You are on page 1of 30

SISTEM UROGENITAL

LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK FK UNISSULA 2012


UROGENITAL

I. DASAR TEORI A. Fungsi Ginjal 1. Pengaturan keseimbangan air 2. Pengaturan konsenterasi garam dalam darah 3. Mengatur keseimbangan asam basa 4. Mengatur cairan tubuh supaya tetap dalam keadaan normal 5. Pengaturan tekanan darah 6. Mengatur sekresi eritropoietin 7. Mengatur tekanan osmotic lingkungan 8. Mengeluarkan zat toksin dari sisa metabolisme B. Mekanisme Pembentukan Urin Darah dari seluruh tubuh arteriol afferent masuk sirkulasi glomerulus ( filtrasi protein dan partikel besar ) urin primer tubulus proximal ( reabsobsi zat zat yang diperlukan tubuh seperti glukosa, protein dan asam amino ) Ansa Henle ( urin dipekatkan, pada pars descenden akan banyak diserap air dan pars ascenden banyak yang diserap protein ) pada tubulus distal akan ada reabsorbsi berlebih dan terdapat ADH yang bekerja untuk reabsorbsi air tubulus kolektivus Duktus Bellini ureter VU urethra. C. Macam Pemeriksaan Urin i. Pemeriksaan Urin Rutin 1. Makroskopik / Fisik Pemeriksaan Volume Pemeriksaan Warna Pemeriksaan Kejernihan Pemeriksaan Buih Pemeriksaan Bau Pemeriksaan Berat Jenis

2. Kimia Pemeriksaan Derajat Keasaman Pemeriksaan Protein Pemeriksaan Gula

3. Mikroskopik ii. Pemeriksaan Urin Khusus 1. Pemeriksaan Zat Keton 2. Pemeriksaan Bilirubin 3. Pemeriksaan Urobilinogen 4. Pemeriksaan Urobilin 5. Pemeriksaan Darah Samar 6. Pemeriksaan Calsium 7. Pemeriksaan Chlorida 8. Pemeriksaan Protein Kuantitatif 9. Pemeriksaan Batu Ginjal D. Pemeriksaan Urin Rutin 1. Makroskopik Pemeriksaan Volume Harga Normal = 720ml/24jam Faktor yang mempengaruhi produksi urin: Luas Permukaan Tubuh Makin Luas permuakaan tubuh, makin menurun produksi urin. Kehilangan Cairan Makin banyak kehilangan cairan, makin menurun produksi urin. Kelembapan Makin lembab suhu sekitar, makin meningkat produksi urin. Aktifitas Makin banyak aktivitas, makin menurun produksi urin. Obat-obatan Ex: Obat Diuretik

Pemeriksaan Warna Warna Normal = Kuning muda sampai kuning tua. Faktor yang mempengaruhi warna urin :

Kepekatan / konsenterasi urin Makin pekat makin tua warna urin.

Sifat zat / bahan yang terlarut dalam urin Makin asam, warna makin tua.

Kelainan warna dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu : Fisiologis Makanan Wortel ( kuning tua ), makanan yang mengandung fosfat / urat ( seperti susu ), kue kue yang diberi zat pewarna. Patologis Warna teh disebabkan adanya bilirubin. Warna hijau disebabkan adanya biliverdin Warna hitam disebabkan melanoma. Warna merah disebabkan adanya darah. Warna putih susu disebabkan adanya chilus. Warna putih keruh disebabkan adanya pus.

Kekeruhan Fisiologis Squamous epithelial cells Mucus Amorphous phosphates, carbonates, urates Semen, spermatozoa Fecal contamination Talcum powder Vaginal creams

Kekeruhan Patologis Asam : Amorphous urates Radiographic contrast Alkalis : Amorphous phosphates, Carbonates Larut dalam panas : Amorphous urates, uric acid crystals Larut dalam larutan Acetic Acid : RBCs Amorphous phosphates, carbonates Tidak larut dalam larutan Acetic Acid : WBCs, Bacteria, yeast, Spermatozoa Larut dalam larutanEther : Lipids Lymphatic fluid, chyle

Pemeriksaan Kejernihan Harga normal : Jernih Kekeruhan sejak dikemihkan Adanya fosfat dalam jumlah banyak, maka urin makin bersifat alkalis, berarti urin makin keruh. Nanah, disebabkan karena peradangan, mikroskopik dijumpai sel sel darah putih dan epitel dalam jumlah melebihi normal, sisa sisa jaringan dan bakteri.

