Professional Documents
Culture Documents
Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional " Veteran" Yogyakarta
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta Fakultas Teknologi Mineral Program Studi Teknik Peminyakan
LD Reza Humar Dhani, Priastoto Abib Wijanarko, Ferdian Rinaldo, Ade Yohana K., Taufan Y. S., Ardiyanto, Dewi Asmorowati, Dian Islami, Merry Liana Putra, Avianto Kabul P
2006 : Cetakan I
DedyKristanto, VDCahyokoAji
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah sehingga Buku Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Buku ini dimaksudkan untuk memenuhi sarana bagi terselenggaranya Praktikun Penilaian Formasi untuk mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Sedangkan sasaran akhir dari praktikum ini adalah diharapkan mahasiswa dapat memahami, mengerti dan mengevaluasi parameter-parameter reservoar dari hasil analisa cutting dan interpretasi logging serta mengaplikasikannya. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Buku Petunjuk Praktikum ini. Akhirnya semoga buku ini dapat bermanfaat .
Setiap praktikan diwajibkan memenuhi tata tertib Praktikum Penilaian Formasi, sebagai berikut: 1. Selama praktikum berlangsung, praktikan diharuskan : a. Menyelesaikan urusan administrasi laboratorium sebelum praktikum dimulai. b. Mengikuti test yang diadakan sebelum acara praktikum dimulai. c. Menepati jadwal praktikum yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin tidak pindah plug. d. Membuat laporan mingguan praktikum / tugas yang telah diikuti dan dikumpulkan pada acara praktikum berikutnya. e. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, merokok dan membuat keributan didalam ruangan selama praktikum berlangsung. 2. Bagi yang tidak menyerahkan laporan mingguan pada saat acara praktikum, dianggap tidak mengikuti praktikum pada acara tersebut. 3. Terlambat lebih dari 10 menit dari jadwal praktikum yang telah ditetapkan, tidak diijinkan mengikuti praktikum. 4. Praktikan yang tidak mengikuti acara praktikum lebih dari dua kali dinyatakan gugur, kecuali disertakan surat keterangan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................... 3 TATA TERTIB .............................................................................................. 4 DAFTAR ISI .................................................................................................. 5 FORMAT LAPORAN ................................................................................... 6 BAB I. Deskripsi ............................................................................................ 8
Analisa Cutting Mud Log Core Analysis Koreksi Lubang Bor
: : :
B = 3 cm PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN UNIVERSITAS PEMBAGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2012 C = 5 cm
5 cm JUDUL A LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI B Disetujui untuk Laboratorium : Praktikum Penilaian Formasi, Oleh :
7 cm
ISI - Diketik 1,2 spasi Huruf Times New Roman 11 pcs Kertas HVS A4 ( Tabel 1 spasi, Gambar 1 spasi )
ISI - Diketik 1,2 spasi Huruf Times New Roman 11 pcs Kertas HVS A4 ( Tabel 1 spasi, Gambar 1 spasi )
1.5 cm
1.5 cm
1.5 cm
1.5 cm
BAB I
DESKRIPSI (Analisa Cutting, Mud Log, Core Analysis, Koreksi Lubang Bor)
Tujuan Analisis Pekerjaan analisa cutting ini dilakukan dalam kerangka pekerjaan Mud Logging yang terutama digunakan untuk mengidentifikasikan saturasi Hidrokarbon dan mengestimasikan karakteristik batuan reservoar. Analisis Lithologi Dan Porositas Pada saat ini analisa cutting untuk mengestimasi karakteristik reservoar harga dititik beratkan pada analisa lithologinya. Analisa Lithologi Analisa lithologi dimaksudkan untuk menggambarkan macam-macam batuan untuk tiap kedalaman pedoman dalam pendiskripsian lithologi, yaitu: a. Shale Warna : merah dan hijau Tekstur : seperti lilin, beludru dan kertas Kekerasan : lunak, sedang, kuat, keras, sangat keras dan rapuh. Lapisan : massive, blocky, fossile dan splentary Pabrikasi : laminasi, pecahan, berlapis, dapat dibelah Mineral tambahan : bentonite, sandy, calcareous dan carbonnaceous b. Sand Warna : coklat, abu-abu Tekstur : sangat halus, halus, medium kasar dan sangat kasar Bentuk butir : bulat, agak bulat dan bersudut Pemilahan/sortasi : baik, sedang dan jelek Tingkat sementasi : gampang pecah (friable), padat (dense) Porositas : tidak tampak, jelek, sedang dan baik c. Limestone dan Dolomite Warna : putih, coklat, abu-abu dan hitam Tekstur : sangat baik, baik, sedang, butir kasar, padat, chalky, oolitic, sucrosic, colicastic. Butiran : sucrosa, crystal, chalky Accessory : oolite, sandy,silty, calcite, pyrite dan argillaceous Kilap : suram, seperti tanah, dasar
Setelah dilakukan pendiskripsian lithologi selanjutnya adalah menentukan batas lithologinya dimana dalam penentuan batas-batas lithologinya ada 2 (dua) metode, yaitu: 1. Metode Prosentase Secara visual diperkirakan prosentasi dari cutting tiap macam batuan yang ada dalam satu kantong cutting. Biasanya ada 2 atau 3 macam batuan, dimana shale merupakan komponen yang sering ada. Dengan memplot prosentase dari setiap macam batuan untuk setiap interval atau kantong, maka dengan melihat hasil keseluruhannya akan dapat diperkirakan batas lithologinya. 2. Metode yang Pertama Muncul Metode ini didasarkan pada adanya lithologi baru yang terlihat pertama kali dari rangkaian cutting yang sedang dianalisa pada pertambahan kedalaman. Kedalaman sample cutting yang baru merupakan batas atas lapisan lithologi. Analisa Porositas. Untuk penentuan porositas batuan dari analisa cutting bersifat kualitatif. Caranya dengan memeriksa cutting dibawah lensa binokuler. Istilah yang digunakan adalah: Tidak jelas (trace) : porositas 0-10 % Agak jelek (show) : porositas 10- 20 % Jelas (good) : porositas > 20 % Analisa Indikasi hidrokarbon Dan yang akan dilakukan dalam analisa indikasi hidrokarbon adalah penampakan noda (staining), bau (odour) dan pemeriksaan hidrokarbon. 1. Penampakan Noda Pada batuan jenis hidrokarbon berat (residu, tar) akan memberikan noda yang lebih nyata. Jika kadar hidrokarbon dalam batuan cukup tinggi akan terlihat kesan berupa cucuran.
10
Tabel Kapasitas Penampakan Noda Berdasarkan Penyebaran Dalam Batuan Kualitas Penampakan Prosentasi Distribusi dalam Batuan Sangat baik >75% Baik 50-75% Sedang 25-50% Buruk <25% 2. Bau (Odour) Biasanya batuan yang mengandung hidrokarbon mempunyai bau yang spesifik. Kekuatan baunya tergantung dari jenis dan kadar kuantitas kandungan hidrokarbon didalam batuan. Bau wangi biasanya berasal dari minyak parafine dan naftanik, sedangkan bau busuk berasal dari minyak aromatik. 3. Pemeriksaan Indikasi hidrokarbon pada Cutting Dalam praktikum digunakan analisa pemeriksan fluoroscopic (ultraviolet). Dilakukan dengan memasukkan sample cutting dalam fluroscope untuk melihat ada tidaknya fluoresensi. Biasanya hidrokarbon cair atau minyak memberikan warna tertentu terhadap sinar ultraviolet, sedangkan gas dan minyak residu kadang-kadang tidak berfluorensi. Tabel Warna fluoresensi Masing-masing Minyak Jenis Minyak Warna Fluorescensi Residu Coklat gelap - tidak berwarna Minyak Berat Coklat - kuning tua Minyak Medium Putih - kuning cerah Minyak Ringan Putih biru - biru cerah Kondensat Ungu - biru cerah Tabel Jenis Mineral atau Material yang Memberikan Gangguan Pada Pengamatan Warna Fluoresensi Residu Warna Fluoresensi Batu gamping / dolomite Kuning/ kekuning-kuningan Batu gamping pasiran Coklat-coklat tua Paper shale Kuning- coklat kopi Fosil Kuning putih kuning coklat
11
Kualitas penampakan fluoresensi ditentukan dari distribusi fluoresensi dalam contoh batuan, yaitu Tabel Penampakan Fluorosensi Contoh Batuan Kualitas Penampakan Prosentase Distribusi dalam Batuan Sangat baik (excellent) > 75 % Baik (good) 50 75 % Sedang (fair) 25 50 % Buruk (poor) < 25 %
Gambar Directly Fluoresence Under Ultraviolet Box Sample fluorescence Color : from brown through green, gold, blue, yellow, to white; in most instances, the heavier oils have darker fluorescence. Distribution : even, spotted, or mottled Intensity : bright, dull, pale, and faint
12
Gambar Cut Fluorescence Under UV Box (Solvent Chloroform) Solvent Cut Fluorescence Cut speed : an indication of both the solubility of the oil and the permeability of the sample. Cut nature : the solvent with dissolved oil may occur in uniform, streaming or blooming. A streaming cut also indicates low oil mobility. Cut color and intensity: After observing the sample under UV light observe the sample under natural light. The cut color observed in natural light is just called cutcolor(example: very light brown cut color or no cut color) Cut Residue :The solvent dissolves rapidly under the heat of the UV light, sometimes leaving a residue of oil around the cutting on the spot plate. The true color of the oil can then be observed. The intensity and opacity of color, especially of the residue, is an indicator of the oil density and the quantity of oil originally in the cutting Mud Log Mud Log adalah pemeriksaan dan analisis informasi geologi yang terkandung dalam cutting (hancuran batuan) dan lumpur pengeboran untuk menentukan indikasi minyak dan gas yang ditemukan selama proses pengeboran sebuah sumur (penembusan batuan/formasi). Mud log terdiri dari wellsite beserta unitnya yang terdiri dari laboratory unit, control panel dan peralatan monitoring. Mud Logger bertugas menganalisis data geologi dan parameter pengeboran serta mengidentifikasi dan menghitung cadangan hidrokarbon pada lapisan yang mempunyai potensi produktif, porositas formasi bawah permukaan. Mud Logger juga menganalisis
13
parameter pengeboran hubungannya dengan analisis formasi dalam rangka memberikan rekomendasi tingkat pengeboran, biaya dan keselamatan. Logging sensor pada Mud Log monitoring terdiri dari : Monitoring Drilling Speed, Monitoring Standpipe Pressure, Monitoring Hookload, Monitoring Rotary Speed, Monitoring Rotary Torque, Monitoring Stroke Speed, Monitoring Mud Flow Out, Monitoring Mud Temperate in/out, Monitoring Mud Conductivity in/out, Monitoring Mud Weight in/out, Monitoring Pit Volume and H2S, Monitoring Gas Chromatographs and Gas Detector
14
15
Gambar Terminologi Kontak Antar Butiran A. Point Contact, B. Long Contact, C. Concavo-Convex, D. Sutured
16
Gambar Drilling Well Track Report Parameter teknis yang merupakan hasil dari analisa Mud Logger diantaranya : Total Depth, ROP, WOH, Hook Speed, Hook Height, WOB, RPM, Rotary Torque, Stand Pipe Press, Wellhead Press, SPM Stroke, Lag Time, Flow in/out, Temp in/out, Mud Weight in/out, Resistively in/out, Conductivity in/out, Mud Volume,Total Gas and Chromatography, H2S / CO2 Analisa Core Persamaan Analitik Regresi Hubungan linier antara dua kelompok data, dapat ditentukan dengan analisa regresi, yang memberikan persamaan regresi sebagai berikut : 1. Regresi linier : Y = a + bx 2. Regresi eksponensial : Y = aebx, dimana a > 0 3. Regresi logaritmik : Y = a + b log x 4. Regresi power : Y = a xb, dimana a > 0 Dengan teknik regresi ini, maka konstanta a dan b dari persamaan-persamaan di atas dapat ditentukan. Secara umum persamaan untuk menentukan konstanta-konstanta Praktikum Penilaian Formasi
17
tersebut adalah sebagai berikut : dimana harga A, B, xi dan Yi tergantung dari jenis regresi yang digunakan, ditunjukkan pada tabel berikut : Regresi Linier Eksponensial Logaritmik Power xi xi xi Log xi Log xi Yi Yi Ln Yi Yi Log Yi a A eA A 10A b B B B B
Untuk menilai apakah analisa regresi yang dipilih cukup mewakili data yang dianalisa, perlu dihitung koefisien regresi (R2). Koefisien tersebut dihitung dengan persamaan berikut :
Apabila analisa regresi yang dipilih memberikan harga R21 ini berarti bahwa hampir semua titik data terletak pada persamaan regresi. Jika diperoleh R2<1, berarti banyak titik data yang di luar persamaan regresi. Dengan perkataan lain, makin kecil harga R2, titik data makin terpencar. Mengetahui besaran-besaran core yang diukur oleh uji yang dilakukan di laboratorium. Analisa core terdiri dari Analisa Core Rutin (Routine Core Analysis) Core yang dianalisa meliputi conventional core dan sidewall core. Besaran-besaran yang diukur pada uji ini adalah : 1. Porositas. 2. Permeabilitas terhadap udara (air permeability - kair) dan permeabilitas yang ekivalen terhadap liquid (kL). 3. Permeabilitas horisontal terbesar (maksimum). 4. Permeabilitas horisontal tegak lurus terhadap permeabilitas horisontal maksimum. 5. Permeabilitas vertikal. 6. Berat jenis butiran.
