You are on page 1of 16

JOURNAL READING

BESIFLOXACIN SUSPENSI TETES MATA 0,6% UNTUK PENGOBATAN PASIEN KONJUNTIVITIS BAKTERI DENGAN INFEKSI PSEUDOMONAS AERUGINOSA

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD TUGUREJO Semarang

Pembimbing : Dr. Sofia Y, Sp.M

Disusun oleh : SEKAR PINASTI H2A008040

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013

Besifloxacin suspensi tetes mata 0,6% untuk pengobatan pasien konjungtivitis bakteri dengan infeksi Pseudomonas aeruginosa
Bruce E Silverstein1 Timothy W Morris2 Lynne S Gearinger2 Heleen H DeCory2 Timothy L Comstock2

Latar Belakang: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan keberhasilan besifloxacin suspensi tetes mata 0,6% bila digunakan untuk pengobatan infeksi konjungtivitis bakteri karena Pseudomonas aeruginosa. Metode: Kami melakukan sebuah analisis post-hoc dari hasil klinis pasien dengan konjungtivitis bakteri karena P. aeruginosa di empat studi klinis prospektif, multicenter, double-mask, acak, terkontrol terhadap besifloxacin suspensi tetes mata 0,6%. Hasil efektivitas termasuk eradikasi bakteri dan resolusi klinis pada infeksi awal saat kunjungan kontrol. Eradikasi bakteri didefinisikan sebagai tidak adanya jenis bakteri mata yang muncul atau diatas ambang batas pada awal, sementara resolusi klinis didefinisikan sebagai kelas 0 sekret mata dan injeksi konjungtiva bulbar. Hasil keselamatan termasuk kejadian efek samping, perubahan pada tajam penglihatan, dan biomikroskopi serta temuan pemeriksaan oftalmoskopi. hasil pasien dirangkum dan eradikasi bakteri maupun tingkat resolusi klinis diintegrasi. Hasil: Dari 1.317 pasien dengan kultur konjungtivitis bakteri melalui empat studi klinis, sembilan (0,7%) terinfeksi dengan P. aeruginosa pada saat awal, dan dari jumlah ini, lima diacak untuk pengobatan dengan besifloxacin suspensi tetes mata 0,6%. Eradikasi bakteri dari infeksi awal diamati pada kontrol kunjungan kedua di semua pasien (5). Resolusi klinis dicapai pada 2 dari 5 pasien saat kontrol kunjungan pertama dan 4 dari 5 pasien pada kontrol kunjungan kedua. Tidak ada efek samping yang dilaporkan pada pasien ini. Tidak ada temuan biomikroskopi yang secara klinis bermakna atau perubahan dalam pemeriksaan oftalmoskopi atau ketajaman penglihatan. Kesimpulan: Insiden konjungtivitis bakteri karena P. aeruginosa rendah. Pengobatan pasien dengan infeksi P. aeruginosa terhadap besifloxacin suspensi tetes mata 0,6% menyebabkan eradikasi bakteri P. aeruginosa dan tingginya tingkat resolusi klinis pada saat kontrol kunjungan pertama. Kata kunci: konjungtivitis bakteri, besifloxacin suspensi tetes mata, besifloxacin, konjungtivitis, Pseudomonas aeruginosa.

Pendahuluan Konjungtivitis bakteri adalah infeksi mata yang umum ditandai dengan hiperemia dari yang ringan sampai sedang disertai sekret konjungtiva yang purulen.1-4 Gejala yang sering meliputi rasa silau, iritasi mata (sensasi tubuh yang asing), dan matting eyelid, terutama di pagi hari.1,3,4 Konjungtivitis bakteri biasanya self limited dan dapat diatasi secara spontan tanpa pengobatan spesifik pada individu dengan kekebalan yang kompeten.5 Penggunaan terapi antibakteri topikal mempercepat mengurangi tanda klinis dan mikrobiologis6 yang dapat menjadikan gangguan dalam pekerjaan dan kerugian waktu sekolah, rendahnya risiko penularan penyakit, dan meminimalkan terhadap potensi komplikasi yang mengancam penglihatan. Pemilihan antibiotik biasanya dibuat secara empiris. Konjungtivitis bakteri ini paling sering disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, dan Staphylococcus aureus. Namun, Staphylococcus epidermidis, Enterococcus spp, Moraxella spp, Streptococcus kelompok viridans, Escherichia coli, Serratia marcescens, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas aeruginosa juga telah diidentifikasi sebagai penyebab, meskipun lebih jarang.1,7-9 Dari infeksi yang disebabkan oleh patogen yang kurang lazim, konjungtivitis bakteri karena P. aeruginosa dapat beresiko mengenai para praktisi kesehatan mata karena ini mungkin

