You are on page 1of 17

BAB IV RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN

4.1.

Sumberdaya Batubara di Daerah Penelitian Perancangan tambang meliputi berbagai tahapan, sebagai tahap awal maka

dilakukan perhitungan sumberdaya batubara. Perhitungan sumberdaya dilakukan dengan menghitung endapan batubara yang terdapat di daerah penelitian. Dari Laporan Akhir Studi Kelayakan PT. United Coal Indonesia, 2007, diperoleh jumlah sumberdaya batubara di daerah Dunship adalah sebesar : (Lampiran D) a. b. c. d. e. f. g. Sumberdaya terukur batubara seam A sebesar 922.065 ton Sumberdaya terukur batubara seam B sebesar 592.918 ton Sumberdaya terukur batubara seam C sebesar 601.565 ton Sumberdaya terukur batubara seam D sebesar 183.059 ton Sumberdaya terukur batubara seam E sebesar 164.373 ton Sumberdaya terukur batubara seam F sebesar 39.904 ton Sumberdaya terukur batubara seam G sebesar 8.579 ton

dari hasil perhitungan sumberdaya yang dilakukan tim Geologist PT. United Coal Indonesia (PT. UCI) di atas, maka diperoleh jumlah tonase total sumberdaya terukur batubara di daerah penelitian sebesar 2.512.463 ton. 4.2. Konsep Penambangan Berdasarkan data penyebaran batubara, batasan geoteknik, serta batasan ketebalan batubara (lebih dari atau sama dengan 0,5 meter), maka kegiatan penambangan PT. UCI akan dilakukan pada satu daerah potensial. (Lampiran F) Penambangan akan di mulai dari Barat menerus ke Timur. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan geologis dan operasional yang memudahkan panambangan, yaitu: a. Mempunyai satu lapisan batubara (seam A) yang paling tebal (0,7m1,3m) 53

4.2.1. Pemilihan Daerah Penambangan

54

b. c. d.

Mempunyai jarak pengangkutan batubara yang dekat dengan jalan loging. Mempunyai nisbah kupas rata-rata (stripping ratio atau SR) maksimal 10 : 1 Mempunyai batubara dengan kualitas baik (high energy) dengan nilai kalori antara 6200 8500 kcal/kg.

4.2.2. Topografi Daerah Penelitian Topografi daerah yang akan ditambang sangat berpengaruh terhadap sistem penambangan yang akan diterapkan. Topografi yang berbukit terjal akan lebih sulit untuk dilakukan penambangan daripada daerah yang memiliki topografi yang relatif datar dan tidak memiliki banyak bukit. 4.2.3. Lapisan Tanah Penutup Ketebalan dari tanah penutup akan mempengaruhi besarnya stripping ratio yang akan diperoleh. Sedangkan jenis lapisan tanah penutup akan berpengaruh terhadap kemampugalian alat, geoteknik dan kestabilan lereng. 4.2.4. Bentuk dan Karakteristik Endapan Batubara serta Lapisan Penutup Lapisan batubara yang ada terdiri dari 7 (tujuh) kelompok lapisan, yaitu seam A, B, C, D, E, F dan G (Lampiran H) dengan ketebalan yang bervariasi (0,15 m 1,3 m). Dari keseluruhan kelompok lapisan tersebut, kegiatan penambangan akan difokuskan untuk menambang lapisan batubara dengan ketebalan lebih dari atau sama dengan 0,5 meter (seam A, B, C dan D). Lapisan penutup di atas lapisan batubara dan interburden didominasi oleh batulempung, batulanau dan batupasir. Adapun kemiringan dari tiap-tiap seam batubara pada table 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1 Kemiringan pada Tiap Seam Batubara
No. 1 2 3 4 5 Seam Batubara A B C D E Kemiringan 5 23 7 29 7 31 5 31 5 30