18
Analisa Core Spesial (Special Core Analysis - Scal) Besaran-besaran yang diukur dan diperoleh dari uji ini adalah : 1. Permeabilitas liquid ekivalen sebagai fungsi dari volume throughput. 2. Permeabilitas terhadap udara (air permeability) dan porositas core plug dan full diameter core yang dilakukan pada beberapa harga confining stress. 3. Kompresibilitas formasi (pore volume compressibility) dari core plug dan full diameter core sebagai fungsi dari tekanan overburden efektif. 4. Faktor resistivitas formasi (F), faktor sementasi (a) dan eksponen sementasi (m). 5. Indeks resistivitas (RI), saturasi air (Sw) dan eksponen saturasi (n). 6. Permeabilitas relatif (kr)sebagai fungsi saturasi. 7. Tekanan kapiler. 8. Waterflood Susceptibility Penentuan Parameter Reservoir Rata-Rata Mengolah hasil analisa batuan inti (core), yaitu porositas, permeabilitas dan saturasi untuk digunakan dalam menentukan perhitungan cadangan dan perhitungan teknik reservoir lainnya dengan menggunakan analisa statistik. Dalam analisa diperlukan : Diperlukan hasil analisa batuan inti serta interpretasi log untuk harga porositas dan saturasi. Harga batas , k dan Sw. Perhitungan Porositas Rata-Rata (statistik) 1. Siapkan data porositas terhadap kedalaman dari hasil analisa batuan inti dan interpretasi log sumur. 2. Plot porositas hasil analisa batuan inti terhadap porositas hasil interpretasi log untuk kedalaman yang sama. Tarik garis yang mewakili titik-titik tersebut. Dengan persamaan garis. 3. Siapkan data porositas hasil interpretasi log terhadap kedalaman sumursumur yang tidak dilakukan pengintian. 4. Dengan menggunakan hasil plot dari langkah 2, tentukan harga porositas batuan inti ekuivalen dari harga-harga porositas di langkah 3. 5. Kumpulkan semua data porositas dari analisa batuan inti dan porositas ekivalen dengan urutan membesar 6. Tentukan harga cut-off porositas dan sisihkan data porositas yang lebih kecil dari cut-off tersebut. (tentukan harga cut off) 7. Tentukan jumlah selang data dengan menggunakan persamaan berikut : S = 1 + 3.3 log n Praktikum Penilaian Formasi
19
Keterangan : S = jumlah selang minimum n = jumlah data 8. Tentukan jumlah data porositas yang termasuk di dalam masing-masing selang. 9. Hitung frekuensi masing-masing selang, yaitu jumlah data pada suatu selang dibagi dengan jumlah data seluruhnya. 10. Plot selang porositas terhadap frekuensi. Porositas sebagai sumbu ordinat dan frekuensi sumbu absis. 11. Tentukan harga-tengah porositas untuk masing-masing selang. 12. Porositas rata-rata dihitung sebagai berikut :
Keterangan : fi = frekuensi pada suatu selang i = harga-tengah porositas pada selang Perhitungan Permeabilitas Rata-Rata 1. Siapkan data porositas dan permeabilitas hasil analisa batuan inti terhadap kedalaman. 2. Plot porositas terhadap permeabilitas untuk kedalaman yang sama pada kertas grafik semi log. Permeabilitas pada sumbu log dan porositas pada sumbu linear. Tarik garis lurus yang mewakili titik-titik tersebut. Garis ini dapat ditentukan secara lebih baik dengan menggunakan analisa regresi (persamaan garis). 3. Siapkan data porositas hasil interpretasi log untuk sumur-sumur yang tidak dilakukan pengintian. 4. Tentukan harga cut off porositas dan sisihkan data porositas di langkah 3, yang lebih kecil dari harga cut-off tersebut (tentukan harga cut off) 5. Tentukan harga permeabilitas ekivalen dari porositas hasil log, berdasarkan persamaan garis di langkah (2). 6. Tentukan semua data permeabilitas dari analisa batuan inti maupun permeabilitas ekivalen dengan urutan membesar. Berdasarkan harga cut-off permeabilitas, sisihkan harga permeabilitas yang lebih kecil dari harga cut-off tersebut. 7. Kumpulkan semua data permeabilitas ekivalen dari analisa batuan inti maupun permeabilitas ekivalen dengan urutan membesar. Berdasarkan harga
20
cut off permeabilitas, sisihkan harga permeabilitas yang lebih besar dari harga cut off tersebut untuk keperluan analisa. 8. Tentukan harga permeabilitas awal (dalam hal ini harga permeabilitas cut off dapat digunakan sebagai harga permeabilitas awal), kemudian batas selang dengan menggunakan persamaan berikut : Kj = 2j ki Keterangan : J = 1, 2, 3, 4, .... kj = batas selang permeabilitas ki = permeabilitas awal 9. Tentukan jumlah data permeabilitas yang termasuk di dalam masing-masing selang. 10. Hitung frekuensi masing-masing selang (fj) dengan menggunakan hubungan berikut :
11. Hitung frekuensi kumulatif setiap selang : 12. Dalam setiap selang, hitung permeabilitas rata-rata secara aritmatik (kA)j,
yaitu : Keterangan : n = jumlah data permeabilitas dalam selang ki = harga-harga permeabilitas dalam selang 13. Permeabilitas rata-rata secara geometrik dan seluruh contoh dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
21
Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata-Rata Membuat data tekanan kapiler rata-rata yang representatif untuk suatu reservoir dari sejumlah hasil analisis batuan inti (core analysis). Metode yang digunakan adalah korelasi Leverett J-function dan korelasi Guthrie. Metode Korelasi Leverett J - Function Data tekanan kapiler didapatkan dari analisis batuan inti di laboratorium. Analisis contoh tersebut merupakan bagian yang sangat kecil untuk dapat mewakili reservoir atau formasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, seluruh data tekanan kapiler yang diukur dari contoh batuan inti yang berasal dari reservoir tersebut digabungkan dan kemudian ditentukan kurva tekanan kapiler yang mewakili atau representatif untuk reservoir tersebut. Ada dua metode untuk memperoleh kurva tekanan kapiler yang representatif : Metode Leverett (Leverett J - function) Metode Statistik - Guthrie Metode Leverett Leverett membuat fungsi korelasi yang didefinisikan sebagai berikut :
Dapat ditambahkan bahwa apabila digunakan satuan lain yang cocok kecuali di atas, hanya akan menggeser kurva pada sumbu Y. Beberapa penulis melibatkan cos , dimana adalah sudut kontak, sehingga fungsi korelasi Leverett menjadi :
22
Gambar Contoh J(Sw) terhadap Sw Metode Statistik - Guthrie Tekanan kapiler merupakan fungsi permeabilitas dan saturasi. Dari berbagai pengamatan, Guthrie mendapatkan bahwa pada suatu harga tekanan kapiler, hubungan antara k dan Sw adalah sebagai berikut : Sw = a log k + C Walaupun Sw pada suatu harga Pc juga merupakan fungsi porositas, namun untuk tujuan-tujuan praktis, hubungan persamaan di atas cukup baik untuk digunakan. Dari hubungan tersebut di atas, dapat dibuat plot k terhadap Sw untuk berbagai harga Pc dari contoh batuan yang dianalisis. Hubungan tersebut akan merupakan garis lurus pada kertas semi-log untuk setiap harga Pc tertentu. 1. Siapkan data pendukung. Perlu analisis laboratorium atas beberapa batuan inti yang menghasilkan parameter berikut : Tekanan kapiler (Pc) terhadap saturasi air (Sw) dari masing-masing batuan inti. Tegangan permukaan (). Permeabilitas masing-masing batuan inti (k) dan harga rata-ratanya (k). Porositas masing-masing batuan inti () dan harga rata-rata (). Sudut kontak (). Biasanya tersedia pengukuran cos. 2. Hitung harga J(Sw) dari masing-masing batuan inti :
23
3. Plot J(Sw) terhadap Sw pada sistem sumbu kartesian. 4. Buat kurva yang mewakili plot J(Sw) terhadap Sw dengan metode least square. 5. Berdasarkan hasil kurva rata-rata J(Sw) pada langkah 4, maka tentukan harga Pc rata-rata sebagai fungsi dari Sw dengan menggunakan , untuk permeabilitas dan porositas digunakan harga ratarata. Metode Korelasi Statistik Guthrie 1. Siapkan data pendukung. Perlu analisis laboratorium atas beberapa batuan inti yang menghasilkan parameter berikut : Tekanan kapiler (Pc) terhadap saturasi air (Sw). 2. 3. 4. 5. 6. Permeabilitas masing-masing batuan inti dan harga rata-rata (k). Plot Pc terhadap Sw untuk setiap harga k yang berbeda pada satu kertas grafik kartesian. Tarik kurva Pc (Sw) untuk masing-masing harga k. Untuk suatu harga Pc, baca harga k dan Sw. Plot Sw terhadap log k untuk berbagai harga Pc. Tarik garis lurus rata-rata k(Sw) untuk masing-masing harga Pc. Pada hasil plot di langkah 5 tariklah garis sejajar dengan sumbu Sw untuk k = k. Garis ini akan memotong kumpulan garis linear k(Sw) pada Sw dan Pc tertentu. Plot Pc terhadap Sw dari hasil langkah 5 yang merupakan Pc(Sw) rata-rata.
7.
= Leverett J-Function, tak bersatuan = permeabilitas, cm2 atau mD = tekanan kapiler, dyne/cm2 atau psi = saturasi air, fraksi = porositas, fraksi = tegangan permukaan, dyne/cm = sudut kontak, derajat
Penentuan Kurva Permeabilitas Relatif Rata-Rata Apabila dilakukan pengukuran permeabilitas relatif (kr terhadap S) dari sejumlah analisis contoh batuan inti yang berasal dari reservoir yang sama, hampir selalu didapatkan harga titik akhir (end points : Swc, Swi, Sor, Sgr) yang berbeda untuk setiap analisis core sehingga akan menghasilkan bentuk kurva kr terhadap S yang berbeda pula. Sebuah kurva kr(S) yang representatif untuk suatu reservoir diperoleh
24
dengan cara normalisasi dan de-normalisasi harga-harga titik akhir analisis core. Adapun harga yang dinormalisasi adalah sebagai berikut : Table End Point Normalisasi
Berdasarkan harga titik akhir tersebut di atas, kurva kr terhadap S yang diperoleh dari hasil pengukuran dinormalisasikan berdasarkan rumus berikut Tabel Normalisasi Titik Akhir
Perhitungan di atas dilakukan terhadap data yang didapatkan dari setiap analisis core. Kemudian plot seluruh harga kr* dan S* yang didapat seperti pada berikut
25
Gambar Kurva Normalisasi (S* vs kr*) Seluruh Sampel Karena titik kr* (S*) tersebar, maka kurva normalisasi rata-rata harus diperkirakan. Untuk melakukan de-normalisasi, yaitu menentukan kurva kr(S) yang mewakili atau representatif, lakukan perata-rataan harga "end points" seluruh hasil analisis core yang ada dengan formula sebagai berikut :
dimana end point adalah harga-harga Swc, Swi, Sor, Sgr, dan lain-lain dari setiap sampel dan N adalah jumlah sampel yang diukur. Langkah terakhir untuk mendapatkan kurva kr(S) adalah menghitung harga kr dan S dengan menggunakan rumus pada Tabel Normalisasi Titik Akhir dimana harga S* dan kr* dibaca dari kurva kr* (S*) rata-rata pada (Gambar Kurva Normalisasi (S* vs kr*) Seluruh Sampel.) Menentukan kurva kr versus S rata-rata yang representatif untuk suatu reservoir atau formasi dari sejumlah analisa contoh batu inti (core analysis). Metode yang digunakan adalah normalisasi - denormalisasi sejumlah kurva kr terhadap S dari suatu formasi.
26
Langkah Kerja 1. Siapkan data pendukung yang tersedia untuk : a. Sistem Air - Minyak Tabel atau kurva kro dan krw terhadap Sw Dari Tabel atau Kurva tersebut baca harga titik akhir (end points) : kro @ Swc kro @ Sor krw @ Swc krw @ Sor b. Sistem Gas - Minyak Tabel krg dan kro terhadap saturasi cairan (SL) Data harga titik akhir : kro @ Swc kro @ Sgr krg @ Swc krg @ sgr c. Sistem Gas - Air Tabel krg -krw versus Sw. Data harga titik akhir : krw @ Swc krw @ Sgr krg @ Swc krg @ Sgr 2. Lakukan prosedur normalisasi untuk setiap kurva kr ternadap S dengan menyiapkan tabel berikut : a. Sistem Air - Minyak Buat tabel Sw, kro, krw, Sw*, kro*, krw* seperti pada contoh, dimana
27
b. Sistem Gas Minyak Buat table SL, kro, krg, SL*, kro*,krg* seperti pada contoh dimana
c. Sistem Gas Air Buat table Sw, krg, krw, Sw*, krg*, krw* seperti pada contoh dimana
3. Buat Kurva S* terhadap kr* untuk seluruh contoh batuan. 4. Tentukan kurva kr* (Sw*) rata-rata seperti diperlihatkan pada 5. Lakukan denormalisasi dari kurva kr* (Sw*) rata-rata dari langkah 4 sebagai berikut : a. Sistem Air - Minyak Buat tabel Sw*, kro*, krw*, Sw, kro dan krw seperti pada contoh, dimana : Kro* dan krw* dibaca dari kurva di langkah 4 untuk setiap harga Sw* .
28
b. Sistem Gas Minyak Buat table SL* kro* krg* SL, kro dan krg dimana kro* dan krg* dibaca dari kurva di langkah 4 untuk setiap harga SL*
29
c. Sistem Gas Air Buat table Sw* krg* krw* Sw krg dan krw dimana krg* dan krw* dibaca dari kurva di langkah 4 untuk setiap harga Sw.
Plot Kr terhadap S hasil de-normalisasi Daftar Simbol kr krg kro krw S Sg Sgr SL Sor Sw Swc krg @ Sgr krg @ SL krg @ Sw kro @ SL kro @ Sw kro @ Swc krw @ Sgr krw @ Sor krw @ Sw
= permeabilitas relatif = permeabilitas relatif gas = permeabilitas relatif minyak = permeabilitas relatif air = saturasi = saturasi gas = saturasi gas residu = saturasi cairan = So + Swc = saturasi minyak residu = saturasi air = saturasi air konat, dianggap sama dengan Swi = permeabilitas relatif gas pada Sgr = permeabilitas relatif gas pada SL = permeabilitas relatif gas pada Sw = permeabilitas relatif minyak pada SL = permeabilitas relatif minyak pada Sw = permeabilitas relatif minyak pada Swc = permeabilitas relatif air pada Sgr = permeabilitas relatif air pada Sor = permeabilitas relatif air pada Sw
30
Koreksi Lubang Bor Koreksi lubang bor adalah besaran koreksi yang digunakan pada pengukuran log yang harus disesuaikan, dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh lubang bor. Pengukuran yang dilakukan pada operasi logging, mengalami penyimpangan dengan keadaan sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi sumur yang diameternya tidak seragam, pengaruh lumpur pemboran dan lain sebagainya. Penyesuaian harus dilakukan pada pengukuran log untuk mengembalikannya pada kondisi standard, yang sesuai dengan peralatan yang digunakan. Pengukuran yang berbeda membutuhkan koreksi yang berbeda pula. Tidak semua koreksi memberikan perubahan signifikan pada setiap kondisi. Koreksi dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan secara manual, menggunakan chart atau menggunakan software. Secara umum, koreksi dilakukan sesuai dengan urutan-urutan tertentu, sebagai contoh pertama-tama dikoreksi terhadap lubang bor, kemudian dikoreksi terhadap invasi. Pada situasi tertentu, seperti kombinasi dari deep invasion dan high apparent dip, pada pengukuran resistivity, koreksi sangat tergantung pada urutannya, untuk memperoleh hasil yang akurat. Borehole Compensation Borehole compensation adalah penyesuaian transducer ke atas maupun ke bawah pada alat logging, yang pada umumnya bertujuan untuk menyesuaikan kesalahan pembacaan yang diakibatkan oleh variasi ukuran lubang bor atau kesalahan pada posisi sonde. Teknik ini digunakan untuk pengukuran yang berdasarkan pada kelakuan gelombang, seperti sonic (gelombang suara), resistivity dan pengukuran elektromagnetik. Propagation log Propagation log berdasarkan pada pengukuran perbedaan sifat gelombang pada dua buah penangkap (receiver). Lubang bor mempengaruhi perbedaan ini bila alat mengalami perubahan posisi atau bila ada gerowong pada posisi yang berlawanan pada salah satu receiver. Efek tersebut dapat diatasi dengan menggunakan dua buah transmitter yang meradiasi pada arah yang berlawanan. Pada kondisi ideal, efek dari perubahan posisi receiver atau gerowong selalu berlawanan untuk kedua buah transmitter, jadi nilai rata-rata dari keduanya memberikan hasil yang tepat. Borehole compensation ini berbeda dengan dengan borehole correction (koreksi lubang bor). Step Profile Dengan melihat pada proses invasi, perubahan yang ekstrim dapat terjadi pada peralihan dari flushed zone ke undisturbed zone, tanpa adanya transition zone
31
(annulus). Step Profile, adalah model sederhana yang digunakan secara umum untuk menyatakan log resistivity (yang lama), sejak digunakan tiga parameter untuk mendefinisikan resistivity, yaitu : resistivity pada flushed zone, resistivity pada undisturbed zone dan diameter invasi. Model ini mengasumsikan kedalaman invasi yang sama untuk semua arah. Jenis log yang baru, menginterpretasikan model invasi yang kompleks. Pengaruh Gerowong Pengaruh gerowong yang dimaksud di sini adalah perubahan drastis pada diameter lubang bor, misalnya yang disebabkan oleh gerowong (gua), pada log induksi (induction log). Pada lubang bor yang bagus dengan diameter konstan, pengaruh lubang bor dapat dihitung dan dikoreksi. Tetapi, pembesaran drastis pada diameter pada interval yang kecil dapat menimbulkan pembacaan yang berbeda pada sensor tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sinyal ini tidak dapat dikoreksi dengan menggunakan koreksi lubang bor yang normal, tetapi dengan melakukan perubahan koreksi pada titik log tersebut. Perubahan ini biasanya signifikan pada saat resistivity tinggi dan terdapat perbedaan yang besar antara resistivity formasi dan resistivity lubang bor. Perbedaan antara bagian luar alat logging dan dinding lubang bor mempunyai pengaruh yang penting terhadap respon dari beberapa pengukuran logging.