berat dan karena P. aeruginosa merupakan faktor risiko untuk keratitis, khususnya untuk pasien yang memakai lensa kontak.10-14 Antara Cavuoto dkk dan Adebayo dkk melaporkan P. aeruginosa sebagai agen etiologi pada sekitar 5% kasus konjungtivitis bakteri pada masing-masing penelitian.8,9 Di antara infeksi keratitis bakteri, hingga sepertiga dari kasus telah dikaitkan dengan P. aeruginosa.15 Patogenesis P. aeruginosa dihubungkan dengan gen besar, yang mampu menghasilkan berbagai racun dan protease yang dapat membantu memulai dan mempertahankan permukaan mata yang infeksi, termasuk exoenzymes S dan U, elastase, alkaline protease, dan protease IV. 12,14,16 Selain pembentukan biofilm dan quorum sensing, strain tertentu dari P. aeruginosa, dikenal sebagai strain invasif, mensekresi exoenzyme S, memungkinkan mereka untuk menyerang sel-sel epitel dan mereplikasi dalam diri mereka, sedangkan strain yang lain, yang dikenal sebagai strain sitotoksik, mensekresikan exoenzyme U, langsung membunuh sel-sel epitel tanpa terlebih dahulu menyerang.12,14,17 Pada keratitis, Hasil akhir dari faktor-faktor virulensi bahwa P. aeruginosa mampu

menembus lapisan epitel, menyeberangi lamina basal, dan mendapatkan akses ke stroma kornea di mana ia menghasilkan kerusakan dan respon inflamasi yang lebih parah. Memang, tampaknya menjadi host respon inflamasi terhadap patogen, baik bawaan dan adaptif, yang mengakibatkan kerusakan pada kornea yang mengarah ke hilangnya ketajaman visual pada keratitis.12,14,18 Besifloxacin suspensi tetes mata 0,6% (Besivance, Bausch dan Lomb Inc) adalah chlorofluoroquinolone topikal diformulasikan dengan DuraSite (InSite Visi, Alameda, CA), sebuah mukoadhesif polycarbophil polimer yang dirancang untuk memperpanjang waktu tinggal obat
19-22

pada permukaan mata dan meningkatkan

bioavailabilitas.

Hal ini telah disetujui untuk pengobatan konjungtivitis bakteri di AS, Kanada, dan Latin dan negara-negara Asia .23,24 Besifloxacin

beberapa negara di Amerika

suspensi tetes mata terbukti aman dan efektif dalam pengobatan konjungtivitis bakteri pada penelitian klinis multicenter, acak, double-masked, terkontrol yang diberikan tiga kali sehari selama 5 hari25-27 atau dua kali sehari selama 3 hari.
28,29

Besifloxacin memiliki

spektrum luas dan aktivitas in vitro yang ampuh, termasuk aktivitas terhadap P. aeruginosa. Haas dkk melaporkan MIC90 (Minimum Inhibitory Concentration yang dibutuhkan untuk menghambat 90% dari isolat) untuk besifloxacin dari 4 mg / mL terhadap ciprofloxacin yang rentan isolat P. aeruginosa dikumpulkan dalam

2009 ARMOR (Antibiotic Resistance Monitoring in Ocular Microorganisms) penelitian surveilans (n = 89)30 dan dari mereka diperoleh repositori isolat mata dan pernapasan asal (n = 105).31 MIC90 ini nilainya lebih rendah dibandingkan konsentrasi air mata besifloxacin yang diukur 12 jam setelah topikal dosis tunggal,32 menunjukkan bahwa besifloxacin suspensi tetes mata bisa secara klinis efektif terhadap patogen ini. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan insidensi konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri P. aeruginosa pada penelitian klinis besifloxacin tetes mata suspensi 0,6% hingga saat ini, dan untuk mengkaji baik eradikasi bakteri maupun tingkat resolusi klinis pada pasien dengan infeksi P. Aeruginosa yang diobati dengan besifloxacin suspensi tetes mata 0,6%. Keselamatan hasil pada pasien juga tengah ditinjau kembali.

Bahan dan metode Rancangan penelitian Penelitian post hoc ini menganalisis kasus konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh P. aeruginosa di empat prospektif penelitian klinis, acak, multicenter, double-masked terhadap besifloxacin suspensi tetes mata: dua sarana penelitian terkontrol menggunakan tiga kali sehari selama 5 hari pengobatan (Clinical-Trials.gov identifiers NCT00622908 and NCT00347932), satu pembanding aktif tiga kali sehari selama penelitian dalam 5 hari pengobatan (NCT00348348), dan satu sarana studi terkontrol menggunakan dua kali sehari selama 3 hari pengobatan (NCT00972777). Penelitian aktif pembanding ini memanfaatkan larutan moksifloksasin tetes mata 0,5% sebagai pembanding. Semua protokol percobaan dilakukan sesuai dengan Praktek Klinis yang baik, the International Conference on Harmonization guidelines, the Declaration of Helsinki, dan the Health Insurance Portability serta Accountability guidelines. Hasil studi individu telah diterbitkan sebelumnya.25-27,29 Dua sarana studi yang dikendalikan dari tiga kali sehari pengobatan 25,26 dilakukan di 35 dan 58 lokasi termasuk masing-masing 269 dan 957 pasien di AS. Penelitian pembanding aktif dilakukan di 73 situs AS dan 11 situs Asia termasuk 1161 pasien,27 sedangkan sarana studi terkontrol dengan pengobatan dua kali sehari dilakukan pada 32 lokasi di AS meliputi 474 pasien.29 Kriteria inklusi dan eksklusi pasien saat prosedur penelitian yang rinci telah dijelaskan sebelumnya.25-29 Secara keseluruhan pada empat penelitian, pasien berusia lebih dari sama dengan satu tahun ke atas yang memenuhi syarat untuk partisipasi jika mereka memiliki diagnosis klinis konjungtivitis bakteri yang dibuktikan dengan keparahan kelas 1 atau lebih besar dari kedua sekret mata yang purulen dan injeksi konjungtiva bulbar (masing-masing pada skala empat titik) dalam setidaknya satu mata dan memiliki visual pinhole 20/200 atau lebih pada kedua mata menggunakan pengujian yang sesuai usia. Keparahan sekret mata digradasi sebagai 0 = tidak ada, 1 = ringan, 2 = sedang, dan 3 = parah. Penilaian dari keparahan injeksi konjungtiva bulbar juga dilakukan pada skala 0-3 dan dimanfaatkan validated photographhic standards (Ophthalmic Research Associates, North Andover, MA). Pasien yang memenuhi kriteria kelayakan menyelesaikan tiga kali kunjungan penelitian. Pada kunjungan pertama (hari ke 1 atau awal), pasien menjalani pemeriksaan mata termasuk visual pinhole, biomicroscopy, dan oftalmoskopi pada kedua mata. Sampel untuk kultur mikroba diambil dari konjungtiva cul de sac pada mata yang terkena (s), hindari kontak dengan kelopak mata, dan pasien diacak untuk studi