55

6 7

F G

5 26 5 29

4.2.5. Sistem Penambangan Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan batubara serta lapisan penutupnya, sistem penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open pit). Kegiatan penambangan yang dilakukan secara umum adalah pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk, penggalian lapisan penutup, dan penggalian batubara. Pada saat pembersihan lahan dan pengupasan tanah pucuk, dilakukan penumpukan tanah pucuk di suatu tempat sementara yang aman dari kegiatan penambangan agar nantinya dapat dimanfaatkan kembali dalam pelaksanaan reklamasi. Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan penutup di daerah sepanjang singkapan batubara mengikuti garis kontur pada batas tertentu, kemudian diikuti dengan penggalian lapisan batubara. Teknik penggalian batubara bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang rendah sampai kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan (down dip). Sedangkan arah kemajuan penambangannya akan mengikuti singkapan lapisan batubara pada setiap pit yang akan ditambang. Operasi penambangan terhadap batubara yang dilakukan meliputi: penggalian bebas, pemuatan, dan pengangkutan ke temporary ROM stockpile. Sedangkan untuk lapisan penutup dilakukan operasi: penggalian (gali bebas dan penggaruan), pemuatan serta pengangkutan menuju ke outside dump. Lapisan penutup pada bulan ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5 dan ke-6 untuk setiap pit akan ditimbun di outside dump. 4.2.6. Cadangan Tertambang Perhitungan cadangan tertambang dilakukan dengan metode penampang. Asumsi-asumsi yang digunakan untuk perhitungan batubara: a. b. c. Ketebalan batubara adalah ketebalan berdasarkan daerah pengaruh masingmasing titik bor. Ketebalan batubara yang diperhitungkan adalah > 50 cm (0,5 m). Luasan yang dihitung adalah panjang horizontal batubara x ketebalan semu.

56

d. e. f.

Volume batubara antara 2 (dua) penampang digunakan rumusan mean area atau rumusan kerucut terpancung (jika selisih luas antara 2 penampang > 30%). Tonase batubara antara dua penampang = volume batubara x SG (specific grafity). SG yang digunakan adalah 1.35. Asumsi-asumsi yang digunakan untuk perhitungan volume

overburden : a. b. Luas tanah penutup dihitung masing-masing penampang, Volume tanah penutup antara 2 (dua) penampang digunakan rumusan mean area atau rumusan kerucut terpancung (jika selisih luas antara 2 penampang > 30%), Beberapa batasan-batasan yang digunakan : a. b. c. d. Batasan geoteknik diterjemahkan sebagai batasan geometri lereng, Batasan hidrogeologi diterjemahkan sebagai batasan geometri puritan, Batas tinggi highwall maksimum merupakan pit limit, Faktor koreksi : untuk losses penambangan digunakan faktor koreksi sebesar 8% (3% di penambangan, 2% pada pengangkutan ke temporary stockpile, 2% pada pengangkutan dari temporary stockpile ke tongkang, 1% pada saat di tongkang) e. Stripping ratio yang diperhitungkan adalah yang terbesar adalah SR pada pit limit 4.2.7. Strategi Penambangan Batasanbatasan yang digunakan untuk mendapatkan suatu urutan penambangan yang sesuai prioritas adalah sebagai berikut. a. Tebal lapisan batubara layak tambang adalah lebih tebal dari 0,5 meter. b. Awal penambangan (bulan ke-1) harus diupayakan dengan: 1) SR (stripping ratio) minimun. 2) Kualitas batubara yang baik. c. Penambangan pada blok-blok di dalam pit potensial selalu memperhatikan pencapaian target produksi bulanan. d. Penggunaan peralatan mekanis diupayakan selalu optimum. Konsekuensinya bila produksi penggalian lapisan penutup dan batubara pada periode waktu tertentu minimum, maka kelebihan peralatan yang sudah disiapkan

