You are on page 1of 4

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Dispepsia Menurut Almatsier tahun2004, dispepsia merupakan istilah yang menunjukan rasa nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian perut atas. Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti pencernaan yang jelek. Dispepsia adalah istilah yang digunakan secara bervariasi oleh kesehatan profesional untuk menggambarkan kelompok gejala perut bagian atas. Pasien jarang menggunakan istilah dispepsia yang sebenarnya untuk menggambarkan gejala yang mereka rasakan, melainkan menggunakan deskriptor seperti ketidaknyamanan, nyeri, kembung, perut merasa penuh, heartburn, atau gangguan pencernaan. Dispepsia bukanlah satu gejala tetapi konstelasi gejala yang berbeda di setiap pasian, yang muncul dari kondisi yang berbeda. Istilah umumnya mengacu pada rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas yang mungkin juga meliputi kembung, cepat kenyang, rasa penuh setelah makan, mual, anoreksia, nyeri ulu hati, regurgitasi, dan bersendawa. Menurut Kriteria Roma II, dispepsia merupakan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas. Karakteristik ketidaknyamanan dapat berhubungan dengan rasa penuh pada perut bagian atas, cepat kenyang, kembung, atau mual. Pasien dengan dispepsia mungkin memiliki heartburn yang didefinisikan sebagai sensasi terbakar retrostrernal sebagai bagian dari konstelasi gejala. Dispepsia (gangguan pencernaan) digambarkan sebagai penyakit fungsional ( disebut juga dispepsia fungsional). Definisi dispepsia sampai saat ini disepakati oleh para pakar dibidang gastroenterologi adalah kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan di daerah abdomen bagian atas yang disertai dengan keluhan lain yaitu perasaan panas di dada dan perut, regurgitas, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah dan banyak mengeluarkan gas asam dari mulut. Sindroma dispepsia ini biasanya diderita selama beberapa minggu atau bulan yang sifatnya hilang timbul atau terus-menerus. Pengertian dispepsia terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Dispepsia Organik Dispepsia organik adalah dispepsia yang telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak pada usia lebih dari 40 tahun. Sindrome dispepsia organik terdapat kelaianan terhadap oragan tubuh misalnya Ulkus Gaster, Ulkus Peptik, dan lain-lain.

2) Dispepsia Fungsional Dispepsia fungsional dapat dijelaskan sebagai keluhan dispepsia ynag telah berlangsung dalam beberapa minggu tanpa didapatkan kelainan atau gangguan orgabik/metabolik berdasarkan pemeriksaan klinik, laboratorium, radiologi, dan endoskopi. Beberapa hal yang dianggap menyebabkan dispepsia fungsional antara lain sekresi asam lambung dan psikologis. 2.2 Etiologi Dispepsia

Penyebab dispepsia dapat diklasifikasikan menjadi dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Penyebab dispepsia organik antara lain esofagitis, ulkus peptikum, striktura esophagus jinak, keganasan saluran cerna bagian atas, iskemia usus kronik, dan penyakit pankreatobilier. Sedangkan dispepsia fungsional mengeksklusi semua penyebab organik. Etiologi dari dispepsia dapat dilihat pada tabel 1 dan dispepsia fungsional dapat dilihat pada tabel 2. Esofagus-gastro-duodenal Obat-obatan Hepatobilier Pankreas Penyakit sistemik lain Gangguan fungsional Tukak peptik, gastritis kronik, gastritis NSAID, keganasan Antiinflamasi non steroid, teofilin, digitalis, antibiotik Hepatitis, Kolestitis, Kolelitiasis, keganasan, disfungsi sfingter Oddi Pankreatitis, keganasan Diabetes mellitus, penyakit tiroid, gagal ginjal, kehamilan, penyakit jantung koroner Dispepsia fungsional, irritable bowel syndrome Tabel 1