Chylus, seringkali disebabkan karena filariasis ( bendungan aliran limfe ).

Darah ( gross hematuria ) menyebabkan urin berwarna merah coklat, keruh dan berkabut.

Penambahan unsur sediment.

Kekeruhan setelah didiamkan Amorf fosfat dan karbonat Kristal urat Perkembangan bakteri

Faktor yang mempengaruhi: Adanya bakteri, nanah, chylus, Kristal, lender dan epitel.

Pemeriksaan Buih Harga normal : Buih berwarna putih dan cepat menghilang Faktor yang mempengaruhi: Protein : Buih putih dan bertahan lama

Bilirubin : Buih kuning

Pemeriksaan Bau Harga normal : Urin normal, bau tidak keras. Kelainan bau urin : Fisiologis Karena makanan ( durian, petai, jengkol ), obat-obatan ( toluene, mentol ). Patologis Bau buah buahan : Zat keton Bau amoniak Bau asam sulfat Bau tinja Bau busuk : Perombakan ureum : Perombakan protein ( albumin ) : Perforasi usus ke dalam kandung kemih. : Karsinoma di saluran kemih kelamin.

2. Kimia Pemeriksaan PH Harga normal

Random Pagi Range Interference Aciduria Alkaluria (alkalinuria)

: Maximal range4,5 8,0 : 5,0 6,0 : 4,5 8,0 : Bacterial Overgrowth (alkaline or acidic), : pH < 5,4 : pH > 6,5 batu asam urat infeksi

Acidic sepanjang hari Alkaline sepanjang hari -

PH asam bila kertas lakmus biru berubah menjadi merah. PH basa bila kertas lakmus merah berubah menjadi biru. PH netral bila kertas lakmus tidak berubah warnanya.

Kelainan PH urin Fisiologis Karena makanan ( buah buahan, sayur sayuran ), obat obatan ( bikarbonas natrikus, kalsium asetat ) Patologis Asam : Diebetes Mellitus, diare, keadaan metabolic asidosis.

Alkalis: Muntah, infeksi, keadaan alkalosis. Pemeriksaan Protein Harga normal Metode Rebus Metode Sulfosalisilat : Jernih ( - ) : Jernih ( - )

Menurut sebabnya dibedakan menjadi dua, yaitu : Fungsionil / Fisiologis Plasma albumin dan sedikit globulin. Bersifat ringan Tidak disertai gejala gejala penyakit ginjal / kelainan kelainan ginjal yang berarti. Penyebab: Aktivitas fisik / stress/ psikis yang berat Udara dingin Premenstruasi Kehamilan ( beberapa minggu terakhir, beberapa hari setelah partus ) Postural Albuminuria, albuminuria yang disebabkan karena kelainan bantuk tubuh ( postur ), disebut juga dengan nama proteinuria ortostatik ( proteinuria timbul bila berdiri dan menghilang bila tiduran ) Proteinuria Organis i. Sebelum Ginjal Plasma albumin dan globulin Penyakit primer bukan pada ginjal Hilang setelah penyakit primer sembuh Contoh : Gangguan sirkulasi ginjal karena keadaan dehidrasi, bendungan ginjal pasif, kenaikan tekanan intra abdominal. Efek toksik penyakit difteri, tifoid, radang akut

streptokokus, keracunan kehamilan.