57

pada periode sebelumnya harus diupayakan untuk digunakan bagi kepentingan persiapan pembuatan jalan untuk periode-periode selanjutnya. Selain itu juga harus diupayakan untuk perawatan daerah penampungan lapisan penutup. e. Pemilihan daerah-daerah penambangan pada setiap pit-pit potensial dilakukan berdasarkan SR per penampang-penampang yang terdapat pada pit-pit tersebut. 4.2.8. Rencana Produksi Produksi batubara perbulan yang diinginkan sebesar 50.000 ton. Untuk mencapai target produksi tersebut maka target penambangan perlu ditambah dengan perkiraan losses dalam penambangan, transportasi dan preparasi. Pencapaian rencana produksi dilakukan secara bertahap dengan memperhitungkan kegiatankegiatan persiapan penambangan. 4.3. Kriteria Penambangan Seperti yang telah diuraikan pada Bab III Tinjauan Umum, secara keseluruhan daerah penyelidikan dibentuk oleh sinklin, dimana lapisan batubara menyebar relatif Utara-Selatan dengan kemiringan ke arah timur. Lapisan batubara yang ada di daerah PT. UCI secara umum mempunyai 7 lapisan A, B, C, D, E, F dan G dengan lapisan utama yang akan ditambang adalah seam A, B, C dan D. Dari keseluruhan kelompok lapisan tersebut tidak semua lapisan akan ditambang, hal ini karena kegiatan penambangan akan difokuskan untuk menambang lapisan batubara dengan ketebalan lebih dari atau sama dengan 0,5 meter. Kedalaman pit akan dipengaruhi oleh kemiringan lapisan batubara dan nisbah kupas (stripping ratio). Dengan kemiringan lapisan batubara antara 5 31 dan dengan nisbah kupas rata-rata 10 : 1, maka elevasi pit bottom adalah 22 meter dpl. 4.4. Pertimbangan dari Berbagai Aspek dalam Perancangan Tambang Terbuka 4.4.1. Pertimbangan Geoteknik Hasil pengujian geoteknik (Laporan Akhir Geoteknik PT. United Coal Indonesia, 2007) menghasilkan rekomendasi batas maksimum dimensi lereng yang

58

diijinkan untuk digunakan dalam perancangan. Dari hasil kajian geoteknik tersebut didapat sifat fisik dan mekanik batuan di daerah penelitian, batas maksimum dimensi lereng yang berupa tinggi, kemiringan lereng tunggal, kemiringan lereng keseluruhan untuk lereng penambangan dan lereng timbunan yang masih aman. Sifat fisik dari batuan antara lain bobot isi (), sedangkan sifat mekanik dari batuan antara lain kuat tekan, sudut geser dalam (), dan kohesi (c). a. Dari Hasil Uji Kuat Tekan terhadap batuan pembentuk lereng diperoleh hasil kemampugalian sebagai berikut : 1) Batupasir 0,12 8.668 MPa 2) Batulempung 0,28 5,98 MPa 3) Batulanau 0,46 4,58 MPa b. Karakteristik batuan pembentuk lereng dapat dilihat pada table dibawah ini : Tabel 4.2 Karakteristik Batuan Pembentuk Lereng Tunggal
Lapisan 1 2 3 4 Batuan Batulempung Batulanau Batupasir Batubara Capp (Kpa) 50.38 110 217.04 300 app (0) 36.38 34.38 29.39 30 sat (ton/m3) 2.14 2.08 2.16 1.35

Tabel 4.3 Karakteristik Batuan Yang Ada Pada Tiap Penampang Untuk Lereng Keseluruhan
Lubang Bor Geoteknik Nama batuan LANAU LEMPUNG PASIR LEMPUNG LANAU LEMPUNG PASIR LEMPUNG LANAU LEMPUNG PASIR LANAU LEMPUNG PASIR LANAU LEMPUNG PASIR LANAU LEMPUNG PASIR LANAU Kohesi ( c ) kpa 238.1 110.3 268.6 50.4 238.1 110.3 268.6 50.4 238.1 50.4 414.5 100.6 427.5 342.9 100.6 427.5 303.59 100.63 427.5 303.59 100.63 Sudut geser dalam ( ) = 30.3 33.5 27.1 36.4 30.3 33.5 27.1 36.4 30.3 36.4 21.8 33.7 20.8 31.4 33.7 20.8 30.58 33.66 20.8 30.58 33.66 Density 2.1 2.2 2.1 2.2 2.1 2.2 2.1 2.2 2.1 2.2 2.2 2.1 2.1 2 2.1 2.1 2.12 2.06 2.1 2.12 2.06

