcez.wordpress.com/tag/cara-pemanfaatan-daun-dewa/ Daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.) DC) bagi para praktisi obat sudah tidak asing. Tanaman ini dapat digunakan dalam keadaan masih segar dan atau dalam bentuk simplisia. Keuntungan ganda dari tanaman ini adalah selain digunakan sebagai obat, daun dewa juga bsia sebagai sayur dalam bentuk lalapan. Ada sebagian orang menyebut tanaman daun dewa untuk tanaman sambung nyawa, atau sebaliknya. Hasil kajian ilmiah determinasi tumbuhan terhadap kedua tanaman tersebut oleh Pusat Penelitian Biologi - LIPI, Bogor, menyebutkan bahwa nama ilmiah daun dewa adalah Gynura

pseudochina (Lour.) DC dan sambung nyawa adalah Gynura procumbens (Lour.) Merr. Tanaman yang konon berasal dari Birma dan Cina ini digolongkan pada tumbuhan terna, dengan tinggi 30 45, tumbuh tegak dan memiliki umbi. Selain daunnya, umbi tanaman ini juga bisa digunakan sebagai obat. Pada saat ini tanaman daun dewa sudah banyak didapatkan di Pulau Jawa, bahkan sudah menyebar ke Pulau Sumatera. Daun dewa termasuk suku Asteraceae, marga Gynura dengan klasifikasi sebagai berikut : Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Asterales Suku : Asteraceae (Compositae) Marga : Gynura Jenis : Gynura pseudochina (Lour.) DC Ciri morfologi tanaman daun dewa adalah : Batang, pendek dan lunak, tumbuh tegak dengan tinggi 30 45 cm, berbentuk segilima, penampang lonjong, berambut halus dan berwarna ungu kehijauan. Daun, berdaun tunggal, tersebar mengelilingi batang, bertangkai pendek, berbentuk bulat lonjong, berdaging, berbulu halus, ujung lancip,tepi bertoreh, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, berwarna hijau, panjang daun sekitar 20 cm dan lebar 10 cm. Bunga, majemuk yang tumbuh di ujung batang, bentuk bongkol, berbulu, kelopak hijau berbentuk cawan, benang sari kuning dan berbentuk jarum. Biji, berbentuk jarum, panjang sekitar 0,5 cm, berwarna cokelat Akar, merupakan akar serabut, berwarna kuning muda membentuk umbi sebagai tempat cadangan makanan Efek Farmakologi Daun dan umbi dari tanaman daun dewa bisa dipergunakan sebagai obat antikoagulan (mengencerkan bekuan-bekuan darah), anti pembengkakan, luka terpukul, melancarkan sirkulasi darah, menghentikan pendarahan (batuk darah, muntah darah, mimisan), mengurangi pembengkakan atau benjolan pada payudara, serta sangat efektif untuk obat memperlancar haid. Tanaman daun dewa juga

memiliki rasa khas dan bersifat netral. Berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman empiris diketahui bahwa tumbuhan ini bersifat antikoagulan, antikarsinogen, antimutagenitas dan diuretic (peluruh kencing). Selain itu juga diketahui bahwa semua bagian tanaman ini dapat dipergunakan untuk mengobati tumor payudara dan luka bakar. Kandungan Kimia Berdasarkan hasil penelitian para ahli bahwa kandungan kimia yang terdapat pada tanaman daun dewa diantaranya berupa senyawa flavanoid, asam fenolat, asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat dan asam vanilat. Kandungan dan manfaat senyawa flavanoid, saponin, dan minyak atsiri diindikasikan dapat menurunkan kolesterol darah. Minyak atsiri pada daun dewa diduga dapat merangsang sirkulasi darah, juga bersifat analgetik dan anti inflamasi. Minyak atsiri dan flavanoid juga bersifat sebagai antiseptic. Senyawa lain yang terdapat pada daun dewa adalah alkaloid, tannin dan polifenol. Daun Dewa, Kanker, dan Stroke DAUN dewa dikenal juga dengan sebutan bluntas China. Tumbuhan semak ini hidup di ketinggian 0-1000 meter di atas permukaan laut, dan tumbuh liar di beberapa kawasan hutan di Indonesia. Batangnya lunak berwarna hijau dengan alur memanjang. Ketinggiannya mencapai 30 sampai 50 cm. Daunnya tunggal berambut lebat, warna permukaan atas hijau tua dan bawah hijau muda. Panjang daun 8-20 cm, lebar 5-10 cm. Bunga keluar dari ujung tangkai, berwarna kuning. Akarnya membentuk umbi, dengan panjang antara 3-6 cm berdiameter sekitar 3 cm. Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia, seperti saponin, minyak atsiri, flavonoid, dan tanin. Efek farmakologisnya dapat mencairkan bekuan darah, menghentikan perdarahan, menurunkan panas, membersihkan racun, penghilang nyeri, dan antiradang. Daun dan Umbi Menurut Dr Setiawan Dalimartha dan Hadi dari Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, bahwa bukan hanya daunnya yang bermanfaat, juga umbinya dapat menghilangkan pembekuan darah di pembuluh darah, sehingga memungkinkan sebagai obat stroke dan jantung koroner. Selain itu umbinya berkhasiat untuk mengatasi bengkak karena memar, tulang patah, perdarahan sehabis melahirkan, dan sakit jantung. Daunnya berguna untuk luka pukul, melancarkan sirkulasi darah, menghentikan perdarahan, pembengkakan payudara, infeksi kerongkongan, terlambat datang bulan dan digigit binatang berbisa.