32
Gambar Mud-Filtrate Invasion and Terminology (Baker Atlas) Tabel Kondisi Daerah di Sekitar Lubang Sumur (Bateman, 1985)
33
Gambar Perbandingan Depth of Investigation untuk Berbagai Alat Log Penyesuaian dan koreksi harus dilakukan pada pengukuran log untuk mengembalikannya pada kondisi standard, yang sesuai dengan peralatan yang digunakan. Koreksi yang dilakukan terdiri dari : Koreksi Gamma Ray Koreksi Deep Induction Log Koreksi Deep Laterolog Koreksi Laterolog7 terhadap Koreksi Medium Induction Log Koreksi Medium Laterolog (LLS) Koreksi 16 normal (R16) Koreksi Spherically Focused Log (SFL) Koreksi Micro-Spherically Focused Log (MSF) Koreksi Micro-Laterolog (MLL) Koreksi Compensated Neutron Log (CNL) Koreksi Formation Density Compensated Log (FDC) Koreksi Invasi untuk Induction Logs. Koreksi Invasi untuk Laterologs. Perhitungan Diameter Invasi. Induction Log Laterologs
34
Koreksi Gamma Ray terhadap Efek Lubang Sumur GR = GR(1+ 0.04(MW 8.3))(1+ 0.06 (CAL 8)) c Bila CAL = 0 maka CAL = HOLE SIZE Bila MW = 0 maka c GR =GR Koreksi Deep Induction Log terhadap Efek Lubang Sumur Bila CAL 12 maka G =(0.0001 CAL) 0.0011. Bila CAL >12 maka G =(0.00073 CAL) 0.0092
Bila X < 1 maka X = 1 Bila X > 4 maka X = 4 Bila X 0 maka Rdeepc = Rdeep 0.83
Koreksi Medium Induction Log terhadap Efek Lubang Sumur Bila CAL 8 maka G = (0.0001CAL) 0.0004 Bila CAL >16 maka G = 0.0091 selain itu, G = (0.001125CAL) 0.0091
35
Bila X < 1 maka X = 1 Bila X > 4 maka X = 4 Bila X 0 maka R = R (1.07 + 0.29 X (CAL 10.2)) medc med Bila X <1 maka R = R (1.03+ 0.03(X.6)(CAL 10.2))
36
Koreksi Formation Density Compensated Log (FDC) terhadap Efek Lubang Sumur. Bila CAL 9 maka FDC FDC c = Selain diatas, FDC FDC 0.096 0.014CAL 0.00033CAL2 Koreksi Invasi untuk Induction Log Bila RESD < RESM dan bila RESM < RESS ,
37
Laterologs
Daftar Simbol CAL = pembacaan ukuran lubang dari caliper log (in.) RM = resistivity lumpur pada temperature formasi (F) RMC = resistivity mudcake pada temperatur formasi (F) MW = berat lumpur (lb/gal) Hole Size = diameter sumur GR = pembacaan log gamma ray (API units) GRC = koreksi gamma ray corrected terhadap ukuran lubang sumur dan berat lumpur (API units) TF = temperatur formasi (F) SAL = salinity air formasi (ppm)/1000 PSI = tekanan pada kedalaman tertentu (pounds/in2) CNLC = koreksi CNL CNL = original CNL FDCC = koreksi FDC FDC = original FDC Di = diameter invasi (in) Rdeepc = koreksi deep Rdeep = original deep Rmedc = koreksi medium Rmed = original medium Rm Rmed = original medium Rshc = koreksi shallow Rsh = original shallow RESD = pembacaan log deep Rt = koreksi pembacaan log deep untuk invasi RESM = pembacaan log medium i RESS = pembacaan log shallow i RESD = pembacaan deep RESDC = koreksi pembacaan deep untuk invasion
38
BAB II
39
ditunjang dengan defleksi SP apakah positif atau negatif. Dimana defleksi positif berasosiasi dengan kandungan air tawar. SP Log dapat digunakan untuk menghitung atau mengetahui : Harga RW, Ketebalan lapisan porous, Korelasi Batuan, Evaluasi Vclay Resistivity log Resistivity Log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas air formasi dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan. Induction Log Tujuan dari induction log adalah mendeteksi lapisan-lapisan tipis yang jauh untuk menentukan harga Rt dan korelasi, tanpa memandang jenis lumpur pemborannya. Langkah Kerja 1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman) 2. Hitung temperatur formasi (Tf) (atau dengan grafik GEN-6) Tf = Ts +
BHT TS x Depth depth BHT
Gambar GEN 6
40
3. Tentukan Rm,Rmf dari log resistivity (18,8 normal) kemudian koreksi harga Rm dengan temperatur formasi Rmf = R chart x
TS Tf
Rmf corr = 0.75 x Rmf 4. Tentukan shale base line dari kurva SP log 5. Tentukan besarnya harga maksimum SP log sebagai ESP 6. Tentukan harga Ri dengan chart (Amp 18.8 N) 7. Dari harga
Ri Rmchart
Tentukan faktor koreksi (Chart SP 4) untuk ESP, sehingga harga ESSP dapat dicari dengan persamaan: ESSP = ESP x Faktor koreksi
Gambar SP 4 8. Tentukan harga Kc Kc = 61 + (0.133 x Tf ) 9. Tentukan RWeq dengan menggunakan persamaan: Rmfc RWeq = ( ESSP / Kc ) 10 10. Tentukan Rw dengan menggunakan Chart SP-2
41
Gambar SP 2 11. Tentukan ASP dari chart (per interval kedalaman) 12. Tentukan nilai Vclay dengan persamaan : Vclay = 1 ASP ESSP
TS Tf
Ri corr Rm
16. Tentukan Rxo (resistivism pada invazed zone) dengan persamaan: Rxo =
Ri corr Rm
x Rm chart
17. Tentukan RIL dari chart dengan skala 0-20 18. Tentukan RIL corr dari grafik Rcorr-5
42
Gambar Rcorr 5 19. Tentukan Ca track dari chart dengan skala 0-1000 20. Tentukan CMGM dari grafik Rcorr-4 21. Tentukan Cin dengan persamaan: Cin = Ca track CMGM 22. Tentukan Rin dengan persamaan : 100 Rin = Cin 23. Tentukan Gxo dari (grafik 2-28) 24. Tentukan Rt dengan persamaan:
43
Rt =
1 G xo 1 RILcorr G xo R xo
Tabulasi Tabulasi Perhitungan Spontaneous Potensial Log (1) No. (2) Depth (ft) (3) Rm =R18.8" (m) (4) Rmf (m) (5) Rmfc (m) (6) Ri = R18.8"AMP (m) (7) K
Tabulasi Perhitungan Spontaneous Potensial Log (lanjutan) (8) ESP (Mv) (9) ESSP (Mv) (10) Kc (11) Rweq (m) (12) Rw (m) (13) ASP (14) Vclay
Tabulasi Perhitungan Log Induksi (1) Rm@Tf (m) (2) (Ri=R18.8")/Rm (m) (3) Ricorr/Rm (m) (4) Rxo (m) (5) RIL (6) RILcorr
Tabulasi Perhitungan Log Induksi (lanjutan) (7) Ca track (Mv) (8) CMGM (9) Cin (10) Rin (m) (11) Gxo (12) Rt (m)
44
BAB III
45
Log neutron adalah log pororitas yang mengukur konsentrasi ion hidrogen dalam formasi. Pada formasi bersih (clean formation) yang bebas dari shale, dimana porositasnya terisi oleh air atau minyak, log neutron akan mengukur porositas dari bagian yang terisi fluida. Neutron dibuat dari bahan kimia yang biasanya adalah campuran americium dan beryllium yang akan terus-menerus memancarkan neutron. Neutron-neutron ini akan bertabrakan dengan atom-atom dari material formasi, dan mengakibatkan neutron akan kehilangan sebagian energinya. Karena massa atom hidrogen hampir sama dengan neutron, kehilangan energi terbesar akan terjadi bila keduanya bertabrakan. Kehilangan energi terbesar adalah fungsi (pengaruh) dari konsentrasi hidrogen dalam formasi. Karena hidrogen dalam formasi berada di poripori yang terisi fluida, kehilangan energi akan berhubungan dengan porositas formasi. Bila pori-pori terisi oleh gas, maka porositas neutronnya akan lebih kecil dibandingkan bila pori-pori terisi oleh minyak atau air. Hal ini terjadi karena konsentrasi hidrogen pada gas lebih kecil dibandingkan yang terdapat pada minyak maupun air. Penurunan porositas neutron yang disebabkan oleh gak ini disebut efek gas. Respon dari log neutron bervariasi, tergantung pada : 1. Perbedaan tipe detektor, 2. Jarak antara sumber neutron dan detektor 3. Litologi, misalnya sandstone, limestone dan dolomit. Dengan adanya perbedaan ini, maka digunakan chart yang berbeda, sesuai dengan alat dan kondisi yang ada. Interpretasi harus dilakukan pada chart yang spesifik karena log neutron tidak dikalibrasi pada kondisi fisik alat yang standard, seperti alat-alat lainnya. Log neutron modern pertama adalah Sidewall Neutron Log (SNL) memiliki sepasang sumber (source) dan detektor yang kedua pasang alat tersebut diletakkan bertolak belakang satu sama lain. Compensated Neutron Log (CNL) memiliki sebuah source dan dua buah detektor. Keuntungan dari CNL dibandingkan SNP adalah lebih sedikit terpengaruh oleh ketidakseragaman lubang bor. Kedua alat tersebut dapat merekam porositas dalam satuan apparent limestone, sandstone maupun dolomit. Bila formasi yang kita ukur adalah limestone dan log neutron mengukur porositas dalam satuan apparent limestone, maka apparent limestone tersebut sama nilainya dengan porositas yang sesungguhnya. Akan tetapi, bila ternyata litologi dari formasi tersebut berupa sandstone atau dolomit, porositas apparent limestone harus dikoreksi menjadi porositas sesungguhnya dengan menggunakan chart yang bersesuaian
46
Gambar Compensated Neutron Log (CNL) Log Density Log Density menunjukkan besarnya densitas (bulk density) dari batuan yang ditembus lubang bor, berguna untuk menentukan besarnya porositas. Prinsip kerja
47
dari log Density, yaitu: Sumber dan dua detector dipasang pada suatu pad dan ditempelkan pada dinding lubang bor. Sinar gamma yang kuat dipancarkan ke formasi. Sinar gamma ray akan bertabrakan dengan elektron, kemudian dipantulkan kembali dan terekam dalam log. Banyaknya energi yang hilang akibat tumbukan dengan elektron dalam formasi menunjukkan densitas elektron dalam batuan. Fungsi dari formation Density Log, antara lain : 1. Untuk mengukur porositas () batuan. 2. Untuk mengidentifikasi mineral batuan. 3. Untuk mengevaluasi shally sand dan litologi yang kompak. Peralatan log density adalah alat yang terdiri atas source gamma-ray yang memancarkan gamma-ray ke formasi. Sumbernya dapat berupa Cobalt-60 atau Cesium-137. Gamma ray bertabrakan dengan elektron di dalam formasi yang menyebabkan hilangnya energi dari partikel gamma-ray). Untuk menentukan densitas porositas, baik dengan menggunakan chart maupun dengan perhitungan, membutuhkan data tipe fluida dalam lubang bor. Persamaan untuk menghitung densitas porositas, adalah sebagai berikut: D = Keterangan :
D
ma b f
= porositas yang diperoleh dari densitas = densitas matriks (Tabel) = densitas bulk formasi = densitas fluida (1.1 salt mud, 1.0 fresh mud dan 0.7 gas)
Bila terjadi invasi yang dangkal pada formasi, rendahnya densitas hidrokarbon pada formasi akan meningkatkan porositas density. Keberadaan minyak tidak memberikan efek yang signifikan pada porositas density, akan tetapi gas memberikan efek yang besar (efek gas). Tabel Densitas matriks pada litologi
48
Gambar Chart untuk melakukan konversi densitas bulk (b) Menjadi porositas ( ) menggunakan nilai yang diambil dari log density Kombinasi Neutron-Density Log kombinasi neutron-density Log adalah kombinasi dari log porositas. Selain digunakan sebagai pengukur porositas, digunakan juga untuk menentukan litologi dan mendeteksi zona gas. Kedua log neutron dan density, umumnya direkam dalam satuan porositas limestone. Porositas sebenarnya dapat ditentukan dengan cara : Baca porositas limestone apparent dari kurva neutron dan density. Nilai-nilai tersebut di plot silang (cross plot) pada chart porositas neutrondensity untuk memperoleh porositas yang benar. Porositas dari log neutron-density dapat ditentukan dengan cara matematis. Salah satu alternatif dalam penentuan porositas density adalah dengan menggunakan persamaan akar rata-rata (root mean square) sebagai berikut :
Keterangan
N D N D
= porositas neutron density = porositas neutron density (unit limestone) = porositas density (unit limestone)
49
Bila log neutron-density merekam porositas density yang bernilai lebih kecil dari 0.0 (nilai yang umum dijumpai pada reservoir anhydritic dolomite), gunakan persamaanberikut ini :
Gambar Contoh kombinasi log neutron-density dengan log gamma-ray dan kaliper.
50
Gambar Chart untuk melakukan koreksi porositas dari log neutron-density terhadap litologi, dimana digunakan fresh water-based drilling mud
Gambar Chart untuk melakukan koreksi porositas dari log neutron-density terhadap litologi, dimana digunakan salt water-based drilling mud Praktikum Penilaian Formasi
51
Langkah Kerja Gamma Ray Log 1. Tentukan ketebalan lapisan yang di analisa (per interval kedalaman) 2. Tentukan besarnya GRmax. 3. Membaca nilai GRmax dan GRmin dari slip log gamma ray. 4. Membaca besarnya defleksi kurva GRlog sebagai GRread untuk setiap interval kedalaman yang dianalisa. 5. Tentukan besarnya volume clay dengan persamaan : GRread GRmin Vclay = GRmax GRmin , kemudian plot dalam track log Neutron Log 1. Tentukan ketebalan lapisan yang dianalisa (per interval kedalaman) 2. Tentukan besarnya defleksi kurva neutron log (Nlog) untuk setiap interval kedalaman. 3. Tentukan besarnya harga Nclay. 4. Tentukan besarnya porositas neutron (N) dengan persamaan : N = (1,02 x Nlog) + 0,00425 5. Hitung Ncorr dengan persamaan : Ncorr = N ( Vclay x Nclay ), kemudian plot dalam track log Density Log 1. Pada ketebalan lapisan dan interval ketebalan yang sama, Tentukan b dari defleksi kurva density log untuk setiap interval kedalaman. 2. Tentukan ma = 2,71 gr/cc untuk limestone, Sandtone 2.648 gr/cc, Dolomit 2.876 gr/cc, Anhydrit 2.977 gr/cc, Salt 2.032 gr/cc, f = 1,1 gr/cc (saltwater), 3. Tentukan FDL dengan persamaan : FDL =
ma ma b f
4. Tentukan Dclay dengan clay = 2,6 gr/cc (berdasarkan kurva density log): Dclay =
ma ma clay f
5. Tentukan harga FDLcorr dengan persamaan: FDLcorr = FDL (Vclay x Dclay) 6. Tentukan porositas rata-rata dari neutron log dan density log dengan persamaan :
52
= Tabulasi
N corr 7 9
FDLcorr
(14) clay
(15) Dclay
(16) FDL
(17) FDLcorr
(18) *
53
BAB IV
Faktor-faktor mempengaruhi pengukuran (t), yaitu : 1. Shale, batuan shale mempunyai porositas besar, walaupun permeabilitasnya mendekati harga nol. Sehingga batuan yang mengandung shale mempunyai harga t semakin besar. 2. Kekompakan Batuan, kekompakan batuan akan memperkecil porositas, sehingga kurva t akan semakin rendah. 3. Kandungan air, adanya kandungan air dalam batuan menyebabkan kurva t cenderung mempunyai harga yang semakin besar. 4. Kandungan minyak, air (terutama air asin) mempunyai sifat penghantar suara yang lebih baik dibanding dengan minyak, sehingga adanya minyak dalam batuan akan berpengaruh memperkecil harga t. 5. Kandungan gas, gas (hidrokarbon ringan) akan membuat transite time menjadi lebih besar, sehingga seringkali sonic log juga digunakan sebagai indikator yang cukup bagus untuk mendeteksi adanya gas.