DH -B

DH -B

DH-E

DH-P

DH- H

DH- H DH- H

59

LEMPUNG PASIR

427.5 303.59

20.8 30.58

2.1 2.12

Karakteristik material timbunan (campuran lempung, lanau dan batupasir) : 1. Kohesi (Cpeak ) = 9.253 Kpa 2. Sudut geser dalam (app) = 14.656 3. Bobot isi (sat) = 1.794 ton/m3 c. Untuk hasil uji laboratorium nilai faktor keamanan (FK) dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4 Faktor Keamanan Lereng Tunggal
Tinggi Lereng (m) Sudut Lereng 0 45 50 55 60 65 70 45 50 55 60 65 70 45 50 55 60 65 70 45 50 55 60 65 70 45 50 55 60 65 70 Faktor Keamanan Batulanau 5.26 4.89 4.56 4.28 4.02 3.08 Batupasir 7.51 7.04 6.62 6.26 5.93 5.63 7.04 6.62 6.26 5.93 5.63 5.36 6.26 5.93 5.63 5.36 5.12 4.9 5.93 5.63 5.36 5.12 4.9 4.69 5.63 5.36 5.12 4.9 4.69 4.5 Batulempung Batubara

6 meter

7 meter

8 meter

9 meter

10 meter

2.63 2.54 2.42 2.27 2.1 1.94 2.58 2.5 2.38 2.23 1.84 1.91 2.3 2.1 1.94 1.84 1.75 1.64 2.17 1.94 1.84 1.75 1.64 1.53

d.

Berdasarkan kuat tekan dan karakteristik batuan di atas maka batuan yang ada termasuk sangat lunak (very weak strength). Batuan dengan kuat tekan < 10 MPa

60

penggaliannya dapat dilakukan denngan freedigging (dengan menggunakan shovel/backhoe). e. Dari hasil analisis semua data-data Geoteknik, maka dimensi lereng yang direncanakan masih termasuk dalam kategori aman, yaitu: 1) Tinggi lereng tunggal adalah 6 meter 2) Kemiringan Lereng tunggal adalah 70 3) Kemiringan lereng keseluruhan adalah 43 - 65 4) Tinggi lereng timbunan adalah 6 meter 5) Kemiringan lereng timbunan adalah 30 4.4.2. Ketentuan Peraturan Perundangan Tentang Rancangan Tambang Dalam perancangan tambang terbuka, di samping pertimbangan ekonomi, juga diperlukan perhitungan teknis sebelum menentukan apakah suatu bahan galian dapat ditambang atau tidak. Mengingat hal tersebut, pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertambangan Energi dan dan Energi), Sumber telah Daya Mineral (d.h. Departemen Perundangmengeluarkan Peraturan

undangan berupa Kepmen Pertambangan dan Energi No.555. K/26/M.PE/1995 tanggal 12 Mei 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum yang merupakan penyempurnaan atau pengganti Mijn Politie Reglement (MPR) No. 341 tahun 1930. Menyangkut kemantapan lereng, Kepmen Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 dalam Bab VI pasal 240 sampai dengan pasal 242 berisi tentang peraturan mengenai tinggi jenjang, lebar jenjang, dan sudut lereng yang seperti sangat tergantung patahan, pada atau ukuran peralatan, jenis batuan, atau sistem penambangan yang dipakai serta kondisi dari keadaan geologi tempat bekerja rekahan, tanda-tanda tekanan tanda-tanda kelemahan lainnya. Inti dari pasal ini adalah : 1. 2. Penimbunan tanah penutup hanya dapat dilakukan pada jarak sekurangkurangnya 7,5 m dari ujung teras penambangan Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang mengandung pasir, tanah liat, kerikil, dan material lepas lainnya harus:

61

a. b. c.

tidak boleh lebih dari 2,5 m apabila dilakukan secara manual tidak boleh lebih dari 6 m apabila dilakukan secara mekanis tidak boleh lebih dari 20 m apabila dilakukan dengan menggunakan clamsheel, dragline, bucket wheel excavator atau alat sejenis, kecuali mendapat persetujuan KAPIT

3.

Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila: a. b. tinggi jenjang keseluruhan pada sistem penambangan berjenjang lebih dari 15 m tinggi setiap jenjang lebih dari 15 m

4.4.3. Pertimbangan Hidrogeologi Masalah air merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam kegiatan penambangan. Air tersebut dapat berupa air hujan, air tanah, maupun air sungai. Agar air tersebut tidak mengganggu kegiatan penambangan maka perlu dirancang suatu sistem penyaliran tambang yang tepat. Dari hasil kajian tersebut diketahui bahwa air tanah yang kemungkinan berada di daerah Dunship tidak akan mengakibatkan gangguan terhadap rencana penambangan. Penanganan air limpasan yang berasal dari air hujan, direncanakan pembuatan saluran terbuka di sekeliling tambang (perimeter drainage) dan saluran pada lereng di dalam pit. Untuk menjaga agar medan kerja tidak terganggu oleh air hujan, direncanakan pemompaan di dalam pit. Air yang keluar dari tambang setelah dipompa dan air yang diperkirakan keluar dari outside dump akan dilewatkan dalam settling pond sebelum mengalir ke sungai-sungai yang ada di sekitar tambang. Hal ini adalah untuk menjaga derajat keasamaan dan tingkat kejernihan air untuk meminimalkan dampak lingkungan. (Laporan Akhir Hidrogeologi PT. Unied Coal Indonesia, 2007) 4.5. Rancangan Tambang (Pit Design) Dari semua hasil uraian diatas, maka pembuatan rancangan teknis penambangan memerlukan parameter penting antara lain :

62

a) c) e) f)

Sasaran produksi 50.000 ton perbulan Nilai kalori batubara 6200 8500 kcal/kg Rekomendasi geoteknik untuk tinggi jenjang (6 m) Rekomendasi geoteknik untuk lebar jenjang (4 m)

b) Stripping ratio maksimal 10 : 1 d) Losses batubara sebesar 8%

g) Rekomendasi geoteknik untuk single slope 70 dan overall slope 43 - 65 h) Kemiringan (grade) jalan tambang (8%) i) j) Lebar jalan tambang lurus (13 m) Lebar jalan tambang pada tikungan (15m)

4.5.1. Batas penambangan Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan batas tambang terbuka adalah Batas KP (Kuasa Pertambangan) Eksploitasi, penyebaran lapisan batubara, dimensi lereng yang aman, rencana produksi, stripping ratio, serta aliran sungai. Batas KP Eksploitasi yang diusulkan PT UCI adalah titik-titik koordinat seperti terlihat pada Lampiran B. Hanya lapisan batubara yang ada di dalam batas KP eksploitasi yang dapat ditambang. 4.5.2. Urutan dan arah penambangan Secara umum, arah kemajuan penambangan adalah dari daerah singkapan ke arah tegak lurus jurus lapisan batubara sampai lereng akhir penambangan, kemudian bergerak maju ke daerah penambangan tahun berikutnya mengikuti penyebaran lapisan batubara. Pola kerja alat adalah menggali sepanjang singkapan hingga batas penambangan setiap bulan dimulai dari daerah sekitar singkapan lapisan batubara, kemudian kembali. Pola tersebut dilakukan terus menerus hingga batas lereng akhir yang telah ditentukan. Urutan penambangan secara rinci untuk bulan ke-0 sampai bulan ke-6 adalah sebagai berikut: (Lampiran J) a. Penambangan bulan ke 0

