You are on page 1of 14

4

BAB I I
TI NJ AUAN PUSTAKA


2.1. Bendungan Urugan
Bendungan merupakan bangunan yang digunakan untuk membendung aliran air
sungai yang dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia atau menanggulangi
bencana, seperti banjir.
Menurut Sosrodarsono (2002), bendungan urugan merupakan bendungan yang
dibangun dengan cara menimbunkan bahan-bahan, seperti: batu, krakal, krikil, pasir,
dan tanah, pada posisi tertentu dengan fungsi sebagai pengempang atau pengangkat
permukaan air yang terdapat di dalam waduk di udiknya.

2.1.1. Tipe-tipe Bendungan Urugan
Didasarkan pada ukuran butiran dari bahan timbunan yang digunakan, secara
umum dapat dibedakan 2 tipe bendungan urugan, yaitu:
a. Bendungan urugan batu (rock fill dam) disingkat dengan istilah bendungan batu.
b. Bendungan urugan tanah (earth fill dam) disingkat dengan istilah bendungan tanah.
Selain kedua jenis tersebut, terdapat pula bendungan urugan campuran, yaitu
terdiri dari urugan batu di bagian hilirnya yang berfungsi sebagai penyangga sedang,
bagian udiknya terdiri dari timbunan tanah yang disamping berfungsi sebagai
penyangga tambahan, terutama berfungsi sebagai tirai kedap air.
Ditinjau dari penempatan serta susunan bahan yang membentuk tubuh
bendungan untuk dapat memenuhi fungsinya dengan baik, maka bendungan urugan
dapat digolongkan dalam tiga tipe utama, yaitu:
a. Bendungan urugan homogen (bendungan homogen)
Bendungan urugan digolongkan tipe homogen, apabila bahan yang membentuk
tubuh bendungan terdiri dari tanah yang hampir sejenis dan gradasinya (susunan
ukuran butirannya) hampir seragam. Tubuh bendungan secara keseluruhannya
berfungsi ganda, yaitu sebagai bangunan penyangga dan sekaligus sebagai penahan
rembesan air.
b. Bendungan urugan zonal (bendungan zonal)
5
Bendungan urugan digolongkan tipe zonal, apabila timbunan yang membentuk
tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi (susunan ukuran butiran) yang
berbeda-beda dalam urutan-urutan pelapisan tertentu.
Pada bendungan ini sebagai penyangga terutama dibebankan pada timbunan yang
lulus air (zone lulus air), sedang penahan rembesan dibebankan pada timbunan yang
kedap air (zone kedap air).
Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka tipe ini masih dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau bendungan tirai (front core
fill type dam), ialah bendungan zonal dengan zone kedap air yang membentuk
lereng udik bendungan tersebut.
2. Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau bendungan inti
miring (inclined-core fill type dam), bendungan zonal yang zone kedap airnya
terletak di dalam tubuh bendungan dan berkedudukan miring ke arah hilir.
3. Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau bendungan inti tegak
(central-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kedap airnya
terletak di dalam tubuh bendungan dengan kedudukan vertikal. Biasanya inti
tersebut terletak di bidang tengah dari tubuh bendungan.
c. Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat).
Bendungan urugan digolongkan dalam tipe sekat (facing) apabila di lereng udik
tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air (dengan kekedapan yang
tinggi) seperti lembaran baja tahan karat, beton aspal, lembaran beton bertulang,
hamparan plastik, susunan beton blok, dan lain-lain.

