You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang Angka kematian balita dan anak menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Diare adalah salah satu penyebab utama kematian pada anak balita secara global. Kematian anak berkisar 800.000 setiap tahun akibat dari diare (Pramudiarja, 2011). Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun (Nenk eliez, 2009). Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar. (Vivian Nanny Lia Dewi, 2010 Diagnosis diare dapat ditegakkan berdasarkan pengklasifikasian sesuai dengan gejala dan tanda seperti gelisa, rewel, mata cekung, nafsu makan menurun, tinja cair, lendir positif, darah terkadang ada, tinja lama kelamaan berwarna hijau karna bercampur dengan empedu, anus lecet, dan tinja menjadi asam (karna banmyaknya asam laktat yang keluar) (Nursalam, 2008). Komplikasi yang dapat terjadi akibat diare yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, bradikardia, perubahan pada pemeriksaan EKG, hipoglikemia, kejang, malnutrisi energi protein, syok hipovolemik (Vivian Nanny,2010). Penatalaksanaan yang akan dilakukan yaitu berikan oralit, berikan zinc selama 10 hari berturut-turut, teruskan pemberian ASI, antibiotika selektif, nasihat untuk ibu dan keluarga (Sofwan, 2010). Program pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan Diare mencakup upaya promotif, preventiv, kuratif dan rehabilitatif dengan alasan penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2000 IR (Indeks Rate) penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk (Depkes RI, 2009). Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; infeksi bakteri seperti Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya; infeksi parasit seperti cacing (Ascaris, Trichiuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans). Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi namun tetap sebagian besar diare

disebabkan oleh infeksi. Di Indonesia, penyebab utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan Entamoeba histolytica (Depkes RI, 2007). Jumlah kematian balita di propinsi Bengkulu tahun 2008 sebesar 41 balita dari 164.288 (0,024%) jumlah balita yang ada. Pada tahun 2009, jumlah kematian balita sebesar 40 balita dari 177.678 (0,025%) jumlah balita yang ada. Dan di tahun 2010, jumlah kematian balita meningkat menjadi 423 balita dari 197.161 (0,21%) jumlah balita yang ada (Profil Kesehatan Propinsi Bengkulu, 2008-2010). Pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu ditemukan sebanyak 71.879 perkiraan kasus diare, sebanyak 26.740 ditangani (37,2%). Kasus terbanyak terdapat di Kota Bengkulu yaitu sebanyak 13.060 kasus dan yang terkecil ada di Kabupaten Lebong sebanyak 3.501 kasus (Profil DinKes Provinsi Bengkulu 2010). Penyakit diare dari tahun ke tahun masuk dalam golongan 10 (sepuluh) penyakit terbanyak. dari 13060 kasus diare di Kota Bengkulu. Pada tahun 2010 jumlah kasus diare adalah 9.073 (29,38 per 1000 penduduk) jumlah kasus yang ditangani 13.060 orang, penderita diare ditangani oleh tenaga kesehatan dibanding dengan perkiraan penderita adalah 69,5 % (Profil DinKes Kota Bengkulu, 2010). Pada tahun 2011 jumlah kasus diare adalah 6.286 orang, sedangkan jumlah balita yang menderita diare berjumlah 2.236 orang (Laporan Bulanan Penyakit Diare DinKes Kota Bengkulu).

Sedangkan dari data yang didapat dari Peneliti tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan pada balita dengan diare di Puskesmas.

1. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Anak dengan Diare di Puskesmas Ratu Agung Kota Bengkulu dengan Metode Subjektif Objektif Assesment Planing (SOAP) ?

C. Tujuan Studi kasus 1. 1. Tujuan Umum

Untuk dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam penanganan Asuhan Kebidanan Pada Balita Dengan Diare sesuai teori manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam Asuhan Kebidanan dengan Metode SOAP. 1. 2. Tujuan khusus 1. Melakukan pengkajian pada balita dengan diare.

2. Melakukan pemeriksaan yang terdiri dari pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, dan penunjang pada balita dengan diare. 3. Menganalisa data balita dengan diare. 4. Melakukan rencana penatalaksanaan asuhan kebidanan sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada balita dengan diare.

1. D.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti tentang Diare. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengembangan penelitian berikutnya. 1. Manfaat Praktis Dapat menambah keterampilan dan kemampuan bagi penulis dalam pelayanan pada pasien dengan diare. 1. E. Keaslian Studi Kasus 2. F. Sistematika Penulisaan Secara besar sistematika penulisan terdiri dari lima Bab, dimana sistematika penulisan masing-masing Bab akan diuraikan sebagai berikut. BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORI Dalam bab ini berisi tentang teori medis pada anak dengan diare, teori asuhan kebidanan yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, macam-macam diare, macam-macam dehidrasi akibat diare, pemeriksaan laboratorium, penatalaksanaan, dan komplikasi. BAB III : METODOLOGI Dalam bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek studi kasus, waktu studi kasus, instrument studi kasus, teknik pengumpulan data, dan alat-alat yang dibutuhkan. BAB IV : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis membahas tentang kesenjangan antara teori dan fakta yang ada, dibahas secara sistematis mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa/masalah aktual dan