63

1) Pembuatan fasilitas-fasilitas penunjang yaitu: prasarana perkantoran, gudang, bengkel dan tangki bahan bakar, perumahan karyawan. 2) Pembuatan jalan masuk ke daerah penambangan. 3) Pembersihan lahan (land clearing) untuk penambangan bulan ke-1. b. Penambangan bulan ke-1 (Lampiran Gambar J.1) 1) Lokasi penambangan di Pit-1 di daerah Dunship. 2) Sasaran produksi sebesar 50.000 ton batubara. 3) Elevasi pit bottom 22 mdpl. 4) Batubara yang tertambang sebesar 50.660 ton 5) SR penambangan batubara di bulan ke-1 adalah 9,86 : 1 6) Lapisan batubara yang tertambang di Pit adalah lapisan Seam A. 7) Luas Pit-1 bulan ke-1 adalah 73.863 m2 8) Arah penambangan Pit dari Barat Laut ke Tenggara daerah Dunship. 9) Jarak tempuh lokasi penambangan di Pit ke temporary stockpile adalah 775 m. 10) Volume lapisan penutup yang digali sebesar 499.456 BCM. Lapisan penutup yang digali pada penambangan di Pit ditimbun pada di lokasi outside dump. c. Penambangan bulan ke-2 (Lampiran Gambar J.3) 1) Lokasi penambangan di Pit-2 di daerah Dunship. 2) Sasaran produksi sebesar 50.000 ton batubara. 3) Elevasi pit bottom 22 mdpl. 4) Batubara yang tertambang sebesar 50.386 ton 5) SR penambangan batubara di bulan ke-1 adalah 8,34 : 1 6) Lapisan batubara yang tertambang di Pit adalah lapisan Seam A, B dan C. 7) Luas Pit-1dan Pit-2 bulan ke-2 adalah 146.181 m2 8) Arah penambangan Pit dari Barat Laut ke Tenggara daerah Dunship. 9) Jarak tempuh lokasi penambangan di Pit ke temporary stockpile adalah 775 m. 10) Volume lapisan penutup yang digali sebesar 420.200 BCM. Lapisan penutup yang digali pada penambangan di Pit ditimbun pada di lokasi outside dump. d. Penambangan bulan ke-3 (Lampiran Gambar J.5)

64

1) Lokasi penambangan di Pit-2 di daerah Dunship. 2) Sasaran produksi sebesar 50.000 ton batubara. 3) Elevasi pit bottom 22 mdpl. 4) Batubara yang tertambang sebesar 51.171 ton 5) SR penambangan batubara di bulan ke-1 adalah 6,15 : 1 6) Lapisan batubara yang tertambang di Pit adalah lapisan Seam A, B dan C. 7) Luas Pit-1dan Pit-2 bulan ke-3 adalah 186.408 m2 8) Arah penambangan Pit dari Barat Laut ke Tenggara daerah Dunship. 9) Jarak tempuh lokasi penambangan di Pit ke temporary stockpile adalah 775 m. 10) Volume lapisan penutup yang digali sebesar 317.848 BCM. Lapisan penutup yang digali pada penambangan di Pit ditimbun pada di lokasi outside dump. e. Penambangan bulan ke-4 (Lampiran Gambar J.7) 1) Lokasi penambangan di Pit-2 di daerah Dunship. 2) Sasaran produksi sebesar 50.000 ton batubara. 3) Elevasi pit bottom 22 mdpl. 4) Batubara yang tertambang sebesar 56.336 ton 5) SR penambangan batubara di bulan ke-1 adalah 6,99 : 1 6) Lapisan batubara yang tertambang di Pit adalah lapisan Seam A, B, C dan D. 7) Luas Pit-1dan Pit-2 bulan ke-4 adalah 218.989 m2 8) Arah penambangan Pit dari Barat Laut ke Tenggara daerah Dunship. 9) Jarak tempuh lokasi penambangan di Pit ke temporary stockpile adalah 775 m. 10) Volume lapisan penutup yang digali sebesar 393.741 BCM. Lapisan penutup yang digali pada penambangan di Pit ditimbun pada di lokasi outside dump. f. Penambangan bulan ke-5 (Lampiran Gambar J.9) 1) Lokasi penambangan di Pit-2 di daerah Dunship. 2) Sasaran produksi sebesar 50.000 ton batubara. 3) Elevasi pit bottom 22 mdpl. 4) Batubara yang tertambang sebesar 54.649 ton 5) SR penambangan batubara di bulan ke-1 adalah 7,19 : 1