pengobatan. Pasien diinstruksikan untuk menggunakan satu tetes obat penelitian pada mata yang terkena (s) tiga kali sehari pada interval sekitar 6 jam selama 5 hari
25-27

atau dua kali sehari pada interval sekitar 8 jam selama siang hari untuk total 3 hari.28,29

Pasien kembali ke lokasi penelitian pada atau mendekati akhir pengobatan (kunjungan ke 2) dan 48 jam setelah pengobatan berakhir (kunjungan ke 3) untuk menilai gejala dan tanda-tanda klinis pada mata, pengujian visus, biomicroscopy, oftalmoskopi (hanya pada kunjungan ke 3), dan kultur mata yang terinfeksi (s). Efek samping okular dan non okular dicatat pada setiap kunjungan. Gambar 1 menunjukkan waktu kunjungan penelitian di berbagai cobaan. Pada setiap kunjungan, kultur diambil dari konjungtiva cul de sac dari mata yang terkena (s), sebelum pemakaian setiap obat gunakan larutan saline yang dibasahi kasa steril, dan sampel dianalisis oleh laboratorium pusat untuk menghitung dan mengidentifikasi bakteri patogen (Covance Central Labora-tory Services, Indianapolis, IN). Secara singkat, pengenceran sampel uji berlapis ke media bakteriologis, dan hasil unit pembentuk koloni (cfu) yang hidup dihitung dan dibedakan dengan metode identifikasi biokimia dan / atau metode standar molekul. Pasien dianggap memiliki kultur positif jika jumlah untuk spesies tertentu (dalam cfu / mL) menyamai atau melampaui nilai ambang pada daftar Cagle, sebagaimana telah diubah dengan Leibowitz.33,34 Untuk infeksi yang disebabkan oleh P.aeruginosa, kriteria ambang batas adalah 1 cfu / mL. Untuk semua spesies yang memenuhi ambang batas bakteri, uji kerentanan antibakteri dilakukan untuk besifloxacin dan bahan pembanding mengikuti prosedur yang direkomendasikan Clinical and Laboratory Standards Institute.35-39 Hasil Akhir Secara keseluruhan dari empat penelitian, titik akhir efikasi primer meliputi eradikasi bakteri dari infeksi bakteri dasar dan tanda-tanda resolusi klinis konjungtivitis pada pasien dengan kultur konjungtivitis bakteri pada kunjungan ke 2
25 26,27,29

atau

kunjungan ke 3. Eradikasi bakteri didefinisikan sebagai tidak adanya spesies bakteri mata yang muncul pada atau di atas ambang Cagle pada awal atau kunjungan ke 1. Resolusi klinis didefinisikan sebagai tidak adanya (kelas 0) sekret dan injeksi konjungtiva bulbar dari kedua mata. Untuk setiap pasien yang diacak, satu mata diwakilkan dalam analisis titik akhir efikasi. Ketika konjungtivitis adalah bilateral, mata yang digunakan untuk penelitian adalah mata yang diobati yang memiliki setidaknya satu spesies bakteri pada atau di atas

ambang batas dan keparahan minimal kelas 1 baik untuk sekret konjungtiva dan injeksi konjungtiva bulbar pada awal. Jika kedua mata memiliki setidaknya satu spesies bakteri pada atau di atas ambang batas, mata yang digunakan untuk penelitian adalah satu mata dengan keparahan paling tinggi kombinasi antara sekret konjungtiva dan injeksi konjungtiva bulbar pada awal, jika tingkat keparahan yang sama pada setiap mata, maka mata kanan dianggap mata yang digunakan untuk penelitian.

Figure 1 Timing of study visits in bacterial conjunctivitis trials that included patients with Pseudomonas aeruginosainfections at baseline. Note:Visit 2 occurred on day 5 126,27or day 4 or 5,29 while visit 3 occurred on day 8 or 926,27 or day 7 1.29 Abbreviations:BID, twice daily; TID, three times daily.

