You are on page 1of 83

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan adanya perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi. Informasi yang di dapatkan tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber sumber informasi lainnya, salah satu di antaranya melalui jaringan internet. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, di mana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsurunsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan. Beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang aplikasi E-learning. E-learning atau proses pembelajaran melalui media elektronik, terutama internet, saat ini dianggap dapat menjadi salah satu solusi pendidikan bagi peserta didik yang tidak dapat hadir secara fisik dalam perkuliahan, namun mempunyai niat untuk memperoleh pengetahuan ataupun keinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi institusi

pendidikan, teknologi e-learning dapat dijadikan media untuk semakin memperbaiki kualitas dalam pembelajaran jarak jauh (distance learning). Jika semula e-learning terkesan sebagai pembelajaran yang pasif dan hanya satu arah dari instruktur atau staf pengajar semata, setahap demi setahap hal ini mulai dirubah. Kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan di dalam e-learning saat ini sudah dapat ditemukan di berbagai perangkat lunak Learning Content Management System (LCMS) seperti, Moodle, ATutor, dan lain sebagainya. Sebagian besar LCMS yang ada saat ini telah menyediakan fasilitas forum, blog, chat, pembelajaran, bank pertanyaan, penilaian, dukungan multimedia, wiki, tugas kelompok, dan dukungan berbagai bahasa. Setiap LCMS yang ada pasti memiliki kekurangan dan

kelebihannya masing-masing, maka dari itu penulis ingin memberikan penjelasan mengenai perbandingan antara software aplikasi e-learning Moodle dan ATutor dilihat dari aspek perangkat lunak ke dua software elearning tersebut dengan menggunakan pengujian white box.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah : Bagaimana menganalisis performansi antara software aplikasi Moodle dan ATutor sehingga dapat diketahui mana yang baik untuk

diterapkan untuk menghasilkan Desain E-Learning yang baik dan user friendly interface ?

C. Ruang Lingkup Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada parameter spesifikasi ke dua software dan rekayasa perangkat lunak dengan melakukan pengujian menggunakan white box dari kedua software aplikasi e-learning Moodle dan ATutor

D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis performansi antara software aplikasi Moodle dan ATutor sehingga dapat diketahui mana yang baik untuk diterapkan untuk menghasilkan Desain E-Learning yang baik dan user friendly interface.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, peneliti dapat memperoleh tambahan pemahaman dan mengetahuan mengenai software aplikasi e-learning dengan

menggunakan Moodle dan ATutor. 2. Bagi para mahasiswa, diharapkan dengan adanya penulisan laporan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai ke dua software aplikasi e-learning yaitu dengan menggunakan Moodle dan ATutor.

F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ditulis untuk memberikan kemudahan informasi bagi pembaca dalam mempelajari dan memahami isi tentang penulisan penelitian ini, berikut adalah sistematika penulisan :

BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara garis besar isi penulisan ini. Memberikan gambaran mengenai latar belakang, perumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori pendukung dalam melakukan penelitian mengenai perbandingan ke dua software aplikasi e-learning Moodle dan ATutor.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi mengenai kerangka berpikir dari perbandingan dua CMS yaitu Moodle dan ATutor, tahapan penelitian, dan alat penelitian.

BAB IV : PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang konsep Moodle dan ATutor, analisa ke dua software yang meliputi analisa fitur, analisa konten, analisa template, analisa keamanan sistem, analisa kecepatan akses, analisa user friendly,

analisa database dan analisa hardware. Di bab ini juga membahas mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing software, mengidentifikasi masalah dilihat dari software engineering.

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil dari perbandingan ke dua software yang telah dilakukan antara Moodle dan Atutor, baik dalam aspek spesifikasi software maupun aspek spesifikasi rekayasa perangkat lunak (RPL) dengan pengujian menggunakan white box.

BAB VI : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Internet Internet adalah suatu jaringan komputer yang satu dengan yang lain saling terhubung untuk keperluan komunikasi dan informasi. Sebuah komputer dalam satu jaringan internet dapat berada di mana saja atau bahkan di seluruh Indonesia. Sering juga internet diartikan sebagai jaringan komputer di seluruh dunia yang berisikan informasi dan sebagai sarana komunikasi data yang berupa suara, gambar, video dan juga teks. Informasi ini dibuat oleh penyelenggara atau pemilik jaringan komputer atau dibuat pemilik informasi yang menitipkan informasinya kepada penyedia layanan internet. Ada beberapa istilah yang sering digunakan apabila Anda bekerja dalam internet, diantaranya yaitu: 1. WWW (World Wide Web), merupakan kumpulan web server dari seluruh dunia yang berfungsi menyediakan data dan informasi untuk digunakan bersama. Berbagai informasi dapat Anda temukan pada www, seperti informasi politik, ekonomi, sosial, budaya, sastra, sejarah, teknologi, pendidikan dan sebagainya. Kita dapat mengumpamakan www ini merupakan perputakaan besar yang menyediakan berbagai informasi yang di butuhkan. 2. Web Site (situs web), merupakan tempat penyimpanan data dan informasi dengan berdasarkan topik tertentu. Diumpamakan situs web ini adalah sebuah buku yang berisi topik tertentu.

3. Web Pages (halaman web), merupakan sebuah halaman khusus dari situs web tertentu. Diumpamakan halaman web ini adalah sebuah halaman khusus buku dari situs web tertentu. 4. Homepage, merupakan sampul halaman yang berisi daftar isi atau menu dari sebuah situs web. 5. Browser, merupakan program aplikasi yang digunakan untuk

memudahkan Anda melakukan navigasi berbagai data dan informasi pada www.

B. E-learning E-learning mengandung arti yang luas, sehingga ada banyak definisi mengenai e-learning itu sendiri. Darin E.Hartley [Hartley, 2001] menyatakan: e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain.(1) Dan Romi Satria Wahono menyimpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-learning.(2) Selain itu dalam Sembel, 2004, hal-hal yang perlu ada untuk menghidupkan e-learning adalah : 1. Subject Matter Expert (SME), merupakan nara sumber dari pembelajaran yang disampaikan.

Darin E.Hartley [Hartley, 2001], Romi Satria Wahono,definisi mengenai e-learning Ibid.

2.

Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.

3.

Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif, dan menarik untuk dipelajari.

4.

Learning Management System (LMS), bertugas mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya, serta hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas, nilai, dan peringkat ketercapaian belajar siswa.

E-learning dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah karena aplikasi e-learning memiliki kelebihan atau keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005)(3) : 1. 2. Pengurangan biaya. Fleksibilitas, dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan internet. 3. Personalisasi, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar mereka. 4. Standarisasi, dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru, seperti cara mengajarnya, materi dan penguasaan Effendi, e-learning, Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2005 .

materi yang berbeda, sehingga memberikan standar kualitas yang lebih konsisten. 5. Efektivitas, suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi dari pelajaran melalui metode elearning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang menggunakan cara tradisional. 6. Kecepatan, kecepatan distribusi materi pelajaran akan meningkat, karena pelajaran tersebut dapat dengan cepat disampaikan melalui internet.

Aplikasi e-learning selain dapat memberikan keuntungan, selain itu terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh sistem e-learning tersebut. Kendala atau hambatan dalam penyelenggaraan e-learning, yaitu (Effendi, 2005)(4) : 1. Investasi, walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya. 2. Budaya, pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer. 3. Teknologi dan infrastruktur, e-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan handal, dan teknologi yang tepat.

Effendi, e-learning, Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2005 .

10

4.

Desain materi, penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning yang memadai.

C. Moodle Moodle adalah sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat merubah sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk kedalam ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan menggunakan Moodle, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. Moodle itu sendiri adalah singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment. Moodle merupakan sebuah aplikasi Course Management System (CMS) yang gratis dapat didownload, di gunakan ataupun dimodifikasi oleh siapa saja dengan lisensi secara GNU (General Public License).(5) Ada beberapa alasam kuat, sehingga menjadikan Moodle sebagai salah satu LMS atau CMS yang populer digunakan oleh banyak institusi pendidikan, antara lain adalah : 1. Free dan Open Source Moodle bernaung dibawah bendera open source, sehingga dengan demikian semua orang dapat memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan dari institusi yang menggunakannya. Moodle di http://www.scribd.com/doc/53245974/bab-iv, terakhir diakses pada 15 Juli 2012.

11

distribusikan secara gratis, sehingga tidak membutuhkan sedikitpun dana untuk membeli aplikasinya, kecuali dana yang di butuhkan untuk membayar bandwidth yang terpakai untuk mendownload 17 MB master Moodle. 2. Ukuran kecil, kemampuan maksimal Dengan ukuran yang kecil (sekitar 17 MB untuk versi Moodle 1.9), namun mampu mengola aktifitas kegiatan akademik dan

pembelajaran hingga seukuran sebuah universitas dengan jumlah mahasiswa sekitar 50.000 orang. 3. Dilandasi oleh educational philosophy Moodle tidak dibangun oleh seorang computer scientist murni, tetapi berdasarkan kepada pengalaman dan latar belakang pendidikan dalam bidang ilmu pendidikan, sehingga Moodle mampu mengakomodir hampir semua kebutuhan pendidikan konvensional yang ditransfer dalam wujud online learning. 4. Mempunyai komunitas yang besar dan saling berbagi. Komunitas pengguna Moodle tergabung dalam suatu organisasi yang bernaung di bawah bendera www.moodle.org.

D. ATutor ATutor merupakan salah satu media e-learning yang tampilannya cukup user-friendly dan kemudahannya dalam penambahan fasilitas-fasilitas pembelajaran e-learning lainnya apabila di butuhkan. Penambahan tersebut

12

sifatnya opsional karena tidak semua institusi pendidikan membutuhkan fasilitas tersebut.(6) Kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan di dalam e-learning saat ini sudah dapat ditemukan di berbagai perangkat lunak Learning Content Management System (LCMS) seperti ATutor, Moodle, Sakai Project, dan lain sebagainya. Sebagian besar LCMS yang ada saat ini telah menyediakan fasilitas forum, blog, chat, pembelajaran, bank pertanyaan, penilaian, dukungan multimedia, wiki, tugas kelompok, dan dukungan berbagai bahasa. Pada awalnya ATutor hanya menyediakan fasilitas untuk penulisan materi, upload materi ke server, pertugasan dalam kuliah, pembuatan bank soal, pengujian dan penilaian, serta fasilitas untuk komunikasi antar pengguna yaitu chating, forum, dan blog. Namun jika dibutuhkan, Anda dapat menambah modul untuk Kalender yang berisi aktivitas peserta didik terkait dengan course yang diselenggarakan. Modul tambahan lain yang

ditambahkan dapat berupa Photo Gallery, Text2Speech, WebChat, Ewiki, dan lain sebagainya dapat didownload melalui alamat

http://www.atutor.ca/modules. Apabila semua modul tambahan diinstalasi, maka ATutor akan menjadi media e-learning yang cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran berbasis web. Beberapa modul tambahan yang menarik antara lain blogs, forum, chat, kalendar, dan photo album. Kalendar digunakan untuk pedoman bagi pengguna akan adanya peristiwa tertentu terkait dengan pembelajaran. Modul photo album digunakan untuk berbagi gambar di dalam situs e-learning. Sedangkan blogs, forum, dan chat http://www.scribd.com/doc/53245974/bab-iv, terakhir diakses pada 15 Juli 2012.

13

digunakan untuk media komunikasi antara pengguna e-learning, baik pengajar dengan peserta didik maupun antar peserta didik itu sendiri. Apabila dibandingkan dengan software LCMS lainnya, ukuran file instalasi ATutor terbilang cukup kecil yaitu 2.451 Kilobyte. Namun kecilnya ukuran ini tidak mengurangi kelengkapan fungsi yang dibutuhkan oleh proses pembelajaran berbasis web. Bahkan perangkat lunak ini dapat digabungkan dengan software Content Management System (CMS) PostNuke, Mambo atau Joomla, dan Drupal. Sehingga ketiganya dapat menambahkan ATutor sebagai kesatuan bagian yang tidak terpisah dengan sistem yang telah ada. Pantas kiranya apabila ATutor menjadi software pilihan dalam penyelenggaraan elearning yang mudah namun handal karena berbagai kelebihan dan kelengkapan fasilitasnya.