65

6) Lapisan batubara yang tertambang di Pit adalah lapisan Seam A, B, C dan D. 7) Luas Pit-1dan Pit-2 bulan ke-5 adalah 275.126 m2 8) Arah penambangan Pit dari Barat Laut ke Tenggara daerah Dunship. 9) Jarak tempuh lokasi penambangan di Pit ke temporary stockpile adalah 775 m. 10) Volume lapisan penutup yang digali sebesar 393.003 BCM. Lapisan penutup yang digali pada penambangan di Pit ditimbun pada di lokasi outside dump. g. Penambangan bulan ke-6 (Lampiran Gambar J.11) 1) Lokasi penambangan di Pit-2 di daerah Dunship. 2) Sasaran produksi sebesar 50.000 ton batubara. 3) Elevasi pit bottom 22 mdpl. 4) Batubara yang tertambang sebesar 56.157 ton 5) SR penambangan batubara di bulan ke-1 adalah 7.04 : 1 6) Lapisan batubara yang tertambang di Pit adalah lapisan Seam A, B, C dan D. 7) Luas Pit-1dan Pit-2 bulan ke-6 adalah 341.497 m2 8) Arah penambangan Pit dari Barat Laut ke Tenggara daerah Dunship. 9) Jarak tempuh lokasi penambangan di Pit ke temporary stockpile adalah 775 m. 10) Volume lapisan penutup yang digali sebesar 395.496 BCM. Lapisan penutup yang digali pada penambangan di Pit ditimbun pada di lokasi outside dump. 4.5.3. Rencana Lokasi Dumping Area Rencana dumping area yang akan di buat adalah sebagai berikut :
a.

Tanah pucuk dan tanah penutup yang telah dibongkar akan ditimbun di daerah dumping area. Dumping area terletak di sebelah Selatan pit, dengan jarak 900
m dari lokasi penambangan batubara

b. c.

Mulai bulan ke-1 penimbunan akan dilakukan diluar pit (outside dump). Outside dump selama aktivitas penambangan terletak di luar pit. Pemilihan lokasi penimbunan lapisan penutup tersebut mempertimbangkan: 1) jarak yang tidak terlalu jauh dari permuka kerja yaitu: 1 km. 2) tidak ada cadangan batubara di bawah lokasi yang dipilih atau cadangan

66

batubara di daerah tersebut tidak ekonomis untuk ditambang. 3) tidak menganggu daerah yang akan ditambang, sungai atau jalan, serta topografi permukaan diusahakan berupa lembah. 4.5.4. Rencana Lokasi Temporary Stockpile Batubara yang telah tertambang sebelum dibawa ke dalam tongkang akan diangkut dan disimpan sementara di stockpile. Stockpile akan dibuat dengan luas 90.942 m2 jarak 775 m dari lokasi penambangan batubara. (Lampiran M) 4.6. Jalan Tambang (ramp) Jalan tambang disiapkan untuk untuk dua jalur pengangkutan dump truck berkecepatan maksimum 35 km/jam. Kecepatan dump truck bermuatan di tikungan tidak boleh lebih dari 25 km/jam. Dimensi jalan yang diterapkan pedoman lebar jalan angkut merekomendasikan 4 kali lebar alat angkut terbesar. Perhitungan (Lampiran Q): 1) Lebar Lebar jalan pada belokan Kemiringan jalan (lihat gambar 4.4) 2) Lebar ramp
saluran penyaliran

= 13 m = 15 m = 8 %.

2,5 m 2m 1,5 m 1,5 m

2,5 m 1,5 m 1,5 m tanggul

70o

1m

Gambar 4.1

67

Dimensi jalan Tambang 3) Turning radius untuk alat angkut minimum 7 m Turning radius yang dipakai 4) = 10 m (Lampiran Q) Untuk turning radius 10 m dan kecepatan maksimum pada belokan 25 km/jam, 5) h maka super elevasi (e) yang disarankan = 0,04 (m/m) (Sumber : Laporan Akhir Studi Kelayakan PT. UCI, 2007) Jika h = beda tinggi sisi luar dibandingkan sisi dalam pada tikungan, maka untuk lebar jalan 13 m, = 13 m x 0,04 (m/m) = 0,52 m (lihat Gambar 4.5) dengan berat total 20-100 ton

13 m

10 m

15 m h = 0,52 m

Gambar 4.2 Super Elevasi Jalan Tambang

4.7. Tata Letak Fasilitas Penunjang Pengadaan fasilitas penunjang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan utama dalam suatu rangkaian kegiatan penambangan. Sehingga kegiatan utama dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Fasilitas penunjang di sini dapat dikategorikan sebagai mine site infrastructure, dimana lokasinya dapat dikonsentrasikan pada satu daerah tertentu (lihat Lampiran M). Lokasi yang