Titik akhir keselamatan meliputi tingkat kejadian okular dan bukan okular yang merugikan, perubahan dalam tajam penglihatan dan temuan biomicroscopy pada setiap kontrol kunjungan, serta perubahan dalam temuan oftalmoskopi pada kunjungan ke 3. Semua efek samping dicatat, dilaporkan oleh pasien dan diamati oleh penyidik, dinilai untuk hubungannya dengan obat penelitian, dan dinilai sebagai ringan, sedang, atau berat. Biomicroscopy digunakan untuk mengevaluasi kelopak mata (hiperemia dan

pembengkakan), konjungtiva (chemosis), kornea (pewarnaan / erosi, edema, infiltrasi), ruang anterior (sel dan flare), lensa, dan vitreous (patologi). Secara langsung, oftalmoskopi undilated digunakan untuk mengevaluasi fundus patologi. Hasil Biomicroscopy dan oftalmoskopi dinilai dalam empat titik skala (0 = tidak ada, 1 = ringan, 2 = sedang, dan 3 = parah). Untuk analisis ini, pasien dengan infeksi P. aeruginosa diidentifikasi di empat penelitian klinis, dan dari jumlah ini, kasus pasien dengan infeksi P. aeruginosa pada awal

serta diobati dengan besifloxacin ditinjau. Narasi meringkas dasar karakteristik pasiennya, hasil klinis dan mikrobiologis untuk setiap kasus, dan temuan keamanan yang dihasilkan berdasarkan informasi yang terkandung dalam formulir laporan kasus dan hasil mikrobiologi. Tingkat eradikasi bakteri dan tingkat resolusi klinis lebih lanjut dikumpulkan untuk pasien dengan cara menggabungkan data penelitian individu dari setiap kontrol kunjungan.

Hasil
Sebanyak 2859 pasien dari empat penelitian yang secara acak diobati, dan 1317 pasien kulturnya dikonfirmasikan dengan bakteri patogen (s) di atas kriteria ambang batas. Di antara pasien dengan kultur konjungtivitis bakteri, ada sembilan pasien (0,7%) yang terinfeksi dengan P. aeruginosa pada awal, sedangkan dua tambahan pasien (0,2%) dihadapkan dengan P. aeruginosa pada saat kontrol kunjungan. Satu penelitian tidak memiliki pasien yang terinfeksi dengan P. aeruginosa pada setiap kunjungan. Tabel 1 menyajikan karakteristik pasien dan dasar patogen untuk 11 pasien. Pasien berkisar di usia 2-86 tahun, semuanya tetapi dua pasien adalah perempuan. Tak satu pun dari 11 pasien koinfeksi dengan virus, tetapi sebagian besar (n = 7) terinfeksi dengan bakteri patogen tambahan. MIC90 ini untuk besifloxacin terhadap 11 isolat P. aeruginosa dari tersebut adalah 2 (kisaran 1-4) mg / mL. Ringkasan kasus Lima dari sembilan pasien dengan infeksi P. aeruginosa awal diobati dengan besifloxacin suspensi tetes mata 0,6%. kelima pasien dihadapkan dengan konjungtivitis bilateral pada awal. Dasar dari MICs besifloxacin terhadap isolat P.aeruginosa dari pasien ini berada di kisaran 1-4 mg / mL. Ringkasan kasus pasien berikut ini. Kasus 1 adalah wanita usia 50 tahun, kulit putih non-hispanic dengan riwayat obesitas yang memerlukan operasi bypass lambung dan abdominoplasty, tetapi tidak ada riwayat medis mata yang relevan. Pada awal dia dihadapkan dengan sekret mata ringan dan injeksi konjungtiva bulbar ringan OD serta sekret mata sedang dan injeksi konjungtiva bulbar sedang OS. Temuan biomicroscopy tambahan meliputi pembengkakan kelopak mata ringan dan chemosis dari konjungtiva OU. Tidak terdapat fundus patologi dan visus 20/40 pada kedua mata. Sampel konjungtiva dari mata kanan menghasilkan P. aeruginosa sebesar 5 cfu / mL dan S. marcescens 35 cfu / mL, sementara tidak ada spesies bakteri yang ditemukan pada mata kiri. Pasien dilakukan secara acak terhadap pengobatan bilateral pasien