Cara pemanfaatannya, antara lain direbus, lalu diminum airnya. Daunnya juga dapat dimakan mentah sebagai lalapan. Untuk pengobatan luar, daun segar atau umbi segar digiling halus lalu tempelkan ke bagian tubuh yang sakit, seperti pembengkakan payudara, memar, bengkak akibat tulang patah, wasir, digigit hewan berbisa, luka bakar, tersiram air panas, luka berdarah, bisul, radang kulit bernanah, borok di kaki, cantengan dan kutil. Untuk luka bakar dan luka teriris, umbi daun dewa dipipis, tambahkan sedikit gula merah sehingga menjadi adonan seperti salep. Ramuan tersebut dibalurkan pada bagian tubuh yang sakit, lalu dibalut. Untuk sakit jantung, ambil umbi segar 10 gram, tumbuk halus, tambahkan air 1/2 gelas, saring ampasnya, minum airnya setiap sore, atau 2-4 lembar daun dilalap 3 kali sehari. Untuk perdarahan pada perempuan, batuk/muntah darah, dan payudara bengkak, ambil sebatang daun dewa dengan berat sekitar 15 gram, rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa separonya. Setelah dingin, dibagi untuk 3 kali minum, yaitu pagi, siang dan sore, masing-masing 1/2 gelas. Untuk bisul dan koreng, ambil daun dewa dan daun sosor bebek, keduanya dengan ukuran sama banyak, setelah dipipis, ramuan ini ditempelkan pada bisul atau koreng, lalu dibalut. Mengatasi gigitan binatang berbisa, ambil umbi daun dewa secukupnya, tumbuk halus. Bubuhkan di bagian tubuh yang tergigit binatang berbisa, lalu dibalut. Bila panas pada anak, ambil daunnya, lalu tumbuk. Air perasannya diminumkan. Penelitian Mengenai khasiat daun dewa bagi penyembuhan kanker, empat mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pernah mengadakan penelitian pada tahun 2003. Dengan dasar pemikiran proses perkembangan kanker sama dengan proses pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah baru, mereka menguji efek ekstrak daun dewa terhadap pertumbuhan pembuluh darah baru. Mereka menggunakan telur ayam dengan embrio di dalamnya tengah berkembang, sebagai bahan percobaan. Ekstrak daun dewa yang mereka peroleh dengan menggunakan etanol diteteskan ke telur-telur itu dalam jumlah berbeda. Mereka juga menyiapkan sebutir telur yang berada dalam lingkungan yang sama sebagai perbandingan. Hasilnya, ekstrak daun dewa terbukti dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru. Pertumbuhannya terhambat sebanding dengan jumlah tetes ekstrak daun dewa yang diberikan. Dengan kata lain, semakin tinggi