E. Rekayasa Perangkat Lunak Pengertian rekayasa perangkat lunak menurut Roger S. Pressman adalah Penerapan dari suatu pendekatan yang sistematis, disiplin dan terstruktur pada pembangunan, pengoperasian dan perawatan perangkat lunak.(7) Usaha yang berhubungan dengan rekayasa perangkat lunak dapat dikategorikan ke dalam tiga fase umum dengan atau tanpa memperdulikan area aplikasi, ukuran proyek, atau konfleksitasnya, antara lain sebagai berikut:

Roger S. Pressman, Pengertian rekayasa perangkat lunak, http://lokomediasi.blogspot.com/, terakhir diakses pada 15 Juli 2012.

14

1.

Fase Definisi ( Definition Phase) berfokus pada apa (what) di mana pada definisi ini pengembang perangkat lunak harus mengidentifikasi informasi apa yang akan diproses, fungsi dan unjuk kerja apa yang dibutuhkan, tingkah laku sistem seperti apa yang diharapkan, interface apa yang akan dibangun, batasan perancangan apa yang ada, dan kriteria validasi apa yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sistem yang sukses. Metode yang diaplikasikan selama fase definisi berbeda, tergantung pada paradigma rekayasa perangkat lunak (atau kombinasi paradigma) yang diaplikasikan. Ada tiga tugas utama yang ada dalam bentuk yang sama; sistem atau rekayasa informasi, perencanaan proyek perangkat lunak, serta analisis kebutuhan.

2.

Fase Pengembangan (Development Phase) berfokus pada how (bagaimana), di mana selama masa pengembangan perangkat lunak, teknisi harus mendefinisikan bagaimana data

dikonstruksikan, bagaimaana fungsi-fungsi diimplementasikan sebagai sebuah arsitektur perangkat lunak, bagaimana detil prosedur akan diimplementasikan, bagaimana antar muka ditandai (dikarakterisasi), bagaimana rancangan akan diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman (atau bahasa nonprosedural), serta bagaimana pengujian akan dilakukan. Metode-metode yang diaplikasikan selama masa pengembangan program akan

15

bervariasi, tetapi ada tiga tugas teknis yang khusus yang harus selalu ada; rancangan perangkat lunak, pemunculan kode, dan pengujian perangkat lunak.

3.

Fase Pemeliharaan (Maintenance phase) berfokus pada perubahan, yang dihubungkan dengan koreksi kesalahan, penyesuaian yang dibutuhkan ketika lingkungan perangkat lunak berkembang, serta perubahan sehubungan dengan perkembangan yang disebabkan oleh perubahan kebutuhan pelanggan. Fase pemeliharaan

mengaplikasikan lagi langkah-langkah pada fase definisi dan fase pengembangan, tetapi semuanya tetap tergantung pada konteks perangkat lunak yang ada. Ada empat tipe perubahan yang terjadi selama masa fase pengembangan yaitu : a. b. c. d. Koreksi Adaptasi Perkembangan Pencegahan

F. Dasar-Dasar Pengujian Perangkat Lunak Pengujian menyajikan anomali yang menarik bagi perekayasa perangkat luank. Pada proses perangkat lunak, perekayasa pertama-tama berusaha membangun perangkat lunak dari konsep abstrak ke implementasi yang dapat dilihat, baru kemudian dilakukan pengujian. Perekayasa

16

menciptakan sederetan test case yang dimaksudkan untuk membongkar perangkat lunak yang sudah dibangun. Pada dasarnya, pengujian merupakan satu langkah dalam proses rekayasa perangkat lunak yang dapat dianggap (paling tidak secara psikologis) sebagai hal yang destruktif dari pada konstruktif. Pengembang perangkat lunak, sesuai sifat dasar mereka adalah manusia pembangun. Pengujian mengharuskan pengembang membuang pemikiranpemikiran sebelumnya mengenai kebenaran perangkat lunak yang baru saja dikembangkan dan mengatasi konflik minat yang terjadi pada saat kesalahan ditemukan. Beizer menggambarkan situasi tersebut dengan mengatakan ada mitos yang menyatakan bahwa jika kita benar-benar baik dalam pemrograman, maka tidak akan terjadi bug. Jika kita benar-benar dapat berkonsentrasi, jika setiap orang menggunakan pemrograman terstruktur, desain top-down, tabel keputusan, jika program-program ditulis didalam SQUISH, jika kita memiliki standar yang benar, maka tidak akan ada bug.

G. Prinsip Pengujian Sebelum mengaplikasikan metode untuk mendesain test case yang efektif, perekayasa perangkat lunak harus memahami prinsip dasar yang menuntun pengujian perangkat lunak. Davis mengusulkan serangkaian prinsip pengujian yang telah diadaptasi untuk digunakan, antara lain adalah sebagai berikut :

17

1.

Semua pengujian harus dapat ditelusuri sampai ke persyaratan pelanggan. Hal ini memenuhi kriteria bahwa cacat yang paling fatal (dari titik pandang pelanggan) adalah cacat yang menyebabkan program gagal memenuhi persyaratan.

2.

Pengujian harus direncanakan lama sebelum pengujian itu dimulai. Perencanaan pengujian dapat dimulai segera setelah model persyaratan dilengkapi. Definisi detail mengenai test case dapat dimulai segera setelah model desain diteguhkan. Dengan demikian, semua pengujian dapat direncanakan dan dirancang sebelum semua kode dibangkitkan.

3.

Pengujian Pareto berlaku untuk pengujian perangkat lunak. Secara singkat, prinsip Pareto mengimplikasikan bahwa 80 persen dari semua kesalahan yang ditemukan selama pengujian sepertinya akan dapat ditelusuri sampai 20 persen dari semua modul program. Masalahnya, bagaimana mengisolasi modul yang dicurigai dan mengujinya dengan teliti.

4.

Pengujian harus dimulai dari yang kecil dan berkembang ke pengujian yang besar. Pengujian pertama yang direncanakan dan dieksekusi biasanya berfokus pada modul program individual. Selagi pengujian berlangsung maju, pengujian mengubah fokus dalam usaha menemukan

18

kesalahan pada cluster modul yang terintegrasi, dan akhirnya pada sistem secara keseluruhan.

5.

Pengujian yang mendalam tidak mungkin. Jumlah jalur permutasi untuk program yag berukuran menengah ataupun sangat besar. Karena itulah maka tidak mungkin mengeksekusi setiap kombinasi jalur skema pengujian. Tetapi dimungkinkan untuk secara akurat mencakup logika program dan memastikan bahwa semua kondisi dalam desain prosedural telah diuji

6.

Untuk menjadi paling efektif, pengujian harus dilakukan oleh pihak ketiga yang independen. Yang dimaksudkan dengan kata yang paling efektif adalah pengujian yang memiliki probabilitas tertinggi di dalam menemukan kesalahan (sasaran utama pengujian).

H. Desain Test Case Desain pengujian perangkat lunak dan produk rekayasa lain dapat sama-sama menantang dengan desain awal dari produk itu sendiri. Tetapi untuk alasan yang telah disebutkan, perekayasa perangkat lunak sering memperlakukan pengujian sebagai pikiran yang timbul kemudian,

mengembangkan test case yang mungkin merasa benar tetapi tidak menjamin kelengkapannya. Dengan melihat lagi sasaran pengujian, kita harus

19

mendesain

pengujian

yang

memiliki

kemungkinan

tertinggi

dalam

menemukan kesalahn dengan jumlah waktu dan usaha yang minimum. Lebih dari dua dekade terakhir ini telah berkembang berbagai metode desain test case untuk perangkat lunak. Metode-metode tersebut memberikan kepada pengembang sebuah pendekatan yang sistematik ke pengujian. Yang lebih penting, metode itu memberikan mekanisme yang dapat membantu memastikan kelengkapan pengujian dan memberikan kemungkinan tertinggi untuk mengungkap kesalahan pada perangkat lunak. Semua produk yang direkayasa (dan sebagian besar hal lain) dapat diuji dengan satu atau cara, yaitu : 1. Dengan mengetahui fungsi yang ditemukan di mana produk dirancang untuk melakukannya, pengujian dapat dilakukan untuk memperlihatkan bahwa masing-masing fungsi beroperasi

sepenuhnya, pada waktu yang sama mencari kesalahan pada setiap fungsi.

2.

Dengan mengetahui kerja internal suatu produk, maka pengujian dapat dilakukan untuk memastikan bahwa semua roda gigi berhubungan yaitu operasi internal bekerja sesuai dengan spesifikasi dan semua komponen internal telah diamati dengan baik. Pendekatan pengujian pertama disebut dengan black box dan yang kedua disebut white box.

20

Jika perangkat lunak komputer dipertimbangkan, maka pengujian black box berkaitan dengan pengujian yang dilakukan pada interface perangkat lunak. Meskipun desain untuk mengungkap kesalahan, pengujian black box digunakan untuk memperlihatkan bahwa fungsi-fungsi perangkat lunak adalah operasional, bahwa input diterima dengan baik dan output dihasilkan dengan tepat dan integritas informasi eksternal (seperti file data) dipelihara. Pengujian black box menguji beberapa aspek dasar suatu sistem dengan sedikit memperlihatkan struktur logika internal perangkat lunak tersebut. Pengujian white box perangkat lunak didasarkan pada pengamatan yang diteliti terhadap detail prosedural. Jalur-jalur logika yang melewati perangkat lunak diuji dengan memberikan test case yang menguji serangkaian kondisi dan atau loop tertentu. Status program tersebut dapat diuji pada berbagai titik untuk menentukan apakah status yang diharapakan atau dituntut sesuai dengan status aktual.

I. Pengujian White Box Pengujian white box, yang kadang-kadang disebut pengujian glass box, adalah metode desain test case yang menggunakan struktur kontrol desain prosedural untuk memperoleh test case. Dengan menggunakan metode pengujian white box, perekayasa sistem dapat melakukan test case yang : 1. Memberikan jaminan bahwa semua jalur independen pada suatu modul telah digunakan paling tidak satu kali.

21

2. 3.

Menggunakan semua keputusan logis pada sisi true atau false. Mengeksekusi semua loop pada batasan mereka dan pada batas operasional mereka.

4.

Menggunakan struktur data internal untuk menjamin validasinya. Masing-masing alasan tersebut memberikan suatu argumen untuk

melakukan pengujian white box. Pengujian black box, tidak peduli seberapa cermat dilakukan, dapat tidak menangkap bentuk kesalahan tersebut. Seperti dikatakan oleh Beizer, Bug bersembunyi di sudut-sudut dan berkerumunan di perbatasan-perbatasan. Tetapi pengujian white box sangat mungkin untuk menemukannya.

1. http://www.tetenstd.co.cc/2011/02/pengujian-perangkat-lunak-rpl-1.html, terakhir diakses pada 15 Juli 2012

22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Pikir START

Pengumpulan Data Studi Literatur : Analisa Masalah Kepustakaan Internet Unit Testing

Module Testing

Sub-system Testing

System Testing

Acceptance Testing

END

Gambar III.1 Metodologi Penelitian

23

B. Uraian Urutan dalam menyusun penelitian ini digunakan untuk

mengetahui beberapa tahapan dalam metodologi penelitian, yaitu sebagai berikut(9) : 1. Pengumpulan data a. Penelitian Lapangan Yaitu dengan cara mengadakan penelitian terhadap objek yang akan diteliti. Penelitian lapangan tersebut berupa pengamatan (observasi) terhadap ke dua software aplikasi e-learning dengan cara mengumpulkan data-data secara langsung terhadap objek tersebut.

2.

Perumusan masalah a. Kepustakaan Yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca dan mencari segala sumber data serta keterangan yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diambil. Sumber bacaan ini di dapat dari bukubuku bacaan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. b. Internet Yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan media komputer untuk mencari bahan dan data-data yang dapat mendukung penulisan penelitian ini secara online.

9. Mengenai perbandingan dua CMS, tahapan penelitian dan alat penelitian

http://www.tetenstd.co.cc/2011/02/pengujian-perangkat-lunak-rpl-1.html (diunduh atau didownload pada tanggal 15 Juli 2012)

24

3.

Unit Testing Pada tahap ini penulis melakukan pengujian komponenkomponen dari kedua software secara individu.

4.

