You are on page 1of 4

CONTINUING MEDICAL HASIL PENELITIAN EDUCATION

Kebisingan Memengaruhi Tekanan Darah Pekerja PT. PLN (Persero) Sektor Barito PLTD Trisakti, Banjaramasin
Huldani
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Indonesia

ABSTRAK Intensitas kebisingan yang melebihi nilai ambang batas (NAB) merupakan masalah yang perlu dicegah, karena dapat berakibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja, salah satunya terhadap tekanan darah. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan kohort prospektif, dengan sampel 30 pekerja di PT. PLN (Persero) Sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin. Pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling. Intensitas kebisingan diukur dengan alat Sound Level Meter (SLM) dan pengukuran tekanan darah dengan sphygmomanometer digital. Pada intensitas kebisingan >NAB (Nilai Ambang Batas) vs intensitas kebisingan <NAB, didapatkan peningkatan tekanan darah sistolik masing-masing pada 86,67% vs 33,33% pekerja (p = 0,009) dan peningkatan tekanan diastolik masing-masing pada 80% vs 27% pekerja (p = 0,01). Kata kunci: intensitas kebisingan, tekanan darah, NAB

ABSTRACT The intensity of noise which exceeds threshold value is aproblem that needs preventing, it causes bad consequences for health and safety, one of them is for blood pressure. This research is analytic research observasional with the approach of kohort prospektif, by sampel 30 employees in PT PLN (Persero) of Sector of Barito PLTD Trisakti Banjarmasin, Intake Sampel use the technique of quota sampling. Noise intensity measured by means of Sound Level Metre (SLM) And measurement of blood pressure by digital sphygmomanometer. At noise intensity >TLV (Threshold Limit Value) vs noise intensity <TLV, there were increased systolic blood pressure at 86,67% vs 33,33% employees (p = 0,009) respectively and increased diastolic blood pressure at 80% vs 27% employees (p = 0,01) respectively. Huldani. Noise Affects Blood Pressure of the Workers of PT. PLN (Persero) of Sector of Barito PLTD Trisakti, Banjarmasin. Key words: noise intensity, blood pressure, TLV

PENDAHULUAN Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51/Men/1999, Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebesar 85 dB (A) untuk pemaparan 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Seseorang hanya boleh bekerja selama 8 jam di tempat dengan intensitas kebisingan 85 dB. Sedangkan bila intensitas kebisingan mencapai 113 dB hanya diperkenankan bekerja selama 94 menit. Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang selalu timbul pada industri besar yang menggunakan mesin tenaga diesel. Berkembangnya industri di Indonesia menyebabkan makin banyak tenaga kerja yang terpapar pada bising yang keras
Alamat korespondensi email: huldani@yahoo.com

dan berlangsung lama, sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.1-3 Kebisingan dapat berhubungan dengan hipertensi. Hasil penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menyebutkan bahwa masyarakat yang terpapar kebisingan, cenderung memiliki emosi tidak stabil yang akan mengakibatkan stres. Stres yang cukup lama, akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah, memacu jantung untuk memompa darah lebih keras sehingga tekanan darah akan naik.4-6 Penelitian Andriukin (2007) pada tenaga kerja bagian mesin bubut di Moskwa dengan intensitas bising 93 dB menyatakan bahwa tenaga kerja yang mengalami kebisingan tekanan

darahnya dua kali lebih tinggi daripada kelompok kontrol.4 Penelitian Parvizpoor pada tenaga kerja bagian tenun dengan intensitas bising 96 dB menemukan 27,1% tenaga kerja mengalami kenaikan tekanan darah, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 8,6%.4 Penerbang TNI AU yang terbiasa terpajan bising 90-95 dB dalam pesawat mempunyai risiko 2,7 kali menderita tekanan darah diastolik tinggi dibandingkan dengan penerbang yang terpajan bising 70-80 dB.7 Dari pengukuran tahun 2008 ditemukan tingkat kebisingan mesin-mesin di PLTD Trisakti Banjarmasin melebihi NAB, di antaranya mesin Pielstick dengan tingkat

CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012

813

HASIL PENELITIAN
kebisingan 105 dB dan mesin Stork Werkspoor Diesel (SWD) dengan tingkat kebisingan 102 dB. Sehingga, diperlukan penelitian pengaruh intensitas kebisingan terhadap peningkatan tekanan darah pekerja PT. PLN (Persero) sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin. METODE PENELITIAN Penelitian adalah penelitian kohort prospektif. Populasi penelitian ini adalah semua pekerja PT. PLN (Persero) Sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin yang berjumlah 135 orang. Sampel sebanyak 15 responden yang bekerja pada intensitas kebisingan >NAB (>85 dB) di bagian pemeliharaan mesin dan 15 responden yang bekerja pada intensitas kebisingan <NAB (<85 dB) di bagian operator menggunakan teknik quota sampling. Kriteria inklusi: Jenis kelamin laki-laki, usia 20-45 tahun, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, dan obatobatan yang dapat memengaruhi tekanan darah (min 24 jam), tidak tinggal di daerah bising, tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah seperti ginjal, jantung, dan hipertensi, kondisi kesehatan tidak sedang/baru sembuh dari sakit dan tidak tuli, bekerja pada shift II (14.00-22.00 WITA), dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sound Level Meter (SLM) untuk mengukur intensitas bising yang dihasilkan dari suatu mesin dengan model SLM 308 aproval 2G-2556 dan Sphygmomanometer digital merk Omron untuk mengukur tekanan darah. Pengukuran intensitas kebisingan mesin dengan Sound Level Meter (SLM) dibantu oleh teknisi, dilakukan pada 6 titik lokasi berbeda. Pengukuran tekanan darah sebanyak 3 kali pada posisi duduk dengan selang waktu 1-2 menit dan diambil rata-ratanya. Analisis data dilakukan dengan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pekerja Subjek penelitian para pekerja PT PLN (Persero) yang sesuai kriteria inklusi sebanyak 15 pekerja bagian pemeliharaan dan 15 pekerja bagian operator.
Tabel 1 Karakteristik pekerja berdasarkan usia Usia (tahun) Bagian pemeliharaan 0 0 4 6 5 15 Bagian operator

20-25 26-30 31-35 36-40 41-45 Jumlah

0 1 5 5 4 15

Diketahui intensitas kebisingan di bagian pemeliharaan lebih tinggi dari NAB (>85 dB), kebisingan terendah 96 dB, dan kebisingan tertinggi 113 dB. Hasil pengukuran menggambarkan banyaknya pemaparan kebisingan yang diterima pekerja setiap hari. Hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian operator dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3 Distribusi hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian operator di PT. PLN (Persero) sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin tahun 2011 Titik 1 2 3 4 5 6 Intensitas kebisingan bagian operator 77 dB 79 dB 74 dB 80 dB 69 dB 70 dB

Usia pekerja di bagian pemeliharaan sebagian besar 36-40 tahun (6 orang [40%]). Tidak ada pekerja yang berusia antara 21-30 tahun. Sebanyak 4 orang (26,67%) berusia 31-35 tahun dan 5 orang (33,33%)berusia 41-45 tahun. Di bagian operator masing-masing 5 orang (33,33%) pekerja berusia 31-35 dan berusia 36-40 tahun, tidak ada yang berusia 21-25 tahun. Hanya 1 orang (6,67%) yang berusia 26-30 tahun, selebihnya berusia 41-45 tahun (26,67%). Pemilihan pekerja laki-laki, untuk memperoleh karakteristik pekerja yang hampir sama, karena pada usia yang sama, tekanan darah wanita 5 - 10 mmHg lebih rendah dari laki-laki.3,4,8 Umur pekerja dipilih antara umur 20-45 tahun karena tekanan darah pada usia tersebut cenderung masih normal.9 Tekanan darah sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya makin tinggi.3,4,8 B. Intensitas Kebisingan Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan pada 6 titik lokasi. Hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 2 Distribusi hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian pemeliharaan di PT. PLN (Persero) sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin tahun 2011 Titik 1 2 3 4 5 6 Intensitas kebisingan bagian pemeliharaan 105 dB 98 dB 113 dB 110 dB 96 dB 102 dB