ii. Ginjal Plasma albumin dan globulin Proteinuria hampir selalu disertai penemuan torak / silinder, kecuali pada stadium lebih lanjut. Contoh : Radang tuberkulosa Nefritis akut / kronik Sindrom nefritik infark Karsinoma Ginjal polikistik Pielonefritis Nefroskelrosis

iii.Sesudah Ginjal Bukan plasma protein Proteinuria seringkali hanya sangat ringan, dapat disebabkan karena perdarahan / peradangan setelah ginjal. Perlu diperhatikan kemungkinan pencemaran yang berasal dari semen atau vagina. Efek toksik obat seperti salisilat, kina, sulfa dapat mempengaruhi keadaan baik pada ginjal maupun di bawah ginjal. Do you know that? Protein Bence Jones merupakan protein patologis yang mempunyai sifat larut pada suhu didih urin, jika urin mulai dingin (60C) kekeruhan akan mulai tampak dan akan menjadi semakin jelas pada suhu yang lebih rendah dan jika dipanaskan lagi kekeruhan akan menghilang lagi.

Pemeriksaan Gula Harga normal: Metode Fehling dan Benedict: Warna biru, biru kehijauan dan hijau dengan presipitat abu abu.

Metode

Positif Palsu Vitamin C Polysakarida yang mereduksi fruktosa, galaktosa, pentose Pemanasan terlalu lama Adanya non reducing substance, misalnya fruktosa, pentose, asam askorbat, asam urat, kreatinin dan adanya self reducting dari reagen. Pemanasan yang terlalu lama Adanya reducing substance non glukosa yang berlebihan dalam urin

Negatif palsu Urin asam atau kreatinin yang tinggi dalam urin. Pemanasan inadekuat (kurang tepat waktunya)

Keterangan Tidak spesifik untuk pemeriksaan glukosa Diintepretasikan saat dalam keadaan dingin.

Fehling

Urin encer dengankadar kreatinin kurang dari 0,003mg/dl karena terbentuk kupro keratin. Pemanasan yang inadekuat ( kurang tepat waktunya )

Lebih spesifik dari metode Fehling. Diinterpretasikan saat dalam keadaan panas.

Benedict

Glukosuria Terjadi apabila nilai ambang ginjal terhadap glukosa ( 140-160mg% ) dilampaui. Nilai ambang ginjal ini berbeda beda untuk setiap individu. i. Glukosuria Tanpa Hiperglikemia Renal Glukosa ( = renal diabetes = glukosuria benigna ) Penyebabnya: Nilai ambang ginjal turun Daya reabsorbsi ginjal turun

Ciri cirinya :

Kadar gula darah puasa maupun 2 jam setelah makan normal. Kurva glucose tolerance test ( GTT ) normal Glukosuria ditemukan pada semua porsi urin baik pada keadaan puasa maupun setelah makan. Tidak ada gangguan metabolism lemak Penggunaan karbohidrat normal

Alimentary Glucosuria, terjadi karena makan karbohidrat terlalu banyak. Hamil, pada akhir kehamilan. Sindrom Fanconi, disini terjadi gangguan pertumbuhan tubulus ginjal sehingga reabsorbsi terhadap glukosa berkurang. Sindrom ini terdiri dari: Glukosuria Rakitis Pertumbuhan badan tidak sempurna Eksresi zat zat antara lain calcium, fosfat, ammonia, asam asam organic ( meninggi ).

ii. Glukosuria dengan Hiperglikemia 3. Mikroskopik Harga Normal : Sel Eritrosit Sel Leukosit : 0-3/ LPB : Laki laki Wanita : 0-5/ LPB : 0-15/ LPB Diabetes Mellitus Hipertiroid Hiperpituarisme Hiperadrenalisme Penyakit hepar Kelaparan yang lama Ketakutan, kecemasan, marah.

