You are on page 1of 2

LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK

Leuikimia limfositik kronik atau chronic lymphocytic leukimia (CLL) terdiri dari beberapa jenis kelainan yang ditandai oleh ploriferasi mature looking lymphocytes, baik sel B maupun sel T. EPIDEMIOLOGI Dari segi epidemiologi pada CLL dijumpai fakta sebagai berikut: 1. CLL jarang dijumpai di Indonesia atau timur jauh; 2. di Barat merupakan leukimia kronik yang paling sering (30%) 3. terutama mengenai umur tua (lebih dari 50 tahun). GEJALA CLL memberikan gejala klinik sebagai berikut: 1. gejala sering perlahan lahan dan 20% asimtomatik; 2. gejala yang paling menonjol adalah pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati) superfisial yang sifatnya simetris dan volumenya bisa cukup besar. Kelenjar bersifat tidak melekat kompak (discrete) dan tidak nyeri. 3. Anemia sering dijumpai; 4. Splenomegali pada 50% kasus tetapi tidak masif; 5. Hepatomegali lebih jarang; 6. Sering disertai herpes zoste dan pruritus. PATOMEKANISME Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan keduanya mulai membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang normal. Hal ini bisa menyebabkan: - penghancuran sel darah merah dan trombosit - peradangan pembuluh darah - peradangan sendi (artritis rematoid) - peradangan kelenjar tiroid (tiroiditis).

DIAGNOSIS Diagnosis CLL menurut International Workshop on CLL adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Limfositosis >5x109 /L selama 4 minggu atau lebih; Sel dengan kappa atau lamda light chain; Low density cell surface antigen dan CD5 antigen positif; limfosit matang yang disertai tidak lebih dari 50% sel atipik atau imatur. Sumsum tulang dengan > 30% limfosit.

TERAPI Terapi untuk CLL jarang dapat mencapai kesembuhan karena tujuan terpai bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Kemoterapi yang diberikan terlalu awal dapat memperpendek bukan memperpanjang survival. Obat yang umum dipakai adalah chlorambucil dengan dosis 4 6 mg/haribatau 6mg/m2, biasanya diberikan selama 2 4 bulan. Obat lain adalah fludarabine yang tergolong sebagai purine analogue. Dapat diberikan secara intravena maupun secara oral, dan merupakan obat pilihan pertama pada kasus yang resisten pada chlorambucil. Skema terapi untuk CLL adalah: 1. Low risk: Chlorambucil 0,7 mg/kg, 4 hari setiap 3-4 minggu. 2. Intermediate risk: Sama dengan nomor 1. 3. High risk : sama dengan nomor 1 ditambah prednison 40 60/ hari untuk 7 hari setiap 3-4 minggu. PROGNOSIS
Sebagian besar LLK berkembang secara perlahan. Prognosisnya ditentukan oleh stadium penyakit. Penentuan stadium berdasarkan kepada beberapa faktor, seperti: - jumlah limfosit di dalam darah dan sumsum tulang - ukuran hati dan limpa - ada atau tidak adanya anemia - jumlah trombosit. Penderita leukemia sel B seringkali bertahan sampai 10-20 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis dan biasanya pada stadium awal tidak memerlukan pengobatan. Penderita yang sangat anemis dan memiliki trombosit kurang dari 100.000/mikroL darah, akan meninggal dalam beberapa tahun. Biasanya kematian terjadi karena sumsum tulang tidak bisa lagi menghasilkan sel normal dalam jumlah yang cukup untuk mengangkut oksigen, melawan infeksi dan mencegah perdarahan. Prognosis leukemia sel T adalah lebih buruk.

You might also like