2.1.2. Karakteristik Bendungan Urugan
Dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya, maka bendungan urugan mempunyai
keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut:
a. Pembangunannya dapat dilakukan pada hampir pada semua kondisi geologi dan
geografi yang dijumpai
b. Bahan untuk tubuh bendungan dapat digunakan batuan yang terdapat di sekitar
calon bendungan.
6
Tetapi disamping itu, tipe ini juga memiliki kelemahan yang cukup berarti, yaitu
tidak mampu menahan limpasan diatas mercunya, dimana limpasan-limpasan yang
terjadi dapat menyebabkan longsoran-longsoran pada lereng hilir yang dapat
mengakibatkan jebolnya bendungan tersebut.
Beberapa karakteristik utama dari bendungan urugan, adalah sebagai berikut
(Sosrodarsono, 2002):
a. Bendungan urugan mempunyai alas yang luas, sehingga beban yang harus didukung
oleh pondasi bendungan persatuan unit luas biasanya kecil. Beban utama yang harus
didukung pondasi terdiri dari berat tubuh bendungan dan tekanan hidrostatis dari air
dalam waduk. Karena hal tersebut, maka bendungan urugan dapat dibangun di atas
alur sungai yang tersusun dari batuan sedimen dengan kemampuan daya dukung
yang rendah asalkan kekedapannya dapat diperbaiki sampai tingkat yang
dikehendaki.
b. Bendungan urugan selalu dapat dibangun dengan menggunakan bahan batuan yang
terdapat di sekitar calon bendungan. Dibandingkan dengan jenis bendungan beton,
yang memerlukan bahan-bahan fabrikat seperti semen dalam jumlah besar dengan
harga yang tinggi dan didatangkan dari tempat yang jauh, maka bendungan urugan
dalam hal ini menunjukkan tendensi yang positif.
c. Dalam pembangunannya, bendungan urugan dapat dilakukan secara mekanis
dengan intensitas yang tinggi (full mechanized) dan karena banyaknya tipe-tipe
peralatan yang diproduksi, maka dapat dipilih peralatan yang cocok, sesuai dengan
sifat-sifat bahan yang akan digunakan serta kondisi lapangan pelaksanaannya.
d. Akan tetapi karena tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah atau timbunan batu
yang berkomposisi lepas, maka bahaya jebolnya bendungan umumnya disebabkan
oleh hal-hal berikut:
1. Longsoran yang terjadi baik pada lereng udik, maupun lereng hilir tubuh
bendungan.
2. Terjadinya sufosi (erosi dalam atau piping) oleh gaya-gaya yang timbul dalam
aliran filtrasi yang terjadi dalam tubuh bendungan.
3. Suatu konstruksi yang kaku tidak diinginkan di dalam tubuh bendungan, karena
konstruksi tersebut tidak dapat mengikuti gerakan konsolidasi dari tubuh
bendungan tersebut.
7
4. Proses pelaksanaan pembangunannya biasanya sangat peka terhadap pengaruh
iklim. Lebih-lebih pada bendungan tanah, dimana kelembaban optimum tertentu
perlu dipertahankan terutama pada saat pelaksanaan penimbunan dan
pemadatannya.

2.1.3. Bagian-bagian Utama Bendungan Urugan
Dibandingkan dengan tipe bendungan yang lain, bagian atas bendung/mercu
bendung pada bendungan urugan tidak boleh dilalui oleh air sebab akan merusak
bendung itu sendiri. Selain itu bendungan urugan memiliki bagian-bagian yang serupa
dengan tipe bendungan yang lain, yaitu:
a. Tubuh bendung, pada bendungan urugan berupa timbunan tanah atau batu yang
terdiri dari zona kedap dan lolos air.
b. Waduk, merupakan tempat penampungan air sungai.
c. Pintu outlet, pintu pengeluaran air bendungan.
d. Peredam energi, berfungsi untuk meredam energi dari aliran air yang keluar dari
bendungan.
e. Pelimpah, berfungsi untuk melimpahkan air yang berlebihan, melebihi kapasitas
waduk.
f. Intake, bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air menuju sawah yang akan
diairi dari bendungan.