< 3000 leukosit / ml Sel Epitel Silinder Kristal :: 0-1/ LPK :-

Unsur unsur dalam sedimen dibedakan menjadi : Yang perlu dilaporkan jumlahnya dalam lapang pandang kecil (LPK)/pembesaran 10X Yang perlu dilaporkan jumlahnya dalam lapang pandang besar (LPB)/pembesaran 40X Yang dilaporkan bila ada (tak perlu dihitung jumlahnya) Yang perlu dilaporkan jumlahnya dalam lapang pandang kecil (LPK) Sel Epitel Macam macam sel epitel : 1. Gepeng / squamous, berasal dari pencemaran vagina, uretra, vesika urinaris. Bentuk polimorfosa, sitoplasma lebar, inti 1 dan besar. Ditemukan dalam jumlah banyak pada wanita. 2. Transisional kolumnar / silindris, inti besar bulat, sitoplasma seperti ekor. Berasal dari kandung kemih, prostat, ureter, dan pelvis renalis. 3. Kuboid / polygonal, inti besar, sitoplasma sering berisi ganda. Berasal dari tubulus ginjal. You must know it!! Normal : Sel epitel hampir selalu dijumpai dalam jumlah sedikit dan terutama terdiri dari sel epitel gepeng / squamous.

Perhatikan kemungkinan adanya oval fat bodies yaitu sel epitel tubulus yang mengalami degenerasi lemak. Di jumpai antara lain pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus. Torak / silinder / cast Proses Terbentuknya

Tamm Horsfall Protein( THP ) yaitu suatu mukoprotein yang disintesis oleh tubulus ginjal atau kadang kadang bahan protein antara lain eksudasi dari darah, produk degenerasi sel epitel yang memasuki lumen tubulus, dimana aliran darah dalam lumen tubulus dan keasaman

memungkinkan untuk terjadinya presipitasi, akan tercetak dalam lumen tubulus dan keluar dalam bentuk cetakan tersebut. Sempit Sedang Lebar : Terbentuk dalam tubulus yang sempit : Terbentuk dalam tubulus distal : Terbentuk dalam tubulus pengumpul.

Torak yang lebar ini disebut juga sebagai renal failure cast. Macam macam silinder / torak Hialin, kurang mempunyai arti klinis yang penting dibandingkan denga torak yang lain. Sejumlah sedikit torak ini dijumpai pada keadaan panas ( febris ) dan aktivitas berlebihan. Hyaline cellular cast, torak hialin yang berisi sel sel, dapat berisi satu macam atau bermacam / campuran ( mixed cellular cast ) sel. Bila jumlah sel selnya banyak maka disebut dengan nama tersendiri sesuai dengan jenis selnya, seperti torak epitel, torak sel darah putih ( leukosit ), torak epitel, torak eritrosit. Hyaline granular cast( torak berbutir ), berasal dari degenarasi sel atau agregasi protein. Dibedakan : Berbutir halus, kurang mempunyai arti klinis penting kecuali bila dijumpai bersama sama dengan tirak lain ( butir dalam silinder berbutir halus juga, kemungkinan butiran tersebut berasal dari agregasi protein ).

Bebutir

kasar,

dijumpai

antara

lain

pada

glomerulonephritis akut, keadaan febrile albuminuria dengan bendungan pasif. Hyaline fatty cast( torak lemak ), silinder ini berisi butir butir lemak yang berasal dari sel epitel tubulus yang mengalami degenerasi lemak. Dijumpai antara lain pada stadium akhir dari glomerulonephritis akut / sub akut / kronik dan nekrosis. Waxy cast( torak lilin ), terjadi karena degenerasi berat pada ginjal yang berlangsung dalam waktu lama. Silinder / torak harus dibedakan dengan: Benang benang mukosa Pseudocast Hifa jamur

Yang dilaporkan dalam lapang pandang besar ( LPB ) Sel darah merah Hematuria mikroskopik dapat terjadi karena kerja fisik yang berat, febris dan iritasi / perdarahan lain sepanjang traktus urogenital. Sel darah putih Piuria dapat terjadi karena peradangan, perhatikan kemungkinan terdapat sel Glitter. Yang dilaporkan bila ada ( tak perlu dihitung jumlahnya ) Sperma Bakteri Normalnya urin yang berasal dari kandung keih bebas bakteri, tetapi seringkali terjadi pencemaran sewaktu melewati uretra.