54
Gambar Hasil Pencatatan Litologi dengan Acoustic Logging (1. Sandstone, 2. Anhydrite, 3. Shale, 4. Salt) Sonic log memiliki kegunaan antara lain : 1. Kalibrasi data seismik 2. Evaluasi porositas sekunder (dikombinasikan dengan neutron log/density log). 3. Menghitung porositas pada lapisan yang diketahui jenis lithologinya. Caliper Log Caliper Log adalah alat untuk mengukur bentuk dan diameter lubang bor. Alat ini terdiri dari 2, 4, atau lebih lengan. Lengan dapat bergerak menyesuaikan lubang bor pada saat diturunkan dan ditarik, terdapat apotentiometer yang berfungsi untuk mengubah pengukuran menjadi sinyal listrik. Perekaman log ditampilkan dalam track 1 dari log bersamaan dengan ukuran bit. Skala pada umumnya diberikan dalam inci, yang standar untuk mengukur ukuran bit.
55
Gambar Caliper Track Log dan Bit Track Log Record (2 lengan)
Gambar Caliper Track Log dan Lubang Bor Track Log Record (4 lengan) Perbedaan tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi, mengakibatkan terjadinya mud cake dan filtrat lumpur. Semakin porous suatu lapisan maka mud cake akan semakin tebal. Mud cake akan memperkecil diameter lubang bor dan ini akan direkam oleh Caliper log. Record Caliper log akan terlihat jelas diameter lubang bor pada lapisan permeabel akan lebih kecil dari pada ukuran pahat yang digunakan, sedangkan pada lapisan shale/clay kondisi lubang bornya lebih besar dari pada ukuran pahatnya, ini menunjukan bahwa pada lapisan shale sering terjadi keruntuhan.
56
Adapun manfaat dari caliper log, antara lain : 1. Menentukan atau memperkirakan lithologi batuan 2. Untuk perhitungan kecepatan lumpur di annulus, dalam hubungannya dengan pengangkatan cutting 3. Menentukan letak dari setting packer yang tepat pada operasi DST 4. Membantu interperasi log listrik dengan memberikan ukuran lubang bor yang tepat, karena ukuran lubang bor yang digunakan pada interpretasi log listrik biasanya diasumsikan sama dengan ukuran pahatnya. 5. Untuk estimasi ketebalan mud cake di depan zone permeabel yang akan memberikan dukungan pada analisa logging secara kualitatif. Berikut beberapa tabulasi faktor-faktor yang mempengaruhi analisa dan jenis indikasi litologi serta respon yang diperoleh dari caliper log Tabel Faktor yang Mempengaruhi Respon Caliper Log
Gambar Bentuk Respon Caliper Log untuk Beberapa Variasi Litologi Praktikum Penilaian Formasi
57
Langkah Kerja Sonic Log (Analitik) 1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman) 2. Tentukan lapisan prospek 3. Membaca besarnya interval transite time (
t
untuk setiap interval kedalaman yang dianalisa (symbol : tlog) 4. Tentukan jenis formasinya ( tma ) dan jenis fluidanya( t f ). 5. Hitung besarnya porositas dari sonic log ( s) dengan menggunakan persamaan
t log
S
t ma t ma
tf
6. Mentabulasikannya , kemudian plot dalam track log Sonic Log (Grafik) Untuk Analisa Sonic Log dengan pendekatan menggunakan grafik, dapat dipakai Tabel Interval Transit Time dan Chart Por-3. Chart Por-3 digunakan untuk mengkonversikan interval waktu transit (t) pada log sonik menjadi porositas ( ). Ada dua set garis pada chart tersebut, yang berwarna biru diperoleh dari weightedaverage transform, sedang yang merah berasal dari observasi empiris. Untuk keduanya, fluida yang tersaturasi diasumsikan sebagai air dengan velocity 5300 ft/sec atau 1615 m/sec. 1. Masukkan t dari log sonik pada bagian bawah chart. 2. Tarik garis ke atas hingga bertemu dengan matrix velocity atau litologi yang bersesuaian, lalu baca porositasnya pada bagian kiri chart. 3. Untuk batuan campuran seperti sandstone yang mengandung limestone (limy sandstone) maupun cherty dolomites, diperlukan garis-garis diantara matriks yang telah ditunjukkan. Ketika menggunakan weighted-average transform pada unconsolidated sand harus dibuat koreksi kompaksi (Bcp). 1. Masukkan t, tarik ke atas hingga bertemu dengan garis koreksi kompaksi yang bersesuaian 2. Baca porositas pada bagian kiri chart, kemudian plot dalam track log 3. Bila koreksi kompaksi tidak diketahui, dapat ditentukan dengan cara kebalikannya, dari lapisan clean water sand yang porositasnya telah diketahui
58
Gambar Por-3 Caliper Log 1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman) 2. Tentukan besarnya diameter bit yang digunakan. 3. Baca besarnya defleksi kurva capiler untuk setiap interval kedalaman yang dianalisis. 4. Hitung besarnya tebal mud cake (tmc) setiap kedalaman dengan persamaan :
t mc
5. Hitung volume lubang bor dengan persamaan Vh = (Dh2/2) + 1.2% (dalam satuan liter per meter) 6. Hitung volume semen yang dibutuhkan dengan persamaan Vsemen = 0.5 x (dh2 - d2casing) + 1% (dalam satuan liter per meter)
59
Tabulasi Tabulasi Perhitungan Jenis Log Lainnya (Sonic Log dan Caliper Log) (1) No (2) Depth (ft) (3) tma (sec/ft) (4) tf (sec/ft) (5) tlog (sec/ft)
Tabulasi Perhitungan Jenis Log Lainnya (Sonic Log dan Caliper Log) (lanjutan) (6) No (7) Depth (ft) (8) s (%) (9) Bit Size (inchi) (10) Caliper (inchi) (11) tmc (inchi) (12) Vh (lt/m) (13) Vsemen (lt/m)
60
BAB V
LITOLOGI LOGGING
Dalam penilaian formasi hampir tidak ada analisa litologi dan besaran pengukuran formasi secara langsung sehingga diperlukan solusi simultan untuk memperkirakan litologi. Pendekatan dilakukan dengan merepresentasikannya dalam bentuk plot silang (cross-plot), terutama neutron density cross-plot dan berbagai plot lainnya (M-/N plot oleh Burke et. al. (1969) atau MID plot oleh Clavier & Rust (1976)) yang menambahkan pula sonic travel time untuk mengidentifikasi volume mineral. Seperti halnya plot M-N, plot MID (Matrix Identification) adalah sebuah teknik plot silang yang membantu mengidentifikasikan litologi, gas dan secondary porosity. Plot MID ini juga membutuhkan data dari log neutron, density dan sonic. Plot Litologi M - N Plot M-N membutuhkan log sonic yang digabungkan dengan log neutron dan density. Nilai M dan N tidak bergantung pada porositas matriks (sucrosic dan intergranular). Plot silang dari kedua variabel ini akan menghasilkan litologi yang lebih baik. Nilai M dan N dihitung dengan menggunakan persamaan:
Keterangan tf = waktu interval transit dari fluida (189 untuk fresh mud dan 185 untuk salt mud) t = waktu interval transit dari log t = densitas fluida (1.0 untuk fresh mud dan 1.1 untuk salt mud) b = densitas bulk formasi N = porositas neutron formasi dari log Compensated Neutron atau log Sidewall Neutron Porosity Nf = porositas neutron fluida (gunakan 1.0) Bila digunakan parameter matriks tma, ma, Nma, maka nilai M dan N dapat ditentukan untuk berbagai jenis mineral seperti pada tabel berikut :
61
Tabel Koefisien Matriks Batuan dan Fluida untuk Beberapa Mineral dan Tipe Porositas (Lubang Bor Terisi Cairan)
Plot Litologi MID Tabel berikut ini digunakan untuk densitas fluida, f (selain 1.0 g/cm3), mengkoreksi apparent total porosity dengan faktor pengali pada tabel sebelum dimasukkan ke dalam angka densitas pada analisa MID Plot. Tabel Faktor Koreksi
Kerapatan Jenis Fluida (f) Faktor Pengali
62
Langkah pertama dalam membuat plot MID adalah menentukan nilai dari porositas total apparent, ta, dengan menggunakan log neutron-density yang bersesuaian dan ditentukan secara empiris dengan menggunakan plot silang neutron-sonic (Chart CP1 dan CP-2 Schlumberger).
Keterangan b t f tf ta c = densitas batuan dari log density = waktu interval transit dari log sonic = densitas fluida dalam pori = waktu transit fluida dalam pori = porositas totoal apparent = konstanta (68.0c).
Porositas total apparent biasanya tidak sama untuk setiap persamaan. Untuk digunakan dalam persamaan tmaa, nilainya ditentukan dari plot silang neutron-sonic (Chart CP-2). Untuk penggunaan dalam maa, nilai porositas total apparent ditentukan dari plot silang neutron-density (Chart CP-1). Chart CP-14 dapat digunakan untuk memperoleh nilai maa secara grafis dan untuk memperoleh nilai tmaa menggunakan hubungan waktu transit terhadap porositas berdasarkan pengamatan di lapangan. Bagian kanan atas dari chart digunakan untuk menentukan waktu interval transit batuan, tmaa. Bagian kiri bawah, untuk menentukan densitas apparent batuan, maa.
63
Gambar Penentuan Parameter Matriks Apparent dari Densitas Bulk / Waktu Interval Transit dan Total Porositas Apparent Densitas Fluida = 1 (CP-14) Plot silang dari waktu interval transit batuan dan densitas apparent batuan pada plot MID akan mengidentifikasikan mineralogi batuan berdasarkan kedekatannya pada titik-titik pada plot yang telah di beri label. Pada Chart CP-15, mineral matriks yang umum dijumpai (quatrz, calcite, dolomite, anhydrite) telah diplot di dalamnya. Kecenderungan litologi dapat dilihat dengan melakukan plot pada banyak level pada suatu zona dan melihat kecenderungan mengumpulnya titik-titik mineral pada chart. Kehadiran gas menggeser titik yang telah diplot ke arah kanan atas plot MID. Adanya secondary porosity akan menggeser titik ke arah berkurangnya nilai tmaa, yaitu ke arah kiri. Untuk log SNP, shale biasanya diplot pada bagian sebelah kanan anhydrite pada plot MID. Untuk log CNL, shale biasanya diplot pada bagian atas daerah titik anhydrite. Plot sulfur berada diluar plot, pada 122tmaa dan 02.2maa. Arah dari titik sulfur dari grup quartz, calcite, dolomite, anhydrite, kira-kira searah dengan pergeseran akibat kehadiran gas. Gipsum di plot pada bagian kiri bawah plot MID.
64
Gambar Plot MID (Matrix Identification) Konsep plot MID ini serupa dengan plot M-N. Sebagai alternatif menghitung nilai M dan N, nilai maa dan tmaa dapat ditentukan dengan menggunakan Chart CP-14. Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, pembacaan log harus disesuaikan dan dikoreksi terhadap pengaruh lubang bor, dan lainnya. Plot MID maa vs Umaa Teknik plot silang lain yang digunakan untuk mengidentifikasikan litologi adalah dengan menggunakan log Litho-Density. Plot ini menyilangkan matrix grain density, maa, dan apparent matrix volumetric cross section, Umaa (dalam satuan barns per sentimeter kubik). Chart CP-1 dan CP-14 digunakan untuk penentuan ini. Apparent matrix volumetric cross section dihitung dari indeks photoelectric cross section dan pengukuran densitas bulk
65
Porositas total apparent dapat diestimasikan dari plot silang density-neutron, bila formasi terisi fluida. Chart CP-20 digunakan untuk memperoleh hasil Umaa secara grafis.
Gambar Plot Matrix Identification maa vs Umaa (CP-20) Tabel dibawah adalah daftar indeks photoelectric absorption cross section, densitas bulk dan volumetric cross section untuk mineral dan fluida yang umum. Untuk mineral, nilai daftar adalah matrix value Uma, ma untuk fluida, daftarnya adalah Uf, f. Chart-21 menunjukkan lokasi mineral-mineral pada plot silang maa vs Umaa. Segitiga menunjukkan tiga buah matriks yang umum, yaitu quartz, calcite dan dolomite, yang diskalakan berdasarkan persentasi mineral tersebut. Sebagai contoh, titik yang berada pada apparent matrix grain density 2.76 gr/cm2 dan volumetric cross section 10.2 barns/cm3, pada plot silang didefinisikan sebagai 40% calcite, 40% dolomite dan 20% quartz, sehingga tidak terdapat mineral lain dan pori-pori terisi fluida. Pada plot silang ini, saturasi gas menggeser titik ke arah atas chart dan mineral berat menggeser titik ke arah kanan. Plot clay dan shale berada dibagian bawah titik dolomite.
66
Tabel Indeks Photoelectric Absorption Cross Section, Density Bulk dan Volumetric Cross Section Untuk Mineral dan Fluida yang Umum
67
Gambar Deskripsi Litologi Menggunakan Kombinasi Log Porositas Metode Analisa dan Perhitungan M - N plot MID plot Litho - Density - Neutron Plot PLOT MID maa vs Umaa
68
Untuk M-N dan MID plot diperlukan data dari Density, Neutron dan Sonic Log, untuk Litho-Density-Neutron Plot diperlukan data dari Litho, Density dan Neutron. Langkah Kerja Data pendukung : Kerapatan jenis fluida (f ) Porositas neutron fluida (Nf ) Jenis lumpur yang digunakan Waktu perambatan gelombang suara di dalam fluida (tf) Metode M-N Plot 1. Baca defleksi Log Density (b), Log Neutron (N) dan Log Sonic (t) 2. Hitung harga M dan N berdasarkan rumus berikut M = 0.01 N= t, b dan N adalah harga t, b dan N pada langkah 2. Harga f = 1.0 , Nf = 1.0 dan tf = 189 sec/ft untuk lumpur bor dengan dasar air tawar. Harga f = 1.1, Nf = 1.0 dan tf = 185 sec/ft untuk lumpur bor dengan dasar air asin. 3. Gunakan (dari buku Schlumberger Log Interpretation Charts, 1997 CP8) yaitu hasil plot M dan N untuk mengidentifikasi campuran mineral pembentuk batuan dan komposisinya. 4. Plot harga M dan N pada M-N Plot Tentukan perbandingan komposisi mineral pembentuk batuan tersebut berdasarkan posisinya di dalam mineral triangle yang dibentuk oleh kombinasi mineral dolomit, kalsit, anhidrit atau dolomit, kalsit, silika. o Jika plot M-N jatuh pada garis sisi segitiga, maka batuan tersebut mempunyai komposisi yang terdiri atas dua mineral dengan besarnya prosentase ditentukan oleh letak titik tersebut terhadap ujung-ujung sisi segitiga tersebut. o Jika plot M-N jatuh di dalam segitiga maka batuan tersebut mempunyai komposisi yang terdiri dari tiga mineral dengan prosentase masingmasing mineral ditentukan oleh jarak relatif jauh dekatnya terhadap
69
sudut segitiga yang menyatakan komposisi tunggal (100%) mineral yang bersangkutan. o Jika plot M-N jatuh diluar mineral triangle penentuan mineral pembentuk batuan ditentukan dari jarak terdekat terhadap salah satu sudut mineral triangle dan daerah tertentu di dalam Chart CP 8. 5. Plot hasil analisa litologi dalam track log
M-N Plot (CP 8), M = 0.84 dan N = 0.48. Metode MID Plot 1. Baca defleksi Log Density-Neutron dan Log Neutron-Sonic. 2. Tentukan total apparent porosity (ta ) dengan menggunakan salah satu cara penentuan ta (lihat penentuan Porositas berdasarkan NDS), sesuai dengan data macam log yang tersedia pada langkah 1. 3. Tentukan harga kerapatan jenis (density), matrik batuan terbaca (maa) dengan menggunakan Chart CP 14. Masukkan harga b pada sumbu tegak disebelah kiri kemudian tarik garis mendatar sampai pada harga porositas total terbaca (ta); baca harga (maa) pada sumbu mendatar bawah. 4. Tentukan harga travel time gelombang suara dalam matrik terbaca (tmaa) dengan menggunakan Chart CP 14. Masukkan harga t pada sumbu tegak sebelah kanan Chart CP 14, kemudian tarik garis mendatar sampai harga porositas total terbaca (ta); baca harga (tmaa) pada sumbu mendatar atas.