Module Testing Pada tahap ini penulis melakukan pengujian terhadap komponen-komponen yang saling berhubungan antara kedua software Moodle dan ATutor.

5.

Sub-system Testing Pengujian yang penulis lakukan terhadap module-module sistem yang saling berhubungan. Fokus terhadap pengujian interface.

6.

System Testing Pada tahap ini penulis melakukan pengujian terhadap keseluruhan sistem.

7.

Acceptance Testing Pada tahap ini pengujian yang dilakukan oleh penulis yaitu untuk melihat apakah sistem sudah dapat diterima atau belum oleh pengguna.

25

C. Alat Penelitian Dalam melakukan penelitian, penulis memerlukan alat penelitian untuk mendukung kegiatan penelitian tersebut. Alat yang diperlukan antara lain sebagai berikut : 1. Spesifikasi Hardware 2. Memory Processor HardDisk Display : 1 GigaByte : 1.6 GigaHertz : 250 GigaByte : 1024 x 768 Pixel

Network Interface Card : 100 MegaHertz Keyboard Mouse

Spesifikasi Software Untuk penulisan laporan ini, penulis menggunakan dua spesifikasi software, antara lain sebagai berikut : a) Bahasa Pemrograman Data Base Web server Operating Sistem CMS b) Bahasa Pemrograman Data Base : PHP : MySQL : Apache : Microsoft Windows XP : Moodle 1.9 : PHP : MySQL

26

Web server Operating Sistem CMS

: Apache : Microsoft Windows XP : ATutor 2.0.2

27

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

A. Konsep Moodle dan ATutor 1. Moodle Nama produk Nama pengembang URL Review date Forum Penulis resensi buku 2. ATutor Nama produk Nama pengembang : ATutor 2.0 : Teknologi adaptif resource center university of toronto URL Review date Forum Penulis resensi buku :http://www.atutor.ca/atutor/demo/index.php : 15 Juli 2012 : ATutor 2.0 diskusi : Email staff review : Moodle 1.9 : Moodle : http://moodle.org : 15 Juli 2012 : Moodle 1.9 diskusi : Email staff review

B. Analisa Kedua Software 1. Analisa Fitur a. Forum diskusi

28

Di Moodle siswa dapat mengaktifkan atau menonaktifkan posting yang akan dikirim ke e-mail mereka masing-masing, siswa dapat menerima posting dari e-mail masing-masing, memiliki editor WYSIWIG (What You See Is What You Get) yang dapat memungkinkan menghubungkan ke file dan hyperlink serta file upload. Di fitur forum diskusi ATutor siswa hanya dapat mengaktifkan atau menonaktifkan posting yang akan dikirim ke email mereka masing-masing. b. Pembahasan manajemen Di Moodle dosen atau pengajar dapat memungkinkan siswa untuk membuat kelompok diskusi sendiri, dosen atau pengajar dapat mengatur diskusi, dimana semua posting dapat disaring atau dimonitoring, dosen atau pengajar dapat melihat ringkasan secara statistik dari diskusi yang akan menampilkan partisipasi yang dapat digunakan untuk menghasilkan nilai untuk siswa tersebut. Diskusi bisa dibagi di seluruh program, departemen, atau unit institusional. Di ATutor diskusi bisa dibagi di seluruh program, departemen, atau unit institusional. c. File exchange Di Moodle siswa dapat menyerahkan tugas menggunakan kotak drop. Sedangkan Di Atutor Siswa dapat menyerahkan tugas menggunakan kotak drop, siswa dapat berbagi isi folder pribadi

29

mereka dengan siswa lain. Administrator dapat menentukan batasan ruang disk untuk setiap pengguna. d. Email internal Di Moodle siswa dapat menggunakan built-in yaitu fungsi email ke email individu atau kelompok yang lain, siswa dapat menggunakan buku alamat yang akan dicari, siswa dapat memilih untuk meneruskan e-mail ke alamat eksternal. Di ATutor siswa dapat menggunakan built-in fungsi e-mail ke e-mail individu atau kelompok, siswa dapat menggunakan buku alamat yang akan dicari. Instruktur dapat mengirimkan e-mail seluruh kelas sekaligus pada alamat tunggal. Siswa juga dapat memilih untuk meneruskan e-mail ke alamat eksternal. e. Online jurnal atau catatan Di Moodle pengguna memiliki catatan situs, catatan kursus dan catatan pribadi, sedangkan fitur online jurnal atau catatn di ATutor tidak ada atau tidak disediakan. f. Real-time chat Di Moole alat obrolan yang dapat mendukung sejumlah fasilitas yang ada. Alat obrolan yang dapat mendukung diskusi kelompok terbatas. Siswa juga dapat membuat ruang diskusi yang baru. Instruktur yang mungkin sedang chatting dan ingin menangguhkan siswa dari chat room, dan sistem ini menciptakan arsip log untuk semua chat room.

30

Di ATutor alat obrolan simultan mendukung diskusi kelompok terbatas. Sistem ini menciptakan arsip log untuk semua chat room.

g.

Kalender atau kemajuan riview Di Moolde instruktur dan siswa dapat memposting kejadian secara online. Kursus kalender. Instruktur dapat memposting pengumuman ke halaman pengumuman saja. Siswa memiliki website pribadi yang berisi daftar semua program di mana siswa yang terdaftar memiliki e-mail baru dan tentu saja seluruh aktivitas sistem dari kalender pribadi mereka. Siswa dapat melihat nilai mereka pada tugas yang telah selesai, kemungkinan jumlah poin, kelas kursus, dan membandingkan nilai mereka terhadap kinerja kelas. Sedangkan fitur kalender atau kemajuan riview di ATutor tidak ada.

h.

Pencarian dalam kursus Di Moolde siswa dapat mencari semua thread (urutan) diskusi, siswa dapat mencari chat atau sesi kelas rekaman virtual. Di ATutor selain siswa dapat mencari semua thread (urutan) diskusi, siswa juga dapat mencari semua isi kursus.

i.

Kerja offline atau sinkronisasi Di Moodle tidak terdapat fitur kerja offline atau sinkronisasi, sedangkna Di ATutor, dengan adanya fitur kerja offline membuat siswa dapat mengkompilasi dan mendownload konten untuk seluruh

31

kursus ke format lain yang dapat di cetak atau di simpan secara local, siswa juga dapat mendownload konten kursus dan konten grup diskusi dengan PDA. j. Orientasi atau bantuan Di Moodle siswa dapat mengakses secara sensitive, yang dapat membantu konteks untuk alat apapun. Sistem ini juga meliputi tutorial online bagi mahasiswa, yang berguna untuk membantu siswa untuk belajar bagaimana cara menggunakan sistem ini. Bantuan ekstensif system juga ada dalam fitur Moodle. Di ATutor siswa dapat mengakses secara sensitif yang dapat membantu konteks untuk alat apapun. k. Tugas kelompok Di Moodle instruktur dapat menetapkan siswa untuk kelompok. Sistem secara acak dapat membuat grup dari suatu ukuran tertentu atau beberapa kelompok. Siswa dapat memilih kelompoknya sendiri. Masing-masing kelompok dapat memiliki forum diskusi sendiri. Masing-masing kelompok dapat memiliki sendiri chat mereka masing-masing. Masing-masing kelompok dapat diberikan spesifik tugas kelompok atau kegiatan. Sedangkan Di ATutor Instruktur dapat menetapkan siswa untuk kelompok. Sistem secara acak dapat membuat grup dari suatu ukuran tertentu atau beberapa set kelompok. Masing-masing kelompok dapat memiliki forum diskusi sendiri. Masing-masing kelompok

32

dapat diberikan spesifik tugas kelompok atau kegiatan. Groups swasta atau instruktur dapat memonitor kelompok. l. Jaringan komunitas Di Moodle siswa dapat membuat klub online, bunga, dan kelompok belajar di tingkat system, siswa dari program yang berbeda dapat berinteraksi secara luas melalui chat room dalam sistem atau forum diskusi. Di ATutor siswa dapat membuat klub online, bunga, dan kelompok belajar di tingkat system, siswa dari program yang berbeda dapat berinteraksi secara luas chat room sistem atau forum diskusi. m. Jenis test Di Moolde contoh test yang dapat diberikan dosen yaitu beberapa pilihan, dengan beberapa jawaban, sesuai, pemesanan, campur aduk kalimat, dihitung, mengisi kosong, jawaban singkat, survei pertanyaan, karangan, pertanyaan dapat berisi elemen-elemen media lain (gambar, video, audio), custom jenis pertanyaan dapat di definisikan. Di Atutor contoh test yang dapat dibuat oleh dosen yaitu beberapa pilihan, beberapa jawaban, sesuai, pemesanan, mengisi kosong, jawaban singkat, survei pertanyaan, karangan, pertanyaan dapat berisi elemen-elemen media lain (gambar, video, audio).

33

n.

Otomatis manajemen pengujian Di Moodle sistem ini dapat mengacak pertanyaan dan jawaban secara otomatis. Dosen atau pengajar dapat membuat penilaiannya sendiri, dosen atau pengajar dapat menetapkan batas waktu ujian, dosen atau pengajar dapat mengizinkan beberapa upaya dalam ujian. Sistem ini mendukung MathML editor untuk memasukkan rumus matematika dalam pertanyaan dan jawaban disoal yang diberikan oleh dosen atau pengajar. Dosen atau pengajar dapat menentukan dan menampilkan apakah hasil yang dijawab mahasiswa benar atau tidak. Sistem ini mendukung Remote Quiz Protokol yang memungkinkan pertanyaan yang diberikan dan dapat mencetak eksternal ke sistem melalui layanan berbasis web-standar. Di ATutor sistem ini dapat mengacak pertanyaan dan jawaban. Instruktur dapat membuat penilaiannya sendiri, instruktur dapat menetapkan batas waktu ujian, instruktur dapat mengizinkan beberapa upaya dalam ujian. Para siswa diperbolehkan untuk meninjau upaya-upaya masa lalu kuis. Instruktur dapat menentukan apakah hasil dari jawaban yang diberikan oleh siswa benar atau tidak.

o.

Otomatis pengujian dukungan Dengan adanya fitur ini di Moodle dosen atau pengajar dapat membuat bank tes pribadi, dosen atau pengajar dapat membuat luas bank uji sistem. Pertanyaan dapat diimpor dari bank uji eksternal

34

yang mendukung QTI. Sistem ini menyediakan analisis data pengujian. Sedangkan Di Atutor instruktur dapat membuat bank tes pribadi. Pertanyaan dapat diimpor dari bank uji eksternal yang mendukung QTI. Sistem ini menyediakan analisis data pengujian. p. Online gradebook Di Moodle ketika dosen atau pengajar menambahkan tugas untuk kursus, perangkat lunak secara otomatis menambahkan ke gradebook tersebut, dosen atau pengajar dapat menambahkan nilai untuk tugas offline, dosen atau pengajar dapat menambahkan rincian ke gradebook di kolom kustom, dosen atau pengajar dapat mengekspor nilai di gradebook untuk suatu spreadsheet eksternal, dosen atau pengajar dapat membuat skala penilaian program dapat menggunakan persen, nilai huruf, atau lulus atau gagal. Sedangkan di ATutor instruktur dapat menambahkan nilai untuk tugas offline, nstruktur dapat mengekspor nilai di gradebook untuk suatu spreadsheet eksternal, Instruktur dapat membuat skala penilaian program yang dapat menggunakan persen, nilai huruf, atau lulus atau gagal. 2. Analisa Konten a. Konten untuk Dosen Fasilitas konten untuk dosen atau pengajar yang terdapat di Moodle, yaitu dosen atau pengajar dapat memilih bentuk atau

