You are on page 1of 7

Karakteristik Siswa SD Pola fikir yang di bangun adalah dengan mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang subyek, maka

harapannya akan lebih mudah memahami, lebih tepat penanganan dan mengurangi resiko kesalahan terapi atau perlakuan. Siswa sekolah dasar yang menjadi subjek adalah individu yang duduk di bangku sekolah dasar dengan rentang usia 6 sampai 12 tahun. Rentang usia ini sering disebut sebagai Masa Sekolah Dasar atau Masa keserasian Bersekolaholeh para pendidik (Yulia A, 2006). Para psikolog memberikan istilah sebagai Masa Berkelompok atau Masa penyesuaian Diri. Pemberian istilah tersebut tentunya bukan tanpa alas an, tetapi berdasarkan karakteristik pada individu pada usia tersebut. Kriteria kemasakan bersekolah individu pada masa tersebut adalah: 5

1. Individu dapat bekerjasama dalam kelompok, tidak tergantuing pada ibu atau anggota keluarga lain. 2. Individu memiliki kemampuan sintetik-analitik 3. Secara jasmaniah sudah mencapai bentuk anak sekolah. Tugas perkembangan bagi siswa sekolah dasar disebutkan sebagai berikut (Hurlock, 1991) : 1. Belajar ketrampilan fisik untuk permainan biasa. 2. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, perlu mengembangkan sikap sehat terhadap diri sendiri. 3. Belajar bergaul dengan teman sebaya. 4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita. 5. Mengembangkan ketrampilan dasar untuk baca, tulis dan hitungan. 6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. 7. Mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai. 8. Mencapai kebebasan pribadi. Karakteristik kognitif menurut Piaget siswa sekolah dasar berada pada masa operasional konkrit dengan ciri-ciri: 1. Cara berfikir egosentrik berkurang, makin mampu mengambil perspektif orang lain. 2. Siswa sudah mampu memperhatikanlebih dari satu dimensi dan hubungan antar dimensi. 3. Kemajuan dalam menguasai konsep waktu, kecepatan dan jarak secara terpisah walau kombinasi antara ketiganya belum sempurna. 4. Operasi logis sudah dapat dibalik. Contoh : Anik adalah adik saya, berarti saya adalah kakak Anik. 5. Mampu memperhatikan aspek dinamis dari perubahan situasi. 6. Kemampuan melakukan seriasi dan klasifikasi. 7. Menguasai konsep angka. 8. Cara berfikir terkait pada situasi konkrit, nyata. Perkembangan Sosial-Emosional siswa sekolah dasar seperti disarikan dari Teori Perkembangan Psikoseksual Freud, anak usia sekolah dasar berada pada masa laten, dorongan libido dalam keadaan diam sehingga emosi anak relatif tenang. Pendapat lain disampaikan menurut Teori 6

Perkembangan Erikson, tahapan ini termasuk industry vs inferiority. Pola perilaku yangnampak seperti: 1. Mulai memperluas lingkungan sosialnya. 2. Bermain dalam kelompok dan teman sebaya 3. Mengembangkan konsaep diri dan harga diri 4. Kesadaran bahwa perilaku diri mampuy menimbilkan kesan dari orang lain. Misalnya kalau tidak menurut akan dimarahi. 5. Tingkah laku spesifik jenis kelamin diperoleh melalui proses biologis dan proses sosial. 6. Tingkah laku sosial timbul dari cara menirukan, belajar model dan penguatan dari lingkungan. 7. Sebagian besar menjadi kurang aktif karena banyaknya pekerjaan sekolah, acara film, televisi, buku bacaan dan permainan elektronik. Perkembangan Moral siswa sekolah dasar disampaikan menurut teori perkembangan moral Kohlberg anak usia sekolah dasar berada pada tingkatan konvensional yang ditandai anak mematuhi beberapa standar moral yang berasal dari eksternal, dan tahap interpersonal norm dengan karakteristik individu mengambil alih standar moral orangtuanya agar dipandang sebagi anak manis. Karakteristik khusus pada masa sekolah dasar kelas tinggi (4,5&6) adalah saebagai berikut: 1. Perhatian tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. 2. Ingin tahu, ingin belajar, realistis. 3. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus. 4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. 5. Anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama.

Cara Belajar Anak Sekolah dasar


1. Pengertian Cara Belajar Anak SD Memahami cara belajar anak adalah kunci pokok untuk menunjang keberhasilan anak. Sebaliknya, jika cara belajar anak tidak dipahami, maka hasilnya akan kurang maksimal. Secara umum, cara belajar adalah bagaimana seseorang menangkap, mengerti, memproses, mengungkapkan, dan mengingat suatu informasi. Cara belajar anak SD dibanding orang dewasa mempunyai perbedaan yang besar. Menurut Piaget (1950), setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata. Schemata adalah sistem konsep yang merupakan hasil pemahaman anak atas objek yang berada di sekitar anak. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yaitu menghubungkan objek baru dengan konsep yang sudah ada dalam