70
5. Plot harga (maa) dari langkah 3 dan harga (tmaa) dari langkah 4 pada MID plot Chart CP 15. Baca komposisi mineral pembentuk batuan dan plot hasil analisa dalam track log, contoh perhitungan: Lapisan 1 Lapisan 2 t = 67 sec/ft t = 63 sec/ft 3 b = 2.04 g/cm b = 2.46 g/cm3 CNL = -3 CNL = 24 p.u. didapat aND = -1 f = 1.0 g/cm3 aNS = -1 didapat aND = 21 dan tmaa = 66 sec/ft aNS = 21 3 maa = 2.03 g/cm dan tmaa = 43.5 sec/ft maa = 2.85 g/cm3 Sehingga komposisi untuk Lapisan 1 adalah garam, dan Lapisan 2 adalah dolomite
MID Plot Perhatikan alur plot untuk Lapisan 1 dan Lapisan 2 (CP 14)
71
Gambar MID Plot, CP 15, Plot untuk menentukan komposisi mineral Metode Litho Density - Neutron Plot 1. Siapkan data pendukung 2. Baca defleksi Log Litho (Pe), Log Density (b ) dan Log Neutron (N) 3. Masukkan harga N dan b pada salah satu gambar dari cara penentuan (ta) yang sesuai dan baca harga porositas total terbaca (ta) (penentuan Porositas berdasarkan NDS). 4. Tentukan harga densitas matrik batuan terbaca (maa) dengan menggunakan Chart CP 14 seperti pada langkah 3. 5. Baca harga apparent index absorbtion (Umaa) dari Chart CP 20). dengan memasukkan harga Pe, b kemudian ta (hasil langkah 3) seperti terlihat pada urutan arah panah di dalam Chart CP 20. 6. Dengan harga (Umaa) dari langkah 5 dan harga (maa) dari langkah 4, plot kedua besaran tersebut - U plot Chart CP 21. 7. Tentukan komposisi mineral pembentuk sebagai berikut : Jika hasil plot langkah 6 terletak di dalam segitiga komposisi, % komposisi masingmasing mineral dapat dibaca berdasarkan jarak relatif terhadap efeknya. Jika hasil plot jatuh di luar segitiga komposisi, secara kualitatif tidak dapat ditentukan komposisi mineralnya. Komposisi secara kualitatif
72
ditentukan berdasarkan letak hasil plot terhadap mineral-mineral di sekitarnya, contoh perhitungan: Pe = 3.65 b = 2.52 g/cm3 (f = 1.0 g/cm3) ta = 16% maa = 2.81 g/cm3 (CP 14) Dengan menggunakan Chart CP 20, didapat Umaa = 10.9, kemudian harga maa = 2.81 g/cm3 dan Umaa = 10.9 diplot ke Chart CP 21, didapat perkiraan komposisi adalah 60% dolomit dan 40% batugamping
Gambar Plot Identifikasi Litologi, CP 21, komposisi batuan 8. Plot hasil analisa litologi per interval kedalaman dalam track log
73
BAB VI
KOMBINASI LOG
Dalam melakukan kombinasi log, hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan jenis log yang akan dikombinasikan, sehingga dapat memperoleh hasil yang akurat. Kombinasi log yang optimum merupakan kombinasi log sumuran yang komposisi atau jumlah minimal, tetapi mampu menghasilkan data pengukuran yang akurat. Untuk mendapatkan suatu kombinasi log sumuran yang optimum, maka perlu dilakukan pemilihan terhadap berbagai jenis log sumuran yang tersedia di lapangan. Faktorfaktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kombinasi logging open hole yang optimum adalah : 1. Jenis fluida (lumpur) pemboran yang digunakan (salt mud, water base mud, oil base mud). 2. Jenis formasi batuan yang ditembus lubang bor (sandstone, carbonat, vulcanic/tuff). 3. Karakteristik invasi filtrat lumpur. 4. Kondisi lubang bor (diameter lubang bor, cased hole, dan lain sebagainya). 5. Ketebalan lapisan batuan yang akan diukur logging. 6. Distribusi porositas dan resistivitas batuan. 7. Kondisi optimum dari setiap peralatan logging sumur yang ada. Komposisi kombinasi log minimal harus meliputi tiga jenis log, yaitu: 1. Log lithologi 2. Log resistivitas 3. Log porositas Dari ketiga kelompok log di atas, yang paling banyak dipengaruhi oleh fluida pemboran adalah log resistivitas (listrik). Dan alat logging dipergunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam evaluasi formasi serta menentukan potensial produktivitas yang dimiliki. Potensial produksi dilakukan dengan cara pengujian terhadap lapisan yang diperkirakan mempunyai prospek kandungan hidrokarbon. Penilaian suatu lapangan ditujukan pada penentuan paramater fisik yang terdiri dari ketebalan lapisan, permeabilitas, porositas, dan kandungan minyak. Metode interpretasi log ada dua : 1. Metode kualitatif. 2. Metode kuantitatif (Quick look dan Detailed Evaluation).
74
Tujuan Analisis Kombinasi log dapat digunakan untuk : 1. Menentukan lapisan yang mengandung unsur hidrokarbon. 2. Menentukan permeabilitas batuan. 3. Menentukan porositas. 4. Mendapatkan kepastian jenis formasinya. Kombinasi log ini merupakan gabungan dari aplikasi log listrik, log induksi dan log radioaktif. Dalam metode Kuantitatif, tujuan yang akan dicapai adalah: 1. Ketebalan lapisan porous dan permeable (SP log, Caliper dan GR log). 2. Kandungan fluida dalam batuan (IES, FDC-CNL). 3. Jenis lithologi (Density log, Neutron log dan Sonic log). Penentuan Saturasi Air Metode yang digunakan terdiri dari : 1. Saturasi air dari metode Archie 2. Saturasi air dari metode Simandoux 3. Saturasi air dari metode Waxman-Smits (CEC) 4. Saturasi air dari metode Waxman-Smits-Juhasz 5. Saturasi air dari bulk volume water 6. Persamaan Indonesia Water Saturation untuk dispersed shaly sand 7. Saturasi air dari metode Ratio 8. Saturasi air dari metode Poupon untuk laminated sand 9. Saturasi air dari metode Modified Simandoux untuk laminated sand 10. Water saturation Smoothing Saturasi Air dari Metode Archie
Sw Rw Rt a m n
= saturasi air dari zona uninvaded (metode Archie) = resistivity formasi air pada temperatur formasi = true resistivity dari formasi (koreksi invasi dari ILd R atau LLd R ) = porositas = faktor turtuosity = eksponen sementasi = eksponen saturasi, bervariasi dari 1.8 hingga 2.5. Nilai normalnya 2.0
75
Saturasi air pada zona univaded (Sw), yang dihitung dengan menggunakan persamaan Archie, adalah parameter paling fundamental dalam evaluasi log. Tapi, walaupun saturasi zona air diketahui, informasi itu tidak cukup untuk mengevaluasi potensi produktivitas suatu zona. Harus diketahui pula: 1. Saturasi air cukup rendah untuk dilakukan komplesi bebas air (water-free completion) 2. Fluida hidrokarbon yang ada dapat bergerak (movable) 3. Zona permeabel 4. Cadangan hidrokarbon yang ada ekonomis dan dapat diproduksikan (recoverable)
= saturasi air dari flushed zone (metode Archie) = resistivity formasi air pada temperatur formasi = shallow resistivity dari Laterolog-8, Microspherical Focused Log atau Microlaterolog = porositas = faktor turtuosity = eksponen sementasi = eksponen saturasi, bervariasi dari 1.8 hingga 2.5. Nilai normal 2
Saturasi air pada flushed zone (Sxo) dapat digunakan sebagai indikator dapat bergeraknya hidrokarbon (hydrocarbom moveability). Contohnya, bila nilai Sxo lebih besar dari Sw , maka hidrokarbon di flushed zone kemungkinan telah didorong dari dekat lubang bor oleh fluida pemboran yang menginvasi formasi. Saturasi Air dari Metode Simandoux Untuk formasi pasir dan clay, Simandoux menyarankan untuk menggunakan pesamaan konduktivitas sebagai berikut:
Cc
Bila digunakan eksponen saturasi sebesar n = 2.0, diasumsikan terbentuk sebuah persamaan parabolik, yang dapat ditulis sebagai
76
Dengan beberapa modifikasi matematis dan disubstitusikan ke dalam persamaan Tixier, menghasilkan persamaan saturasi air sebagai berikut:
Saturasi Air dari Metode Waxman-Smits (CEC) Metoda ini digunakan untuk dispersed clay, sebagai berikut:
Keterangan Qv
= konsentrasi ion dalam air formasi yang kontak dengan clay (meg/ml) CEC = Cation Exchange Capacity (meg/gm) B = ekuivalen konduktansi untuk clay exchange sebagai fungsi dari Rw Metoda Waxman-Smits ini berlaku untuk berbagai salinitas air formasi Saturasi Air dari Metode Waxman-Smits-Juhasz
Persamaan ini menormalisasi CEC dan membutuhkan iterasi untuk menemukan solusinya. keterangan : Praktikum Penilaian Formasi
77
= porosity dari log density, belum dikoreksi terhadap shale = porositas shale total dari log density = eksponen sementasi, tanpa satuan = eksponen saturasi, tanpa satuan = resistivity pada shale bersih = pembacaan log deep resistivity = volume shale, fraksi = resistivity air pada temperatur formasi = saturasi air dengan metoda Juhasz, fraksi
Saturasi Air dari Volume Air Bulk (Bulk Volume Water) Hasil dari saturasi air formasi dan porositas () adalah volume air bulk (BVW), sebagi berikut:
Keterangan BVW = volume bulk air Sw = saturasi air di uninvaded zone (persamaan Archie) = porositas Bila hasil perhitungan untuk volume air bulk dilakukan disuatu formasi pada beberapa kedalaman, memberikan hasil yang konstan atau dengan perbedaan yang sangat kecil, mengindikasikan zona tersebut homogen dan berada pada saturasi air irreducible (irreducible water saturation, Swirr). Bila suatu zona berada pada saturasi air irreducible, air yang terhitung di zona uninvaded (Sw) tidak akan bergerak, karena tertahan di dalam batuan oleh tekanan kapiler. Akibatnya, produksi hidrokarbon dari zona pada saturasi air irreducible akan bebas air. Formasi yang tidak berada pada kondisi saturasi air irreducible akan memiliki nilai saturasi air bulk yang bervariasi. Karena jumlah air yang dapat ditampung dalam batuan berbanding terbalik dengan ukuran grain, maka volume air bulk akan berbanding terbalik dengan ukuran grain. Indonesian Water Saturation Untuk Dispersed Shaly Sands
78
Keterangan a m n e Rd Rsh Rwtf Swi Vsh = eksponen tortuosity, tanpa satuan = eksponen sementasi, tanpa satuan = eksponen saturasi, tanpa satuan = porositas efektif, fraksi = pembacaan log deep resistivity = resistivity shale (ohm-m) = resistivity air pada temperatur formasi = saturasi air toal (fraksi) = volume shale (fraksi)
Keterangan n Rd Rxo Rmf@ft Rw@ft Swr = eksponen saturasi, tanpa satuan = pembacaan log deep resistivity, (ohm-m) = pembacaan log shallow resistivity, (ohm-m) = resistivity filtrat lumpur pada temperatur formasi = resistivity air pada temperatur formasi = saturasi air dari metode ratio
Ketika tidak ada data porosity yang tersedia, saturasi dapat diperoleh dengan membandingkan log shallow resistivity dan deep resistivity. Formula ini belum terkoreksi terhadap shale Metode ini adalah cara terakhir untuk memperoleh saturasi bila tidak tersedia log porosity. 3.8. Saturasi Air dari Metode Poupon Untuk Laminated Sands Pada sistem laminated sandstone, Vsh = p
79
Keterangan a m n e Rd Rsh Rwtf Swi Vsh = eksponen tortuosity, tanpa satuan = eksponen sementasi, tanpa satuan = eksponen saturasi, tanpa satuan = porositas efektif, fraksi = pembacaan log deep resistivity = resistivity shale (ohm-m) = resistivity air pada temperatur formasi = saturasi air total (fraksi) = volume shale (fraksi)
Keterangan a m n e Rd Rsh Rwtf Sw Sw1 Vsh = eksponen tortuosity, tanpa satuan = eksponen sementasi, tanpa satuan = eksponen saturasi, tanpa satuan = porositas efektif, fraksi = pembacaan log deep resistivity = resistivity shale (ohm-m) = resistivity air pada temperatur formasi = saturasi air total (fraksi) = saturasi air iterasi (fraksi) = volume shale (fraksi)
80
Water Saturation Smoothing Schlumberger penyarankan fungsi smoothing untuk mengurangi kesalahan statistikal pada data saturasi pada bagian atas dan bawah dari data tersebut
bila 0.75 < < 0.25 S w , nilai S w tidak berubah Keterangan Sw = saturasi air dari metode mana pun (fraksi) Hydraulic Flow Unit Kriteria pembagian atau pemilahan lapisan oleh ahli geologi biasanya didasarkan pada pengenalan facies yang mengidentifikasi batuan berdasarkan genesanya. Unit genesa yang didefinisikan oleh ahli geologi ini kadang-kadang sesuai dengan kebutuhan operasional bagi ahli reservoir karena batas batasnya bersesuaian dengan perubahan drastis kelakuan hidroliknya. Meskipun demikian hal initidak selalu terjadi sehingga diperlukan penajaman perhatian pada kelakuan hidrolik yang lebih rinci. Perlunya pemisahan pendekatan geologi dan engineering ini menggunakan konsep hydraulic flow unit. Flow unit didefinisikan sebagai suatu zona reservoir yang memiliki kemenerusan lateral, dimana didalamnya terkandung sifat geologi tentang aliran fluidanya konsisten dan berbeda dengan unit sekitarnya. Pada dasarnya yang memberi ciri aliran fluida pada batuan adalah besarnya pore-throat. Dengan demikian lebih spesifik lagi flow unit dapat diartikan sebagai zona yang didominasi oleh jari-jari pore-throat yang relatif serba sama, sehingga menunjukkan kelakuan aliran fluida yang konsisten. Mestinya flow unit dapat dicirikan dari kurva tekanan kapiler yang diukur pada contoh batuan inti atau pendekatan (approximation) rasio permeabilitas / porositas pada batuan non-granular. Pada bagian reservoir yang airnya tidak ikut terproduksi (water-free reservoir zone), penentuan flow unit dapat juga didasarkan pada perubahan drastis saturasi air irreducible yang mencerminkan perubahan drastis ukuran pore-throat-nya. Karena jarang tersedianya pengukuran tekanan kapiler dan data pore-throat, maka pemilahan flow unit seringkali didasarkan pada log wireline logs. Kandungan shale yang diukur dari log sinar Gamma atau log lain yang sensitif terhadap keberadaan shale umum Praktikum Penilaian Formasi
81
dipakai sebagai panduan pada reservoir klastik, tetapi menjadi kurang berperan pada reservoir karbonat. Untuk itu biasanya faktor photoelectric dapat dipakai untuk memerikan unit limestone dan dolomit yang menjadi tumpuan pemilahan flow unit. Persamaan Flow unit didasarkan pada persamaan modifikasi Kozeny-Carmen dan Konsep Radius Hidrolik Rata-rata (Mean Hydraulic Radius). dalam menganalisa flow unit dibutuhkan data dari core dan well log Langkah Kerja Prosedur yang digunakan dalam perhitungan ini menggunakan metode detailed evaluation yaitu dengan menggunakan schlumberger/indonesian equation. 1. Tentukan ketebalan lapisan yang dianalisa. 2. Tentukan Tf : Tf = Ts +
3. Tentukan Rmf@Tf : Rmf@Tf = Rmf@Tukur x 4. Tentukan SSP dari SP Log 5. Tentukan Rw : SSP = -K Log
Rmfe R we
; dengan
Rmfe Rwe
Rmf Rw
SSP K
Rmf Rw
Rw =
Log
10
SSP K
Rmf Rw
Rmf 10
SSP K
Rw =
Rmf
SSP Tf 460 70 , 7 77 460
10 6. Tentukan Vclay a. Vshale Gamma Ray GRlog GRmin Vclay GR = GRmax GRmin
Praktikum Penilaian Formasi
82
SP SSP
9. Tentukan N: N = 1,02 Nlog + 0,0425 10. Tentukan NC: NC = N (Vclay x Nclay) 11. Tentukan porositas FDL-CNL (*):