35

metode pelajaran berdasarkan mingguan, topik atau bentuk diskusi, dosen atau pengajar mempunyai kendali secara penuh untuk mengatur pelajaran, termasuk melarang pengajar yang lain. Untuk membatasi akses, dosen atau pengajar dapat menambahkan kunci masuk (mirip seperti password) yang disebut dengan enrollment. Jika kunci masuk ini diisi, maka saat pertama kali mengikuti kuliah, siswa harus memasukan kunci tersebut. Dosen atau pengajar juga dapat mengubah dan mengisi materi kuliah, dosen atau pengajar dapat mengedit judul dan deskripsi topik kuliah, dosen atau pengajar dapat memasukkan materi dengan mengetiknya langsung melalui situs, dosen atau pengajar dapat mengupload file Microsoft Word, Power Point, Microsoft Excel dan gambar (jpg, bmp) ke dalam situs e-learning dengan mudah, dosen atau pengajar dapat menilai tugas dan memberikan komentar yang dapat dibaca oleh siswa, dosen atau pengajar dapat melihat rangkuman nilai dalam bentuk table, dosen atau pengajar dapat mengubah pertanyaan (mengedit, menambah, menghapus) soal pada kuis, tetapi jika soal tersebut sudah pernah dikerjakan oleh siswa maka dosen tidak diperbolehkan menambah atau mengurangi soal tersebut. Fasilitas konten untuk dosen yang terdapat di ATutor adalah dosen atau pengajar memiliki hak akses untuk membuat course

(mata pelajaran) yang nantinya akan dikelola oleh masing-masing pengajar. Apabila terjadi kesalahan dalam pembuatan course (mata

36

pelajaran) atau suatu course sudah tidak digunakan lagi, maka dosen atau pengajar bisa menghapusnya. Dosen atau pengajar dapat mengupload materi berupa file dokumen, file presentasi atau filefile lain yang akan dimasukkan dalam aplikasi e-learning agar bisa di download oleh siswa. ATutor juga memberikan fasilitas kepada dosen atau pengajar untuk menuliskan pengumuman yang dapat digunakan, misalnya untuk mengumumkan penugasan kepada siswa, dan dosen atau pengajar dapat mengubah dan mengisi materi kuliah. b. Konten untuk Mahasiswa Fasilitas konten untuk mahasiswa yang terdapat di Moodle, yaitu terdapatnya forum, kuis, polling, survey, tugas, percakapan dan pelatihan yang digunakan untuk mendukung proses belajar. Sudah terdapat fasilitas untuk memberikan notifikasi kepada siswa lain, sehingga melalui bagian dashboard, seorang mahasiswa dapat melihat notifikasi yang muncul untuk mengikuti perkembangan terbaru. Siswa dapat mengetahui status pengiriman filenya sehingga mencegah pengiriman berulang, siswa dapat langsung melihat nilai beserta komentar yang diperolehnya melalui internet, siswa dapat mengisi fasilitas survey atau angket yang sudah disediakan oleh Moodle. Siswa juga dapat melihat informasi atau kabar terbaru yang ada di aplikasi e-learning tersebut, siswa dapat melihat mata kuliah yang terbaru atau yang diperbaharui oleh dosen sesuai dengan course (mata pelajaran) tersebut.

37

Sedangkan fasilitas untuk mahasiswa yang terdapat di ATutor adalah siswa dapat mengirimkan tugas berdasarkan nama tugas tertentu yang sudah dibuat atau disiapkan oleh dosen, tetapi siswa tidak dapat menuliskan pertanyaan atau instruksi dalam tugas tersebut, siswa dapat saling berinteraksi dengan menggunakan fasilitas chatting dengan mahasiswa ataupun dosen. Siswa juga dapat mengupload tugas yang sudah diberikan oleh dosen sesuai mata pelajaran masing-masing, siswa juga dapat melihat nilai mereka masing-masing setelah dosen mengupload nilai tersebut. c. Konten untuk Administrator Fasilitas konten untuk administrator yang terdapat di Moodle, yaitu pada Moodle, admin diizinkan untuk memilih warna, jenis huruf, susunan dan lain sebagainya untuk kebutuhan tampilan,

administrator dapat memungkinkan akses tamu ke semua program, administrator dapat mengatur gagal otentifikasi melalui sumber sekunder, misalnya database sendiri, administrator dapat membuat jumlah yang tidak terbatas untuk unit organisasi adat dan peran dengan hak akses tertentu untuk isi kursus dan alat-alat, administrator dapat mendistribusikan hak akses dan peran di beberapa lembaga atau departemen host di lingkungan server. Fasilitas konten untuk administrator yang terdapat di ATutor adalah administrator dapat menginstal atau memperbarui ATutor hanya dalam hitungan menit, admin dapat menambah modul untuk

38

kalender yang berisi aktivitas peserta didik yang terkait dengan course (mata pelajaran) yang diselenggarakan, administrator dapat mendistribusikan hak akses dan peran di beberapa lembaga atau departemen host di lingkungan server, administrator dapat membuat jumlah yang tidak terbatas untuk unit organisasi adat dan peran dengan hak akses tertentu untuk isi kursus dan alat-alat, administrator dapat memungkinkan akses tamu ke semua program. d. Konten untuk Manajerial Fasilitas konten untuk manajerial yang terdapat di Moodle, yaitu instruktur selektif dapat melepaskan tugas, penilaian, dan

pengumuman berdasarkan tanggal mulai yang telah ditentukan dan tanggal berhenti, instruktur dapat mempersonalisasi akses ke materi pelajaran tertentu berdasarkan keanggotaan group. Di ATutor, fasilitas konten untuk manajerial adalah instruktur selektif dapat melepaskan tugas, penilaian, dan pengumuman berdasarkan tanggal mulai yang telah ditentukan dan tanggal berhenti. Instruktur dapat mempersonalisasi akses ke materi pelajaran tertentu berdasarkan keanggotaan group.

3.

Analisa Template Analisa pada template di Moodle antara lain adalah instruktur dapat mengatur e-learning, alat-alat saja, dan konten ke dalam urutan pembelajaran yang dapat digunakan kembali, instruktur juga dapat

39

membuat urutan pembelajaran linear hierarkis yang diselenggarakan untuk pelajaran, dan topik, instruktur dapat menggunakan kembali program sebagai template untuk pelajaran di masa depan. Moodle juga menyediakan kemudahan untuk mengganti model tampilan (themes) website aplikasi e-learning dengan menggunakan teknik template. Beberapa model themes yang menarik telah disediakan oleh Moodle. Selain itu tidak menutup kemungkinan bagi pengguna untuk merancang dan membuat bentuk tampilan (themes) sendiri. Diijinkan pada admin untuk memilih warna, jenis huruf, susunan dan lain sebagainya untuk kebutuhan tampilan (themes) pada aplikasi e-learning dengan menggunakan Moodle. Perangkat lunak ini menyediakan dukungan untuk program berbasis penciptaan template. Kursus konten dapat diupload melalui WebDAV. Sistem ini memungkinkan administrator untuk menggunakan kursus yang ada atau yang ditentukan template sebagai dasar untuk sebuah program baru. Sistem ini menyediakan kursus default tampilan dan nuansa pada template. Instruktur dapat mengubah ikon navigasi dan skema warna untuk kursus, instruktur dapat mengubah urutan dan nama item menu untuk kursus. Lembaga bisa membuat tampilan mereka sendiri dan template di seluruh sistem, termasuk kelembagaan logo mereka sendiri, header, dan footer. Sistem ini dapat mendukung beberapa lembaga, departemen, sekolah atau unit organisasi lainnya pada instalasi tunggal, dimana masing-masing unit dapat menerapkan atau

40

melihat sendiri dan merasa template serta kelembagaan gambar header, dan footer. Analisa template di ATutor antara lain adalah instruktur dapat mengatur e-learning, alat-alat saja, dan konten ke dalam urutan pembelajaran yang dapat digunakan kembali, instruktur dapat membuat urutan pembelajaran linear hierarkis yang diselenggarakan untuk pelajaran, dan topic, instruktur dapat menggunakan kembali program sebagai template untuk pelajaran di masa depan. Admin dapat mengembangkan tema kustom untuk memberikan ATutor tampilan baru. Perangkat lunak ini menyediakan dukungan untuk program yang berbasis penciptaan template. Sistem ini menyediakan kursus default tampilan dan nuansa pada template.

4.

Analisa Keamanan Sistem a. Otentikasi Di Moodle, administrator dapat memungkinkan akses tamu ke semua program. Sistem ini dapat mengotentikasi terhadap server LDAP eksternal, sistem ini dapat mengotentikasi menggunakan protokol Kerberos, sistem ini mendukung semboyan, sistem ini mendukung Pusat Authentication Service (CAS), sistem ini dapat mengotentikasi terhadap IMAP, atau aman NNTP POP3. Administrator dapat mengatur gagal melalui otentikasi terhadap sumber sekunder (misalnya database sendiri sistem) dalam hal

41

sumber utama (misalnya server LDAP) gagal. Sistem ini dapat mendukung beberapa unit organisasi dan host virtual dalam konfigurasi server. Di ATutor, administrator dapat memungkinkan akses tamu ke semua program. Sistem ATutor ini juga dapat mengotentikasi terhadap server LDAP eksternal. b. Kursus otorisasi Di Moodle, sistem ini mendukung dan membatasi akses berdasarkan peran customized dengan penyedia layanan.

Administrator dapat membuat jumlah yang tidak terbatas untuk unit organisasi adat dan peran dengan hak akses tertentu untuk isi kursus dan alat-alat, administrator dapat mendistribusikan hak akses dan peran di beberapa lembaga atau departemen host di lingkungan server. Dosen atau siswa juga dapat diberikan peran yang berbeda dalam kursus yang berbeda. Di ATutor, Sistem ini mendukung dan membatasi akses berdasarkan peran dan peran juga dapat customized dengan penyedia layanan. Administrator dapat membuat jumlah yang tidak terbatas untuk unit organisasi adat dan peran dengan hak akses tertentu untuk isi kursus dan alat-alat, administrator dapat mendistribusikan hak akses dan peran dibeberapa lembaga atau departemen host di lingkungan server. Instruktur atau siswa dapat diberikan peran yang berbeda dalam kursus yang berbeda pula.

42

c.

Pendaftaran integrasi Di Moodle, instruktur dapat menambahkan siswa untuk program secara manual atau memungkinkan siswa untuk diri mendaftar. Administrator dapat batch untuk menambahkan siswa ke sistem menggunakan file teks delimited, administrator dapat mentransfer informasi siswa bidireksional antara sistem dan SIS menggunakan file teks delimited, administrator dapat mentransfer informasi siswa bidireksional antara sistem dan SIS menggunakan IMS Enterprise v1.1 Spesifikasi file XML melalui layanan web. Perangkat lunak ini mendukung pertukaran data dengan sistem informasi mahasiswa melalui event driven API, perangkat lunak ini mendukung integrasi dengan SCT Banner, SCT Luminis, Datatel, PeopleSoft 8 atau integrasi disesuaikan dengan SIS lain atau sistem portal, perangkat lunak ini kompatibel dengan Spesifikasi IMS Enterprise Data siswa. Di ATutor, Instruktur dapat menambahkan siswa untuk program secara manual atau memungkinkan siswa untuk mendaftarkan diri. Administrator dapat batch untuk menambahkan siswa ke sistem menggunakan file teks delimited.

d.

Layanan hosting Hosting dan layanan dukungan dari Commercial Afiliasi. Di Moodle, siswa mempunyai kemanan yang kokoh dengan formulir pendaftaran untuk siswa yang telah diperiksa validitasnya dan

43

mempunyai cookies yang terenkripsi. Jika diinginkan pengamanan terhadap konten pengetahuan tertentu, maka Moodle sudah menyediakan fasilitas untuk penguncian kategori tertentu, dan hanya bisa diakses oleh dosen atau pengajar yang memiliki kata kunci tersebut. Tingkat keamanan yang disediakan oleh Moodle bervariasi, mulai dari tingkat keamanan yang rendah, sedang, hingga

pembatasan akses terhadap konten pengetahuan tertentu. Untuk implementasi KMS (knowledge management system), karena pengetahuan yang dikelola pada domain terbatas dan untuk lingkungan terbatas, maka modifikasi terhadap fasilitas ini tidak dilakukan. Pemanfaatan intranet menjadi pilihan untuk membatasi akses terhadap KMS. Selain itu, jika diinginkan pengamanan terhadap konten pengetahuan tertentu, maka Moodle sudah

menyediakan fasilitas untuk penguncian kategori tertentu, dan hanya bisa diakses oleh agen yang memiliki kata kunci tersebut. Di ATutor, penyedia produk menawarkan solusi host. Hosting dan layanan dukungan dari Commercial Afiliasi. ATutor memiliki sistem pengguna kaku, pengguna hanya memiliki 3 peran yaitu administrator, instruktur atau dosen dan siswa. Pengguna tidak dapat menentukan apa peran masing-masing memiliki akses ke aplikasi yang mana. Dan tidak mungkin untuk mendefinisikan peran pengguna baru, sehingga dapat mengecewakan pengguna. Untuk

44

menjadi adil, ketiga peran yang diperlukan dari suatu (sistem manajemen pembelajaran) LMS dapat mempertimbangkan sistem apa yang akan digunakan , dan jika pengguna membutuhkan sesuatu yang lebih maka sistem manajemen konten akan lebih cocok.

