You are on page 1of 10

Laporan Praktikum Biokimia

Hari/tanggal : Selasa, 4 Desember 2012 Waktu : 15.00 16.40 WIB PJP : Popi Asri Kurniatin Asisten : Resti Siti Muthmainah, S.Si Fitri Rosary, S.Si

VITAMIN Ilham Eka Saputra Getha Audia Alif Putri Ivonne Wira J3L111040 J3L111049 J3L111148

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Pendahuluan Vitamin adalah molekul organik sederhana yang diminta oleh tubuh. Vitamin bukan karbohidrat, protein maupun lipid. Tubuh tidak dapat mensintesis vitaminvitamin. Karena larut dalam air, vitamin C mudah diserap dalam usus halus, langsung masuk ke dalam darah vena porta ke hati dan dari sana ke seluruh tubuh (Tarrant, 1989). Vitamin merupakan mikronutrien organik esensial. Vitamin dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air antara lain tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), asam nikotinat, asam pantotenat, piridoksin (vitamin B6), biotin, asam folat, vitamin B12 dan asam askorbat (vitamin C). Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak antara lain vitamin A, vitamin D, vitamin E dan vitamin K. Asam askorbat atau lebih dikenal dengan vitamin C adalah vitamin untuk jenis primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat merupakan suatu reduktor kuat (Winarno1997). Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat, mudah direduksi dengan berbagai reduktor seperti glutation karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein manapun. Sifat fisik dan kimiawi asam askorbat merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai asam askorbat dan dehidro asam askorbat. Dehidro asam askorbat terjadi karena oksidasi spontan dari udara. Keduanya merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh yang merupakan kristal putih tidak berbau, larut dalam air dan kurang stabil serta tidak larut dalam lemak (Hawab 2005). Asam askorbat (vitamin C) banyak diperlukan dalam metabolisme. Sumber vitamin C antara lain buah sitrun, arbei, semangka, cabai, tomat, apel, jeruk, kol merah, dan sayur-sayuran yang berdaun hijau. Vitamin C berperan sebagai anti sariawan, anti oksidan dan dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus (Wahyudi 2010). Vitamin B adalah 8 vitamin yang larut dalam air dan memainkan peran penting dalam metabolisme sel. Dalam sejarahnya, vitamin pernah diduga hanya mempunyai satu tipe, yaitu vitamin B (seperti orang mengenal vitamin C atau vitamin

D). Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa komposisi kimia di dalamnya membedakan vitamin ini satu sama lain dan terlihat dalam contohnya dalam beberapa makanan. Suplemen yang mengandung ke- 8 tipe ini disebut sebagai vitamin B kompleks. Masing-masing tipe vitamin Bsuplemen mempunyai nama masing-masing (contoh: B1, B2, B3) (Girindra 1986). Thiamin HCl / Vitamin B1memiliki sifat kimia antara lain dengan rumus molekul C12H17ClN4OS,HCl dan memiliki berat molekul 337,27. Sifat fisika pada vitamin B1 anatara lain Organoleptis, berbentuk serbuk Hablur atau Hablur kecil, memiliki bau khas lemah mirip ragi berwarna putih dan berasa pahit. Vitamin B1 mudah Larut dalam air, larut dalam air panas, Sukar larut dalam etanol (95 %), Praktis tidak larut dalm eter dan dalam benzene, Larut dalam gliserol dan memiliki titik lebur 2480C dan memiliki pH 2,7-3,4. Yang termasuk dalam vitamin B kompleks ialah Vitamin B1 (Thiamine), Vitamin B2 (Riboflavin), Vitamin B3 (Niacin), Vitamin B5 (Asam Panthothenate), Vitamin B6 (Pyridoxine), Vitamin B7 (Biotin), Vitamin B9 (Asam Folic), Vitamin B12 (Cobalamine) (Lehninger 1982). Dalam makanan tiamin ditemukan dalam bentuk bebas atau dalam bentuk kompleks dengan protein atau kompleks protein-fosfat. Tiamin tidak dapat disimpan banyak oleh tubuh tetapi dalam jumlah terbatas disimpan di hati, ginjal, jantung, otak dan otot. Bila terlalu banyak kelebihannya dibuang melalui air kemih (Winarno 1992). Struk asam askorbat dan vitamin B1 dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 :