Intensitas kebisingan di bagian operator lebih rendah dari NAB (<85 dB). Hal ini karena di bagian operator sudah ada sekat pemisah antara mesin produksi dengan tempat pekerja; bagian operator terletak di lantai dua, sehingga intensitas kebisingan tidak melebihi NAB yang telah ditetapkan.10 Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa di bagian pemeliharaan intensitas kebisingan melebihi NAB yang diperkenankan, sedangkan di bagian operator intensitas kebisingannya di bawah NAB. PT. PLN (Persero) mengharuskan seluruh karyawan menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT) berupa earplugs selama bekerja. Namun, masih ada karyawan yang tidak menggunakannya dengan alasan ketidaknyamanan. Pada saat observasi pendahuluan, banyak pekerja tidak menggunakan earplugs, tetapi jika ada pengontrolan atasan, mereka langsung bergegas memasang APT tersebut. Pada penelitian ini sampel adalah pekerja yang terus-menerus menggunakan APT pada daerah bising selama mereka bekerja pada shift 2, yaitu pkl. 14.00-22.00 dengan pengawasan atasan masing-masing. Intensitas kebisingan di bagian pemeliharaan melebihi NAB. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja di bagian pemeliharaan,

814

CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012

HASIL PENELITIAN
sebagian besar merasakan gangguan komunikasi dan konsentrasi pada saat bekerja. Kebisingan yang melebihi NAB dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kesehatan tenaga kerja seperti gangguan komunikasi, psikologis, fisiologis, keseimbangan (pusing), dan ketulian.3 Intensitas kebisingan di bagian operator di bawah NAB; berarti layak digunakan sebagai tempat kerja. Dari hasil wawancara, hampir tidak ada pekerja di bagian operator yang mengeluhkan gangguan komunikasi. C. Pengukuran Tekanan Darah Pekerja Pengukuran tekanan darah pekerja di bagian pemeliharaan dan operator dilakukan tiga kali saat sebelum dan sesudah bekerja, setelah itu dihitung reratanya dan dilihat perbedaannya. Rata-rata hasil pengukuran darah sistolik dari 15 pekerja sebelum bekerja di bagian pemeliharaan sebesar 121,69 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 125,27 mmHg. Tekanan darah diastolik pekerja sebelum bekerja di bagian pemeliharaan sebesar 85,67 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 86,67 mmHg. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik 15 pekerja sebelum bekerja di bagian operator rata-rata 123,43 mmHg dan sesudah bekerja rata-rata 124,62 mmHg. Tekanan darah diastolik pekerja sebelum bekerja di bagian operator rata-rata 86,44 mmHg dan sesudah bekerja rata-rata 86,51 mmHg. Sebagian besar pekerja di bagian pemeliharaan yaitu 12 orang (80%) mengalami peningkatan tekanan darah diastolik. Sedangkan di bagian operator hanya 4 pekerja (27%) pekerja yang mengalami peningkatan darah diastolik. Terdapat perbedaan tekanan darah pekerja sebelum dan sesudah bekerja pada intensitas kebisingan yang berbeda. Secara umum lebih banyak pekerja di bagian pemeliharaan (>NAB) yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik daripada pekerja di bagian operator (<NAB). D. Pengaruh Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja terhadap Peningkatan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pekerja Berdasarkan hasil uji Chi-Square dengan taraf kepercayaan 95%, antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan peningkatan tekanan darah sistolik