Secara kasar masih dalam batas normal bila dijumpai 10 bakteri / LPB. Patologis, dijumpai antara lain pada, Parasit Trichomonas vaginalis Larva cacing, berupa filarial menyebabkan hematuria berat. Ascaris lumbricoides, enterobius vermicularis dan strongyloides. Kristal Kristal Kristal yang sering ( normal ) ditemukan dalam urin antara lain: Amorf urat, asam urat, calcium oxalate, calcium sulfat, ditemukan dalam suasana asam. Amorf fosfat, triple fosfat, calcium carbonat, calcium fosfat,, ditemukan dalam suasana alkalis. Kristal yang mempunyai arti patologis / berasal dari hasil katabolisme dalam tubuli antara lain : Cysteine, berarti adanya defek dari tubulus ( inborn metabolic defect ) sehingga reabsorbsi cysteine, arginiin, lisin, ornitin terganggu. Kolesterol, dijumpai pada nefritis, pielitis, radang kandung kemih, kiluria. Leucine dan tirosin, dijumpai pada penderita dengan penyakit hatu yang berat. Bilirubin, dijumpai pada kasus penyakit hati dengan bilirubinuria. Stafilokokus Salmonella typhii, dapat ditemukan pada 30 % kasus tifoid. Mikobakterium tuberkulosa Streptokokus E. Coli

Kristal yang berasal dari makanan, obat obatan dan seringkali menimbulkan keluahan antara lain jengkol dan sulfat.

PEMERIKSAAN URIN Pemeriksaan urin terdiri dari : Px. urin rutin Px. Urin khusus

Syarat urin yang digunakan dalam pemeriksaan : Urin baru Urin segar A. Pemeriksaan urin rutin Yaitu pemeriksaan urin yang dilakkan tanpa indikasi terentu, pemeriksaan urin rutin yang di kerjakan adalah : Pemeriksaan Makroskopis / Pemeriksaan Fisik o Pemeriksaan volume o Pemeriksaan warna o Pemeriksaan kejernihan o Pemeriksaan buih

o Pemeriksaan bau o Pemeriksaan berat jenis Pemeriksaan Kimiawi o Pemeriksaan Derajat Keasaman o Pemeriksaan Protein o Pemeriksaan Gula

1.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS / FISIK a. Pemeriksaan Volume Alat : Gelas Ukur

Reagen & Bahan : Urin Prinsip Kerja : Visual

Cara Kerja

Urin di tamping dalam botol / gelas ukur selama 24 jam atau jika penderita sakit, dengan kateter urin di tamping selama 24 jam. Penilaian hasil : Hasil dinilai dari urin yang dikumpulka selama 24 jam Harga normal : 720 ml/ 24jam Faktor yang mempengaruhi : Luas permukaan tubuh Makin banyak kehilangan cairan, makin menurun produksi urin Adanya jehilangan cairan Makin banyak kehilangan cairan, makin menurun produksi urin Kelembaban Makin lembab, makin meningkat produksi Aktifitas

Makin banyak aktifitas, makin menurun produksi urin Obat-obatan Obat diuretic meningkatkan produksi urin

b. Pemeriksaan warna Alat : tabung reaksi ; rak tabung reaksi

Reagen & Bahan : urin Prinsip Kerja : visual Cara Kerja : urin dimasukkan dalam tabung reaksi yang bersih dan jernih, kemudian diperiksa diperiksa dalam cahaya. Penilaian hasil : laporkan warna yang terlihat Harga normal : kuning muda sampai kuning tua. Faktor yang mempengaruhi : Kepekatan / konsentrasi urin Makin pekat, warna makin tua Sifat zat / bahan yang terlarut dalam urin Makin asam, warna makin tua

Kelainan warna dapat disebabkan oleh dua hal yaitu : Fisiologi Makanan dan obat-obatan (rifampisin) Patologis Bilirubin warna seperti the Biliverdin warna hijau Pus warna putih Chilus warna putih susu Darah warna merah

c. Pemeriksaan kejernihan Alat : tabung reaksi dan rak tabung Reagen & bahan : urin Prinsip kerja : visual

Cara kerja : Urin yang dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian dilihat kejernihan / kekeruhannya