5.

Analisa Kecepatan Akses Kecepatan akses Moodle yaitu broadband atau akses internet dengan kecepatan tinggi sangat dianjurkan. Broadband termasuk DSL, kabel, dan koneksi nirkabel. Facebook Internet koneksi Dial akan menghasilkan kecepatan yang berkurang, dimana halaman Moodle akan berat secara perlahan-lahan. Pengguna akan memerlukan sebuah account e-mail (Catatan: Jika pengguna mengubah alamat e-mail setelah pengguna mengatur account Moodle, pastikan untuk memperbarui e-mail pengguna dalam profil account pengguna). Sedangkan kecepatan untuk

menggunakan ATutor yaitu pengguna akan memerlukan akses internet berkecepatan tinggi.

6.

Analisa User Friendly User friendly yang dimiliki Moodle, antara lain adalah tema dapat dipilih sesuai keinginan pengguna. Bahasa dapat dipilih sesuai dengan keinginan pengguna, seperti bahasa indonesia, inggris dan lain sebagainya karena Moodle dilengkapi dengan 40 bahasa yang bisa dipilih pengguna sesuai keahliannya masing-masing, layout dapat diubah-ubah.

45

Sedangkan user friendly yang dimiliki ATutor, antara lain adalah ATutor memiliki antarmuka atau user interface untuk memodifikasi dokumen tanpa menggunakan HTML. Pengguna dapat mengubah font, warna font, menggaris bawahi, dan sejenisnya tanpa harus belajar bahasa komputer terlebih dahulu. ATutor dapat bekerja seperti program pengolah kata, ATutor memiliki kompiler cetak, yang benar-benar membantu para mahasiswa atau dosen yang ingin mencetak catatan atau transkrip diskusi.

7.

Analisa Database Sistem Moodle ini mendukung database dengan menggunakan Oracle, MS SQL Server, MySQL, dan PostgreSQL. Aplikasi ini hanya memerlukan satu database dan dapat hidup berdampingan dengan table dari aplikasi lain. Table Moodle juga dapat ditempatkan di dalam database website untuk single sign on. Sedangkan pada sistem ATutor ini hanya didukung oleh dua jenis database yaitu MySQL dan PostgreSQL.

8.

Analisa Hardware Hardware Moodle di distribusikan secara gratis (free), sehingga tidak membutuhkan sedikitpun dana untuk membeli aplikasinya, kecuali dana yang dibutuhkan untuk membayar bandwidth yang terpakai untuk mendownload yaitu sebesar 17 MB. Dengan ukuran yang kecil (sekitar

46

17 MB untuk versi Moodle 1.9), namun mampu mengola aktifitas kegiatan akademik dan pembelajaran hingga seukuran sebuah universitas dengan jumlah siswa sekitar 50.000 orang. Walaupun ukuran file instalasi ATutor terbilang cukup kecil yaitu 2.451 Kilobyte. Namun kecilnya ukuran ini tidak mengurangi kelengkapan fumgsi-fungsi yang dibutuhkan oleh proses pembelajaran berbasis web. Bahkan perangkat lunak ini dapat digabungkan dengan software Content Management System (CMS) PostNuke, Mambo atau Joomla, dan Drupal.

C. Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing software 1. Moodle a. Kelebihan Moodle Kelebihan yang dimiliki Moodle adalah kelengkapan fiturnya, Moodle menyediakan fitur yang lengkap untuk sebuah proses pembelajaran, meliputi fitur untuk komunikasi (chatting, messaging, atau forum), fitur untuk pembuatan dan administrasi materi pembelajaran, fitur untuk melacak dan mengikuti perkembangan proses pembelajaran (tracking data) dengan user interface yang mudah dipahami, fitur untuk perluasan fitur (ekstensibilitas plugin) yang fleksibel dengan dukungan fasilitas dokumentasi API (guideline, dan template untuk programming).

47

Kemudahan penggunaan, karena hampir seluruh komponen dalam Moodle dapat diatur secara luar dan fleksibel sesuai dengan kebijakan dan kebutuhan proses pembelajaran di masing-masing institusi. Potensi penerapan, Moodle dapat diterapkan pada hampir seluruh jenjang pendidikan (penerapan pada pendidikan pra sekolah dan sekolah dasar hanya bisa difungsikan sebagai pelengkap) dan berbagai jenis pelatihan. Tersedia secara gratis (free), sebagai perangkat-lunak open source (di bawah lisensi GNU General Public License), Moodle memberikan kebebasan untuk mengkopi, menggunakan, dan memodifikasinya. Dapat langsung bekerja tanpa harus melakukan modifikasi pada sistem operasi Unix, Linux, Windows, Mac OS X, Netware, dan sistem lainnya yang mendukung PHP, termasuk pada sebagian besar provider web hosting dengan basisdata terbaik bagi Moodle adalah MySQL. Disediakan mengikuti konsep pembelajaran yang

komprehensif dan fleksibel.(10) b. Kekurangan Moodle Selain memiliki berbagai kelebihan, ternyata Moodle juga memiliki kekeurangan, antara lain yaitu tidak selalu mendukung terhadap web browser yang ada, sekalipun dapat diperbaharui yaitu dengan cara mendownload aplikasi Moodle yang terbaru. Pada 10. Antonius Aditya Hartanto, Onno W.Purbo. e-Learning berbasis PHP dan MySQL. Elex media komputindo, Jakarta. 2002

48

pilihan bahasa masih ada beberapa bagian dalam tampilan elearning yang tidak dapat dirubah.

2.

ATutor a. Kelebihan ATutor Kelebihan menggunakan CMS ATutor adalah apabila

dibandingkan dengan software LCMS lainnya, ukuran file instalasi ATutor terbilang cukup kecil yaitu 2.451 Kilobyte. Namun kecilnya ukuran ini tidak mengurangi kelengkapan fungsi yang dibutuhkan oleh proses pembelajaran berbasis web. Bahkan perangkat lunak ini dapat digabungkan dengan software Content Management System (CMS) PostNuke, Mambo atau Joomla, dan Drupal. ATutor merupakan media e-learning yang tampilannya cukup user-friendly dan kemudahannya dalam penambahan fasilitasfasilitas pembelajaran e-learning lainnya apabila dibutuhkan. Penambahan tersebut sifatnya opsional karena tidak semua institusi pendidikan membutuhkan fasilitas tersebut. ATutor dipilih untuk karena tampilannya dengan yang baik dan

kemudahannya

ditambahkan

fasilitas-fasilitas

pembelajaran e-learning lainnya apabila dibutuhkan. Penambahan fasilitas tersebut sifatnya opsional karena tidak semua pengguna elearning membutuhkan fasilitas atau fitur tersebut.

49

Apabila semua modul tambahan diinstalasi, maka ATutor akan menjadi media e-learning yang cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran berbasis web. Beberapa modul tambahan yang menarik antara lain blogs, forum, chat, kalendar, dan photo album. ATutor juga dapat tergolong mudah, pengguna yang ingin menggunakan atau masuk kedalam e-learning ini cukup melakukan registrasi sendiri terlebih dahulu dan bagi yang belum terdaftar bisa masuk tanpa harus didaftarkan oleh administrator, sedangkan bagi yang sudah terdaftar bisa melakukan login langsung di dalam kolom tab yang telah disediakan. b. Kekurangan ATutor Selain memiliki kelebihan seperti yang sudah dijelaskan diatas, CMS ATutor juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain yaitu masih terdapat beberapa fitur-fitur yang belum ada di aplikasi ATutor 2.0 tersebut, seperti online jurnal atau catatan, kalender atau kemajuan riview. User interface yang sangat komprehensif dan akan membuat pengguna baru menjadi kawalahan dalam menggunakan aplikasi tersebut.

50

D. Identifikasi Masalah Kedua Software Moodle dan ATutor dengan Menggunakan Software Engineering 1. Efektif dan Efisien dalam Pengembangan Maupun Penggunaan Media Pembelajaran. Media pembelajaran dengan menggunakan CMS Moodle dan ATutor dinilai bisa lebih efektif dan efisien. Karena di dalam satu paket untuk menginstal Moodle atau ATutor sudah terdapat semua fasilitas yang biasa digunakan untuk membantu dalam media pembelajaran. Selain itu memory RAM yang digunakan tidak banyak jika melakukan penginstalan Moodle dan ATutor karena masih terbilang kecil. Moodle hanya memerlukan 2.6 Megabyte dan ATutor 1.3 Megabyte. Dengan ukuran yang terbilang kecil ini, maka penginstalan Moodle dan ATutor tidak akan menghabiskan space yang terlalu besar di komputer. Seringkali sebuah software atau program aplikasi yang berukuran kecil dan memiliki fitur yang tidak terlalu rumit, tetapi berjalan sangat lambat. Berbeda dengan software aplikasi e-learning dengan

menggunakan CMS ATutor. ATutor memang terbilang berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan Moodle, fasilitas dan fitur yang dimiliki oleh ATutor pun masih tertinggal oleh fasilitas dan fitur yang dimiliki oleh Moodle, tetapi cara kerja ATutor terbilang cepat. Contoh cara kerja ATutor yang cepat bisa dilihat dari cara dosen mengupload materi pelajaran atau mahasiswa yang akan mendownload materi pelajaran dari dosen.

51

2.

Realibilitas (kehandalan). Program aplikasi bisa dikatakan reliable atau handal jika program tersebut dapat berjalan dengan baik, tidak mudah hang, crash atau berhenti pada saat pengoperasian. Kehandalan program juga dinilai dari seberapa jauh progran tersebut dapat tetap berjalan meskipun terjadi kesalahan dalam pengoperasian (error tolerance). Untuk pengoperasian dan penggunaan software aplikasi e-learning dengan Moodle dan ATutor, kehandalan program kedua aplikasi tersebut cukup baik. Bisa dikatakan cukup baik karena jarang sekali ditemukan adanya kesalahan dalam menjalankan kedua program aplikasi tersebut. Tetapi jika dibandingkan antara CMS Moodle dan ATutor, jauh lebih handal Moodle. Karena Moodle sudah terdapat fasilitas-fasilitas yang sebetulnya dibutuhkan oleh sistem aplikasi e-learning itu sendiri. Hanya saja kecepatan proses saat menjalankan kedua program tersebut bisa menjadi lambat jika pengguna membuka browser terlalu banyak.

3.

Maintainabilitas (dapat dipelihara atau dikelola dengan mudah). Kode atau script yang ada didalam paket Moodle dan ATutor tetap sederhana dan mudah dipahami, meskipun menjalankan fungsi yang kompleks. Kode bersifat modular dengan dokumentasi pada tiap bagian yang dapat memudahkan dalam modifikasi dan perubahan

(maintenance). Sehingga siapa saja (pengguna) yang ingin merubah, memperbaiki atau menambah fitur program aplikasi kedua software e-

52

learning

dengan

Moodle

dan

ATutor

dapat

dengan

mudah

melakukannya. Semakin sedikit code program aplikasi e-learning dengan Moodle dan ATutor yang di tuliskan, maka semakin kecil keperluan agar code atau program pemeliharaan (maintainable). Semakin banyak code program yang di tuliskan, semakin perlu pengguna untuk memikirkan maintainabilitas program aplikasi e-learning tersebut.

4.

Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiaanya). Didalam media pembelajaran, ketersediaan tooltip, help, icon, logo, tombol, dan lain sebagainya akan sangat membantu pengguna, terlebih pengguna yang baru pertama kali menggunakan media CMS Moodle dan ATutor. Desain dan tata letak navigasi sangat membantu pengguna untuk memanfaatkan media tersebut. Apabila terjadi kesalahan pada program aplikasi (error) maka akan tampil pesan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pengguna. Konsistensi bentuk dan letak navigasi juga mempengaruhi kenyamanan pengguna ketika menghayati informasi yang tersirat dalam media pembelajaran. Dengan hanya melihat tampilan awal, pengguna dapat mengetahui kondisi program dan dapat menentukan aksi-aksi alternatif.