HO O HO HO O

OH

Gambar 1Struktur dari Asam Askorbat (Hart 2003)

Gambar 2 Struktur dari vitamin B1 (Gaman 1992)

Tujuan Praktikum bertujuan mengidentifikasi kadar vitamin C dan vitamin B1 dalam tablet. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan ialah buret 50 ml, erlenmeyer 250 ml, pipet tetes, pipet volumetrik 25 ml, gelas piala 100 ml, botol semprot, pipet mohr 10 ml, corong dan gelas piala 250 ml. Bahan-bahan yang digunakan ialah tablet vitamin C, aquades, H2SO4 2N, indikator larutan pati, tiosulfat 0.1 N, iod 0.01 N, NaOH 2N, tablet vitamin B1 dan HCl 0.01 N. Prosedur Percobaan Penentuan vitamin C dalam tablet. Sebanyak lima puluh mg contoh (tablet vitamin C) dilarutkan ke dalam 20 ml aquades lalu ditambahkan 5 ml H2SO4 2N dan segera ditambahkan larutan iod 0.1 N sebanyak 25 ml. Penitraan dilakukan dengan larutan tiosulfat 0.1 N dan digunakan indikator pati. Sebelum ditambhkan indikator pati dititrasi dengan perubahan warna dari coklat menjadi kuning lalu ditambahkan indikator pati dengan perubahan warna biru pekat menjadi kuning seulas. Dicatat volume tiosulfat yang terpakai. Titrasi blanko dilakukan sama seperti diatas tetapi tanpa sampel ( tablet vitamin C).

Penentuan kadar vitamin B1 (tiamin) dalam tablet. Sebanyak empat tablet viamin B1 digerus di dalam mortar dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Erlenmeyer tersebut ditutup dengan alumunium foil kemudian ditambahkan HCl 0.01 N sebanyak 10 ml dan larutan iod 0.05 N (penambahan dilakukan menggunakan pipet dan direndam dalam es yang tertutup dengan kaleng. Segera ditambahkan pula 10 tetes NaOH 2N atau sampel larutan netral dan ditambahkan lagi 2 tetes NaOH 2N. Larutan lalu dicampurkan setelah itu disimpan dalam kaleng yang berisi es selama 30 menit. Erlemeyer harus disumbat dengan aluminium foil atau kapas sumnat dan dikerjakan secepat mungkin. Setelah penyimpanan pengasaman dilakukan dengan menambahkan larutan H2SO4 2N sampai pH 5.5. Setelah itu dititrasi dengan larutan tiosulfat 0.05 N dan demikian juga larutan blanko. Hasil Percobaan
Tabel 1 Hasil penentuan kadar vitamin C Volume (ml) Ulangan Awal Akhir Blanko Tablet 1 Tablet 2 Reaksi 0.0 6.7 20.2 Rata-rata : I2 + Na2S2O3 C6H8O6 + I2 15.3 20 33.4 Kadar vitamin C (mg/tablet) 0.0000 16.1600 16.9680 16.5640

Terpakai 15.3 13.3 13.2

Volume koreksi 0.0 2.0 2.1 2.05

2NaI + Na2S4O6 C6H6O6 + 2HI

Contoh perhitungan (tablet 1) : Vkoreksi = Vblanko V sampel = 15.3 ml 13.3 ml = 2.0 ml Kadar vitamin C = v koreksi x 8,08 mg Vit C = 2.0 ml x 8,08 mg Vit C = 16.1600 mg/tablet Tabel 2 Hasil penentuan kadar vitamin B1 Volume (ml) Ulangan Awal Akhir Blanko Tablet 1 Tablet 2 15.3 0.0 0.0 45.7 29.7 43.5 Kadar vitamin B1 (mg/tablet) 0.0000 1.9670 -36.811

