You are on page 1of 23

Tugas kelompok Dosen pembimbing: dr. Rosdiana, M.Kes.

ILMU PENYAKIT SARAF


Tension Headcache

Oleh: KELOMPOK IV
Fitriani 023 Fitriani 024 Haryana Hasban Helmi Juwita Haeruddin Akifa Syahrir A. Batari Ola A. Arnida Aulya Kartini dg. Karra Irwan Hadi Wirawan

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2013

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan, kekuatan, serta kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan semestinya. Tidak lupa penulis kirimkan shalawat dan salam beriringan dengan ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada Baginda Rasulullah SAW karena atas segala pengorbanan yang telah dilakukannya beserta para sahabat, sehingga kini kita mampu mengkaji alam ini lebih tinggi dari gunung tertinggi, lebih dalam dari lautan terdalam, serta lebih jauh dari batas pandangan mata. Adapun makalah ini berisikan materi tentang Tension Headcache yang bertujuan sebagai bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Dalam makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam

penulisannya. Oleh karena itu, mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan pada pembuatan makalah penulis selanjutnya.

Makassar,

April 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan BAB II PEMBAHASAN I. KONSEP MEDIS TENSION HEADCACHE A. Defenisi B. Etiologi C. Patofisiologi D. Manifestasi Klinis E. Pemeriksaan Penunjang F. Komplikasi G. Penatalaksanaan H. Pencegahan I. Prognosis II. KONSEP KEPERAWATAN TENSION HEADCACHE A. Pengkajian B. Diagnosa C. Intervensi D. Evaluasi BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

i ii iii 1 1 2 2 3 1 1 3 3 4 6 7 8 9 10 11 11 15 15 19 19 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sakit kepala merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Beberapa orang sering mengalami sakit kepala, sedangkan yang lainnya hampir tidak pernah merasakan sakit kepala. Sakit kepala menahun dan sakit kepala kambuhan bisa terasa sangat nyeri dan mengganggu, tetapi jarang mencerminkan keadaan kesehatan yang serius. Suatu perubahan dalam pola atau sumber sakit kepala (misalnya dari jarang menjadi sering, sebelumnya ringan sekarang menjadi berat) bisa merupakan pertanda yang serius dan memerlukan tindakan medis segera. Sekarang ini banyak sekali obat-obat sakit kepala yang dijual bebas di toko-toko obat atau apotik. Di televisi juga banyak iklan yang menawarkan obat sebagai solusi sakit kepala. Namun hampir semua obat tersebut tidaklah mampu mengatasi sakit kepala dengan sebenar-benarnya. Memang untuk reaksinya sangat cepat dalam meredakan sakit kepala, namun di lain waktu ia akan kambuh kembali. Akibatnya kita menjadi ketergantungan dan bila dikonsumsi terus penerus dapat menyebabkan pembuluh darah kian tersumbat sebab obat - obat tersebut sebenarnya adalah toksin bagi tubuh kita karena terbuat dari bahan kimia. Hampir setiap orang pernah merasakan nyerinya sakit kepala. Data menunjukkan, 90% populasi manusia pernah mengalami penyakit yang menimbulkan rasa nyut-nyut atau cekot-cekot ini sekali atau dua kali dalam setahun. Sakit kepala juga menjadi alasan terbanyak kedua orang mendatangi tenaga medis. Untuk itu kita sebagai calon tenaga kesehatan, kita perlu

mengetahui dan memahami tanda dan gejala berbagai penyakit khususnya di sini nyeri kepala tegang (tension headcache) sehingga memudahkan untuk kita dalam menangani klien nantinya. Sekaligus untuk memenuhi tugas matakuliah Ilmu Penyakit Saraf.

B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep medis tension headcache ? 2. Bagaimana konsep keperawatan tension headcache ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep medis tension headcache. 2. Untuk mengetahui konsep keperawatan tension headcache.

BAB II PEMBAHASAN

I. Konsep Medis Tension Headcache A. Defenisi


Tension headache merupakan suatu keadaan yang melibatkan sensasi nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah kepala, kulit kepala atau leher yang biasanya berhubungan dengan ketegangan otot. Tension headache biasa pula dikenal dengan istilah nyeri kepala tegang, nyeri kepala kontraksi otot, nyeri kepala psikomiogenik, nyeri stress, nyeri kepala esensial, nyeri kepala idiopatik, dan nyeri kepala psikogenik. Tension headcache atau biasa disingkat TTH (Tension Type Headcache) terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache episodik terjadi 63 % dan Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension Type Headache episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71% sedangkan pada pria sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20 40 tahun. Berikut ini adalah beberapa bentuk dari tension headache, yaitu:

1. Tension Headache Episodik


Tension Type Headache Episodik diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:

a. Tension Type Headache Episodik yang infrequent


Adalah nyeri kepala episodik yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktivitas fisik rutin, tidak didapatkan mual, tetapi bisa terdapat fotofobia atau fonofobia.