dengan besifloxacin tetes mata suspensi 0,6% tiga kali sehari selama 5 hari. Pada kunjungan ke 2, tidak mucul sekret pada kedua mata. Injeksi konjungtiva bulbar dinilai ringan pada kedua mata saat kunjungan ke 2 dan tidak ada pada mata (OD) namun tetap ringan pada sesama mata saat kunjungan ke 3. Tidak ada temuan biomicroscopy tambahan di tiap kontrol kunjungan pada kedua mata. Sampel yang diambil dari konjungtiva kunjungan ke 2 dan 3 berhasil memulihkan P. aeruginosa atau S. marcescens dari mata yang diteliti (OD) meskipun Achromobacter xylosoxidans (30 cfu / mL) ditemukan pada kunjungan ke 3. Tidak ada bakteri ditemukan pada mata lain di kedua kunjungan kontrol. Tidak ada efek samping yang dilaporkan pada setiap kunjungan penelitian, dan ketajaman visual tidak berubah dari awal pada setiap kunjungan follow-up. Tidak ada temuan dari fundus patologi pada kunjungan ke 3. Meskipun A. xylosoxidans muncul di mata yang diteliti pada kunjungan ke 3, pasien keluar penelitian tanpa tindak lanjut yang diperlukan. Kasus 2 adalah wanita usia 40 tahun, kulit putih non hispanik dengan riwayat hipertensi, dikelola melalui pengobatan dengan spironolactone, dan riwayat alergi terhadap eritromisin. Obat bersamaan lainnya meliputi etinil estradiol dan levonorgestrel. Dia tidak memiliki riwayat medis mata yang relevan. Sekret pada awal adalah sedang pada kedua mata, sementara injeksi konjungtiva bulbar adalah ringan OD dan sedang OS. Temuan biomicroscopy tambahan pada awal meliputi hiperemia kelopak mata (ringan OD, sedang OS), hiperemia dari limbus (ringan OD, sedang OS), dan limbus ringan serta kemosis konjungtiva OU. Dasar oftalmoskopi biasa saja, ketajaman visual adalah 20/30 OD dan 20/40 OS. Tidak ada hasil pada sampel dasar konjungtiva yang dikumpulkan dari mata kanan, sementara sampel dasar konjungtiva dari mata kiri menghasilkan P.aeruginosa (250 cfu / mL) dan S. marcescens (125 cfu / mL). Pasien telah diacak untuk pengobatan bilateral dengan besifloxacin suspensi tetes mata 0,6% tiga kali sehari selama 5 hari. Pada kunjungan ke 2, sekret mata tidak muncul OD dan ringan pada mata yang diteliti (OS), sementara injeksi konjungtiva bulbar adalah ringan OD dan tidak ada pada mata yang diteliti. Temuan biomicroscopy tambahan pada kunjungan ke 2 meliputi hiperemia limbus dan chemosis, semua dalam tingkat keparahan ringan di mata yang tidak diteliti. Tidak ada bakteri yang ditemukan dari kedua mata pada kunjungan ke 2. Sekret mata dan injeksi konjungtiva bulbar tidak muncul pada kedua mata saat kunjungan ke 3 serta tidak ada temuan biomicroscopy lanjut. Sampel yang diambil pada konjungtiva saat kunjungan ke 3 tidak memulihkan S.marcescens (590 cfu / mL) dari mata yang tidak diteliti (OD) namun berhasil untuk memulihkan bakteri lain dari mata yang diteliti. Tidak ada efek samping

yang dilaporkan pada setiap kunjungan studi. Tidak ada perubahan sejak awal pada mata yang tidak diteliti, sementara ketajaman visual meningkat menjadi 20/30 pada kunjungan ke 2 dan 20/25 pada kunjungan ke 3 di mata yang diteliti. Tidak ada temuan oftalmoskopi pada kunjungan ke 3. Meskipun S. marcescens muncul di mata yang tidak diteliti pada kunjungan ke 3, pasien keluar studi tanpa tindak lanjut yang diperlukan.

Kasus 3 adalah wanita usia 62 tahun, kulit putih non hispanik dengan riwayat hipertensi, rematik, sakit kepala, irritable bowel syndrome, overactive bladder, uterine fibroid tumor, dan fibromyalgia. Pasien alergi terhadap sulfa, penisilin, dan antibiotik tetrasiklin. Dia pseudofaki pada kedua matanya serta riwayat Yag capsulotomy (OD). Obat yang secara bersamaan meliputi naproxen, dicyclomine, tolterodine, dan cyclobenzaprine. Pada awal, ia dihadapkan dengan sekret mata dan injeksi konjungtiva bulbar ringan OD, serta sekret mata dan injeksi konjungtiva bulbar sedang OS. Pengamatan awal tambahan meliputi kelopak hiperemia dan pembengkakan kelopak mata (ringan OD, sedang OS), dan hiperemia limbus ringan (OS). Tidak ada temuan oftalmoskopi dilaporkan pada awal. Visus 20/20 pada kedua mata. sampel dasar konjungtiva dari mata kiri menghasilkan P.