68

direncanakan yaitu di sebelah Barat daerah penambangan. Lokasi ini dipilih agar memudahkan dalam pengaturan dan pengawasan dalam kegiatan penambangan di PT. UCI. Fasilitas penunjang yang dimaksud dapat meliputi:
1) Bengkel dan gudang. Bengkel merupakan tempat perbaikan serta perawatan

peralatan sehingga alat-alat yang ada dapat beroperasi secara kontinu tanpa terjadi penurunan produktivitas dari alat-alat tersebut. Ukuran bengkel disesuaikan dengan jenis peralatan yang ada. Gudang berfungsi untuk menyimpan suku cadang dan peralatan yang digunakan, sebagai penyimpanan peralatan lainnya, dan bangunan gudang ini merupakan satu bagian dengan bangunan bengkel. Pemilihan lokasinya diusulkan dekat dengan daerah tambang agar memudahkan dalam penanganan perawatan peralatan yang rusak, dan juga dekat dengan fasilitas-fasilitas lainnya sehingga dapat memudahkan dalam pengaturan dan pengawasannya. Sedangkan untuk bahan bakar disimpan di tangki-tangki dimana kapasitasnya dibuat untuk stok selama 1 minggu.
2) Sarana perkantoran, merupakan suatu sarana penting sebagai pusat pengendalian

dari kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan sesuai rencana yang telah ditetapkan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional di lapangan. Ukuran bangunan perkantoran dapat disesuaikan dengan jumlah karyawan yang bekerja. Lokasi yang dipilih didasarkan pada kemudahan jalan masuk dan keluar dari daerah tambang dan letaknya tidak jauh dari fasilitas-fasilitas lainnya.
3) Perumahan/mess, pemilihan lokasinya didasarkan pada tersedianya fasilitas-

fasilitas sosial yang telah ada dekat daerah penambangan, sehingga yang diperlukan hanyalah perbaikan dan peningkatan fasilitas-fasilitas tersebut.
4) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), merupakan sumber tenaga listrik

untuk keperluan penerangan bagi daerah tambang, juga untuk pengoperasian alat-alat listrik serta sumber tenaga bagi pemompaan air dari dalam tambang ke luar tambang. Besarnya daya pembangkit disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian. Lokasinya diusulkan di satu tempat yaitu dekat dengan lokasi bengkel dan didistribusikan ke berbagai tempat yang memerlukan listrik, sedangkan untuk keperluan operasi di malam hari di beberapa permuka kerja digunakan genset-prime mover (air cooled) dengan menara lampu.

69

5) Pos keamanan, lokasinya terletak di daerah yang menjadi jalan keluar masuk ke

daerah tambang.
6) Poliklinik, lokasinya terletak dekat dengan fasilitas perumahan karyawan,

sedangkan keperluan P3K disediakan di dalam bangunan fasilitas-fasilitas yang ada seperti kantor, bengkel, PLTD, stockpile, dan fasilitas-fasilitas lainnya.
7) Mesjid dan gereja (atau tempat ibadah lainnya) dibangun dekat dengan

perumahan karyawan, sedangkan mushola dibangun dekat kantor, dan bengkel.


8) Tangki bahan bakar, kantin, garasi dan fasilitas air bersih. Untuk lokasi tanki

bahan bakar dipilih yang dekat dengan lokasi penambangan atau bengkel, terlindungi dari bahaya petir dan dipagari dengan kawat berduri. 4.8. Peralatan yang Digunakan Peralatan tambang yang digunakan untuk operasi penambangan adalah kombinasi excavator-dump truck dibantu dengan buldoser sebagai alat garu-dorong. Jenis peralatan tambang dan peralatan bantu utama yang akan digunakan dalam sistem penambangan seperti yang telah diuraikan di atas adalah seperti yang terlihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Peralatan Tambang Yang Diperlukan Berdasarkan Aktivitas
Aktivitas Pembongkaran, penggaruan, dan penggusuran Penggalian dan pemuatan Pengangkutan Peralatan Buldoser dengan single shank (Giant) ripper dan double shank ripper Backhoe Dumptruck Tipe D 85 E-SS D 10R Cat 330 BL FM 260JM Merk Komatsu Catterpillar Catterpillar Hino

You might also like