Tension

tipe

headache

episodik

yang

infrequent

diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

1) Tension type headache episodik yang infrequent yang berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. Hal ini ditandai dengan

meningkatnya nyeri tekan perikranial pada palpasi manual. 2) Tension type headache episodik yang infrequent yang tidak
berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. Kriteria Diagnosis: 1) Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1 hari/bulan (< 12 hari/tahun). 2) Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari. 3) Nyeri kepala paling tidak terdapat beberapa gejala khas yaitu:

a) Lokasi bilateral b) Menekan atau mengikat (tidak berdenyut) c) Intensitasnya ringan sampai sedang d) Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga. 4) Tidak didapatkan: a) b) Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia) Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau fonofobia.

b. Tension Type Headache Episodik yang frequent


Adalah nyeri kepala episodik yang frequent berlangsung beberapa menit sampai beberapa mengikat hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau

(tidak berdenyut), intensitas ringan sampai sedang, nyeri tidak

bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual / muntah, tetapi mungkin terdapat fotofobia atau fonofobia.

Tension Type Headache Episodik yang frequent diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : 1) Tension Type Headache Episodik yang frequent yang berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nyeri tekan perikranial pada palpasi manual. 2) Tension Type Headache Episodik yang frequent yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranil. Kriteria Diagnosis :

1) Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan


selama paling tidak 3 bulan.

2) Nyeri Kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari. 3) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu : a) Lokasi bilateral b) Menekan atau mengikat (tidak berdenyut) c) Intensitasnya ringan sampai sedang d) Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik tangga. 4) Tidak didapatkan : a) Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia) b) Lebih dari satu keluhan (fotofobia atau fonofobia). 2. Tension Type Headache Kronik (CTTH)
Nyeri kepala yang berasal dari Tension Type Headache Episodik (ETTH) dengan serangan tiap hari atau serangan episodik nyeri kepala lebih sering yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari, nyeri kepala bersifat bilateral, menekan atau mengikat (tidak berdenyut) dengan intensitas

ringan sampai sedang, dan nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, kemungkinan terdapat fotofobia atau fonofobia ringan. Tension Type Headache Kronik (CTTH) diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : a. Tension Type Headache Kronik yang berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nyeri tekan perikranial palpasi manual. b. Tension Type Headache Kronik yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. Kriteria diagnostik : pada

a. Nyeri kepala timbul 15 hari/bulan, berlangsung > 6 bulan. b. Nyeri Kepala berlangsung beberapa jam atau terus menerus. c. Nyeri kepala paling tidak terdapat beberapa gejala khas yaitu : 1) Lokasi bilateral 2) Menekan atau mengikat (tidak berdenyut) 3) Intensitasnya ringan sampai sedang 4) Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik tangga. d. Tidak didapatkan : 1) 2) B. Etiologi
Tension headcache disebabkan oleh factor psikis maupun fisik seperti berikut ini:

keluhan mual sedang atau berat, maupun muntah lebih dari satu keluhan : fotofobia, fonofobia, mual yang ringan.

1. Secara psikis, nyeri ini timbul akibat reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan, depresi maupun konflik emosional. 2. Secara fisik, posisi kepala yang menetap mengakibatkan kontraksi otot-otot kepala dan leher dalam jangka waktu lama, tidur yang kurang, kesalahan

dalam posisi tidur, dan kelelahan juga dapat menyebabkan tension headcache ini. 3. Posisi tertentu yang dapat menyebabkan kontraksi otot kepala dan leher yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan peningkatan fungsi mata dalam jangka waktu lama misalnya membaca dapat pula menyebabkan nyeri kepala tegang/tension headcache ini.
Sebenarnya tidak ada penyebab utama untuk tension headache ini. Nyeri kepala jenis ini bukan faktor turunan. Pada beberapa orang, tension headache disebabkan oleh otot-otot yang menegang di bagian belakang leher dan kulit kepala. Ketegangan otot tersebut dapat disebabkan oleh:

1. Stress 2. Istirahat yang kurang 3. Buruknya postur tubuh 4. Faktor emosional atau stres mental, termasuk depresi 5. Kegelisahan 6. Kelelahan 7. Kelaparan 8. Bekerja berlebihan
Namun perlu dicatat bahwa ketegangan otot tidak selalu merupakan penyebab dari tension headache. Hingga sekarang beberapa orang bisa mengalami tension headache dan tidak diketahui apa penyebabnya. Tension headache biasanya dipicu oleh faktor lingkungan atau stres internal. Sumber paling umum dari stres yaitu keluarga, hubungan sosial, teman, pekerjaan, dan sekolah. Beberapa contoh pemicu stres sebagai berikut:

1. Memiliki masalah di rumah / kehidupan keluarga yang sulit 2. Memiliki anak yang baru lahir 3. Tidak memiliki teman dekat

4. Kembali ke sekolah atau pelatihan, mempersiapkan untuk tes atau ujian 5. Pergi berlibur 6. Memulai pekerjaan baru 7. Kehilangan pekerjaan 8. Kelebihan berat badan 9. Tenggat waktu di tempat kerja 10. Bersaing dalam olahraga atau kegiatan lainnya 11. Sifat perfeksionis yang selalu ingin sempurna 12. Tidak cukup tidur 13. Aktivitas berlebihan (terlalu banyak terlibat dalam kegiatan / organisasi). C. Patofisiologi Tension headache merupakan nyeri kepala yang pada umumnya disebabkan oleh ketegangan dan kontraksi otot-otot leher dan kepala. Ini akan menyebabkan tekanan pada serabut syaraf dan vasokonstriksi pembuluh darah pada dasar leher yang pada gilirannya akan makin menambah tekanan dan sehingga aliran darah berkurang yang menyebabkan terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil metabolisme. Akumulasi inilah yang menyebabkan timbulnya nyeri. Ketegangan otot ini pada umumnya merupakan reaksi yang tidak disadari terhadap stres. Akan tetapi, aktivitas-aktivitas yang membutuhkan kepala harus bertahan pada satu posisis dapat menyebabkan nyeri kepala jenis ini, ataupun tidur dengan letak leher yang tidak benar (tegang) dapat merupakan penyebab tension headache. D. Manifestasi Klinis
Penderita tension headache umumnya melaporkan keluhan / gejalagejala sebagai berikut:

1. Nyeri ringan sampai sedang atau tekanan yang mempengaruhi bagian depan,
atas atau sisi kepala

2. Kesulitan untuk tertidur dan tetap tidur

3. Kelelahan kronis 4. Lekas marah 5. Konsentrasi terganggu 6. Sensitivitas berlebih terhadap cahaya atau suara 7. Gangguan konsentrasi

E. Komplikasi
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.

F.

Pemeriksaan Penunjang Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala

maupun MRI. G. Penatalaksanaan 1. Terapi Farmakologis


Terapi farmakologis dibagi menjadi 2 yaitu : a. Terapi abortif Terapi ini digunakan untuk menghentikan atau mengurangi intensitas serangan. Terapi abortif tersebut antara lain : aspirin 1000 mg/hari, acetaminophen 1000 mg/hari, NSAID (Naproxen 660-750 mg/hari, ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic 200-400 mg/hari, ibu profen 800 mg/hari, diclofenac 50-100 mg/hari). b. Terapi preventif

Terapi preventif tersebut antara lain : Amitriptilin (dosis 10-50 mg sebelum tidur) dan nortriptilin (dosis 25-75 mg sebelum tidur) yang merupakan antidepresan golongan trisiklik yang paling sering dipakai. Selain itu juga, selective serotonin uptake inhibitor (SSRI) juga sering digunakan seperti fluoksetin, paroksetin, sertralin.

2. Terapi Non-Farmakologis
Disamping mengkonsumsi obat, terapi non farmakologis yang dapat untuk meringankan nyeri tension type headache antara lain : dilakukan

a. Kompres hangat atau dingin pada dahi b. Mandi air hangat c. Tidur dan istirahat. d. Terapi spiritual
Terapi spiritual di sini maksudnya adalah dengan mengintegrasikan ilmu agama yang dalam hal ini adalah dengan menggunakan kitab suci Al-quran sebagai media pengobatan penyakit tension headcache. Al-quran sebagaimana hakikatnya bila dibaca dengan penuh kesungguhan maka akan menenteramkan hati dan pikiran sehingga masalah penyebab penyakit seperti tension headcache ini dapat hilang. Hal ini pun dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, bahwa "Hendaklah kalian memanfaatkan dua pengobatan: Al Quran dan madu" (HR. Ibnu Majah dan sanadnya shahih). Dalam hadist nabi diatas, beliau menggabungkan usaha manusiawi dan penyembuhan ilahiy.