jumlah tetes ekstrak daun dewa, semakin terhambat pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah baru. Sementara itu, pertumbuhan pembuluh darah baru di telur yang tidak ditetesi ekstrak daun dewa tetap normal atau tidak terhambat. Memang masih diperlukan penelitian lebih jauh mengenai khasiat daun dewa ini. Namun Prof Hembing, dalam paparannya di televisi, memasukkan daun dewa sebagai obat kanker/tumor selain temu putih. Menurutnya, daun dewa juga bisa untuk mengobati kesemutan, liver berlemak dan asam urat. ''Saya tahu soal manfaat daun dewa. Saya memakai umbinya untuk mengobati istri saya yang kena kanker payudara. Saya bersyukur, istri saya pun akhirnya sembuh,'' kata Soemarsono, penduduk Pondok Gede, Bekasi mengenai pengobatan kanker dengan memanfaatkan khasiat tumbuhan alam. Ketika menyampaikan informasi ini beberapa waktu lalu, ia mengatakan bahwa istrinya ini sudah pernah dioperasi namun tak juga kunjung sembuh. Akhirnya setelah mendengar bahwa umbi daun dewa mampu mengatasi kanker, ia pun mulai meracik sendiri ramuan dari umbi tersebut untuk istrinya. Daun dewa (Gynura divaricata, Gynura segetum (Lour) Merr, atau Gynura pseudochina) cukup lama dikenal sebagai tanaman antikanker. Di beberapa daerah daun dewa dikenal dengan nama beluntas cina, atau samsit. Menurut penelitian dari Fakultas Farmasi UGM dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), secara laboratoris ekstrak etanol daun dewa mampu menghambat pertumbuhan tumor paru pada mencit (tikus putih kecil). Ekstrak ini juga mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Pada beberapa tulisannya mengenai tumbuhan berkhasiat obat Indonesia Prof HM Hembing Wijayakusuma menyampaikan bahwa daun dewa memiliki banyak khasiat. Manfaat itu berasal dari daun dan umbinya. Daunnya berkhasiat untuk mengobati luka terpukul, melancarkan sirkulasi darah, menghentikan pendarahan, pembengkakan payudara, melancarkan haid, dan lain-lain. Sementara umbinya berkhasiat untuk mengatasi bekuan darah pembengkakan, pendarahan, tulang patah, dan lain-lain. Daun dewa tergolong tumbuhan semak yang subur pada ketinggian 0-1.000 meter di atas permukaan laut. Tinggi tumbuhan ini bisa mencapai 50 cm. Daunnya tunggal bertangkai pendek berbentuk bundar telur berujung lancip. Kedua permukaan daunnya berambut dengan warna putih. Warna permukaan daun di bagian atas hijau tua, sedangkan di bawahnya berwarna hijau muda. Bunganya terletak di bagian ujung batang, berwarna kuning berbentuk bonggol. Efek farmakologis daun dewa adalah antikoagulan (koagulan=zat yang mempermudah dan mempercepat

pembekuan darah), mencairkan bekuan darah, stimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan panas, dan membersihkan racun. Daun dewa mengandung zat saponin, minyak atsiri, flavonoid, dan tanin. Efek farmakologis didapatkan dari seluruh tanaman. Dalam buku Kebun Tanaman Obat Karyasari disebutkan bahwa daun dewa juga bisa mengatasi kejang pada anak dan beberapa jenis pendarahan. Untuk mengatasi luka terpukul, tak datang haid, pendarahan pada wanita, pembengkakan payudara, batuk, dan muntah darah seluruh tanaman daun dewa ditumbuk, atau direbus, lalu airnya diminum. Bila anak-anak mengalami kejang beri minum air dari satu batang daun dewa. Bagian daunnya dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kutil dan tumor. Untuk kutil haluskan daun dan ditempelkan pada bagian yang sakit dan biarkan hingga keesokkan harinya. Untuk mengatasi tumor, silakan makan daun dewa sebagai lalap. Untuk kanker buatlah ramuan dari 30 gram daun dewa segar, 20 gram temu putih, 30 gram jombang yang direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu disaring dan airnya diminum. Bagian umbi bisa dimanfaatkan untuk pengobatan luka terpukul, masuk angin, digigit ular, dan menghilangkan bekuan darah, serta mengobati stroke. Untuk luka luar, haluskan umbi, lalu tempelkan pada bagian yang sakit. Sedangkan untuk pengobatan dalam, umbinya ditumbuk halus dan ditambah air. Air perasannya diminum setiap sore hari. Untuk memperoleh daun dewa mungkin bisa didapatkan pada penjual tanaman obat-obatan, atau pada penjual tanaman hias. Bahkan ada yang sengaja membudi-dayakannya, sebagaimana yang dilakukan oleh Ny Zuli, warga Kelurahan Tlogomulyo, Pedurungan, Jalan Girimulyo Mukti 252, Perumahan Grahamukti Utama, Semarang, telepon (024) 6723891. Ia ingin membantu mereka yang membutuhkan daun dewa.(M Ali-35) http://solusiherbal.blogspot.com/2008/03/daun-dewa-timpal-diabetes-darah-tinggi.html

You might also like