Penilaian hasil : Nyatakan kekeruhan urin dengan : jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh Perhatikan kekeruhan yang terjadi setelah urin dikemihkan atau didiamkan Kekeruhan sejak dikemikan : a. Adanya fosfat dalam jumlah banyak makin alkalis berarti urin makin keruh b. Nanah karena ada leukosit, epitel, bakteri, dan jaringan rusak c. Chylus d. Darah e. Penambahan unsure sediment Kekeruhan setelah didiamkan a. Amorf fosfat dan karbonat b. Kristal urat c. Perkembangan bakteri

Harga normal : Jernih Faktor yang mempengaruhi : adanya bakteri, Kristal, nanah, chylus, lendir, epitel.

d. Pemeriksaan buih Alat : tabung reaksi dan rak tabung Reagen & bahan : urin Prinsip kerja : visual Cara kerja :

Urin dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 5ml kemudian di kocok Penilaian hasil : Hasil dinilai dari warna buih dan cpat menghilang/tidaknya buih Harga normal : buih berwarna putih dan cepat menghilang Faltor yang mempengaruhi : Protein : buih putih dan bertahan lama Bilirubin : buih kuning

e. Pemeriksaan bau Alat : tabung reaksi dan rak tabung Reagen & bahan : urin Prinsip kerja : visual Cara kerja : Urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu di bau Penilaian hasil : Laporkan bau urin : tidak keras, aromatic bau obat, amoniak, busuk, keras atau yang lain Harga normal : bau tidak keras. Faltor yang mempengaruhi : Tidak patologis : makanan Patologis : Bau keton buah-buahan Amoniak akibat perombakan ureum Asam sulfat perombakan protein Tinja perforasi usus Busuk keganasan

f. Pemeriksaan berat jenis Alat : gelas ukur dan urinometer Reagen & bahan : urin

Prinsip kerja : visual Cara kerja : Isi gelas ukur dengan urin, bila volume urin kurang, boleh diencerkan dengan aquadest min,sebanyak 2x vol.urin Masukkan urinometer ke dalam gels ukur yang berisi urin dengan hati-hati, jangan sampai menyentuh dasar dan dinding gela ukur Putar urinometer (jangan sampai menempel dinding gelas ukur) Baca BJ urinometer setinggi meniscus bawah.

Penilaian hasil : Rumus : BJ Urin = BJ terbaca + (tk-tt) x 0.001 3 Keterangan : Tk = suhu kamar Tt = suhu tera

Koreksi pembacaan BJ terhadap : Pengenceran Bila urin dilakukan pengenceran, maka hasil pembacaan dikalikan dengan pengenceran. Suhu kamar Bila suhu kamar tidak sesuai dengan suhu tera urinometer, hasil pembacaannya sebagai berikut : Setiap selisih 3 derajat antara suhu kamar dengan suhu tera, bila suhu kamar diatas suhu tera hasil dikalikan positif 0.001 dan bila suhu kamar dibawah suhu tera dikalikan negative 0.001. Harga normal BJ urin pagi : 1.015 1.025 BJ urin sewaktu : 1.003 1.030

Kelainan pada BJ urin BJ rendah : adanya gagal ginjal BJ tinggi : pada dehidrasi, DM (urin encer, volume besar)

2.

PEMERIKSAAN KIMIAWI a. Pemeriksaan PH Alat : tabung reaksi dan kertas lakmus / indicator universal Reagen & bahan : urin Prinsip kerja : visual Cara kerja : Celupkan kertas lakmus / indicator universal ke dalam urin yang tersedia Amati perubahan warna yang terjadi PH asam lakmus biru menjadi merah PH basa lakmus merah menjadi biru PH netral tida ada perubhan warna pada kertas lakmus Dengan indicator, perubahan warna yang terjadi dibandingkan dengan warna standar yang ada

Penilaian hasil :

b. Pemeriksaan Protein 1. Metode Rebus Alat tabung reaksi Api spirtus Kertas lakmus Penjepit Rak tabung