H. Pencegahan
Cara untuk mencegah terjadinya tension type headache adalah dengan menghindari faktor pencetus seperti menghindari kafein dan nikotin, situasi yang menyebabkan stres, kecemasan, kelelahan, rasa lapar, rasa marah, dan posisi tubuh yang tidak baik. Perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk menghindari tension

type headache kronis dapat dilakukan dengan beristirahat dan berolahraga secara teratur, berekreasi, atau merubah situasi kerja.

Untuk pencegahan tension headcache karena factor psikis, telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ar-Raad ayat 28:


Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." Berdasarkan ayat tersebut, diketahui bahwa untuk mencegah terjadinya tension headcache adalah dengan selalu mengingat Allah SWT karena hal itu akan menciptakan ketentraman hati bagi seseorang sehingga gangguan psikis seperti stress, depresi, cemas, dsb sebagai penyebab tension headcache dapat teratasi. I. Prognosis
Nyeri kepala tegang otot ini pada kondisi tertentu dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan, tetapi tidak membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika merupakan nyeri kepala tegang otot yang timbul akibat pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgetik. Nyeri kepala tipe tegang ini biasanya mudah diobati sendiri. Dengan pengobatan, relaksasi, perubahan pola hidup, dan terapi lain, lebih dari 90% klien sembuh dengan baik.

II. Konsep Keperawatan Tension Headcache

A. Pengkajian 1. Aktivitas / Istirahat


Lelah, letih , malaise, ketegangan mata, kesulitan membaca, dan insomnia.

2. Sirkulasi

Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan. 3. Integritas ego Ansietas, peka rangsang selama nyeri kepala. 4. Makanan / Cairan Anoreksia selama nyeri. 5. Neuro sensori Pening, disorientasi (selama nyeri kepala) 6. Kenyamanan Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah. 7. Interaksi social Perubahan dalam tanggung jawab peran. B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan stress dan ketegangan. 2. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan nyeri dan perubahan gaya hidup. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 di seluruh tubuh.

C. Intervensi 1. Nyeri berhubungan dengan stresdan ketegangan.


Tujuan Kriteria hasil : Rasa nyeri berkurang : a. Klien mengatakan nyeri berkurang atau tidak merasa nyeri b. Ekspresi wajah klien tidak tampak kesakitan c. Skala nyeri = 0, TTV (Nadi 60-100 x/menit, RR 1620x/menit).

No 1. Teliti

Intervensi keluhan nyeri, catat

Rasional Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya.

itensitasnya, (misal: konstan), berat,

karakteristiknya berdenyut, lamanya,

lokasinya,

faktor yang memperburuk atau meredakan. 2. Observasi TTV Perubahan TTV merupakan

indikasi adanya nyeri yang hebat 3. Anjurkan pada klien untuk Menghindari stimulus nyeri dan meningkatkan rasa nyaman.

mengurangi aktivitas yang berat dan menambah waktu istirahat 4. Massage kepala dan leher

Meningkatkan

relaksasi

dan

menurunkan ketegangan otot 5. Kompres hangat atau dingin pada daerah kepala Kompres mengakibatkan dingin dapat vasodilatasi,

sehingga dapat menurunkan nyeri kepala. Kompres hangat dapat meningkatkan sirkulasi darah dan menurunkan tegangan otot 6. Berikan tindakan distraksi Mengalihkan perhatian klien dari nyeri yang dirasakan

7.

Kolaborasi pemberian obat: aspirin dengan metoklopramid

Mengurangi

rasa

nyeri

skala

ringan hingga sedang.

2. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan nyeri dan perubahan gaya hidup Tujuan
Kriteria hasil

: Koping klien menjadi efektif


: a. Klien menyatakan mengerti cara mengatasi nyeri kepala yang benar b. Perubahan perilaku klien ke arah positif c. Klien mengatakan lebih nyaman.

No 1. Observasi

Intervensi perilaku klien

Rasional dan klien dengan nyeri kepala akan terjadi perubahan prilaku, seperti sensitive, marah, depresi

perubahan yang terjadi saat nyeri

2.

Pantau mekanisme koping klien Menentukan efektifitas koping saat terjadi serangan

3.