5.

Kompatibilitas (Media Pembelajaran dapat Diinstalasi atau dijalankan di berbagai Hardware dan Software yang Ada).

53

CMS Moodle dan ATutor dapat dijalankan diberbagai kondisi hardware dan sofware yang beragam, artinya kedua CMS ini bisa dijalankan di dalam spesifikasi komputer yang paling rendah sekalipun, bisa dijalankan dengan Operating System dengan platform apapun dan versi manapun, mulai dari yang awal hingga yang terbaru, dan software yang tidak dibatasi oleh versi keluaran baik versi awal maupun versi yang terbaru.

6.

Pemaketan Program Media Pembelajaran Terpadu dan Mudah dalam Eksekusi. Media pembelajaran dengan menggunakan CMS Moodle dan ATutor sudah terpaket dengan baik. Proses instalasi berjalan secara otomatis dengan menggunakan Autorun. Dengan sekali install, program langsung dapat digunakan tanpa perlu melakukan instalasi lain satu persatu (plugin) dan lain sebagainya atau proses rebooting komputer. Shorcut atau icon akan secara otomatis muncul setelah proses instalasi dengan nama yang mudah di identifikasi. Fitur untuk uninstall program disediakan untuk membantu pengguna apabila sudah tidak memerlukan program tersebut. Hal ini merupakan keunggulan dari CMS (Content Management System) dan semakin memudahkan pengguna terutama untuk siswa-siswa yang baru menggunakan CMS Moodle dan ATutor.

54

7.

Dokumentasi Program Media Pembelajaran yang Lengkap. Tidak boleh dilupakan bahwa sebutan perangkat lunak itu tidak hanya untuk program aplikasi di komputer, tetapi juga termasuk dokumentasi dan konfigurasi data yang berhubungan dengan data-data yang nantinya diperlukan untuk membuat program beroperasi dengan benar. Definisi ini otomatis keluaran (output) produksi perangkat lunak disamping program komputer juga dokumentasi lengkap berhubungan dengannya. Dokumentasi media pembelajaran yang dibuat harus meliputi petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas, menggambarkan alur kerja program). Dokumentasi, selain berorientasi ke kemudahan pengguna dengan adanya fasilitas help, readme, panduan penggunaan, dan lain sebagainya, juga berorientasi pada pengembang yang

diimplikasikan pada lengkapnya dokumentasi dan penjelasan pada code program sehingga memudahkan dalam modifikasi aplikasi e-learning dengan Moodle dan ATutor. Sudah banyak data-data atau dokumentasi yang dapat didownload melalui media internet yang berhubungan dengan penggunaan CMS Moodle dan ATutor. Dengan dokumentasi yang lengkap, pengguna dapat mengubah tampilan Moodle dan ATutor sesuai dengan keinginan.

55

E. Dasar-Dasar Pengujian Software 1. Tujuan pengujian Tujuan dari diadakannya pengujian software aplikasi e-learning dengan menggunakan Moodle dan ATutor adalah untuk lebih mengetahui kehandalan dari kedua software tersebut. Selain itu, bisa mengetahui permasalahan-permasalahan apa saja yang akan terjadi dan sering terjadi antara kedua software. Tidak hanya untuk mengetahui kehandalan kedua software saja, tetapi juga untuk menguji apakah kedua software tersebut sudah layak digunakan oleh pengguna yang akan menggunakan media aplikasi e-learning (terlebih pengguna yang baru ingin memakai CMS e-learning). Pengujian juga dapat digunakan untuk membongkar jenis kesalahan-kesalahan apa saja yang terjadi didalam kedua software aplikasi e-learning dengan menggunakan Moodle dan ATutor.

2.

Prinsip-Prinsip Pengujian Software Didalam prinsip-prinsip pengujian software, dilihat apakah kedua software Moodle dan ATutor sudah memenuhi kebutuhan pengguna yang akan memakainya. Setelah dilihat ternyata kedua software aplikasi elearning dengan menggunakan Moodle dan ATutor tersebut sudah memenuhi kebutuhan pengguna yang akan memakainya, maka software tersebut sudah layak untuk digunakan, terutama bagi pengguna yang baru ingin memakainya.

56

3.

Desain Kasus Test Software Didalam mendesain test software menggunakan pengujian white box yaitu dengan desain kasus test software tersebut dapat mengetahui internal dari suatu software, tes desain ini juga untuk melatih semua internal-internal dari software untuk meyakinkan pengguna bahwa kedua software aplikasi e-learning tersebut sudah dapat beroperasi menurut spesifikasi dan desainnya. Sehingga dapat dilakukan pengujian secara terperinci dan jelas mengenai semua internal yang ada didalam software Moodle dan ATutor.

57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Fitur yang Tersedia Fitur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam sebuah aplikasi. Semakin lengkap fitur yang ada dalam sebuah aplikasi, semakin banyak proses yang dapat dilakukan oleh pengguna aplikasi tersebut. Kedua software e-learning yang dibandingkan dalam penulisan skripsi ini memiliki fitur yang berbeda-beda. Moodle memiliki fitur antara lain forum diskusi, pembahasan manajemen, file exchange, e-mail internal, online jurnal atau catatan, real-time chat, kalender atau kemajuan riview, pencarian dalam kursus, orientasi atau bantuan, tugas kelompok, dan jaringan komunitas, jenis test, manajemen pengujian otomatis, pengujian dukungan otomatis, menandai online tools, online gradebook, dan pelacakan mahasiswa. ATutor memiliki fitur antara lain forum diskusi, pembahasan manajemen, file exchange, e-mail internal, real-time chat, pencarian dalam kursus, kerja offline atau sinkronisasi, orientasi atau bantuan, tugas kelompok, dan jaringan komunitas, jenis test, manajemen pengujian otomatis, pengujian dukungan otomatis, online gradebook, dan pelacakan mahasiswa.

58

Beberapa fitur dari ke dua software aplikasi di atas dapat dilihat pada tabel berikut : Software Fitur Forum diskusi Pembahasan manajemen File exchange Email internal Online jurnal atau catatan Real-time chat Kalender atau kemajuan riview Pencarian dalam kursus Kerja offline atau sinkronisasi Orientasi atau bantuan Tugas kelompok Jaringan komunitas Jenis pengiriman test Manajemen pengujian otomatis Pengujian dukungan otomatis Menandai online tools Online gradebook Pelacakan mahasiswa Keterangan : a. Forum diskusi : siswa dapat mengaktifkan atau menonaktifkan posting yang akan dikirim ke email mereka masing-masing. b. Pembahasan manajemen : diskusi bisa dibagi diseluruh program, departemen, atau unit institusional. c. File exchange : siswa dapat menyerahkan tugas dengan menggunakan kotak drop. Tabel V.1 perbandingan fitur ke dua software Moodle ATutor

59

d.

E-mail internal : siswa dapat memilih untuk meneruskan e-mail ke alamat eksternal.

e.

Online jurnal atau catatan : pengguna memiliki catatan situs, catatan kursus, dan catatan pribadi.

f.

Real-time chat : alat obrolan yang dapat mendukung diskusi dalam kelompok.

g.

Kalender atau kemajuan riview : dosen atau pengajar dan siswa dapat memposting kejadian secara online.

h. i.

Pencarian dalam kursus : siswa dapat mencari semua urutan diskusi. Kerja offline atau sinkronisasi : siswa dapat mendownload konten kursus dan konten group dengan PDA.

j.

Orientasi atau bantuan : sistem ini meliputi tutorial online bagi siswa yang ingin belajar bagaimana cara menggunakan sistem tersebut.

k. l.

Tugas kelompok : siswa dapat memilih kelompoknya sendiri. Jaringan komunitas : siswa dari program yang berbeda dapat berinteraksi secara chat room atau forum diskusi.

m. Jenis test : untuk menentukan jenis test seperti apa yang akan diberikan kepada siswa. n. Manajemen pengujian otomatis : instruktur dapat menetapkan batas waktu ujian dan dengan sistem ini dapat mengacak pertanyaan beserta jawabannya secara otomatis. o. Pengujian dukungan otomatis : sistem ini menyediakan analisis data pengujian.

60

p.

Menandai online tools : instruktur dapat memungkinkan siswa untuk menilai dan mengomentari hasil atau tugas siswa yang lainnya.

q.

Online gradebook : instruktur dapat membuat skala penilaian program dengan menggunakan persen, nilai huruf, lulus atau tidak lulus.

r.

Pelacakan mahasiswa : instuktur bisa mendapatkan laporan yang menunjukkan berapa kali, waktu, tanggal dari masing-masing siswa yang mengakses isi kursus, forum diskusi, dan tugas.

Dari penjelasan tabel diatas, dapat dilihat fitur-fitur apa saja yang terdapat di kedua CMS aplikasi e-learning dengan menggunakan Moodle dan ATutor. Dan fitur apa yang hanya terdapat disalah satu CMS e-learning, baik menggunakan Moodle dan ATutor.

B. Penggunaan Memori Komputer Bagian ini akan membandingkan memori komputer yang digunakan oleh ke dua software e-learning pada saat dijalankan dan pemakaian kapasitas harddisk yang dibutuhkan untuk menginstall aplikasi tersebut. Untuk melakukan pengukuran memori, dilakukan dengan melihat data yang ditampilkan dalam jendela task manager, sedangkan untuk

61

kapasitas harddisk dilihat langsung melalui windows explorer pada direktori tempat penyimpanan sewaktu menginstall beberapa aplikasi tersebut. Data perbedaan penggunaan memori komputer dilihat dari windows explorer setelah aplikasi diinstal, maka dari ke dua software Moodle dan ATutor dapat dilihat pada tabel berikut ini : Software Moodle 1.9 ATutor 2.0 Memori 17 Megabyte 5.3 Megabyte

Tabel V.2 perbandingan penggunaan memori komputer

Dilihat dari tabel 5.2 diatas, bahwa Moodle 1.9 menghabiskan memori terbesar, dan terendah oleh Atutor 2.0.

Penggunaan memori RAM, dan CPU Usage dilihat dari jendela Task Manager pada saat aplikasi dijalankan, yaitu sebagai berikut :

Software Moodle 1.9 ATutor 2.0

Memori 2.6 Megabyte 1.3 Megabyte

CPU Usage +5% +3%

62

Tabel V.3 Perbandingan memori komputer pada task manager

Jika dilihat dari tabel diatas, maka penggunaan memori RAM dan CPU Usage yang paling banyak adalah Moodle, sebesar 5%. Sedangkan ATutor menggunakan memori RAM dan CPU Usage sebesar 3%.

C. Kecepatan Proses Hasil kecepatan proses dari ke dua software aplikasi e-learning Moodle dan ATutor dapat dilihat pada tabel berikut : Software Fitur Login Upload Download Moodle (kecepatan) 00:02 00:05 (data 1Mb) 00:04 (data 1Mb) ATutor (kecepatan) 00:02 00:05 (data 1Mb) 00:04 (data 1Mb)

Tabel V.4 perbandingan kecepatan proses Dari perbandingan hasil kecepatan proses login, upload, dan download kedua software e-learning, baik menggunakan Moodle dan ATutor adalah sama. Dengan adanya data seperti ini, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kecepatan akses antara kedua software CMS tersebut.

63

D.

Database Software Moodle ATutor

Database MySQL Oracle MS SQL Server PostgreSQL

Tabel V.5 Perbandingan database

Didalam menginstall paket Moodle, bisa menggunakan database MySQL, Oracle, MS SQL Server, dan PostgreSQL. Tetapi untuk ATutor hanya bisa menggunakan database MySQL dan PostgreSQL saja. Jika dilihat dari penggunaan database dari ke dua software e-learning ini, bisa diambil kesimpulan bahwa Moodle lebih lengkap penggunaan databasenya jika dibandingkan dengan ATutor. Ini adalah salah satu kelebihan dari Moodle yang belum dimiliki oleh ATutor.