Terpakai 30.4 29.7 43.5

Volume koreksi 0.0 0.7 -13.1

Rata-rata Contoh perhitungan (tablet 1) : Vkoreksi = Vblanko V sampel = 30.4 ml 29.7 ml = 0.7 ml Kadar vitamin C = v koreksi x 2.81 mg Vit C = 0.7 ml x 2.81 mg Vit C = 1.9670 mg/tablet

-17.4220

Pembahasan Metode titrimetri yaitu, merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip pengukuran volume (Rivai, 2006). Prinsip metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia dimana molekul analit A, bereaksi dengan molekul pereaksi T. Pereaksi yang disebut titran, ditambahkan secara kontinu dari sebuah buret dalam wujud larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan sebuah proses yang dinamakan standardisasi. Penambahan dari titran tetap dilakukan sampai jumlah T secara kimiawi sama dengan yang telah ditamabahkan kepada A. Selanjutnya akan dikatakan titik ekivalen dari titrasi telah dicapai. Hasil dari titrasi ini dinamakan titrat. Agar diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran, kimiawan dapat menggunakan bahan kimia, yaitu indikator, yang bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan warna ini bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir. Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir akhir ini sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Istilah titrasi mengacu pada proses pengukuran volume dari titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen. Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang disebut titran. Reaksi yang terjadi adalah : Analit + Titran Hasil reaksi

Metode titrimetri dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: asidi-alkalimetri, oksidimetri, kompleksometri, dan titrasi pengendapan.

Penentuan kadar vitamin C pada tablet dapat dilakukan dengan titrasi iodometri tidak langsung. Penambahan larutan H2SO4 dilakukan terlebih dahulu sebelum larutan Iod pada pembuatan titrat dilakukan untuk membuat larutan Iod tidak mengalami oksidasi. Titrasi iodometri tidak langsung melibatkan Na2S2O3 sebagai titran. Vitamin C atau asam askorbat (C6H8O6) merupakan oksidator yang dapat bereaksi dengan I- (iodida) untuk menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali (Girindra 1986). Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titran. Hal ini disebabkan faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang dapat dipakai untuk iodida. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi yang sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodida. Senyawaan iodida umumnya KI ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I2. I2 yang terbentuk adalah ekuivalen dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan. Jumlah I2 ditentukan dengan mentitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat (Baliwati 2002). Penentuan kadar vitamin C atau asam askorbat pada percobaan kali ini dilakukan dengan asam askorbat dititrasi dengan Na2S2O3. Hal ini disebabkan asam askorbat yang bersifat oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi senyawaan yang bilangan oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya reaksi ini tidak stoikiometri. Indikator yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu pati atau

amilum. Amium dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I2 sedikit sekali. Pada titik akhir, iod yang terikat itu pun hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila iod sudah tinggal sedikit yang tampakdari warnanya yang kuning muda). Maksudnya ialah agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sulit lepas kembali. Hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali

bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir (Harjadi 1986). Perubahan warna yang terjadi adalah dari coklat menjadi kuning, saat kuning ditambahkan amilum sehingga terbentuk warna biru dan dititrasi kembali sampai tidak berwarna (Harjadi 1986). I2 + 2Na2S2O3 C6H8O6 + I2 2NaI + Na2S4O6 C6H6O6 + 2HI (Hart 2003)