Dorong

klien

untuk Menyampaikan perasaan dapat

mengekspresikan masalah yang mengurangi masalah dihadapi sekarang seperti rasa takut 4. Berikan support dan berikan Membangkitkan kemampuan

informasi yang realistik

untuk mengurangi rasa nyeri

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ansietas Tujuan : Kebutuhan tidur terpenuhi

Kriteria hasil

: a. Memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur b. Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat c. Tanda tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada

No. 1.

Intervensi

Rasional

Lakukan pengkajian masalah Memberikan informasi dasar gangguan tidur pasien, dalam menentukan rencana

karakteristik dan penyebab keperawatan kurang tidur 2. Lakukan persiapan untuk tidur malam 3. Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur. 4. Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk tidur. 5. KoKolaborasi pemberian obat a. Analgetik b. Sedatif \\\ a. Menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat b. untuk membantu klien istirahat dan tidur. Memudahkan klien untuk bisa tidur Mengatur pola tidur

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 di seluruh tubuh


Tujuan : Toleransi aktivitas Kriteria hasil : a. Kelemahan berkurang b. Toleransi terhadap aktifitas meningkat

c. Mampu beraktifitas secara mandiri. No. 1. Intervensi Rancang jadwal harian klien Mencegah berlebihan 2. Tingkatkan bertahap aktivitas dengan secara periode Meningkatkan aktivitas klien tingkat toleransi Rasional aktivitas klien yang

istirahat di antara dua aktivitas misalnya duduk dulu sebelum berjalan setelah tidur 3. Observasi respon klien terhadap aktivitas 4. Bantu aktivitas dan motivasi klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan Evaluasi kelemahan dan tingkat

toleransi aktivitas klien Motivasi dapat meningkatkan

keinginan sehingga klien lebih percaya diri dalam melaksanakan aktivitasnya secara mandiri.

D. Evaluasi 1. Nyeri kepala berkurang ditandai dengan klien mengatakah bahwa nyerinya berkurang dan ekspresi wajah klien tidak nampak kesakitan. 2. Koping klien efektif ditandai dengan klien menyatakan mengerti cara mengatasi nyeri kepala yang benar, perubahan perilaku kea rah positif, dan merasa lebih nyaman. 3. Kebutuhan tidur klien terpenuhi ditandai dengan kemampuan klien mengatasi penyebab gangguan tidurnya dan tidak adanya tanda-tanda kurang tidur dan istirahat.

4. Toleransi aktivitas ditandai dengan kelemahan klien berkurang dan mampu beraktivitas secara mandri.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Nyeri kepala tegang otot merupakan salah salah satu jenis dari nyeri kepala dimana ditandai dengan sifat nyeri yang seperti terikat oleh suatu kain yang sangat erat. Nyeri ini disebabkan oleh adanya kontraksi terus menerus dari otot-otot kulit kepala, dahi dan leher disertai vasokontriksi ekstrakranial. Nyeri disertai dengan perasaan tegang yang menjepit kepala dan nyeri daerah oksipitoservikal. Jenis nyeri kepala ini sering ditemui. Nyeri ini disebabkan selain oleh faktor fisik juga disebabkan oleh faktor psikis. Bentuk akut dikaitkan dengan keadaan stress, kegelisahan dan/atau kelelahan temporer yang biasanya berlangsung satu atau dua hari. Nyeri kepala tegang otot kronik lebih sering dijumpai pada wanita, dan biasanya bilateral, dapat terjadi siang maupun malam hari, dan berlangsung sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, terasa menekan, tidak berdenyut dan sering dikaitkan dengan perasaan gelisah, depresi dan perasaan tertekan. Pengobatan yang dilakukan pada pasien dengan nyeri kepala tegang otot adalah memperbaiki psikis pasien terlebih dahulu karena sebagian pasien yang mengalami penyakit ini mempunyai faktor psikis yang memicu timbulnya nyeri kepala ini. Secara farmakologi, obat yang dapat meringankan nyeri kepala ini dilakukan dengan pemberian analgetik dan dapat ditambhakan obat antidepresan. Prognosis penyakit ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik lebih dari 90% pasien dapat disembuhkan.

B. Saran Adapun saran penulis untuk pembaca yaitu agar pembaca dapat lebih memahami tentang penyakit tension headache sehingga mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan sebaik mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, George; W.J.Suwono; B.Riyanto; Y.Turana. 2009. Panduan Praktis Diagnosis Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC. Silberstein, Stephen D. 2008. Merck Manual of Patient Symptoms. London : Merck & co.inc. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta. Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta Rasmussen, BK. 2009. Tension Headache. Available from :http://www.en.wikipedia.org.

You might also like