E. Template Dilihat dari desain, Moodle lebih bagus dan dinamis dibandingkan dengan desain yang dimiliki oleh ATutor. Jika pengguna ingin mengubah template Moodle tidak perlu repot, karena sudah tersedia template-template yang bagus dan menarik yang bisa pengguna download. Cara untuk

64

mengubah template Moodle juga cukup mudah, salah satunya yaitu download Moodle tema favorit dari situs http://themza.com/moodle. Setelah itu upload template ke your-moodle-installation/theme / direktori dan memilih dari Administrasi Appearance Theme Theme Selector menu . Template ATutor juga bisa dirubah jika pengguna inginkan , tetapi template tersebut hanya terbatas pada paket ATutor itu saja. Sudah disediakan beberapa template ATutor yang bisa pengguna rubah tanpa harus mendownload template yang baru.

F. Keamanan Sistem keamanan diantara Moodle dan ATutor jauh lebih baik Moodle, karena sistem keamanan bagi siswa dilengkapi dengan kemanan yang kokoh yaitu adanya formulir pendaftaran untuk siswa yang telah

diperiksa validitasnya dan mempunyai cookies yang ter-enkripsi. Sedangkan di ATutor tidak ada yang membedakan jika pengguna ingin melakukan login antara mahasiswa, pengajar ataupun admin, sehingga tingkat keamanannya masih kurang.

G. User Interface Untuk user interface yang dimiliki oleh Moodle cukup user friendly, pengguna tidak kesulitan dalam menggunakan tombol-tombol yang ada didalamnya. Bagi pengguna yang baru menggunakan software aplikasi elearning dengan menggunakan Moodle cukup membantu, sehingga pengguna

65

yang barupun dapat belajar dan menggunakan software tersebut dengan mudah. Bahasa yang dimiliki oleh Moodle pun beragam, sehingga pengguna dapat menentukan bahasa apa yang akan mereka gunakan didalam software Moodle tersebut. Sedangkan user interface yang ada di ATutor cukup membuat pengguna kebingungan. Yang pertama, jika pengguna ingin masuk (login) tidak ada tombol atau tampilan yang membedakan antara pengguna sebagai mahasiswa atau dosen dengan pengguna sebagai administrator. Walaupun terdapat beberapa tombol yang pengguna akan mengerti, contohnya seperti tombol untuk upload, download, chatting, lihat materi, lihat nilai.

H. Kebutuhan Sistem Informasi E-learning 1. Kebutuhan sistem a. Hardware Sistem aplikasi e-learning membutuhkan sistem hardware yang baik dan cepat, baik itu dalam server maupun jaringan komputernya. Karena jika server dan jaringan komputer pada aplikasi e-learning yang digunakan sering mengalamin gangguan, itu semua akan berakibat pada proses belajar mengajar. Jangan sampai ketika banyak siswa yang ingin masuk atau login ke dalam aplikasi elearning secara bersama-sama, yang terjadi adalah blank screen. Penggunaan server pada CMS aplikasi e-learning juga perlu diperhatikan. Seberapa lama waktu yang bisa digunakan untuk dapat

66

menghandle semua komputer, jika siswa melakukan login secara bersama-sama dalam jaringan LAN (Local Area Network). Pemeliharaan sistem disini juga dibutuhkan utuk membantu dalam proses belajar mengajar.

b.

Software Saat ini sudah banyak CMS (Content Management System) untuk aplikasi e-learning yang dapat didownload secara gratis (open source). Tergantung suatu instansi perusahaan atau organisasi membutuhkan perangkat lunak (software) yang seperti apa. Contohnya untuk sekolah yaitu adanya fasilitas forum diskusi, dan chatting. Dengan adanya fasilitas tersebut, siswa dan dosen atau pengajar dapat saling berinteraksi tanpa saling bertemu dalam satu kelas atau ruangan. Siswa juga dapat bertanya kepada dosen atau teman-temannya jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau mata pelajaran.

c.

Brainware Brainware dalam suatu sistem aplikasi e-learning antara lain adalah administrator atau admin, dosen dan siswa. Administrator atau admin yaitu orang yang dapat menghandle semua kegiatan yang terjadi di dalam sistem aplikasi e-learning tersebut. Jika terjadi error, maka administrator atau admin harus dengan cepet menyelesaikan permasalahan tersebut, sehingga proses belajar mengajar tidak akan

67

terganggu.

I.

Spesifikasi Perangkat Lunak Ke dua Software 1. Proses rekayasa perangkat lunak a. Studi kelayakan Setelah dilakukan pengamatan terhadap ke dua software aplikasi e-learning dengan menggunakan Moodle dan ATutor, terlihat bahwa ke dua software CMS (Content Management System) tersebut mempunyai kelayakan yang cukup untuk membantu pengguna dalam membangun sebuah aplikasi e-learning. Tetapi jika dilihat lebih detail lagi, terlihat perbedaan antara ke dua software aplikasi elearning ini. CMS Moodle dianggap paling baik untuk membantu pengguna dalam membantu suatu sistem aplikasi e-learning, karena fasilitas yang diberikan oleh Moodle sudah dianggap mencukupi untuk membangun suatu aplikasi e-learning yang baik guna meningkatkan kegiatan belajar mengajar. b. Analisis kebutuhan Kebutuhan yang diinginkan pengguna dalam membangun suatu aplikasi e-learning adalah ingin memperoleh fasilitas-fasilitas yang nantinya dapat membantu dalam proses belajar mengajar. Didalam satu paket CMS e-learning open source, yaitu Moodle dan ATutor sudah terdapat beberapa fasilitas-fasilitas yang diinginkan pengguna, sehingga pengguna dapat menggunakan ke dua software aplikasi e-

68

learning tersebut dengan mudah. Jika pengguna ingin menambahkan atau memperbaharui aplikasi e-learning yang menggunakan CMS Moodle ataupun ATutor tidak perlu repot, karena coding yang terdapat di CMS Moodle dan ATutor mudah untuk dimengerti pengguna, sehingga pengguna dapat mengubah code dalam Moodle ataupun ATutor.

Tetapi kebutuhan e-learning yang diharapkan pengguna belum semuanya terdapat di software aplikasi e-learning dengan

menggunakan ATutor. Terlihat masih banyak fasilitas dan kontenkonten yang kurang dalam membantu proses belajar mengajar.

c.

Spesifikasi kebutuhan CMS untuk aplikasi e-learning dibuat untuk membantu dalam kegiatan belajar mengajar berbasis internet dan situs yag menggunakan prinsip social constructionist pedadogy. Moodle merupakan salah satu aplikasi dari konsep dan mekanisme belajar mengajar yang memanfaatkan teknologi informasi yang dikenal dengan konsep e-learning. Moodle dapat digunakan secara bebas sebagai produk sumber terbuka (open source) di bawah lisensi GNU. Berdasarkan social constructionist pedadogy, cara terbaik untuk belajar adalah dari sudut pandang murid itu sendiri. Model

pengajaran berorientasi object (murid) ini berbeda dengan sistem

69

pengajaran tradisional yang biasanya memberikan informasi atau materi yang dianggap perlu oleh pengajar untuk diberikan kepada murid. Tugas pengajar akan berubah dari sumber informasi menjadi orang yang memberikan pengaruh (influencer) dan menjadi contoh dari budaya kelas. Para pengajar dalam Moodle dan ATutor ini antara lain berhubungan dengan murid-murid secara perorangan untuk memahami kebutuhan belajar mereka dan memoderator diskusi serta aktivitas yang mengarahkan murid untuk mencapai tujuan belajar dari kelas tersebut.

d.

Validasi spesifikasi Sistem yang dikembangkan oleh aplikasi e-learning dengan menggunakan CMS Moodle dan ATutor sudah cukup baik. Pengujian yang dilakukan terhadap ke dua software aplikasi elearning tersebut menyatakan bahwa Moodle memiliki spesifikasi perangkat lunak dan kebutuhan sistem yang diinginkan pengguna. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa nantinya CMS ATutor akan memperbaharui lagi sistem mereka.

J.

Kehandalan Kedua Software 1. Moodle Dengan ukuran Moodle yang kecil atau sekitar 17 MB untuk versi Moodle 1.9, namun Moodle mampu mengelola aktifitas kegiatan

70

akademik dan pembelajaran hingga seukuran sebuah universitas dengan jumlah mahasiswa sekitar 50.000 orang. Moodle tidak dibangun oleh seorang computer scientist murNi, tetapi berdasarkan kepada pengalaman dan latar belakang pendidikan dalam bidang ilmu pendidikan. sehingga Moodle mampu mengakomodir hampir semua kebutuhan pendidikan konvensional yang ditransfer dalam wujud online e-learning. Harus diakui bahwa Moodle termasuk CMS open source yang terbaik secara kelengkapan fitur dibandingkan dengan software LMS lain. Tercatat lebih dari tiga puluh ribu institusi pendidikan menggunakan Moodle sebagai engine dasar LMS mereka. Termasuk sebagian besar Sekolah dan Universitas di Indonesia menggunakan Moodle. Salah satu yang menarik di Moodle adalah proses customization yang relatif tidak merepotkan, bahkan meskipun pengguna tidak memahami skill pemrograman dengan baik. Template dan theme yang disediakan Moodle juga banyak, dan mendukung lebih dari 40 bahasa termasuk bahasa Indonesia. Fitur Lesson Moodle juga menarik dan tidak ada di LMS lain. Fitur Lesson ini memungkinkan mengarahkan siswa dan peserta e-learning diarahkan secara otomatis ke halaman lain sesuai dengan jawaban dari pertanyaan di suatu halaman. Salah satu kendala Moodle adalah penuhnya fitur yang diembed ke Moodle membuat time executionnya jadi tinggi, alias sangat berat dijalankan Kendala kecil lainnya misalnya error blank screen pada saat instalasi.

71

2.

ATutor Dengan menggunakan Atutor untuk apliksi e-learning pada suatu instansi perusahaan atau organisasi, terbukti handal mengelola puluhan ribu user dengan tingkat akses yang sangat tinggi. Atutor juga menarik diterapkan ke e-learning perusahaan yang lebih mementingkan efisiensi pengaksesan LMS, user-friendly dan pemahaman terhadap bahan ajar daripada fitur chat, forum, tracking pengguna, dan sebagainya. Atutor jg termasuk pioneer dalam mengadopsi berbagai standard e-learning. Disamping mengadopsi standard W3C WCAG, secara pemaketan konten juga memenuhi standard IMS/SCORM Content Packaging

Specifications. Sebagai informasi, saat ini Moodle juga sudah mengadopsi standard SCORM di enginenya. Ujicoba dengan berbagai LMS menarik dilakukan untuk melihat mana yang menurut pengguna itu pas. Tidak semua aplikasi e-learning yang dapat implementasikan untuk berbagai sekolah, universitas dan perusahaan menggunakan engine Moodle, tapi kadang juga Atutor, ILIAS, Dokeos dan bahkan dotLRN. Dengan semakin banyaknya vendor mengembangkan LMS beserta kontennya, timbul suatu kebutuhan untuk menyusun standard sehingga meningkatkan interoperabilitas dan kerjasama antar vendor. Perjalanan pembuatan standard dalam e-learning.

72

K. Uji Coba Kasus Terhadap Kedua Software Uji coba yang dilakukan penulis untuk membandingkan ke dua software aplikasi e-learning dengan menggunakan Moodle dan ATutor adalah seberapa besar memory dan pengaruh ke dalam CPU komputer ketika pengguna mendownload ataupun mengupload video. Jika pengguna ingin mendownload suatu video dengan besar + 1 GB menggunakan CMS Moodle, maka memory komputer yang terpakai + 10 %. Sedangkan jika pengguna ingin mendownload video dengan

menggunakan CMS ATutor, maka memory komputer yang terpakai + 8 %. Untuk kecepatan saat mendowload ataupun mengupoad video dengan kedua software aplikasi e-learning tersebut tergantung kecepatan bandwithnya. Seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Besar Memory yang Software Moodle 1.9 ATutor 2.0 Didownload 1 GigaByte 1 GigaByte Tabel V.6 Perbandingan penggunaan memory saat mendownload video L. Pengujian Komponen Dari Kedua Software Pengujian komponen dalam kedua software aplikasi e-learning CPU Usage + 10% +8%

73

dengan menggunakan Moodle dan ATutor dapat dilihat dari desain interface, user friendly, analisa kebutuhan pengguna, dan database. 1. Desain Interface Desain interface yang dimiliki oleh Moodle dan ATutor berbeda, yaitu desain interface yang dimiliki oleh Moodle tidak membuat pengguna kesulitan dalam menggunakannya. Sedangkan desain interface yang dimiliki oleh ATutor bisa membuat pengguna menjadi kesulitan untuk menggunakannya, terutam bagi pengguna yang baru menggunakan CMS ATutor tersebut. Moodle memliki desain interface yang dinamis, sedangkan ATutor memiliki desain interface yang statis. Dilihat dari thema atau tampilan Moodle dan ATutor pun berbeda. Tampilan Moodle dapat dirubah sesuai keinginan pengguna. Moodle memang menyediakan fasilitas untuk mengubah tampilan atau thema jika pengguna inginkan. Tapi selain itu pengguna juga dapat mendownload tampilan tersebut di internet. Tampilan atau thema yang dimiliki ATutor pun dapat dirubah sesuai keinginan pengguna, tetapi tampilan atau thema tersebut hanya dapat dirubah sesuai tampilan atau thema yang sudah ada di ATutor saja. Tampilan tersebut tidak dapat didownload diluar fasilitas thema yang ada di ATutor.