*
NC
7 9
DC
R clay
a R mf
Rxo dari chart LLS (short normal) Rclay dari chart LLD (Rt minimum) 13. Tentukan Shr: Shr = 1-Sxo 14. Tentukan porositas FDL-CNL *c
* C
NC
7 9
DC
1 0,1 S hr
1
R clay
a Rw
83
Langkah Kerja 1. Siapkan data permeabilitas (k), porositas (), tekanan kapiler (Pc) dan mineralogi 2. Lakukan perhitungan terhadap z, RQI, FZI dan R dengan persamaan berikut Z =
4. Tentukan jumlah unit yang mengerjakan aplikasi statistik berikut ini: Histogram Test for normality Cluster analysis Error analysis 5. Karakterisasi unit-unit hidrolik Secara mineralogi dan secara tekstur Sensitivitas tekanan Pore throat geometry Modified J-function 6. Tampilkan hubungan antara variabel diatas dengan FZI 7. Hitung k
84
8. Plot ulang log k vs 9. Plot hasil analisa dalam track log Tabulasi 1 2 No Depth (m)
3 Tf (F)
4 SP
5 SSP
6 Rw
Vshale SP GR
9 10 D DC
11 Dsh
12 N
13 Nsh
14 NC
15 *
16 Rxo
17 Rsh
18 Shr
19 *corr
20 Sw
21 Z
22 RQI
23 FZI
24 R
25 k
85
Log Interpretation (Clean Sand & Shaly Sand) Interpretasi Log Clean Sand Menentukan lapisan permeabel, lapisan mengandung hidrokarbon, untuk mencari harga-harga porositas batuan (), saturasi air (Sw) dan ketebalan efektif lapisan (h). Metode yang dipergunakan dengan menggunakan kualitatif dan kuantitatif, dibutukan rekaman log yang terdiri dari : a. Log SP dan/atau Log Gamma Ray b. Log shallow investigation, microlog (ML), proximity log (PL), c. microlaterolog (MLL), atau micro spherically focused log (MSFL). d. Log jangkauan menengah (medium investigation); short normal (R16), spherically focused log (SFL) dan LL8 e. Log jangkauan dalam (deep investigation); Log normal (R64), Induction log (LLD, 6FF40), atau laterolog (LL7, LL3, LLD), dan f. Log Sonic, log neutron atau log density. Batuan bersih (clean formation) adalah batuan endapan (sediment) termasuk dalam tipe quartzose yang tidak mengandung mineral lempung. Meskipun ada batuan pasir halus, limestone, dolomite, atau kapur yang mengganjal di pori-pori antar butir, masih dapat dikategorikan sebagai batuan bersih dalam interpretasi log, karena fokus disini adalah kelakuan bahan dalam kaitannya dengan kelistrikan (electricity). Dalam konteks ini lempung dianggap sebagai pengotor (impurities) karena kelakuan kelistrikannya berbeda dengan mineral mineral diatas. Dari log batuan demikian dapat dikenali dengan menilik bentuk dan alur defleksi SP yang dapat dijelaskan dengan teori elektro kimia. Pengenalan menurut log dapat dilakukan dengan melihat defleksi SP sesuai dengan teori elektrokimia. Secara fisik, batuan-bersih (clean formation) adalah batuan endapan (sediment), termasuk dalam tipe quartzose yang tidak mengandung mineral lempung. Meskipun sebenarnya dalam komposisi mengandung sandstone, limestone, dolomite, atau kapur yang mengganjal di poripori antar butir, mineral ini masih dapat dikategorikan sebagai batuan-bersih dalam interpretasi log, karena yang menjadi fokus disini adalah kelakuan mineral dalam kaitannya dengan kelistrikan (electricity). Dalam konteks ini lempung dianggap sebagai pengotor (impurities) karena kelakuan kelistrikannya berbeda dengan mineral lainnya. Dari log batuan demikian dapat dikenali dengan menilik bentuk dan alur defleksi SP yang dapat dijelaskan dengan teori elektro kimia
86
Langkah Kerja Metode Kualitatif 1. Dari rekaman log SP periksa apakah lapisan yang bersangkutan permeabel: o Tentukan garis shale (shale base line) dengan menarik satu garis yang menghubungkan harga-harga SP pada lapisan shale. Kemudian tentukan garis pasir bersih (clean sand line) dengan menarik garis lurus yang sejajar dengan lubang bor, dimulai pada formasi pasir dengan harga simpangan SP tertinggi (Penentuan Garis Shale dan Garis Pasir Bersih dari SP Log)
Penentuan Garis Shale dan Garis Pasir Bersih dari SP Log o Harga SP pada garis shale menunjukkan lapisan tidak porous dan permeabel. Penyimpangan harga SP kearah kiri atau kanan dari garis ini menunjukkan lapisan pasir atau lapisan karbonat yang porous dan permeabel. (Catatan : syarat-syarat untuk terjadinya penyimpangan SP dipenuhi) 2. Periksa bentuk dan kwalitas kurva SP untuk menentukan tipe batuan, dan proses pengendapan (tipe endapan).
87
88
Tipikal Pola Log SP Pada Fasies Delta yang Bersifat "Destructional" 3. Jika tersedia rekaman Gamma Ray Log, tipe batuan dapat ditentukan berdasarkan rekaman masing-masing lapisan.
89
Tipikal Respon Gamma Ray untuk Berbagai Mineral 4. Amati log resistivity jangkauan dalam (R64, 6FF40, ILD dan sebagainya). Harga resistivitas yang relatif tinggi bisa jadi petunjuk adanya lapisan yang mengandung hidrokarbon atau sebaliknya merupakan lapisan dengan porositas rendah. Harga resistivitas yang rendah menunjukkan lapisan mengandung air (salt water bearing formation). 5. Bandingkan ketiga log jangkauan dangkal (misalnya LL8), jangkauan menengah (misalnya ILM) dan jangkauan dalam (misalnya ILD) untuk melihat kedalaman invasi air-tapisan (filtrat) kedalam formasi (lihat tabel perbandingan invasi filtrat lumpur kedalam formasi) Tabel Perbandingan Invasi Filtrat Lumpur Kedalam Formasi
90
Ro adalah resistivitas formasi pada zona air, dibaca dari log resistivity jangkauan dalam. 7. Jika lapisan tidak ada zona airnya hitung Sw berdasarkan rumus berikut
Metode Kuantitatif 1. Tentukan tebal lapisan (h) dari log SP, dengan mengukur jarak antara titik belok defleksi awal dan titik belok defleksi akhir dari kurva SP. 2. Tentukan harga resistivitas air formasi (Rw) dari SP log. 3. Tentukan harga porositas batuan () 4. Tentukan harga resistivitas batuan (Rt) 5. Tentukan harga F dengan rumus berikut : Untuk Lapisan (formasi) lunak
91
92
93
Daftar Simbol Bo = faktor volume formasi, bbl/STB F = faktor formasi m = faktor sementasi = porositas batuan, fraksi Rmf = resistivitas air lapisan, ohm-m Rxo = resistivitas daerah terkuras, ohm-m RW = resistivitas air formasi, ohm-m Rt = resistivitas batuan, ohm-m Sor = saturasi minyak tersisa, fraksi SW = saturasi air formasi, fraksi Shr = saturasi hidrokarbon tersisa, fraksi Shm = saturasi hidrokarbon yang dapat bergerak, fraksi Sxo = saturasi minyak di flushed zone, fraksi RF = faktor perolehan, fraksi Pf = tekanan formasi, F Tf = temperatur formasi, F Z = faktor deviasi gas Interpretasi Log Shally Sand Adanya batuan shale atau clay di dalam batuan pasir mempersulit interpretasi rekaman log,untuk menentukan jumlah minyak di dalam pori batuan. Pengaruh adanya clay di dalam pori batuan akan memperkecil porositas efektif, permeabilitas batuan dan membuat persamaan Archie tidak berlaku. Clay terdapat di dalam batuan dapat berbentuk laminasi, structural atau dispersed, seperti terlihat pada (Gambar Bentuk distribusi clay didalam sedimen). Keistimewaan shale atau batuan lempung adalah memiliki bidang permukaan yang sangat luas, sehingga dapat mengikat air dalam jumlah yang cukup besar pada permukaannya. Air ini akan mempengaruhi konduktivitas elektrik batuan tetapi tidak mencerminkan konduktivitas kandungan cairan sebenarnya di dalam. Penggunaan formula standar Archie untuk lapisan shaly sand yang mengandung minyak akan memberikan harga saturasi air yang lebih besar sehingga sukar untuk menentukan kepastian adanya minyak pada lapisan tersebut. Hadirnya clay di dalam batuan pasir yang cukup banyak akan merugikan karena akan memperkecil permeabilitas batuan.
94
Bentuk distribusi clay didalam sedimen Dengan adanya pengaruh shale terhadap interpretasi log standar maka muncul modelmodel untuk interpretasi batuan pasir yang mengandung shale. Metode tersebut adalah : 1. Metode kompensasi otomatis (The Automatic Compensation Method). 2. Metode berdasar Dispersed Clay. 3. Metode berdasar Simandoux Model. 4. Metode berdasar Dual Water Model. Persyaratan 1. Metode Automatic Compensation Tersedia SP log, Porosity log (Sonic log atau Density atau Neutron log) dan Induction log Batu-pasir mengandung dispersed clay Porositas batuan antara medium sampai high (>15%) 2. Metode Dispersed Clay Tersedia 2 log porosity: Log Sonik dan Log Density Batu-pasir mengandung authigenic clay (dispersed) Lapisan tidak mengandung gas 3. Metode Simandoux Tersedia 2 jenis log porositas, yaitu Log Density dan Log Neutron 4. Metode Dual-Water Diperlukan q-log, jika tidak ada gunakan log yang dapat berfungsi sebagai shale indicator untuk menghitung Vsh Praktikum Penilaian Formasi
95
Langkah Kerja Metode Automatic Compensation 1. Siapkan data pendukung : Resistivitas lumpur bor (Rm@Ta) Resistivitas mud cake (Rmc@Ta) Resistivitas air tapisan (Rmf@Ta) 2. Baca tebal lapisan dari SP log 3. Baca defleksi SP, RIND, Sonic atau Density Neutron Log pada lapisan yang bersangkutan dan lapisan shale di dekatnya. 4. Tentukan harga Rw 5. Tentukan harga Rt 6. Tentukan harga S tanpa koreksi adanya shale 7. Tentukan harga VSH 8. Hitung harga e dengan rumus berikut :
9. Jika porosity log yang digunakan adalah log density atau log neutron, tentukan harga D atau N (uncorrected), hitung e dengan rumus :
di mana
Metode Dispersed Clay 1. Siapkan data pendukung resistivitas lumpur bor (Rw@Ta)
96
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
resistivitas kerak lumpur bor (Rmc@Ta) resistivitas air tapisan (Rmf@Ta) Baca tebal lapisan dari SP log Baca defleksi SP, Sonic Density dan Induction log (deep) pada lapisan yang bersangkutan dan lapisan shale di dekatnya. Tentukan harga Rw Tentukan harga Rt Tentukan harga porositas S dan D Tentukan harga VSH. Hitung porositas efektif e dengan rumus
Metode Simandoux 1. Siapkan data pendukung : resistivitas lumpur bor (Rm@Ta) resistivitas kerak lumpur bor (Rmc@Ta) resistivitas air tapisan (Rmf@Ta) 2. Baca tebal lapisan (h) dari SP log 3. Baca defleksi log SP, log resistivity, log density dan neutron log pada lapisan yang bersangkutan, dan pada lapisan shale di dekatnya. 4. Tentukan harga resistivitas air formasi (RW) 5. Tentukan harga resistivitas batuan formasi (Rt) 6. Tentukan harga porositas D dan N pada lapisan yang bersangkutan dan pada lapisan shale di dekatnya DSH dan NSH 7. Tentukan harga VSH 8. Lakukan koreksi porositas D dan N terhadap shale sebagai berikut :
97
10. Hitung harga saturasi air (Sw) a. Menggunakan rumus atau Monograp (Saturasi Air Simandoux Chart 1 and 2 - Dresser)
Keterangan : C = 0.4 untuk batu pasir, C = 0.45 untuk batu gamping b. Menggunakan rumus (berikut) untuk formasi di Indonesia
98
99
Metode Dual Water 1. Siapkan data pendukung : resistivitas lumpur bor (RW@Ta) resistivitas kerak lumpur bor (Rmc@Ta) resistivitas air tapisan (Rmf@Ta) 2. Baca tebal lapisan (h) dari log SP untuk lapisan yang bersangkutan 3. Baca defleksi log SP, log resistivity, log gamma ray, log density dan log neutron untuk lapisan yang bersangkutan, lapisan pasir bersih di dekatnya dan lapisan shale di dekatnya. 4. Tentukan harga resistivitas batuan (Rt), resistivitas pasir bersih (RCL) dan resistivitas shale di dekatnya (RSH) 5. Tentukan harga porositas D, N dan NSH. 6. Hitung harga VSH 7. Lakukan koreksi porositas terhadap shale dengan rumus berikut :
Perhatikan apakah ada gas yaitu apabila NC < DC 8. Hitung porositas efektif (e) :
dimana mempunyai harga antara 0.5 sampai 1 10. Hitung harga porositas total (t) dan saturasi air dalam ikatan shale (SB) dengan rumus :
11. Hitung harga resistivitas air formasi (Rw) batuan pasir bersih terdekat dengan rumus
100
12. Hitung harga resistivitas air dalam ikatan shale pada lapisan shale terdekat dengan rumus
13. Hitung resistivitas air formasi apparent dalam lapisan yang bersangkutan (Rwa) dengan rumus:
15. Hitung saturasi air efektif dalam lapisan yang bersangkutan (Swe) dengan rumus
Daftar Simbol a = konstanta, tak bersatuan h = tebal lapisan, ft m = faktor sementasi batuan, tak bersatuan n = konstanta, tak bersatuan = porositas, fraksi CL = porositas lapisan pasir bersih, fraksi D = porositas dari density log, fraksi DC = D dikoreksi terhadap shale , fraksi DSH = D pada lapisan shale, fraksi DN = porositas rata-rata antara D dan N, fraksie e = porositas efektif, fraksi N = porositas dari neutron log, fraksi NC = N dikoreksi terhadap shale, fraksi NSH = N pada lapisan shale, fraksi S = porositas dari sonic log, fraksi SSH = S pada lapisan shale, fraksi
101
= porositas total, fraksi = t pada lapisan shale, fraksi = bagian pori batuan pasir bersih yang ditempati oleh clay, fraksi = Cation Exchange Capacity, meq/cc = resistivitas air dalam ikatan shale, ohm-m = resistivitas batuan pasir bersih, ohm-m = resistivitas lumpur bor, ohm-m = resistivitas kerak lumpur, ohm-m = resistivitas air lapisan, ohm-m = resistivitas dari induction log, ohm-m = resistivitas batuan, ohm-m = resistivitas air formasi, ohm-m = Rw apparent, ohm-m = saturasi air yang terikat dalam shale, ohm-m = spontaneous potensial, mv = saturasi air formasi, fraksi = saturasi air efektif, fraksi = saturasi air total, fraksi = temperatur permukaan, F = temperatur, F = volume shale, Of
Teknik Pemetaan 1. Interval kontur, perbedaan nilal antara dua garis kontur yang berdekatan. Interval selalu merupakan angka konstan untuk seluruh peta. Perbedaan nilai ini dapat bersifat angka perbedaan hitung ataupun ratio/perbandingan. 2. Pemilihan nilai kontur, hubungannya dengan Ketelitian data dalam titik kontrol Kecepatan perubahan nilai secara lateral atau antara (spacing) Jika perubahan terlalu cepat maka interval harus besar sehingga spacing tidak terlalu rapat Dalam pemilihan nilai 3. Titik kontrol, titik kontrol adalah setiap lokasi dalam peta dimana data didapatkan. Titik ini dapat berupa sumur pemboran (kering ataupun yang menghasilkan minyak) ataupun berupa sumur pemboran disebut kontrol sumur Prinsip Penggambaran Garis Kontur 1. Prinsip interpolasi/prinsip titik kontrol, garis kontur dengan nilai tertentu digambarkan diantara titik-titik kontrol. Nilai garis kontrol harus berada diantara nilai yang tercantum pada kedua titik control. 2. Prinsip ekstrapolasi atau prinsip keseragaman antara (spacing), penggambaran garis kontur dapat diteruskan diluar titik kontrol dengan Praktikum Penilaian Formasi
102
3.