2.1.4. Pelaksanaan Konstruksi Bendungan
Sebelum pembangunan bendungan dilakukan, dibangun terlebih dahulu
bangunan-bangunan pelengkap yang berupa bangunan sementara maupun bangunan
tetap yang akan termasuk dalam komposisi bendungan yang berfungsi untuk
menghindarkan bagian bangunan bendungan yang sedang dikerjakan dari aliran air
sungai (Sosrodarsono, 2002). Bangunan tersebut adalah:
1. Saluran pengelak, baik berupa saluran terbuka maupun saluran tertutup
2. Bendungan pengelak, yang dibangun di sebelah udik dan sebelah hilir calon
bendungan utama
3. Bangunan pelimpah banjir
4. Bangunan penyadap, dan lain-lain.
8
Dalam pelaksanaan konstruksi dipersiapkan sedemikian rupa, agar diperoleh
suatu urut-urutan pelaksanaan yang efektif dan efisien dan pelaksanaan konstruksi
masing-masing komponen tidak saling mengganggu. Secara umum pelaksanaan
konstruksi bendungan urugan adalah sebagai berikut (Sosrodarsono, 2002):
a. Pembuatan jaringan jalan-jalan pengangkutan bahan-bahan, dari tempat
penggaliannya ke tempat kedudukan calon bendungan dan jaringan jalan-jalan
masuk lainnya.
b. Pembuatan base-camp, pool-pool kendaraan dan alat-alat besar, jaringan distribusi
tenaga dan fasilitas pelaksanaan konstruksi lainnya.
c. Pembuatan saluran pengelak baik berupa saluran terbuka maupun tertutup.
d. Pembuatan jaringan jalan pengangkutan bahan yang diperoleh setempat, untuk
pembuatan bendungan pengelak.
e. Pembuatan bendungan pengelak dan persiapan tempat-tempat penggalian bahan
tanah, pasir dan kerikil (borrow-pits) dan tempat-tempat penggalian batu (quarries).
f. Penggalian-penggalian pondasi bendungan dan pekerjaan-pekerjaan perbaikan
pondasi tersebut.
g. Penimbunan tubuh bendungan dan pembuatan bangunan pelengkap permanen,
seperti bangunan pelimpah banjir, bangunan penyadap, dan lain-lain.
h. Pelaksanaan pembuatan jalan-jalan untuk pelaksanaan penutupan alur sungai agar
alirannya pindah ke saluran pengelak.
i. Penutupan saluran pengelak, setelah pelaksanaan konstruksi bendungan selesai.

2.2. Analisa Kelayakan
Menurut Soeharto (1999), analisa/studi kelayakan merupakan pengkajian yang
bersifat menyeluruh dan mencoba menyoroti segala aspek kelayakan proyek atau
investasi. Disamping sifatnya yang menyeluruh, studi kelayakan harus dapat
menyuguhkan hasil analisis secara kuantitatif tentang manfaat yang akan diperoleh
dibandingkan dengan sumber daya yang diperlukan.
Analisa kelayakan mempunyai tujuan untuk memberikan bayangan atau
pertimbangan kepada pemilik proyek untuk menjalankan atau membatalkan proyek
yang akan dijalankan. Apabila dijalankan maka diharapkan akan mendapatkan manfaat
sesuai dengan yang diinginkan. Analisa kelayakan di lakukan sebelum rangkaian
9
kegiatan pelaksanaan suatu proyek dijalankan. Aspek-aspek yang ditinjau dalam analisa
kelayakan, yaitu:
a. Aspek pemasaran
b. Aspek teknis
c. Aspek finansial dan ekonomi
d. Aspek penjadwalan dan pembiayaan
f. Aspek dampak lingkungan