aeruginosa (1750 cfu / mL), sementara tidak ada bakteri yang ditemukan dari mata kanan. Pasien telah diacak untuk pengobatan bilateral dengan besifloxacin tetes mata suspensi 0,6% tiga kali sehari selama 5 hari. Berdasarkan kunjungan ke 2, sekret mata dan injeksi konjungtiva bulbar tidak muncul di kedua mata, tetap tidak ada sampai kunjungan ke 3. Chemosis konjungtiva ringan dilaporkan untuk mata yang diteliti (OS) pada kunjungan ke 2. Tidak ada bakteri yang ditemukan dari kedua mata pada kunjungan ke 2. Sampel konjungtiva diambil pada kunjungan ke 3 berhasil memulihkan bakteri di mata yang tidak diteliti (OD), tetapi muncul dari S. epidermidis (25 cfu / mL) di mata yang diteliti (OS). Tidak ada efek samping yang dilaporkan pada setiap kunjungan studi dan ketajaman visual tetap 20/20 untuk kedua mata pada setiap kontrol kunjungan. Tidak ada temuan oftalmoskopi dilaporkan pada kunjungan ke 3. Pasien keluar penelitian tanpa tindak lanjut yang diperlukan. Kasus 4 adalah laki-laki 81 tahun, kulit putih non hispanik dengan riwayat ekstraksi katarak di kedua mata, degenerasi makula pada kedua mata, dan branch retinal vein occlusion OD. Obat yang secara bersamaan meliputi multivitamin dan tramadol untuk nyeri. Sekret mata dan injeksi konjungtiva bulbar yang ringan OD dan berat OS. Kelopak mata hiperemia ringan dan gutata kornea ringan yang diamati pada kedua mata saat awal. Tajam penglihatan adalah 20/50 OD dan 20/40 OS. Tidak ada bakteri yang ditemukan dari mata kanan, sedangkan P. aeruginosa (1350 cfu / mL) ditemukan di mata kiri. Pasien ini telah diacak untuk pengobatan bilateral dengan besifloxacin tetes mata suspensi 0,6% tiga kali sehari selama 5 hari. Berdasarkan kunjungan ke 2, baik sekret mata dan injeksi konjungtiva bulbar telah membaik menjadi ringan pada mata yang diteliti (OS), dan tetap ringan pada mata yang tidak diteliti. hiperemia Limbus tetap ringan pada kunjungan ke 2 di kedua mata. Tidak ada bakteri yang ditemukan dari kedua mata pada kunjungan ke 2 atau kunjungan ke 3. Pada kunjungan ke 3, injeksi konjungtiva bulbar tidak muncul di kedua mata, meskipun sekret mata tetap ringan di kedua mata. Tidak ada efek samping yang dilaporkan pada setiap kunjungan studi. Tajam penglihatan memburuk menjadi 20/60 OD dan 20/50 OS pada kunjungan ke 2 namun membaik menjadi 20/50 OD dan 20/30 OS pada kunjungan ke 3. Tidak ada perubahan dalam temuan fundus patologi pada kunjungan ke 3. Pasien keluar penelitian tanpa tindak lanjut yang diperlukan. Kasus 5 adalah laki-laki usia 2 tahun, kulit putih non hispanik dengan riwayat alergi amoksisilin. Pada awal, ia menunjukan sekret mata yang dikategorikan sebagai berat di kedua mata dan injeksi konjungtiva bulbar dengan tingkat keparahan sedang di kedua

mata. Selain itu, hiperemia kelopak mata sedang dan pembengkakan kelopak mata ringan diamati pada kedua mata. dasar oftalmoskopi tidak mengungkapkan fundus patologi. Usia muda pasien menghalangi pengukuran ketajaman visual, tetapi anak bisa memperbaikinya dan mengikuti kedua matanya. Spesimen dasar konjungtiva menghasilkan P. aeruginosa (50 cfu / mL) dari mata kanan, tidak ada bakteri yang ditemukan dari mata kiri. Pasien ini telah diacak untuk pengobatan bilateral dengan besifloxacin suspensi tetes mata 0,6% dua kali sehari selama 3 hari. Berdasarkan kunjungan ke 2, baik sekret mata dan injeksi konjungtiva bulbar OU tidak muncul daan tanpa temuan biomicroscopy lanjut. Sampel konjungtiva diambil pada kunjungan ke 2 dan 3, kunjungan berhasil untuk memulihkan bakteri patogen pada salah satu mata. Tidak ada efek samping yang dilaporkan pada setiap kunjungan penelitian, tajam penglihatan tidak berubah dari awal pada setiap kunjungan follow-up, dan hasil oftalmoskopi kunjungan ke 3 tetap biasa saja.

Hasil klinis terpadu Data hasil klinis untuk lima pasien dengan infeksi P. aeruginosa pada awal penelitian diacak untuk pengobatan dengan besifloxacin suspensi tetes mata yang terintegrasi. Eradikasi bakteri dari infeksi awal dengan P. aeruginosa ini dicapai oleh kontrol kunjungan pertama di lima pasien, resolusi klinis dicapai dalam dua dari lima (40%) pasien dengan kontrol kunjungan pertama dan empat dari lima (80 %) pasien dengan kontrol kunjungan kedua (Gambar 2). Satu-satunya pasien tanpa resolusi klinis

pada kontrol kunjungan yang kedua adalah laki-laki 81 tahun dengan sekret mata ringan yang persisten. Gambar 3 merangkum tanda-tanda klinis perorangan (sekret matadan injeksi konjungtiva bulbar) untuk mata yang diteliti. Rata-rata (SD) tingkat keparahan sekret mata menurun dari 2,2 0,84-0,4 0,55 pada kunjungan ke 2 dan 0,2 0,45 pada kunjungan ke 3. Artinya tingkat keparahan injeksi konjungtiva bulbar menurun dari 2,0 0,71-0,4 0,55 pada kunjungan ke 2 dan 0,0 0,0 pada kunjungan ke 3. Tidak ada efek samping yang dilaporkan pada pasien ini, dan tidak ada temuan klinis biomicroscopy yang bermakna atau perubahan oftalmoskopi atau ketajaman penglihatan.