4.
5. 6.
7.
memelihara keseragaman spacing dan bentuk. Spacing dari garis kontur dapat secara perlahan-lahan melebar atau merapat ke arah ekstrapolasi. Garis kontur tidak mungkin bercabang, hal inl merupakan prinsip dari segi estetika. Jika keadaan memaksa, gambarkan dua garis kontur dengan nilai yang sama sejajar dan berdekatan. Garis kontur tidak mungkin berpotongan, sama halnya jika keadaan memaksa, gambarkan dua garis kontur terpisah yang sama nilainya yang saling menyerempet. Jika nilainya tidak sama hal ini tidak mungkin terjadi kecuali dalam kontur struktur suatu antiklin rebah (overluned), maka gambarkan garis yang ada di sebelah bawah sebagai garis terputus-putus. Satu garis kontur tidak dapat bertindak sebagai nilai maksimum, Prinsip keseragaman bentuk, dari segi estetika dan geologi penarikan garis kontur harus dibimbing sedemikian rupa sehingga bentuknya serupa, seragam atau subpararel. Sesuaikan dengan bentuk geologi (struktur, ketebalan sedimen, dan sebagainya) seperti terdapat secara alamiah. Sesuaikan bentuk garis kontur dengan bentuk ideal geologi yang dipetakan. Jika yang dipetakan adalah struktur geologi atau bentuk tektonik, maka harus dapat kita bayangkan bentuk-bentuk lipatan, struktur, antiklin, sumbu-sumbu lipatan, patahan dan sebagainya, yang akan membimbing kita dalam memberikan bentuk pada garis kontur. Jika yang dipetakan adalah fasies sedimen, maka harus dapat kita bayangkan asal transport sedimen, garis pantai, batas energi gelombang, bentuk cekungan, penebalan sedimen.
103
1. Peta Top Structure , peta ini menunjukkan penyebaran puncak suatu lapisan di bawah permukaan. Penyebaran puncak lapisan dapat berupa sinklin, antiklin, ataupun datar. Peta ini didapatkan dengan mencatumkan satuan meter bawah permukaan laut (mbpl) top lapisan pada setiap sumur. Nilai-nilai ini sebagai acuan untuk membuat kontur struktur. 2. Peta Bottom Structure, peta ini menunjukkan penyebaran lapisan bawah pada suatu lapisan di bawah permukaan. Penyebaran bawah lapisan dapat berupa sinklin, antiklin ataupun datar. Peta ini didapatkan dengan mencatumkan satuan meter bawah permukaan laut(mbpl) bottom lapisan pada setiap sumur. Nilai-nilai ini sebagai acuan untuk membuat kontur struktur. 3. Peta Isopach, peta ini menggambarkan garis-garis yg menghubungkan titiktitik suatu formasi/lapisan dengan ketebalan yang sama. Dalam peta bawah permukaan peta ini merupakan peta batas OWC/GOC yang diplotkan dan dioverlay pada top structure dan bottom structure. 4. Peta Gross Sand, mekanisme pembuatan peta gross sand sama dengan pembuatan peta top structure, namun data yang dlgunakan dalam pembuatan peta ini adalah ketebalan dari suatu lapisan. Peta gross sand tidak berhubungan dengan ketinggian atau kedalaman tetapi peta ini menggambarkan penyebaran tebal tipisnya lapisan. 5. Peta Net Sand, peta ini menggambarkan akumulasi ketebalan batupasir, tidak termasuk akumulasi pengotor seperti batulempung dan sebagainya yang ada dalam suatu lapisan. Sama halnya dengan peta gross sand, peta ini tidak berhubungan dengan ketinggian melainkan menggambarkan ketebalan. 6. Peta Net pay, peta ini menggambarkan ketebalan batupasir yang mengandung hidrokarbon. Lain halnya dengan peta net isopach yang menginformasikan ketebalan batupasir secara keseluruhan. Informasi yang dapat dilihat pada peta ini adalah pola penyebaran lapisan yang ditunjukkan oleh kontur struktur, penyebaran ketebalan batupasir yang ditunjukkan dengan kontur net isopach dan WOC ataupun OGC. Dengan demikian peta net pay merupakan gabungan dari peta isopach dan peta net sand. Prosedur Pembuatan Petakontur Struktur Tentunkan horison dan tentukan datum Korelasikan horison tersebut dari sumur ke sumur Data yang perlu diperhatikan pada log header adalah kelly bushing rotary table dan baca kedalaman horison tersebut Kurangkan angka kedalaman horison dengan permukaan tanah/datum dari permukaan air laut Nilai hasil dapat diplot pada peta
104
Gambar Peta Net Pay, Overlay Peta Isopach dan Peta Net Sand Penentuan Cadangan Cadangan (reserves) adalah akumulasi minyak dan gas yang telah dibuktikan keberadaannya dengan pemboran eksplorasi atau sebagai jumlah (volume) minyak atau gas didalam reservoar yang telah diketemukan. Volume minyak dan gas yang semula terakumulasi di dalam reservoar disebut volume minyak awal ditempat atau Stock Tank Oil Initially In Place (STOIP) atau biasa juga disebut Originally Oil In Place (OOIP). Dapat ditulis dengan persamaan: IOIP = 7758 Vb (1-Sw),bbl IGIP = 43560 Vb (1-Sw),cuft Keterangan Vb Sw = volume bulk = porositas = saturasi air
105
Gambar Peta Net Pay Dalam praktikum kali ini digunakan metode volumetris dengan anggapan bahwa data produksi sumur yang bersangkutan belum lengkap. Metode volumetris menggunakan peta sub surface dan isopach yang didasarkan data elektrik WT, Core, DT dan test produksi, serta peta kontur yang disiapkan untuk membuat peta isopach dimana terdapat data-data WOC dan GOC. Volume reservoir produktif diperoleh dengan menggunakan Planimeter. Berdasarkan pembacaan maka volume zone produktif dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode : 1. Metode pyramidal, merupakan metode yang digunakan bila perbandingan luas garis kontur kurang dari 0,5. Dengan persamaan sebagai berikut: h Vb = (An + An+1 + An An 1 ) 3 Keterangan : Vb = volume batuan An, An+1 = luas permukaan h = ketebalan 2. Metode trapezoidal, merupakan metode yang digunakan bila perbandingan luas garis kontur lebih besar atau sama dengan 0,5. Dengan persamaan sebagai berikut: h Vb = (An + An+1) 2 Keterangan : Vb = volume batuan An, An+1 = luas permukaan h = ketebalan
106
Untuk menunjang hasil yang akurat dalam perhitungan dengan menggunakan metode volumetrik, maka dapat digunakan metoda cut off reservoir. Metoda cut off reservoir dapat didefinisikan sebagai suatu harga tertentu dimana dibawah atau diatas harga tersebut parameter reservoir tidak berlaku lagi untuk dipertimbangkan. Terdapat beberapa parameter dari cut off antara lain: a. Cut off porositas didefinisikan sebagai suatu harga porositas dimana hargaharga porositas dibawah harga tersebut tidak berlaku lagi untuk dipertimbangkan. b. Cut off permeabilitas didefinisikan sebagai suatu harga permeabilitas dimana dibawah harga tersebut permeabilitas sudah tidak berlaku lagi untuk dipertimbangkan dalam perhitungan. c. Cut off saturasi air didefinisikan sebagai harga saturasi air, dimana harga saturasi air diatas harga tersebut tidak lagi dipertimbangkan. d. Cut off Vclay didefinisikan sebagai harga Vclay dimana Vclay diatas harga tersebut tidak lagi dipertimbangkan. Manfaat penentuan cut off untuk memperkirakan cadangan reservoar akan menghasilkan jumlah yang akurat. Penentuan Bidang-Bidang Batas Minyak/Air Dan Gas/Air Batas antara zona minyak dan zona air atau zona gas dan zona air, masing-masing disebut sebagai Water Oil Contact (WOC) dan Gas - Water Contact (GWC), perlu diketahui dalam upaya menghitung atau memperkirakan volume minyak atau gas mula-mula di tempat (Original Oil In Place atau Original Gas In Place). Batas antara zona gas (gas cap) dan zona minyak disebut Gas-Oil Contact (GOC). Penentuan atau perkiraan batas (contact) dimaksud dapat dilakukan dengan menggunakan data atau kombinasi data yang ada berikut ini : 1. Data/hasil interpretasi logs (electric log, Neutron-Density log). 2. Data Repeat Formation Tester (RFT), yaitu data gradien tekanan statik pada masing-masing zona. 3. Data analisa fluida reservoir, terutama sifat-sifat fisik dan kimiawinya. 4. Data analisa batuan inti (Conventional dan Special Core Analysis). Bilamana semua data tersebut ada, maka penentuan WOC atau GWC harus terintegrasi. Pada situasi tertentu mungkin saja hanya sebagian data yang tersedia dan ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Perlu dicatat bahwa bila ada data RFT, maka perpotongan garis gradien tekanan minyak atau gas dengan garis gradien tekanan air merupakan posisi atau kedalaman Free Water Level (FWL), bukan WOC
107
atau GWC, kecuali threshold Pressure-nya PCT = 0. Bila harga PCT . 0 (dari data capillary pressure), maka WOC atau GWC berada di atas FWL sejauh :
Semua parameter dalam kondisi reservoir dan h, PCT masing-masing dalam satuan feet, psi dan lb/cuft Metode Adcap Ada situasi tertentu saat WOC atau GWC tidak atau belum tertembus oleh satu atau lebih sumur yang sudah dibor. Bila pada situasi ini WOC atau GWC harus iperkirakan, maka ada cara estimasi (metode Adcap) memperkirakan posisi FWL di bawah base sand (terutama untuk reservoir yang relatif homogen) sebagai berikut : 1. Data yang diperlukan : permeabilitas absolut (Kgas) porositas (), saturasi air (Sw) vs depth danPc vs Sw 2. Tentukan displacement pressure (Pd)
dimana Pd dalam satuan Psi, k dalam milidarcy dan dalam fraksi 3. Hitung faktor geometri pori - pori (Fg)
5. Perkirakan FWL dari base sand ke bawah sejaun hFWL (dalam satuan feet)
6. Bila ada data tekanan kapiler, maka posisi WOC atau GWC di bawah base sand adalah
108
Hasil estimasi di atas perlu dicek terhadap kedalaman spill point-nya, konsultasikan dengan geologist apakah posisi kedalaman WOC melebihi spill point-nya atau tidak. Juga, cek tebal kolom hidrokarbon (minyak dan/atau gas) hHC dan ini perlu data tekanan kapiler dari cap rock atau seal :
Keterangan : Pds Pdr water HC hHC = displacement pressure dari seal, Psi = displacement pressure dari reservoir, Psi = densitas air formasi, gr/cc = densitas minyak atau gas, gr/cc = tebal kolom minyak atau gas dalam reservoir, feet
Langkah Kerja 1. Baca skala peta yang akan dihitung. 2. Gunakan planimeter pada luasan di peta isopach, kemudian baca berapa konstanta yang ditunjukkan oleh planimeter. 3. Hitung ratio dan tentukan metode luasan yang diukur. 4. Tentukan ketebalan dari luasan. 5. Hitung volume batuan (Vb) dengan menggunakan planimeter. 6. Tentukan ketebalan bersih, dilakukan sebagai berkut: a. Tentukan Sw rata-rata b. Tentukan porositas () rata-rata. c. Tentukan harga Qekonomik limit dan nilai K (diasumsikan). Dengan persamaan :
Q 0,00708 K h Pe Pwf ln re rw
d. Subtitusikan nilai K untuk mendapatkan harga cut off. e. Plot harga *corr dan Sw (hasil interpretasi), Subtitusikan nilai cut off yang didapat dan memotong kurva sehingga diperoleh harga Sw cut off. f. Buat chart *corr vs depth yang dianalisa dan Sw vs depth yang dianalisa. g. Plot harga cut off pada chart, *corr vs depth dan Plot Swcut off pada chart, Sw vs depth. h. Tarik harga masing-masing nilai cut off ke bawah sehingga memotong kurva *corr vs depth dan Sw vs depth. i. Tentukan zona yang mempunyai harga *corr yang lebih besar dari cut off dan Tentukan zona yang mempunyai Sw lebih kecil dari Sw cut off.
109
j. Matchingkan kedua zona tersebut untuk mendapatkan ketebalan bersih (dimana sebagai pengontrolnya adalah Sw) karena yang mengisi pori ditunjukkan oleh harga Sw-nya, tebal tipisnya bervariasi tergantung dari harga cut off. k. Tentukan SwAveg dan Aveg dari ketebalan bersih. 7. Tentukan nilai N, dengan persamaan: 6,28 Vb 1 Sw N Boi 8. Tentukan banyaknya minyak yang terproduksi dengan persamaan: 0,00708 K h Pe Pwf Q ln re rw
Tabulasi Buat tabulasi Average Weighted ( dan Sw) No Depth (ft) Sw * corr
K (mD)
Buat grafik Porositas vs Permeabilitas Buat grafik Porositas vs Saturasi Buat grafik match Saturasi vs Porositas
110
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. Amyx J. W. et.al, Petroleum Reservoir Engineering Physical Properties ,.1960 Crafd B.C and Howkins M.F, Applied Petroleum Reservoir Engineering , 1960. Hariyadi, Ir., Kristanto dedy,Msc., Penilaian Formasi, Diktat Kuliah, Jurusan Teknik Perminyakan, UPN VETERAN Yogyakarta, Yogyakarta 1999. Haryoko, R. Dasar Interpretasi Log (Suatu Pedoman Praktis) Log Analysis, Production Geologist Pertamina, 1983. Ir., Setyowiyoto Jarot,Msc., Analisis Data Logging Evaluasi Formasi, Yogyakarta 2002. ____________, Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi , Laboratorium Penilaian Formasi, jurusan Teknik Perminyakan, UPN Veteran , Yogyakarta, 2005.