2.2.1. Analisa Manfaat Biaya
Analisa Manfaat Biaya merupakan perhitungan rasio manfaat terhadap biaya.
Dalam perhitungannya nilai waktu dari uang harus tetap dipertimbangkan berdasarkan
perhitungan waktu arus kas yang terjadi setelah proyek dimulai (DeGarmo, 1999).
Analisa Manfaat Biaya merupakan salah satu metode dari studi kelayakan suatu
proyek. Untuk menilai kelayakan suatu proyek dengan Analisa Manfaat Biaya, terlebih
dahulu dilakukan identifikasi terhadap manfaat yang akan diperoleh dari proyek
tersebut, kemudian dilakukan identifikasi terhadap kerugian yang ditimbulkan dari
proyek. Apabila dari proyek yang dibangun menghasilkan hasil yang berupa uang, maka
akan disebut sebagai pendapatan. Dari variabel manfaat, kerugian, pendapatan, dan juga
biaya yang dikeluarkan, kemudian dilakukan analisa sehingga didapatkan hasil sebagai
dasar memutuskan untuk melanjutkan atau membatalkan proyek yang akan dijalankan.
Dalam mengidentifikasi manfaat-manfaat yang diperoleh, sering kali ditemui kesulitan
karena manfaat yang diperoleh dari proyek tidak bisa dinilai dengan satuan uang.
Biasanya analisa manfaat biaya digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek
fasilitas publik yang ditangani oleh pemerintah dimana dari pembangunan proyek ini
tidak diharapkan laba (nirlaba). Dana untuk pembangunan diambil dari pendapatan
negara yang salah satunya dari pajak sehingga bisa dikatakan proyek jenis ini dimiliki
oleh rakyat dan untuk kesejahteraan rakyat. Pendapatan yang diharapkan hanya untuk
mengganti biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan. Oleh karena itu diperlukan
waktu peninjauan yang lama untuk proyek seperti ini.
Menurut DeGarmo (1999), terdapat kesulitan yang melekat pada proyek-proyek
publik yang harus dipertimbangkan dalam melakukan studi ekonomi dan mengambil
keputusan ekonomi terhada proyek-proyek tersebut, yaitu:
10
a. Tak terdapat standar laba yang dapat digunakan sebagai ukuran dari efektifitas
keuangan. Kebanyakan proyek publik dimaksudkan untuk nirlaba.
b. Dampak keuangan dari banyak manfaat proyek-proyek publik sulit
dikuantifikasikan.
c. Hanya terdapat sedikit atau sama sekali tidak ada hubungan antara proyek dan
publik, sebagai pemilik proyek.
d. Sering kali terdapat pengaruh politik yang kuat setiap kali dana masyarakat
digunakan. Apabila keputusan terhadap suatu proyek publik dibuat oleh pejabat
terpilih yang tidak lama lagi akan mengadakan pemilihan kembali, manfaat dan
biaya langsung yang ditekankan, sering kali dengan hanya sedikit atau tanpa
pertimbangan terhadap konsekuensi jangka panjang yang lebih penting.
e. Motif laba yang biasa berguna sebagai perangsang untuk mendorong kerja yang
efektif tidak ada, yang bukanlah dengan maksud menunjukkan bahwa setiap proyek
publik tidak efektif atau para manager dan karyawannya tidak dapat diharapkan
bekerja secara efisien. Tetapi laba langsung yang merupakan perangsang dalam
perusahaan swasta dianggap mengakibatkan dampak yang menguntungkan terhadap
efektifitas proyek sektor swasta.
f. Proyek-proyek publik biasanya jauh lebih banyak terkena pembatasan-pembatasan
resmi dibandingkan dengan proyek swasta. Sebagai contoh, daerah operasi untuk
perusahaan tenaga listrik yang dimiliki oleh pemerintah kotapraja mungkin dibatasi
sehingga listrik hanya dapat dijual dalam batas kota, tanpa memandang apakah
pasar untuk kelebihan kapasitas terdapat di luar batas kota atau tidak.
g. Kemampuan badan-badan permerintah untuk modal sangat lebih terbatas
dibandingkan dengan perusahaan swasta.
h. Tingkat bunga yang wajar untuk mendiskonto manfaat-manfaat dan biaya-biaya
suatu proyek publik sering kali kontroversial dan secara politis sensitif. Jelas,
tingkat bungan yang lebih rendah sangat membantu proyek-proyek jangka panjang
yang mempunyai manfaat sosial dan/atau keuangan utama di masa depan,
sedangkan tingkat bunga yang lebih tinggi mendorong tinjauan jangka pendek yang
disini keputusan berdasarkan investasi awal dan manfaat yang bersifat segera.