2.

User Friendly Atutor merupakan salah satu media e-learning yang tampilannya

74

cukup user friendly, juga kemudahannya dalam penambahan fasilitasfasilitas belajar dalam e-learning. Walaupun penginstalan ATutor sangat kecil dibandingkan dengan Moodle, namun fasilitas yang diberikan ATutor hampir sama dengan fasilitas yang dimiliki oleh Moodle. ATutor juga sudah cukup memenuhi kebutuhan pengguna dalam penggunaan aplikasi e-learning.

3.

Analisa Kebutuhan Pengguna Analisa kebutuhan pengguna e-learning adalah pengguna

menginginkan suatu software yang nantinya dapat membantu dalam proses belajar mengajar yang ada dalam aplikasi e-learning, sehingga pengguna yang baru menggunakan aplikasi e-learning pun tidak akan kesulitan dalam menggunakannya. Dari penjelasan analisa kebutuhan pengguna diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa software Moodle dan Atutor sudah memenuhi kebutuhan pengguna yang akan menggunakan aplikasi e-learning tersebut.

4.

Database Didalam satu paket CMS e-learning Moodle ataupun ATutor sudah termasuk database didalamnya. Database tersebut dapat dirubah sesuai keinginan dan kebutuhan dari e-learning yang akan dibuat nantinya. Namun yang membedakannya adalah penggunaan database didalam

75

Moodle dan ATutor. ATutor hanya dapat bekerja pada dua database saja, yaitu database MySQL dan PostgreSQL. Harus ada pengecekan selalu jika tidak ingin terjadi error dalam database, karena data-data yang ada didalam suatu e-learning tersebut akan berubah dan bertambah.

M. Pengujian White Box White box adalah meramalkan cara kerja perangkat lunak secara rinci, karenanya logikal path (jalur logika) perangkat lunak akan ditest dengan menyediakan test case yang akan mengerjakan kumpulan kondisi dan atau pengulangan secara spesifik. Secara sekilas dapat diambil kesimpulan white box testing merupakan petunjuk untuk mendapatkan program yang benar secara 100%. Terdapat empat kategori test pada white box, antara lain yaitu : 1. Data processing and calculations correctness test, yaitu melakukan pengecekan data processing untuk setiap kasus tes.

2.

Software qualification test. Terdapat lima kualitas dalam pengujian software, yaitu : a. Kemampuan pemprosesan software. Dari kedua software aplikasi e-learning dengan

menggunakan Moodle dan ATutor, kemampuan pemprosesan software cukup baik dan cepat. Jarang sekali ditemukan

76

terjadinya error didalam menjalankan aplikasi e-learning menggunakan kedua software tersebut. b. Kemudahan menggunakannya Kemudahan dalam menggunakan aplikasi e-learning dengan Moodle jauh lebih mudah dibandingkan menggunakan ATutor. Atutor terbilang cukup rumit dalam penggunaannya, apalagi bagi pengguna yang baru menggunakan CMS ATutor. Walaupun ATutor adalah salah satu CMS e-learning yang user friendly, tapi banyak tombol-tombol didalamnya yang sulit untuk dimengerti dan digunakan. Berbeda dengan Moodle yang memiliki kemudahan dalam menggunakannya, terutama bagi pengguna yang baru

menggunakan CMS Moodle tersebut. Selain itu banyak terdapat tutorial-tutorial mengenai penggunaan Moodle. c. Kehandalan dengan performa konsisten Dari penelitian yang penulis teliti, dapat diambil

kesimpulan bahwa kedua software Moodle dan ATutor memiliki kehandalan dengan performa konsisten yang baik. Tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi error ataupun kehandalan performa yang menurun, jika penggunaan kedua software dalam kurun waktu yang lama. d. Efisiensi sumber daya

77

Efisiensi sumber daya dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian yang optimum. Jika dilihat dari efisiensi kecepatan kedua software itu sama, tetapi jika dilihat dari efisiensi penggunaan memori RAM dalam CPU Usage itu berbeda. Moodle lebih banyak menghabiskan memori RAM, sedangkan ATutor lebih sedikit. Jadi efisiensi ATutor dalam penggunaan memori lebih baik dibandingkan dengan Moodle. e. Portabilitas diantara lingkungan Portabilitas mengandung arti yaitu suatu aplikasi atau program komputer yang dapat dijalankan tanpa harus

melakukan instalasi terlebih dahulu. Program-program ini dapat dengan mudah disimpan ke dalam media penyimpanan baik itu berupa cd, usb flash disk, ataupun sd card. Moodle dan ATutor adalah salah satu CMS (Content Management System) e-learning yang bersifat opensoure. Dari penjelasan portabilitas diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Moodle dan ATutor bukanlah suatu softwate yang bersifat porbabilitas, karena kedua software tersebut harus diinstal terlebih dahulu jika ingin menggunakannya. Tetapi disisi lain porbabilitas mengandung arti yang sama dengan virtualisasi. Pada dasarnya virtualisasi selalu

menyangkut keberadaan sistem operasi yang akan digunakan

78

oleh software tersebut. Moodle dan ATutor dapat digunakan atau diinsatal pada semua jenis sistem operasi seperti Windows XP, Windows 7, Linux. Tetapi kedua software tersebut tidak dapat digunakan atau diinstal pada Windows Vista. Karena sebelum pengguna dapat menginstall Moodle atau ATutor, pengguna harus menginstall Xampp terlebih dahulu didalam komputer atau laptop mereka. Tetapi Xampp tidak dapat diinstall dengan menggunakan Windows Vista.

3.

Maintainability test. Pengertian dari maintainability test adalah usaha yang diperlukan untuk menetapkan dan memperbaiki kesalahan dalam software. Dalam penggunaan kedua software aplikasi e-learning dengan menggunakan Moodle dan ATutor pasti ditemukan kesalahan dalam penggunaan kedua software tersebut. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki dengan adanya administrator ataupun brainware yang cermat dan cekatan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul. Jika permasalahan yang terjadi tidak cepat untuk ditanggani, maka dikhawatirkan dapat merusak jaringan database didalamnya.

4.

Reusability test Reusability test adalah tingkat kemampuan software atau bagian dari software yang dapat dipakai ulang dalam aplikasi

79

lainnya, berkaitan dengan paket dan lingkup dari fungsi yang dilakukan oleh software tersebut. Kemampuan software di dalam Moodle dan ATutor akn dipaki ulang nantinya untuk pengembangan aplikasi e-learning dengan menggunakan kedua software tersebut. Sehingga pengembangan dari kedua software tersebut akan jauh lebih baik dibandingkan dengan software yang sebelumnya ada.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan perbandingan software open source yaitu Moodle dan ATutor yang telah penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Moodle

80

a.

Untuk user friendly interface pada Moodle, semuanya dapat ditata secara sederhana dan dapat disesuaikan dengan mudah. Pengguna yang baru menggunakan CMS Moodle tidak akan dibanjiri dengan pilihan yang luas dan tombol yang tidak perlu.

b.

Karena dibangun pada fungsional, maka Moodle memiliki hampir semua fungsi dosen atau instruktur yang ada didalam suatu sistem aplikasi e-learning. Selain itu banyak fitur-fitur opsional pada ATutor yang sudah termasuk didalam fitur-fitur Moodle. Moodle juga memiliki daftar ekstensif modul dan blok yang dapat didownload dan ditambahkan.

c.

Masyarakat atau komunitas Moodle adalah komunitas atau masyarakat yang sangat aktif. Ini ditandakan dengan adanya forum diskusi antara pengguna Moodle, baik dari versi yang lama sampai versi yang baru. Diforum tersebut, mereka dapat bertukar pendapat mengenai penggunaan Moodle.

d.

Moodle telah dirancang disekitar proses pengajaran, semua fungsionalitas berkisar pada topik course (mata pelajaran) dan interaksi antar pengguna.

e.

Moodle adalah salah satu software e-learning open source, pencipta Moodle sangat tertarik akan Moodle dan telah menyatakan bahwa Moodle akan selamanya menjadi software open source.

2.

ATutor

81

a.

User interface pada ATutor sangat komprehensif dan membuat pengguna baru menjadi kewalahan atau kesulitan dalam

menggunakannya. b. ATutor juga dibangun pada fungsionalitas, ATutor memiliki banyak fitur yang sama seperti Moodle, contohnya telah dibangun juga galeri dan pencarian freetext. ATutor juga memiliki banyak modul yang dapat didownload dan diinstall. c. Komunitas ATutor aktif, tetapi tidak besar seperti komunitas Moodle. Jumlah posting dalam komunitas ATutor perhari jauh lebih sedikit dibandingkan komunitas di Moodle. d. Perkembangan ATutor sangat berpusat di sekitar standar dan prinsipprinsip desain untuk perangkat lunak yang tidak dapat meminjamkan dirinya sebagai lingkungan belajar, tidak sama seperti Moodle yang telah dirancang untuk proses belajar mengajar. e. ATutor adalah salah satu CMS untuk aplikasi e-learning yang open source. Tetapi ada beberapa diskusi yang menyatakan bahwa ATutor akan merilis edisi profesional dalam waktu dekat dengan biaya yang belum diketahui.

Berdasarkan perbandingan ke dua software e-learning opensource Moodle dan ATutor yang telah penulis lakukan. Harus diakui bahwa Moodle lebih baik dari pada ATutor, ini dilihat dari segi kelengkapan fitur. Salah satu yang menarik di Moodle adalah proses customization yang relatif tidak

82

merepotkan, bahkan meskipun kita tidak memahami skill pemrograman dengan baik. Template dan theme yang disediakan Moodle juga lebih banyak, dan mendukung 40 bahasa termasuk bahasa Indonesia. Diharapkan dengan adanya penulisan penelitian mengenai

perbandingan software aplikasi e-learning Moodle dan ATutor ini dapat dijadikan referensi bagi software-software opensource yang lain, dan dapat membangun software aplikasi e-learning yang baru, sehingga software tersebut lebih lengkap dalam membantu proses belajar mengajar.

B. Saran
Setelah melakukan pengamatan dilapangan terhadap software E-Learning Moodle dan ATutor. Maka ada beberapa saran dan pandangan umum yang perlu penulis sampaikan agar software E-Learning yang diusulkan bisa diterima dengan semestinya, yang memiliki uraian sebagai berikut :

1. Diharapkan dengan adanya laporan penulisan ini, pembaca yang ingin belajar atau menggunakan salah satu software e-learning opensource Moodle atau ATutor dapat lebih mengetahui software mana yang cocok untuk mereka gunakan. 2. Diharapkan Laporan penulisan ini dapat pula digunakan untuk menghasilkan desain e-learning yang baru dan baik. 3. Menciptakan security data untuk menjamin keamanan data tersebut. 4. Dibutuhkannya seseorang yang memelihara dan menjaga software E-Learning tersebut agar di masa yang akan datang bisa menciptakan

83

software E_Learning yang lebih baik dan bisa bersaing dengan perkembangan teknologi di masa yang akan datang.

Demikian saran dan pandangan secara umum pada system ini yang dapat penulis sampaikan dalam upaya menutupi kelemahan dan

kekurangannya serta mudah-mudahan dapat berguna untuk yang membaca karya tulis ini.

You might also like