pekerja, ditemukan hubungan yang bermakna (p = 0,009). Pada uji Chi-Square antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan peningkatan tekanan darah diastolik pekerja, juga didapatkan hubungan yang bermakna (p = 0,010). Terdapat perbedaan bermakna antara peningkatan tekanan darah pekerja pada intensitas kebisingan >NAB (>85 dB) dibandingkan pada intensitas kebisingan <NAB (<85 dB) di PT. PLN (Persero) sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Boedhi Raharjani4 pada pekerja PT. Kereta Api Indonesia yang mencatat kenaikan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik sesudah kerja. Keadaan ini diduga kuat bukan disebabkan oleh beban kerja masinis (ringan), tetapi dipengaruhi oleh tingginya tingkat kebisingan di dalam kabin kerja masinis.4 Rata-rata peningkatan tekanan darah sistolik pada intensitas kebisingan >NAB sebesar 3,58 mmHg. Hasil ini sejalan dengan penelitian Cohen di Los Anglees (1980), yang menemukan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik 3 mmHg. Penelitian Eny Hastuti di Semarang (2004) juga menemukan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik 2,2 mmHg.4 Penelitian Morell di Sydney (1988) menemukan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg.4 Rata-rata peningkatan tekanan darah diastolik pada intensitas kebisingan >85 dB, sebelum dan sesudah adalah 1,09 mmHg. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cohen yang mendapatkan kenaikan tekanan darah diastolik 3 mmHg. Penelitian Eny Hastuti di Semarang (2004) menemukan rata-rata kenaikan tekanan darah diastolik 0,87 mmHg. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar pekerja di bagian pemeliharaan PT. PLN (Persero) sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin dengan intensitas kebisingan >NAB mengeluh sulit berkomunikasi antara sesama pekerja karena suara mesin yang sangat keras saat beroperasi. Hal ini membuat sebagian besar pekerja merasa jengkel. Keadaan ini berbeda dengan pekerja di bagian operator dengan intensitas kebisingan <NAB; di bagian ini sudah terdapat sekat pemisah berupa kaca antara pekerja dengan mesin yang sedang beroperasi. Intensitas kebisingan yang tinggi menyebabkan gangguan komunikasi, gangguan pelaksanaan tugas, perasaan tidak senang, gangguan mental emosional berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah, dan menjadi lebih peka atau mudah tersinggung sehingga dapat memacu jantung lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh, tekanan darah akan naik. Kebisingan dapat direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stres. Stres akan memengaruhi sistem saraf yang kemudian berpengaruh pada denyut jantung, yang mengakibatkan perubahan tekanan darah.3,4

Tabel 4 Perubahan tekanan darah sistolik pekerja di PT. PLN (Persero) sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin tahun 2011 Tempat kerja Ya n Bagian pemeliharaan Bagian operator 13 5 % 86,67 33,33 n 2 10 Peningkatan tekanan darah sistolik Tidak % 13,33 66,67 n 15 15 Jumlah % 100 100

Tekanan darah sistolik meningkat pada 13 orang (86,67%) di bagian pemeliharaan dan pada 5 orang (33,33%) di bagian operator.
Tabel 5 Perubahan tekanan darah diastolik pekerja di PT. PLN (Persero) sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin tahun 2011 Tempat kerja Ya n Bagian pemeliharaan Bagian operator 12 4 % 80 27 n 3 11 Peningkatan tekanan darah diastolik Tidak % 20 73 n 15 15 Jumlah % 100 100

CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012

815

HASIL PENELITIAN
Pengaturan tekanan darah tergantung pada kontrol dua penentu utamanya, yaitu curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah jantung banyak bergantung pada pengaturan kecepatan denyut jantung dan volume sekucup. Sementara resistensi perifer total terutama ditentukan oleh derajat vasokonstriksi arteri. Peningkatan kecepatan denyut jantung akan berpengaruh langsung pada tekanan darah sistolik. Sedangkan tekanan darah diastolik lebih banyak di pengaruhi oleh resistensi perifer total. Stres yang berulang-ulang bisa menjadikan perubahan tekanan darah itu menetap. Naiknya tekanan darah, biasanya berjalan bersama-sama antara sistolik dengan diastolik.3,4 Sungging Handoko menyatakan bahwa 20-45% penduduk yang tinggal di tempat kebisingan lalu lintas melampaui batas yang ditetapkan, mengalami gangguan pendengaran.11 Beberapa gejala pada manusia akibat kebisingan adalah akibat tingkat desibel tinggi yang memengaruhi sistim kardiovaskular, denyut jantung dan tekanan darah, kecepatan pernapasan dan memengaruhi sistim digestif. Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja antara lain mengurangi kenyamanan bekerja, meskipun tidak semua tenaga kerja terganggu kebisingan karena sudah terbiasa dalam jangka waktu lama. Kebisingan juga mengganggu komunikasi atau percakapan antar pekerja, mengganggu konsentrasi, menurunkan daya pendengaran, baik sementara maupun permanen (Sugeng Budiono, 2003).3,4 Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan selain kerusakan indra pendengaran, juga menimbulkan gangguan mental emosional, gangguan jantung dan peredaran darah (Dwi P. Sasongko dkk., 2000), gangguan mental emosional berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah, dan menjadi lebih peka atau mudah tersinggung, serta, melalui mekanisme hormonal (produksi hormon adrenalin), dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.3,4 Hasil eksperimen di USSR menunjukkan bahwa kebisingan dengan intensitas tinggi dalam waktu lama menghasilkan perubahan sementara aktivitas susunan saraf dan sistem kardiovaskuler dan peningkatan tekanan darah. Sedangkan hasil studi laboratorium menunjukkan bahwa kebisingan mengurangi efisiensi tugas, dapat mengganggu keseimbangan, meningkatkan tekanan darah dan menurunkan volume aliran darah.3,4 SIMPULAN Terdapat peningkatan tekanan darah pekerja pada intensitas kebisingan >NAB (>85 dB) dibandingkan pada intensitas kebisingan <NAB (<85 dB) di PT. PLN (Persero) sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin.

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. Kurniawati D. Intensitas kebisingan dan keluhan subyektif (non auditory effect) pada perawat di Irna Medik RSU DR. Soetomo Surabaya. Bul. Penelit. RSU Dr. Soetomo 2007; 9: 191-5. Sukarto H. Transportasi perkotaan dan lingkungan. Jurnal Teknik Sipil 2006; 3(2): 93-9. Hermawati E. Perbedaan tekanan darah tenaga kerja pada intensitas kebisingan yang berbeda di PT Purinusa Eka Persada Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2006. 4. 5. 6. Babba J. Hubungan antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan peningkatan tekanan darah. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro, 2007. Hantoro S. Analisis tingkat kebisingan di Departement Permesinan dan Fabrikasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Teknologi Industri 2002; 6(1): 121-30. Uuksulainen SO, Pirjo RH, Pekka S. Self-reported occupational health hazards and measured exposures to airborne impurities and noise in shoe repair work. Occup. Environment. Health 2002; 8(4): 320-7. 7. 8. Siagian M, Bastaman B, Dede K. High intensity interior aircraft noise increases the risk of high diastolic blood pressure in Indonesian Air Force pilots. Med. J. Indon. 2009; 18(4): 276-82. Kurniawan A. Perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas di Industri Mebel CV.Gion & Rahayu Kartasura, Sukoharjo Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010. 9. Saryawati R. Faktor risiko kejadian hipertensi pada pekerja industri tekstil. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro, 2008.

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/ XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2002. 11. Handoko S. Studi kasus polusi udara di Jakarta. Jurnal Kebisingan dan Pengaruhnya pada Lingkungan. Universitas Mercu Buana.

816

CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012

You might also like