4. 5. 6.
111
LAMPIRAN
Menentukan Harga Resistivity Air Formasi (RW) 1. Metode SP, lapisan bersih (clean formation), Lapisan yang bersangkutan mempunyai defleksi SP, Tersedia rekaman resistivity jangkauan dalam dan jangkauan dangkal 2. Metode Rt, lapisan bersih, Lapisan mempunyai zone air, Tersedia rekaman resistivity jangkauan dalam dan dangkal 3. Metode Resistivity Porosity Cross Plot 4. Metode Rxo terhadap Rt Cross Plot Langkah kerja Metode SP 1. Siapkan data pendukung : Diameter lubang bor (dh), Gradien temperatur (G), Resistivity lumpur (Rm) Bila tersedia gunakan juga : Resistivity filtrat lumpur (Rmf), Resistivity kerak lumpur (Rmc), Kerapatan jenis lumpur ( m) 2. Tentukan temperatur lapisan (TR) menggunakan Gambar GEN-6 dan hitung harga Rm pada temperatur tersebut dengan rumus :
Rm @ TR
Rm @ Ta
Ta TR
GEN 6
112
3. 4. 5. 6.
Tentukan tebal lapisan (h) dari SP log dengan mengukur jarak antara titik belok (inflection point) awal deflekesi dan titik belok akhir defleksi. Tentukan garis shale (shale base line), garis ini merupakan harga rata-rata SP lapisan lapisan shale. Garis tersebut merupakan garis referensi SP = 0 Tentukan harga SP lapisan dengan membaca harga skala log dimulai dari shale base sampai garis rata-rata defleksi SP-nya (-mv) Hitung harga Rmf, Rmfeq, Rmc pada temperatur formasi sebagai berikut : Gunakan Gambar GEN-9 untuk mendapatkan harga Rmf @ TR a. Jika harga Rmf @ Ta > 0.1 ohm-m hitung harga Rmfeq dengan hubungan berikut : Rmfeq = 0.85 Rmf b. Jika harga Rmf @ Ta < 0.1 ohm-m, gunakan Gambar SP-2 untuk mendapatkan harga Rmfeq :
Rmc @ TR
Rmc @ Ta
Ta TR
GEN 9
113
7.
Apabila tidak ada pengukuran langsung, hitung harga Rmf dan Rmc dari persamaan berikut :
Rmf
Rmc
K m Rm
1.07
2.65
0.69 Rmf
Rm Rmf
Km tergantung densitas kerapatan jenis (density) lumpur seperti terlihat pada Tabel GEN-7. Baca Rmf dari Gambar SP-2 GEN 7
SP 2 8. 9. Baca dari log resistivity harga Rxo, Ri, di, Rs, dan Rt (lihat pembacaan Rxo, pembacaan Ri dan Rt) Hitung harga
114
10. Dari harga SP langkah 5 dan data yang diperoleh dari langkah 8 dan 9 gunakan Gambar SP-3 atau SP-4 untuk menentukan harga SP. ESSPcor = ESP x
E SP
1 / E SPcor
SP 3
SP 4
115
11. Tentukan harga Rweq dengan menggunakan Gambar SP-1 Masukkan harga SP pada sumbu datar, tarik garis tegak lurus sehingga memotong kurva dengan temperatur lapisan yang sesuai. Dari titik potong ini tarik garis mendatar sampai memotong sumbu tegak untuk menentukan harga Rmfeq / Rweq. Dari harga Rmfeq/Rweq tersebut tarik garis lurus melalui harga Rmfeq sehingga diperoleh Rweq
SP 1 12. Dengan harga Rweq hasil langkah 10, gunakan gambar SP-2 untuk menentukan harga RW.
116
Metode Rt 1. Siapkan data pendukung Gradien temperatur (G) Resistivity lumpur bor (Rm) Kerapatan jenis lumpur bor ( m) Bila tersedia gunakan juga : Resistivity filtrat lumpur (Rmf) Resistivity kerak lumpur (Rmc) 2. Tentukan temperatur lapisan (TR) menggunakan Gambar GEN-6, kemudian hitung harga Rm pada temperatur tersebut dengan rumus:
R m @ TR
3.
Rm @ Ta
Ta TR
Hitung harga Rmf, Rmfeq, Rmc pada temperatur formasi sebagai berikut : Gunakan Gambar GEN-9 untuk mendapatkan harga Rmf @ TR a. Jika harga Rmf @ Ta > 0.1 ohm-m Hitung harga Rmfeq dengan hubungan berikut : Rmfeq = 0.85 Rmf b. Jika harga Rmf @ Ta > 0.1 ohm-m, gunakan Gambar SP-2 untuk mendapatkan harga Rmfeq :
Rmc @ TR
Rmc @ Ta
1.07
Ta TR
4. Apabila tidak ada pengukuran langsung, hitung harga Rmf dan Rmc dari persamaan berikut
Rmf
Rmc
K m Rm
0.69 Rmf
Rm Rmf
2.65
Rmf = 0.75 Rm Rmc = 1.5 Rm Km tergantung kerapatan jenis lumpur seperti terlihat pada Tabel GEN-7. 5. Tentukan harga ROS, biasanya ROS diambil antara 10-20% atau sesuai pengalaman lapangan. 6. Pada lapisan yang mengandung 100% air tentukan harga Ro dan Rxo dari rekaman resistivity log (lihat untuk menentukan harga Rxo) Ro adalah Rt lapisan yang mengandung 100 % air. 7. Hitung RW berdasarkan rumus :
RW
117
Penentuan Rt
Pembacaan Langsung Dilakukan dengan pembacaan langsung pada rekaman log normal atau lateral. Untuk normal 16 inci, hasil pembacaan perlu dikoreksi lagi terhadap pengaruh lubang bor menggunakan kurva khusus. Metode Grafis Dilakukan terhadap kombinasi log resistivity jangkauan dalam, sedang dan dangkal, untuk mengoreksi pengaruh keadaan lubang bor, tebal lapisan dan invasi filtrat lumpur. Macam kombinasi yang dipakai dewasa ini antara lain: Dual Induction - Laterolog 8 Dual Induction - SFL Dual Induction - Laterolog 8 - Rxo Dual Induction - SFL - Rxo Dual Laterolog - Rxo Dual Induction - Rxo Petunjuk kerja ini menerangkan penentuan harga Rt untuk kombinasi Induction Log (RID, RIM) dan laterolog 8 (RLL8). Cara yang sama dapat diterapkan untuk kombinasi lain dengan menggunakan kurva yang sesuai. Langkah Kerja Pembacaan Langsung 1. Persiapkan data diameter lubang sumur (dh), ketebalan lapisan (h), resistivity lumpur (Rm), resistivity lapisan sekitarnya (Rs). Koreksi harga Rm terhadap temperatur lapisan (lihat pembacaan Rm). 2. Pilih pada tabel petunjuk cara pembacaan Rt yang sesuai bagi data dari langkah 1. 3. Khusus untuk normal 16, gunakan Gambar Rcor-8 : masukkan data tegak, pilih diameter lubang sumur sesuai data dan dapatkan harga Harga Rt = R16 corr
R16 corr Rm
118
Rcor 8 Metode Grafis 1. Persiapkan data diameter lubang sumur (dh), stand off, resistivity lumpur (Rm), resistivity lapisan sekitarnya (Rs). Koreksi harga Rm terhadap temperatur lapisan Koreksi pengaruh lubang bor : a. Untuk Laterolog 8: Grafik Rcor-1. Masukkan data
R LL8 pada sumbu mendatar dan pilih diameter lubang sumur serta Rm
RLL8 corr =
x RLL8
b. Untuk Induction log : grafik Gambar Rcor - 4a : Masukkan data diameter lubang sumur pada sumbu mendatar, pilih stand off sesui data dan dapatkan barehole geometrical factor. Tarik garis lurus dari titik borehole geometrical factor melalui harga resistivity factor (Rm) untuk mendapatkan Hole Signal (dalam satuan Conductivity). Konversikan harga resistivity (RIM) hasil pembacaan menjadi Conductivity
C IM
119
Signal, diperoleh Conductivity terkoreksi (C), yang dapat dikonversikan menjadi Resistivity terkoreksi R IM Corr mengkoreksi RID.
Rcor 1
120
Rcor 4a 2. Lakukan koreksi terhadap ketebalan lapisan atas harga RIM dan RID hasil langkah 2b menggunakan Gambar Rcor-6 : Pilih kurva untuk Rs yang sesuai. Tarik garis tegak lurus dari data ketebalan lapisan pada sumbu mendatar, sehingga berpotongan dengan kurva Ra*) yang sesuai. Baca harga RIM terkoreksi pada sumbu tegak. *) Ra = RIM atau RID pada langkah 2b. Cara yang sama dapat dilakukan untuk mengkoreksi RID hasil 2b menggunakan Gambar Rcor-5.
121
Rcor 6
122
Rcor 5 3. Koreksi pengaruh invasi menggunakan Gambar Rint-2. Dari hasil langkah sebelumnya, hitung
RIM RID
serta
Rt Rxo , Rt RID
123
Hitung Rt
Rt RID
RID Disamping itu diperoleh harga Rxo : Rxo Rxo RID RID
Gambar Chart Rint 2 Daftar Simbol Rxo Rt dh h Rm Rs R16 R16 Corr RLL8 RLL8 corr RIM CIM RIM corr RID
= Resisitivity Flushed Zone (ohm-m) = Resisitivity lapisan sebenarnya (ohm-m) = diameter lubang bor (kaki) = tebal lapisan (kaki) = Resisitivity lumpur (ohm-m) = Resisitivity batuan sekitar (ohm-m) = Resisitivity Induction Log 16 Inci (ohm-m) = Resisitivity Induction Log 16 Inci terkoreksi (ohm-m) = Resistivity Laterolog-8 (ohm-m) = Resistivity Laterolog-8 terkoreksi (ohm-m) = Induction Resistivity, medium investigation (ohm-m) = Induction Conductivity, medium investigation (mhos) = Induction Resistivity, medium investigation terkoreksi (ohm-m) = Induction Resistivity, deep investigation (ohm-m)
124
Penentuan Rxo Menentukan Harga Resistivity Batuan Di Dalam Flushed Zone Menggunakan alat jangkauan pengamatan pendek : - Microlog - Proximity log - Microlaterolog - Micro Spherically Focused log Menggunakan kombinasi alat : - Dual induction - Laterolog 8 - Dual induction (DIL) Spherically Focused Log Persyaratan 1. Microlog dan proximity log hanya digunakan dalam lubang bor dengan lumpur dasar air tawar (fresh water base mud) atau Rmf > 2 Rw dan resistivity batuan tidak lebih dari 200 ohm-m (Rt < 200 Ohm-m). 2. Microlaterolog dan Micro Spherically Focused Log hanya digunakan dalam lubang bor dengan lumpur dasar air asin (salt water based mud) atau Rmf < 2 Rw dan resisitivity batuan (Rt) lebih besar dari 200 ohm-m. 3. Petunjuk kerja ini menggunakan alat dan chart interpretasi Schlumberger. Untuk alat dari perusahaan lain chart interpretasi yang digunakan harus disesuaikan. Langkah Kerja Siapkan data pendukung - diameter lubang bor (dh) - resistivity kerak lumpur (Rmc @ Ta) - gradien temperatur (G) - ketebalan kerak lumpur, kalau ada (hmc) Penentuan Rxo Dari Microlog 1. Baca kedalaman lapisan dan tentukan temperatur formasi serta hitung resistivity kerak lumpur Rmc pada temperatur tersebut dengan rumus :
Rmc @ TR
2.
Rmc @ Ta
Ta TR
Untuk lapisan bersangkutan baca harga rata-rata resistivity rekaman microlog 1 ( R1 1 ) dan harga rata-rata resistivity rekaman microlog 2 (R2).
R1 1 Rmc
dan
R2 Rmc
R1 1 Rmc
korelasi berikut :
125
R1
Rmc
ketebalan kerak lumpur (hmc). Dengan menggunakan harga Rmc yang diketahui, hitung harga Rxo. 6. Apabila ketebalan kerak lumpur (hmc) yang diperoleh dari Gambar Rxo-1 tersebut berbeda dari hmc yang diperoleh dari log kaliper atau pengukuran langsung maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Dari harga
R xo tarik garis dengan sudut kemiringan 45 hingga memotong kurva Rmc R xo R yang benar serta 2 . Hitung harga Rxo dari rumus berikut, Rmc Rmc
Rxo
R2
Penentuan Rxo Dari Proximity Log 1. Siapkan data pendukung. Harga ketebalan kerak lumpur hmc harus diketahui. 2. Hitung Rmc pada temperatur lapisan Rmc @ TR
Rmc @ Ta
Ta TR
3. Untuk lapisan bersangkutan baca harga rata- rata proximity Log (Rp) 4. Hitung harga Rp/Rmc 5. Dengan menggunakan gambar Rxo-2 masukkan harga Rp/Rmc pada sumbu mendatar dan tarik garis tegak lurus hingga memotong kurva dengan ketebalan kerak lumpur (hmc) Baca harga Rp corr/Rp pada sumbu tegak. Hitung harga Rxo dengan rumus berikut:
Rxo
R p corr Rt
Rp
Penentuan Rxo Dari Microlaterolog 1. Siapkan data pendukung 2. Hitung Rmc pada temperatur lapisan
126
Rmc @ TR
Rmc @ Ta
Ta TR
3. Untuk lapisan bersangkutan baca harga resistivity microlaterolog (RMLL) 4. Hitung harga RMLL/Rmc 5. Dengan menggunakan gambar Rxo-2, masukkan harga RMLL/Rmc pada sumbu mendatar dan tarik garis tegak lurus hingga memotong kurva untuk ketebalan kerak lumpur ( hmc). Baca harga RMLLcorr/Rp. Hitung harga Rxo dengan rumus berikut:
Rxo
RMLL
Penentuan Rxo Dari Microspherically Focused Log (MSFL) 1. Siapkan data pendukung 2. Hitung Rmc pada temperatur lapisan Rmc @ TR
Rmc @ Ta
Ta TR
3. Untuk lapisan bersangkutan baca harga rata-rata resistivity MSFL (RMSFL) 4. Hitung harga RMSFL/Rmc 5. Masukkan harga RMSFL/Rmc pada Gambar Rxo-3, (untuk standar MSFL) baca RMSF corr/RMSFL. Hitung Rxo dengan rumus berikut:
Rxo
RMSFL
Bila digunakan Slimhole MSFL gunakan Gambar Rxo-3 (Slim MSFL) untuk mendapatkan RMSFLcorr/RMSFL Daftar Simbol hmc = tebal kerak lumpur, in Rm = resistivity lumpur bor, ohm-m RMLL = resistivity Mikro Laterolog RMLLcorr = resistivity batuan pembacaan Mikro Laterolog, ohm-m RMSFLcorr = resistivity batuan pembacaan Mikro Spherically Focused Log (MSFL) yang dikoreksi, ohm-m R1x1 = resistivity batuan pembacaan micro inverse, ohm-m R2 = resistivity batuan pembacaan micro normal, ohm-m Rp = resistivity batuan pembacaan Proximity Log, ohm-m Rp corr = resistivity batuan pembacaan Proximity Log yang dikoreksi, ohm-m Rmc = resistivity kerak lumpur, ohm-m Rt = resistivity batuan didaerah yang tidak terganggu, ohm-m Rxo = resistivity batuan di flushed zone, ohm-m Ta = temperatur pemukaan, F TR = temperatur formasi, F
127
Gambar Rxo-1
128
Gambar Rxo-2
Gambar Rxo-3
129
Lithology Symbol
130
131
132
133
134
135
136
137
138