Pembahasan P. Aeruginosa adalah sebuah batang Gram-negatif oportunistik yang umumnya dihubungkan dengan luka bakar, luka, dan infeksi sistemik.40 Biasanya ditemukan di tanah, air, tanaman, dan hewan, P. aeruginosa jarang menyebabkan penyakit pada orang sehat tetapi menginfeksi mereka yang sakit atau mengalami penurunan sistem kekebalan, seperti pada pasien rawat inap di rumah sakit. Bahkan, perkiraan terbaru menunjukkan bahwa 10% dari infeksi nosokomial adalah disebabkan oleh P. aeruginosa. Pada mata, P. aeruginosa telah diidentifikasi sebagai agen etiologi yang paling sering pada keratitis bakteri yang terkait dengan pemakaian lensa kontak.10-14 The American Academy of Ophthalmology memperkirakan bahwa 3% -33% kasus keratitis bakteri di AS adalah akibat infeksi dari P. aeruginosa, sementara sekitar sepertiga kasus keratitis bakteri yang terkait dengan pemakaian lensa kontak adalah karena P. aeruginosa.15 P. Aeruginosa dianggap sebagai agen etiologi yang jarang terjadi pada konjungtivitis bakteri, tetapi selalu menjadi perhatian para praktisi kesehatan mata karena hubungannya dengan keratitis.12-14 Tujuan analisis data post hoc dari empat studi klinis adalah untuk menilai manfaat klinik pemberian besifloxacin suspensi tetes mata 0,6% bila digunakan dalam pengobatan pasien dengan konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri P. aeruginosa. Seperti yang diharapkan, beberapa pasien (n = 9) memiliki infeksi karena P.aeruginosa pada awal, sehingga tingkat kejadian 0,7% di empat studi klinis pada konjungtivitis bakteri, lebih rendah dibandingkan tingkat kejadian yang dilaporkan oleh Cavuoto et al (4,5%)8 dan Adebayo et al (4,8%).9 Pada akhir penelitian analisis retrospektif menggunakan banked isolates yang dikumpulkan rutin selama praktek kedokteran dan cenderung terbatas pada infeksi dengan tingkat keparahan klinis yang relatif lebih besar, dengan hasil lebih kecil

mengisolasi "denominator" untuk penghitungan frekuensi. Sebaliknya, analisis saat ini didasarkan pada studi prospektif, multicenter di mana semua infeksi konjungtivitis dikultur.25-29 Beberapa pasien dengan infeksi P. aeruginosa pada awal penelitian, terinfeksi dengan P. aeruginosa saja. Secara bersamaan bakteri patogen pada awal penelitian mencakup S. aureus, S. marcescens, S. epidermidis, Enterococcus faecalis, dan S. pneumoniae (Tabel 1). Dua pasien tambahan mengembangkan infeksi dengan P. aeruginosa pada kontrol kunjungan, satu dengan konjungtivitis unilateral diobati dengan moksifloksasin larutan tetes mata 0,5% untuk infeksi S. aureus dan satu dengan konjungtivitis bilateral diobati dengan besifloxacin larutan tetes mata 0,6% untuk infeksi S. pneumoniae . Temuan ini menunjukkan bahwa P. aeruginosa mungkin telah menjadi oportunistik pada individu-individu. MIC90 untuk besifloxacin terhadap 11 isolat adalah 2 mg / mL, jauh lebih rendah dari yang dilaporkan berarti konsentrasi besifloxacin pada air mata manusia setelah pemberian topikal mata tunggal (610 mg / g 10 menit setelah pemberian dan sisa lebih dari 10 ug / g pada 12 jam setelah pemberian).32 Lima pasien dengan infeksi P. aeruginosa pada awal penelitian diacak untuk pengobatan dengan besifloxacin suspensi tetes mata 0,6%. Usia pasien berkisar antara 2 tahun sampai 81 tahun, tiga perempuan dan dua laki-laki, dan tingkat keparahan konjungtivitis adalah rata-rata sedang. Eradikasi dari kultur P. aeruginosa pada awal penelitian dicapai oleh kontrol kunjungan pertama di lima pasien yang diobati dengan besifloxacin. Kontrol kunjungan pertama terjadi pada hari ke 5 1 pada penelitian dengan 5 hari rejimen pengobatan tiga kali sehari dan pada hari ke 4 atau 5 dalam penelitian dengan rejimen pengobatan dua kali sehari selama 3 hari (Gambar 1). Besifloxacin secara konsisten menunjukkan aktivitas bakterisida in vitro yang cepat,
30,31

sehingga

kemungkinan eradikasi bakteri terjadi sebelum kunjungan ini. Resolusi klinis, yang telah dilaporkan dapat ditunda dibandingkan dengan eradikasi bakteri, 25,26,28,29,41-44 dicapai pada dua dari lima (40%) pasien dengan kmtrol kunjungan pertama dan empat dari lima (80%) pasien dengan kontrol kunjungan kedua. Pengobatan dengan besifloxacin suspensi tetes mata 0,6% tidak menunjukan masalah keamanan dalam lima pasien. Tidak ada efek samping yang dilaporkan dalam salah satu pasien ini. Tidak ada pasien yang mengalami peningkatan keparahan setiap temuan biomicroscopy. Tidak ada insiden fundus patologi di salah satu pasien, dan ketajaman visual adalah relatif sama atau meningkat dibanding awal. Meskipun penelitian ini tidak fokus, hasil perbandingan antara pasien non-besifloxacin diobati dengan infeksi dasar P.aeruginosa layak disebutkan, di antaranya terdapat empat