11
2.2.2. Manfaat, Kerugian, Biaya, dan Pendapatan
Dalam uji kelayakan suatu proyek diteliti keseluruhan benefit, disbenefit, biaya-
biaya, dan pendapatan yang didapatkan dan dikeluarkan selama waktu yang diinginkan.
Manfaat adalah segala bentuk keuntungan yang diperoleh masyarakat yang dapat
berupa sesuatu yang nyata ataupun tidak. Pada proyek bendungan yang penulis gunakan
sebagai bahan studi maka manfaat yang diterima masyarakat adalah tersedianya air
kebutuhan hidup sehari-hari dan air irigasi yang cukup untuk sepanjang tahun sehingga
akan menambah produksi pangan dan akhirnya menambah penghasilan petani.
Kerugian adalah segala hal yang negatif yang diterima masyarakat baik
sementara ataupun permanen akibat proyek tersebut. Petani yang sawahnya dibebaskan
untuk pembangunan bendungan akan merasa mengalami kerugian karena tidak bisa
menghasilkan lagi.
Biaya adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan proyek serta
fasilitas pendukungnya sampai hasilnya dapat beroperasi sesuai dengan yang
diinginkan. Serta biaya-biaya yang nantinya digunakan untuk operasional dan
perawatan bendungan.
Pendapatan merupakan semua hasil yang didapatkan secara langsung dari
operasional bangunan yang direalisasikan. Semisal, penggunaan air untuk air baku,
perikanan, pariwisata, dan lain sebagainya.

2.2.3. Nilai Uang Terhadap Waktu
Uang dalam jumlah nominal yang sama saat ini dengan yang akan datang akan
memiliki nilai yang berbeda yang disebabkan dari bunga atau laba yang dihasilkan.
Dalam perhitungan rasio manfaat biaya akan diperlukan suatu faktor yang akan
digunakan untuk mengekivalenkan nilai-nilai manfaat, kerugian, biaya, dan pendapatan,
sesuai dengan ukuran waktu (N) yang ditinjau. Rumus-rumus yang digunakan adalah
(DeGarmo, 1999):
1. Mencari nilai future (F) dari nilai present (P) dinyatakan dalam
F = P (F/P, i%, N) dengan perumusan: F = P (1+i)
N

2. Mencari nilai present (P) dari nilai future (F) dinyatakan dalam
P = F (P/F, i%, N) dengan perumusan: P = F (1+i)
-N

3. Mencari nilai future (F) dari nilai annual (A) dinyatakan dalam
12
F = A (F/A, i%, N) dengan perumusan: F = A
(

+
i
i
N
1 ) 1 (

4. Mencari nilai annual (A) dari nilai future (F) dinyatakan dalam
A = F (A/F, i%, N) dengan perumusan: A = F
(

+ 1 ) 1 (
N
i
i

5. Mencari nilai present (P) dari nilai annual (A) dinyatakan dalam
P = A (P/A, i%, N) dengan perumusan: P = A
(

+
+
N
N
i i
i
) 1 (
1 ) 1 (

6. Mencari nilai annual (A) dari nilai present (P) dinyatakan dalam
A = P (A/P, i%, N) dengan perumusan: A = P
(

+
+
1 ) 1 (
) 1 (
N
N
i
i i


2.2.4. Perumusan Benefit Cost Ratio
Sesuai buku dari DeGarmo (1999), dalam analisa manfaat biaya (B/C rasio)
dicari perbandingan antara benefit/manfaat yang didapatkan dari pembangunan suatu
proyek dengan cost/biaya yang dikeluarkan.

Rasio B/C konvensional dengan PW (Present Worth)
) ( M O PW I
B
C
B
+ +
=

Rasio B/C termodifikasi dengan PW (Present Worth)
I
M O PW B
C
B
) ( +
=

Dimana: PW = present worth (nilai sekarang)
B = benefit dari proyek
I = investasi awal
O+M = biaya-biaya dari operasional dan perawatan

Setelah dihitung dan nilai B/C diperoleh, maka bisa diambil kesimpulan bahwa proyek
dapat diterima/layak apabila nilai B/C 1.
13
Perumusan di atas dapat juga ditulis dalam bentuk nilai tahunan, yaitu:
Rasio B/C konvensional dengan AW (Annual Worth)
) (
) (
M O CR
B AW
C
B
+ +
=