potensial, tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi asuhan kebidanan. BAB V : PENUTUP Merupakan bagian terakhir yang memuat kesimpulan hasil pelaksanaan studi kasus yang dilakukan dan juga berisi saran-saran dan meningkatkan kualitas asuhan kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. A. Konsep Dasar Teori Asuhan kebidanan 2. Pengertian Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberi pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu di masa hamil, persalinan, nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga berencana (Purwandari, 2008). Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan metode pengaturan pemikiran dan tindakan dalam suatu urutan yang logis baik pasien maupun petugas kesehatan. Oroses itu di gambarkan dalam arti kata perilaku yang di harapkan dari klinis tersebut. Hal ini di gambarkan dengan jelas bahwa proses berpikir dan bertidak yang terlibat, tetapi juga tingkat perilaku dalam setiap langkah yang akan dicapai dalam rangka memeberikan asuhan/pelayanan yang aman dan menyeluruh.(Sudarti,2010) B.Konsep Teori Diare 1. Pengertian Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2010). Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar. (Vivian Nanny Lia Dewi, 2010) Menurur Nursalam (2008), Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Frekuensi buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak ; konsisten faeces encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja. 2. Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai seringnya kehilangan cairan dan faeces yang tidak berbentuk. 3. Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. 4. Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan

2. Etiologi Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : 1. Faktor infeksi Proses ini dapat diawali derngan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorpasi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. 1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. 2) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas. 3) Infeksi virus : Enteroovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomyelitis), Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus. 4) Infestasi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).

5) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensifalitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. 1. Faktor malabsorbsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. 1) Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa. 2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsorbsi protein 1. Faktor makanan Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan seperti : makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan. 1. Faktor psikologis Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik khusus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas. Menurut Nursalam 2008, Selain itu, ada beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare, yaitu : 1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan 2) Menggunakan botol susu 3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar 4) Air minum tercerna dengan bakteri tinja 5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum menjamah makanan. Diare dapat terjadi dengan mekanisme dasar sebagai berikut : 1) Gangguan osmotik Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi penggeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan rongga usus.

2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu, misalnya, toksin dalam dinding usus, akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus, selanjutnya timbul diare, karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3) Gangguan motilitas usus Hyperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus menurun, maka akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare.

3. Patofisiologi Menurut suriadi (2010), Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi : a. meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. b. cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolik. Diare yang terjadi merupakan proses dari : 1. Transfort aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurrunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. 2. Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.

Gambar 1. Bagan Terjadinya Diare

Faktor terjadinya diare

Sumber : Setyowati Dan Nurhaeni,2001

4.Tanda Dan Gejala Cengeng, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair, lendir (+), darah (terkadang ada), warna tinja lama kelamaan berwarna hijau karena bercampur dengan empedu, anus lecet, tinja lama kelamaan menjadi asam (karena banyaknya asam laktat yang keluar). Akhirnya nampak dehidrasi, berat badan turun, turgor kulit menurun, mata dan ubunubun cekung, selaput lendir dan mulut juga kulit kering. Bila dehidrasi berat maka volume

darah akan berkurang dengan demikian nadi akan cepat, TD menurun, kesadaran menurun yang kemudian diakhiri dengan shock (Vivian Nani Lia Dewi, 2010) 5.Macam-macam Diare Menurut pedoman dari Laboratorium/UPF Airlangga(1994), diare dikelompokkan menjadi : Ilmu kesehatan Anak, Universitas

1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5hari. 2. Diare berkepanjangan, bila diare berlangsung lebih dari 7hari. 3. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14hari. Sedangkan menurut pedoman diklasifikasikan menjadi : 1. Diare akut, terbagi atas : a) b) c) Diare dengan dehidrasi berat. Diare denagn dehidrasi ringan/sedang. Diare tanpa dehidrasi. 1. Diare persisten bila diare berlangsung 14hari atau lebih, terbagi atas: a) b) Diare persisten dengan dehidrasi. Diare persisten tanpa dehidrasi. 1. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah. 5.Komplikasi diare menurut (Vivian Nanny,2010) terdiri dari: a. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi : a) Dehidrasi ringan; apabila berat badan menurun 3%, dengan volume cairan yang hilang kurang dari 30 ml/kg. b) Dehidrasi sedang; apabila berat badan menurun 6%, dengan volume cairan yang hilang 60 ml/kg c) Dehidrasi berat; apabila berat badan menurun lebih dari 9%, dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 90 ml/kg 1. Renjatan hipovolemik akibat menurunya volume darah, apabila penurunan volume darah mencapai 15% BB 25% BB akan menyebabkan penurunan tekanan darah. 2. Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah lemah, bradikardia, perubahan pada pemeriksaan EKG 3. Hipoglikemia MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan atau

4. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus. 5. Kejang 6. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan. http://ellyzaagustiningsih.wordpress.com/2013/03/16/diare-pada-anak/ di akses pada tanggal 27 Mei 2013 jam 20.29 malam.

You might also like