kasus tersebut. Tiga pasien yang telah diacak untuk pengobatan dengan larutan tetes mata 0,5% moksifloksasin semua mencapai eradikasi bakteri pada kontrol kunjungan pertama, sementara satu pasien yang telah diacak untuk pengobatan dengan vehicle (formulasi tanpa aktif) gagal mencapai eradikasi bakteri. Resolusi klinis yang diamati pada satu pasien yang diobati moksifloksasin saat kontol kunjungan pertama dan dalam dua dari tiga pasien di akhir kontrol kunjungan. Ada beberapa laporan dalam literatur pada pengobatan infeksi mata P. aeruginosa dengan besifloxacin suspensi tetes mata 0,6%. Michaud melaporkan keberhasilan penggunaan besifloxacin suspensi tetes mata dalam pengobatan ulkus kornea yang diduga akibat infeksi Pseudomonas pada seserang yang berusia 33 tahun di Afrika Utara, pemakaian soft contact lens.45 Pengobatan agresif dengan besifloxacin tetes mata suspensi (per jam selama 2 hari pertama saat siang hari, setiap 3 jam pada malam hari bersama ciprofloxacin salep, setelah itu dikurangi) menyebabkan pemulihan penuh oleh pasien. Turaka dkk menggambarkan keberhasilan penggunaan besifloxacin suspensi tetes mata dalam pengobatan seorang wanita 75 tahun dengan giant fornix syndrome dan sebuah soft contact lens bersarang di fornix atas.46 Dia memiliki gejala mata kering dan riwayat konjungtivitis kronis pada mata kanan. Blepharitis, sekret yang mukoid dan difus, injeksi konjungtiva, teramati reaksi papiler serta folikel OD dan kultur konjungtiva yang

menunjukan P. aeruginosa. Eversi kelopak mata atas memperlihatkan soft contac lens bersarang di fornix atas, sebuah pseudomembran tebal, dan dalam konjungtiva forniks superior. Dia memiliki keratitis punctata superfisial difus di mata kanan. Setelah pengambilan lensa kontak dan kotoran, dia diberikan dengan topikal besifloxacin tetes mata suspensi (dosis regimen tidak beda). Satu bulan kemudian, ketajaman visual nya telah meningkat menjadi normal dan dia bebas dari infeksi. Akhirnya, Sanders dkk melaporkan penurunan P. aeruginosa dalam model kelinci keratitis yang disebabkan oleh quinolone susceptible atau quinolone resistant P. aeruginosa.47 Dalam model ini, keratitis diinduksi dengan injeksi intrastromal dengan 103 cfu / mata quinolone susceptible atau quinolone resistant P. aeruginosa ke kornea kelinci. kelinci dirawat 16 jam kemudian dengan besifloxacin tetes mata suspensi 0,6% atau antimikroba pembanding setiap 15 menit untuk 5 dosis dan kemudian setiap 30 menit untuk 14 dosis. Hewan kontrol diobati dengan phosphate-buffered saline. Tak satu pun dari perawatan aktif menghasilkan penurunan yang signifikan dalam tingkat keparahan infeksi klinis. Namun, pengobatan dengan besifloxacin suspensi tetes mata menghasilkan pengurangan 72% dari Pseudomonas di

kornea dalam model quinolone susceptible dan penurunan 61% pada Pseudomonas di kornea dalam model quinolone resistant P. aeruginosa dibandingkan dengan pengobatan dengan fosfat buffered saline (P, 0,01 untuk keduanya). Kesimpulannya, hasil analisis post hoc ini menunjukkan bahwa kejadian sementara konjungtivitis bakteri karena P. aeruginosa rendah di empat studi konjungtivitis bakteri, pengobatan pasien dengan infeksi P. aeruginosa menggunakan besifloxacin suspensi tetes mata 0,6% menyebabkan eradikasi bakteri P. aeruginosa dari kontrol kunjungan pertama dan tingginya tingkat resolusi klinis pada kontrol kunjungan kedua. Hasil ini konsisten dengan laporan sebelumnya tentang penggunaan besifloxacin suspensi tetes mata untuk pengobatan infeksi mata akibat P. aeruginosa, dan menyarankan besifloxacin yang mungkin menjadi pilihan yang tepat untuk infeksi permukaan mata dengan patogen ini meskipun sebagian besar, studi prospektif diperlukan.

Pemberitahuan Analisis post hoc ini disponsori oleh Bausch dan Lomb Inc, yang merancang dan melakukan studi asli. Publikasi artikel ini disponsori Bausch dan Lomb. BES adalah pembicara untuk Bausch and Lomb. TWM, Lsg, HHD, dan TLC adalah karyawan Bausch and Lomb. Para penulis menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki konflik lain yang menarik berkaitan dengan isi artikel ini. Penulis berterima kasih Churchill Komunikasi, Maplewood, NJ, untuk bantuan editorial.

You might also like