Rasio B/C termodifikasi dengan AW (Annual Worth)
CR
M O B AW
C
B
) ( ) ( +
=

Dimana: AW = annual worth (nilai tahunan)
B = benefit dari proyek
CR = jumlah pengembalian modal (misalnya, biaya
tahunan ekivalen dari investasi awal termasuk
kelonggaran untuk nilai sisa (jika ada).
O+M = biaya-biaya dari operasional dan perawatan

Rasio B/C konvensional dengan AW (AnnualWorth), benefit dikurangi oleh besarnya
disbenefit
) (
) ( ) (
M O CR
D AW B AW
C
B
+ +

=

Rasio B/C konvensional dengan AW (AnnualWorth), biaya meningkat dengan besarnya
disbenefit
) ( M O PW I
B
C
B
+ +
=

Dimana: AW = annual worth (nilai tahunan)
B = benefit dari proyek
D = disbenefit dari proyek
CR = jumlah pengembalian modal (misalnya, biaya
tahunan ekivalen dari investasi awal termasuk
kelonggaran untuk nilai sisa (jika ada).
O+M = biaya-biaya dari operasional dan perawatan
14
Dalam melakukan perhitungan menggunakan perumusan diatas, benefit dan disbenefit
yang timbul dari proyek haruslah dinilai dalam satuan uang terlebih dahulu.

2.2.5. Analisa Sensitifitas
Analisa sensitifitas merupakan analisa yang digunakan untuk mengetahui
seberapa sensitif pengaruh dari perbedaan/perubahan biaya yang dikeluarkan untuk
membangun suatu proyek terhadap kelayakannya. Analisa ini dilakukan setelah
didapatkan nilai parameter dari perhitungan benefit cost ratio suatu proyek.

2.3. Manfaat dan Kerugian Bendungan
Dalam pembangunan fasilitas publik harus dilakukan peninjauan dari segala
segala sudut pandang agar nantinya mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.
Begitu pula dengan pembangunan bendungan.
Menurut Linsley (1996), pembangunan bendungan memiliki tujuan/ manfaat
untuk:
a. Irigasi
Kebutuhan air untuk irigasi biasanya bersifat musiman, dengan jumlah maksimum
selama musim panas (kemarau) yang kering dengan kebutuhan yang kecil sekali
atau sama sekali tidak ada pada musim dingin (musim hujan).
b. Penyediaan air
Kebutuhan air rumah tangga lebih mendekati tetap sepanjang tahun dari pada
kebutuhan irigasi, tetapi maksimum musimannya biasanya terjadi di musim panas
(kemarau). Tuntutan kebutuhan itu biasanya bertambah dengan perlahan-lahan dari
tahun ke tahun, sehingga cadangan harus disediakan untuk mengikuti pertambahan
kebutuhan.
c. Daya listrik
Kebutuhan daya listrik biasanya mempunyai variasi musiman yang jelas tergantung
pada jenis daerah yang dilayani. Untuk menghasilkan listrik, air yang dialirkan ke
hilir dilewatkan pada suatu turbin.
d. Pelayaran
15
Bendungan yang direncanakan untuk menyediakan air guna menjaga aliran air di
hilir, bagi pelayaran melayani kebutuhan air yang sangat jelas bersifat musiman,
yang pelepasan puncaknya dibutuhkan selama akhir musim kemarau.
e. Pengurangan banjir
Kebutuhan dasar bagi pengurangan banjir adalah cukupnya ruang tampungan
kosong untuk memungkinkan ditahannya air banjir di musim hujan (banjir).
f. Rekreasi
Biasanya tidak praktis untuk merencanakan bendungan besar hanya untuk rekreasi,
sehingga setiap keuntungan dari rekreasi biasanya bersifat tambahan terhadap
fungsi-fungsi lain dari proyek yang bersangkutan. Bendungan rekreasi yang ideal
adalah waduk yang hampir selalu penuh selama musim rekreasi untuk
memungkinkan orang melakukan permainan perahu, memancing, berenang dan
olah raga air lainnya.
g. Ikan dan kehidupan liar
Masalah ikan dan kehidupan liar di bendungan-bendungan besar terutama adalah
persoalan perlindungan. Pembangunan bendungan mengakibatkan perubahan besar
dalam habitat bagi kehidupan liar yang ada, sehingga dapat menyebabkan
pengurangan suatu jenis dan bertambahnya jenis-jenis ikan yang lain. Naik
turunnya permukaan air yang besar dan berlangsung cepat membahayakan ikan,
terutama pada masa-masa kritis, misalnya masa bertelur.
h. Pengendalian pencemaran
Suatu bendungan dapat untuk penambahan aliran-rendah, yaitu pelepasan air pada
masa air-rendah untuk mendapatkan larutan air sedemikian rupa, sehingga sungai
itu dapat lebih baik mengasimilasikan air limbah yang dituangkan kedalamnya.
Walaupun demikian, pelepasan dari suatu bendungan dapat menyumbang
pencemaran, karena perubahan mutu air yang sering terjadi di dalam bendungan.
i. Pengendalian nyamuk
Bila diinginkan, suatu waduk dapat dioperasikan untuk mengendalikan
pertumbuhan nyamuk dengan cara mengatur naik turunnya permukaan air dengan
cepat, yang akan mendamparkan jentik-jentik di pinggir bendungan.