Reagen & bahan : urin bereaksi asam, bila keruhdisaring dulu

asam asetat

Prinsip kerja : Visual Dengan pemanasan denaturasi protein dan presipitat

Cara kerja : Cek Ph urin yang akan diperiksa, jika alkalis ditambah asam asetat agar urin menjadi asam Masukkan urin ke dalam tabung reaksi 2/3 tabung Miringkan tabung, paaskan permukaan atas urin sampai mendidih Bandingkan kekeruhan yang tak tampak pada bagian yang dipanasi dengan bagian bawah yang tidak dipanasi Bila terjadi kekeruhan, tetesi degna 3-5 tetes asam asetat 6% dan amati perubahannya Evaluasi kekeruhan yang tampak dengan latar belakang hitam dan bahndingkan dengan sampel

Penilaian hasil : Jernih : negative (-)

Kekeruhan minimal : positif 1 (+), protein dalam urin 10-50/dl Kekeruhan nyata dengan butiran halus : positif 2 (++), protein dalam urin 50-200 mg/dl Gumpalan nyata : positif 3 (+++), protein dalam urin 200500mg/dl Gumalan besar-besar dan mengendap : positif 4 (++++), protein dalam urin >500mg/dl

Factor yang mempengaruhi : Kepekatan urin, urin terlalu encer negative palsu Adanya fosfat, karbonat dan obat-obatan positif palsu

2. Metode Sulfosalisilat Alat : tabung reaksi Api spirtus Rak tabung reaksi Penjepit

Reagen & bahan : Urin jernih dan asam Asam sulfosalisilat 20 %

Prinsip kerja : Visual Penambhan asam sulfosalisilat pada urin (tanpa pemanasan ) kekeruhan yang menetap Cara kerja : Sediakan 2 tabung reaksi yang berisi 5 ml urin yang masingmasing untuk control dan ter Tambahkan pada tabung tes kira-kira 4-10 tetes asam sulfosalisilat 20% Awasi kekeruhan yang timbul, bandingkan dengan control Kalau terjadi kekeruhan, panaskan dan awasi kekeruhannya

Penilaian hasil : Sama dengan tes rebus Factor yang mempengaruhi Adnaya urat karbonat dan obat-obatan positof palsu Adanya urin yang menyebabkan negative palsu

Asanya protein bence jones posotif palsu

c. Pemeriksaan Gula 1. METODE FEHLING Alat : Tabung reaksi Penjepit Api spirtus Rak tabung reaksi

Reagen & bahan : Urin bebas protein Reagen Fehling A : larutan cuprisulfat Reagen Fehling B : larutan alkalis natrium tartat.

Prinsip kerja : Visual Dengan pemanasan urin dalam suasana alkalis, glukosa akan mereduksi kuprisulfat menjadi kuprosulfat, selanjutnya kuprooksida. Pengendapan kuprihidroksida di cegah dengan penambahan kalium naritum tartrat.

Cara kerja : Campurkan 2 bagian (2mml) Fehling A dengan 2 bagian (2ml) Fehling B dalam tabung, lalu kocok samapi rata. Pada sar yang bersamaan, rebus 1 bagian (1ml) urin di tabung lain Campur kedua isi tabung tersebut tanpa pemanasan Amati hasil tes

ATAU Campur 1 bagian Fehling A dengan 2 bagian Fehling B dalam tabugn reaksi, lalu kocok sampai rata

Masukkan 1 bagian urin dalam tabung reaksi Panaskan tabung urin dan reagen di atas api spirtus Dinginkan dan amati perubahan warna

Penilaian hasil : Negative (-) : biru kehijauan, hjau dengan presipitat abu-abu Positif 1 Positif 2 Positif 3 Positif 4 : filtrate hijau, endapan kuning : filtrate hijau kekuningan, endapan kuning : Filtrat kuning kehijauan, endapan kuning : orange dengan endapan merah bata, filtrate jernih.