2.3 Patofisiologi Dispepsia Patofisiologi dispepsia terutama dispepsia fungsional dapat terjadi karena bermacammacam penyebab dan mekanismenya. Penyebab dan mekanismenya dapat terjadi sendiri atau kombinasinya. Pembagian dispepsia Berdasarkan gejalanya, seperti tercantum diatas, adalah untuk panduan manajemen awal terutama untuk dispepsia yang tidak terinvestigasi. Patofisiologinya yang dapat dibahas disini adalah : 1. Sekresi asam lambung dan keasaman duodenum
Hanya sedikit pasien dispepsia fungsional yang mempunyai hipersekresi asam lambung dari ringan sampai sedang. Beberapa pasien menunjukan gangguna bersihan asam dari duodenum dan meningkatnya sensitivitas asma. Pasien yang lain menunjukan buruknya relaksasi fundus terhadap makanan. Tetapi paparan asama yang banyak di duodenum tidak langsung berhubungan dengan gejala pada pasien dengan dispepsia fungsional. Infeksi Helicobacter pylori Prevalensi dan tingkat keparahan gejala dispepsia sert hubungannya dengan patofisiologi gastrik mungkin diperankan oleh Helicobacter pylori. Walaupun penelitian epidemiologis menyimpulkan bahwa belum ada alasan yang meyakinkan terdapat hubungan antara infeksi helicobacter pylori dan dispepsia fungsional. Tidak seperti pada ulkus peptikum, dimana Helicobacter pylori merupakan penyebab utamanya. Perlambatan pengosongan lambung 25-40 % dispepsia fungsional mempunyai perlambatan waktu pengosongan lambung yang signifikan. Walaupunbeberapa penelitian kecil gagal untuk menunjukan hubungan antara perlambatan waktu pengosongan lambung dengan gejala dispepsia. Sebaliknya penelitian yang besar menunjukan adanya perlambatan waktu pengosongan lambung dengan persaan perut penuh setelah makan, mual dan muntah. Gangguan akomodasi lambung Gangguan lambung proksimal untuk relaksasi saat makanan memasuki lambung ditemukan sebanyak 40% pada pasien fungsional dispepsia yang akan menjadi transfer prematur makanan menuju lambung distal. Gangguan dari akomodasi dan maldistribusi tersebut berkorelasi dengan cepat kenyang dan penurunan berat badan. Gangguan fase kontraktilitas saluran cerna Gangguan fase kontraksi lambung proksimal terjadi setelah makan dan dirasakan oleh pasien sebagai dispepsia fungsional. Hubungannya memang belum jelas tetapi mungkin berkontribusi trehadap gejala sekelompok kecil pasien. Hipersensitivitas lambung Hiperlgesia terhadap distensi lambung berkorelasi dengan nyeri abdomen post prandial, bersendawa, dan penurunan berat badan. Walaupun disfungsin level neurologis yang terlibat dalam hipersensitivitas lambung masih belum jelas. Disritmia mioelektrikal dan dismotilitas antro-duodenal Penelitian tentang manometrikn menunjukan bahwa hipermotilitas antrum terdapat pada sebagian besar pasien dispepsia fungsional tetapi hubungannya tidak terlalu kuat dengan gejala spesifiknya. Aktivitas abnornal dari mioelektrikal lambung sangat umum ditemukan pada pasien tersebut, meskipun berkorelasi dengan pelambatan pengosongan lambung tetapi tidak berkorelasi dengan gejala dispepsianya.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8. Intoleransi lipid intra duodenal


Kebanyakan pasien dispepsia fungsional mengeluhkan intoleransi terhadap makanan berlemak, dan dapat didemonstrasikan hi[ersensitivitasnya terhadap distensi lambung yang diinduksi oleh infus sel lemak ke dalam duodenum. Gejalanya pada umumnya adalah mual dan perut kembung. 9. Aksis otak saluran cerna Komponen afferen dari sistem saraf pusat otonomik mengirimkan informasi dari reseptor sistem saraf saluran cerna ke otak via jalur vagus dan spinal. Di sdalam otak, informasi yang masuk diproses dan dimodifikasi oleh fungsi afektif dan kognitif. Kemudian otak mengembalikan informasi tersebut via jalur parasimpatik dan simpatik yang akan memodulasi fungsi akomodasi, sekresi, motilitas, dan imunologis. 10. Faktor psikososial a. Korelasi dengan stress b. Korelasi dengan hidup c. Korelasi dengan kelainan psikiatri dan tipe kepribadian d. Korelasi dengan kebiasaan mencari pertolongan kesehatan 11. Dispepsia fungsional pasca infeksi Hampir 25% pasien dispepsia fungsional melaporkan gejala akut yang mengikuti infeksi gastrointestinal.

You might also like