pikiran, sedangkan akomodasi adalah proses memanfaatkan konsep-konsep yang sudah ada dalam pikiran untuk menafsirkan objek baru. Kedua proses tersebut akan berlangsung secara terus menerus sehingga membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan demikian anak akan dapat membangun pengetahuan melalui interaksi secara langsung dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. 2. Macam-Macam Gaya Belajar Para ahli mengelompokkan tipe pembelajar kedalam 3 kelompok utama, yaitu: a. Pembelajar tipe Auditori (pendengaran) atau auditory learner Para pembelajar auditori adalah pendengar yang baik, mereka cenderung dapat menyerap informasi lebih efisien melalui pendengaran sehingga merupakan kelompok yang paling mengambil manfaat dari teknik mengajar konvensional yaitu teknik ceramah. Bila diminta, pembelajar tipe ini mudah menjelaskan secara lisan suatu ceramah/pidato yang didengarnya. Diperkirakan di dunia, populasi orang tipe auditori mencapai 30%. Ciri-ciri pembelajar tipe auditori antara lain: 1) Suka laporan lisan. 2) Suka berbicara. 3) Bagus dalam menjelaskan sesuatu secara lisan atau mempresentasikan secara lisan. 4) Mudah mengingat nama orang. 5) Bagus dalam tata bahasa dan bahasa asing. 6) Membaca perlahan-lahan. 7) Mudah menirukan ucapan orang dengan baik. 8) Tidak bisa diam untuk waktu yang lama. 9) Suka bertindak dan berada di panggung. 10) Sering menjadi yang terbaik dalam kelompok belajar. 11) Suka membaca keras untuk diri sendiri. 12) Tidak takut berbicara di dalam kelas. Kelemahan pembelajar auditori antara lain: 1) Kurang baik dalam membaca

2) Kurang dapat mengingat apa yang dibacanya bila tidak disuarakan. 3) Kurang baik dalam menulis karangan. b. Pembelajar tipe Visual (penglihatan) atau visual learner Para pembelajar tipe visual cenderung lebih berhasil dalam pembelajaran yang menggunakan sesuatu yang dapat dilihat. Artinya, informasi lebih mudah ditangkap bila ada bukti-bukti yang dapat dilihat, misalnya gambar, foto, peta, diagram, grafik. Di seluruh dunia, populasi orang dengan tipe ini diperkirakan mencapai 65%. Ciri-ciri pembelajar visual antara lain: 1) Sering duduk di kursi deretan depan ketika mengikuti pelajaran 2) Bagus dalam mengeja (spelling). 3) Perlu berpikir sebentar (tidak langsung bereaksi) dalam memahami apa yang baru didengarnya. 4) Menyukai warna-warna dan mode. 5) Mimpi berwarna. 6) Mudah mengerti dan menyukai grafik-grafik. 7) Mudah mempelajari bahasa isyarat. 8) Suka menggunakan bahasa tubuh. 9) Dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut tanpa merasa terganggu. 10) Berbakat dalam menulis. 11) Mengerjakan dengan baik tugas-tugas tertulis. Kelemahan pembelajar visual antara lain: 1) Kurang baik dalam menangkap pesan-pesan lisan. 2) Kurang suka berlama-lama mendengarkan orang berbicara. 3) Mudah melupakan nama orang. 4) Lambat mendengarkan dan merespon pembicaraan orang (sebenarnya hal ini bisa juga merupakan kelebihan tipe ini. c. Pembelajar Tipe kinestetik/taktil atau kinesthetic/tactile learner Para pembelajar tipe ini cenderung lebih berhasil dalam pembelajaran bila dia mengalami, bertindak, mempraktekkan, bergerak, menyentuh dan menggunakan jari-jari (motorik halus) untuk mengingat dan membangun konsentrasi. Diperkirakan di dunia ada sekitar 5% populasi orang bertipe kinestetik/taktil.

Ciri-ciri pembelajar tipe kinestetik antara lain: 1) Bagus dalam bidang olahraga. 2) Cenderung frustrasi dan gelisah bila harus duduk mendengarkan kuliah untuk jangka waktu yang lama, oleh karena itu mereka sering mengambil break (istirahat) saat kuliah sedang berlangsung. 3) Mengunyah permen ketika mendengarkan kuliah. 4) Kurang bagus dalam mengeja (spelling) 5) Tidak memiliki tulisan tangan yang besar. 6) Menyukai kerja di laboratorium sains. 7) Suka belajar sambil mendengar musik. 8) Suka buku-buku dan film petualangan. 9) Suka bermain peran. 10) Membangun/membuat model, diorama dan proyek. 11) Menyukai seni bela diri dan seni tari. 12) Koordinasi mata dengan tangan sangat bagus. 13) Menyukai tes/ujian jenis multiple choice dan definisi pendek, tetapi tidak menyukai tes jenis esai dan tes tertulis yang memakan waktu yang panjang. 3. Cara Guru Membelajarkan Peserta Didik Guru merupakan orang tua sekaligus pendidik di dalam sekolah. Seorang guru harus memahami gaya belajar anak. Seorang guru harus mampu menciptakan strategi-strategi belajar sesuai dengan gaya belajar peserta didiknya. 1. Anak Visual: a. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta. b. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting. c. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. d. Gunakan multi-media seperti komputer dan video. e. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. 2. Anak Auditori: a. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga. b. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

c. Gunakan musik untuk mengajarkan anak. d. Diskusikan ide dengan anak secara verbal. e. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset. 3. Anak Taktil/Kinestetik: a. Dalam kegiatan belajar, jangan terlalu banyak memberikan materi, sesekali berikan b. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru). c. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan. d. Ciptakan suasana belajar kooperatif

You might also like