Harga normal : biru/ hijau/ biru kehijauan Positif palsu : obat misalnya vitamin C Polysacharida lai dapat mereduksi fruktosa, galaktosa, pentose Pemanaan yang terlalu lama

Negative palsu : Urin asam atau kreatinin yang tinggi dalam urin Pemanasan in adekuat

Factor yang mempengaruhi : Pemeriksaan ini tidak spesifik untuk glukosa Adanya non redusing sunstance misalnya fruktosa, pentose, asam askorbatm asam urtam kreatinin dan adanya Self Reducing dari reagen, kedua reagen saling bereaksi

2. METODE BENEDICT Alat : tabung reaksi Api spirtus

Rak tabung penjepit

Reagen & bahan : Urin Reagen benedict : kuprisulfat, trisodium sitrat hidrat, sodium karbonat.

Prinsip kerja : Visual Dalam suasana alklis, glukosa akan mereduksi kuprisulfat menjadi kuprosulfat yang selanjutnya menjadi kuprooksida (CU2O) yang mengendap dan warnanya merah dengan pemanasan

Cara kerja : Masukkan 5 ml regen benedict dalam tabung reaksi , lalu panaskan Tambahkan 8-10 tetes (0.5 ml) urin Rebus pada nyala api spirtus 1-2 menit Amati perubahan warnanya

Penilaian hasil : sama dengan Fehling

Harga normal : Negative : normal Positof ringan : Pada neonates usia 10-14 hari Kehamilan akhir trimester III Post partum

Factor yang mempengaruhi

Positif palsu : Pemanasan yang terlalu lama Adanya :reducing substancenon glukosa yang berlebihan dalam urin

Negativ palsu : Urin encer dengan kadar kreatinin < 0.003 mg/dl karena terbentuk kupro kreatinin Pemanasan yang inadekuat (kurang tepat waktunya)

3.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK a. Metode natif

Alat : tabung reaksi alat pemusing pipet objek glass deck glass mikroskop

Reagen & bahan : urin Prinsip kerja : visual dan mikroskopik Cara kerja : Kocok urin agar bahan tercampur rata Masukkan 10-15 ml urin dalam tabung reaksi / tabung pemusing Pusingkan selama 5-10 menit dngan kecepatan 1000-2000 rpm Cairan bagian atas di buang, sisakan 0.5 ml, kocok supaya sedimen larut dan tercampur Teteskan sedimen di objek glass dan tutup dengan deck glass, hati-hati jangan ada gelembung udara

Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 atau 10x 40 untuk identifikasi unsure-unsur yang ada

Penilaian hasil : Laporkan unsure yang terlihat dan hitung jumlahnya

Harga normal : Sel eritrosit Sel leukosit : 0-3 / LPB : laki-laki 0-5 / LPB Wanita 0-15 / LPB Sel epitel Silinder Kristal : -

: 0-1 / LPK : -

b. Metode Steinheimer malbin Alat : tabung reaksi alat pemusing pipet objek glass deck glass mikroskop

Reagen & bahan : Cat Sternheimer Malbin yang terdiri dari Larutan A Methyl rosalinalorida (Kristal violet) 3.0 gr Ethyl alkoho 20 gr Ammonium oksalat 0.8 gr Aquadest 100 ml Larutan B

Safranin 0.25 gr Ethyl alcohol 95% 10ml Aquadest ad. 100ml

Prinsip kerja : pengamatan mikroskop Cara kerja : Kocok urin yang akan diperiksa agar bahan-bahan yang terkandung di dalamnya tercapur rata Masukkan sebanyak 10-15 ml urin ke dalam tabung reaksi / tabung pemusing Pusingkan selama 5-10 menit dalam alat pemusing Cairan bagian atas (supernatant) di buang, sisakan kurang lebih 0.5 ml (sedimen) kemudian teteskan sejumlah 3 tetes cat stenheimer malbin Ambil 1 tetes, teteskan pada objek glass dan tutup dengan gelas penutup secara hati-hati sampai sedimen tersebar rata Periksa si bawah mikroskop

Penilaian hasil : Laporkan unsur-unsur yang terlihat dan hitung jumlahnya Harga normal : Sel erytrosit Sel leukosit : 0-3 / LPB : laki-laki 0-5/LPB Wanita 0-15/LPB Sel epitel Silinder Kristal : -

: 0-1 / LPB : -

You might also like