Kadar vitamin C pada tablet, merupakan selisih antara volume titran blanko dengan volume titran sampel yang kemudian dikalikan 8,08 mg. Nilai 8,08 mg menunjukkan bahwa 1 ml tiosulfat setara dengan 8,08 mg. Berdasarkan percobaan, kadar vitamin C rata-rata yang diperoleh pada tablet vitamin C adalah 16.1600 mg/tablet. Berdasarkan literatur, kandungan vitamin C pada tablet sebanyak 50 mg/tablet . Adanya perbedaan tersebut menunjukkan adanya kesalahan dalam percbaan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya larutan natrium sulfat yang tidak distandardisasi, penambahan titran yang berlebih, I2 yang telah teroksidasi dan pengamatan setiap orang berbeda saat menentukan titik akhir titrasi. Vitamin B1 di dalam tubuh memiliki fungsi yang sangat penting yakni esensial untuk berbagai fungsi tubuh, produksi energi dan membantu memelihara kesehatan syaraf dan otot, membantu perawatan penyakit anemia, membantu perawatan penyakit herpes, serta membantu tubuh membuat dan memakai protein. Beri-beri yaitu penyakit kekurangan vitamin B1 dalam masyarakat yang banyak mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok khususnya beras yang digiling sempurna. Bila beras digiling sempurna maka lapisan aleuron yang kaya akan thiamin terbuang sebagai dedak. Gejala kekurangan thiamin mula-mula lelah, hilang nafsu makan, berat badan menurun dan gangguan pencernaan. Bila telah terjadi beri-beri terjadi gangguan kerja saraf (polyneuritis). Pada orang dewasa terjadi gangguan jantung menyebabkan oedem (penumpukan cairan dalam jaringan) pada kaki bawah atau telapak kaki serta persendian kaki. Bila berlanjut oedem dapat terjadi di rongga

dada dan ini disebut beri-beri basah. Penderita diberi vitamin B kompleks dan makanan kaya protein dan kalori (Hawab 2005) Pemakaian thiamin yang melebihi normal mempengaruhi sistem saraf. Hal ini karena reaksi hipersensitif yang dapat berpengaruh pada kelelahan, sakit kepala, sifat lekas marah dan susah tidur. Sistem darah dapat terpengaruh, karena denyut nadi menjadi cepat. Jumlah konsumsi harian yang direkomendasikan oleh RDA untuk vitamin 1,4 mg. Peminum dan perokok berat, wanita hamil dan menyusui serta yang menggunakan pil kontrasepsi harus menaikkan dosis sebanyak 100-300 mg per hari. Dosis juga ditingkatkan jika seseorang sedang menderita stres. Vitamin ini lebih efektif penggunaan bersama dengan vitamin B- kompleks yang lain. Dosis maksimum yang masih diperbolehkan dalam batas normal per hari ialah 400 mg. Vitamin B juga dikonsumsi pada saat diet. Makanan yang seimbang akan memberikan cukup thiamin. Orang yang berpuasa atau melakukan diet harus memastikan bahwa mereka mendapat sejumlah thiamin yang sama seperti dalam 2000 kkalori makanan.Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, diperlukan asupan vitamin B1 yang cukup ke dalam tubuh. Sumber makanan yang mengandung vitamin B1 yakni beras pecah kulit, daging, unggas, telur,hati, ikan, lalap sayuran (Lide 2004). Berdasarkan data percobaan dapat diketahui bahwa rata-rata kadar vitamin b1 dalam tablet sebesar -17.4220 mg/tablet. nilai kadar vitamin B1 yang diperoleh negative karena nilai blanko lebih kecil dari titrasi. Hal ini disebabkan karena adanya oksidasi dari I2, kontaminan dari bahan, penyimpanan bahan yang terlalu lama. Simpulan Berdasarkan percobaan didapatkan kadar vitamin C dan B1 secara berturutturut adalah 16.5640 dan -17.4220 mg/tablet yang dilakukan secara iodometri tidak langsung

Daftar Pustaka Baliwati, Y.F. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Girindra A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia, Jakarta. Hawab,HM. 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Bayumedia:Medan Lehninger A.1996. Dasar-dasar Biokimia. Maggy Thenawidjaya, penerjemah. Jakarta : Erlangga.Terjemahan dari : Basic of Biochemistry Lide R. 2004. CRC Handbook of Chemistry and Physics. London:CRC Press Rivai, H. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta Tarrant, 1989. Basic Collage Chemistry. Harper and Row Publisher, London. Winarno F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

You might also like