16
Selain dari manfaat-manfaat yang telah disebutkan diatas, pembangunan
bendungan juga menimbulkan dampak-dampak terhadap lingkungan sekitarnya, yaitu:
a. Degradasi alur hilir atau tepi-tepi pantai akibat hilangnya sedimen karena tertangkap
di dalam waduk.
b. Hilangnya tempat-tempat yang mempunyai sifat geologis, historis, arkeologis, atau
pemandangan yang unik akibat genangan waduk.
c. Tergenangnya daerah penangkaran benih ikan yang berpindah-pindah yang
menghalangi proses reproduksinya, atau rusaknya kerikil pembenihan akibat
pengerukan atau pelapisan alur.
d. Perubahan suhu air sungai karena adanya waduk mengakibatkan berubahnya
kehidupan air di sungai itu.
e. Pelesapan air dasar waduk yang mungkin mengandung larutan garam berat atau
sedikit oksigen mengakibatkan berubahnya kehidupan air.
f. Drainasi rawa-rawa, lubang-lubang karang dan sebagainya memperkecil peluang
hidup binatang dan burung-burung air atau ampibi.
g. Perubahan mutu air akibat drainasi dari suatu proyek irigasi dapat merangsang
pertumbuhan ganggang di air yang menampungnya atau mendorong perubahan jenis
kehidupan air akibat naiknya kegaraman air di badan air yang menampung drainasi
itu.
h. Terbentuknya penghalang bagi jalur perpindahan normal dari binatang-binatang
darat akibat adanya waduk.
i. Berubahnya jenis-jenis kehidupan air akibat meningkatnya kekeruhan air dari erosi
yang ditimbulkan oleh manusia atau dari pengerukan.
j. Kerusakan jenis-jenis kehidupan yang baik akibat bahan-bahan racun (pestisida,
logam-logam beracun, dan sebagainya) yang dibuang ke dalam sungai dan terpusat
pada rantai pangannya.
k. Kerusakan kehidupan ikan yang harus malalui pompa atau turbin atau bangunan
pelimpah bendungan besar.
l. Kerusakan tumbuh-tumbuhan di tebing sungai akibat perubahan pola aliran sungai

17
2.4. Potensi Pengembangan Pada Lokasi Bendungan
Pada lokasi Bendungan Telaga Tunjung akan dikembangkan sebagai daerah
obyek pariwisata yaitu berupa wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus.
Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata,
menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata
dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Menurut Undang-undang RI No. 9 Tahun
1990 tentang Kepariwisataan, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata dikelompokkan
dalam:
a. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam, merupakan usaha pemanfaatan
sumber daya alam dan tata lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai obyek dan
daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata.
b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya, merupakan usaha seni budaya
bangsa yang telah dilengkapi sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan
sasaran wisata.
c. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus, merupakan usaha
pemanfaatan sumber daya alam dan atau potensi seni budaya bangsa untuk
dijadikan sasaran wisatawan yang mempunyai minat khusus.

You might also like