You are on page 1of 32

Bahan Pelajaran Pelatihan Umum Teknik Pertambangan Batu Bara

Jurusan Tenaga Terampil


Proyek Alih Teknologi Pertambangan Batu Bara

F Keselamatan
Bahan Pelajaran Pelatihan Umum Teknik Pertambangan Batu Bara
Jurusan Tenaga Terampil
Proyek Alih Teknologi Pertambangan Batu Bara

F Keselamatan

F-1 Teknik Ventilasi

F-1-2
Teknik Ventilasi
Daftar Isi
1. Tujuan Ventilasi Dan Pokok Pertimbangan Mengenai Ventilasi....................................1
1.1 Tujuan Ventilasi.......................................................................................................1
1.2 Penentuan Ventilasi Yang Diperlukan......................................................................2
1.3 Struktur Tambang Bawah Tanah Dilihat Dari Segi Ventilasi..................................3
1.3.1 Sistem Terpusat Dan Sistem Diagonal.................................................................3
1.3.2 Pembagian Aliran Udara......................................................................................4
2. Ventilasi Utama...............................................................................................................5
2.1 Jenis Ventilasi Utama...............................................................................................5
2.2 Ventilasi Alam..........................................................................................................6
2.3 Ventilasi Mesin........................................................................................................8
2.4 Ventilasi Sistem Tiup dan Ventilasi Sistem Isap......................................................8
3. Teori Ventilasi.................................................................................................................8
3.1 Tahanan Ventilasi.....................................................................................................8
3.2 Koefisien Gesek.......................................................................................................9
3.3 Tahanan Belokan.....................................................................................................9
3.4 Rumus Perhitungan Tahanan Ventilasi..................................................................10
3.5 Rumus Umum Atkinson........................................................................................10
3.6 Tahanan Jenis.........................................................................................................11
3.6.1 Penggabungan Tahanan Jenis.............................................................................11
3.7 Orifis Ekuivalen.....................................................................................................13
3.8 Daya Ventilasi........................................................................................................14
3.9 Teori Kipas Angin..................................................................................................16
3.9.1 Tahanan Kipas Angin.........................................................................................16
3.9.2 Tiga Kaidah Kipas Angin...................................................................................17
3.9.3 Kurva Karakteristik Kipas Angin.......................................................................18
3.10 Perhitungan Ventilasi.........................................................................................18
3.10.1 Apabila Memungkinkan Penggabungan Tahanan Jenis...................................18
3.10.2 Apabila Diberikan Kurva Karakteristik Kipas Angin......................................19
3.10.3 Rumus Dasar Perhitungan Ventilasi Yang Umum............................................19
4. Ventilasi Lokal..............................................................................................................20
4.1 Pokok Perhatian Terhadap Ventilasi Permuka Kerja.............................................20
4.2 Jenis Metode Ventilasi Lokal.................................................................................21
5. Pengukuran...................................................................................................................25
5.1 Kecepatan Udara....................................................................................................26
5.2 Jumlah Udara.........................................................................................................26
5.3 Perbedaan Tekanan................................................................................................27
5.4 Tekanan Udara.......................................................................................................27
5.5 Penurunan Tekanan................................................................................................27

F-1-2
Teknik Ventilasi
Di bawah tanah dari suatu tambang batu bara, diasumsikan terjadi berbagai jenis
kecelakaan yang sama sekali tidak terbayangkan pada industri lain, dan ternyata pada masa
lalu di Jepang juga pernah banyak terjadi kecelakaan. Di antaranya yang paling
mengerikan adalah ledakan gas dan debu batu bara. Sudah barang tentu, penyebabnya
adalah keberadaan gas metan yang mencapai batas ledakan. Pada tambang bawah tanah,
yang paling penting dari segi keselamatan adalah mengencerkan dan menyingkirkan gas
metan yang timbul dari lapisan batu bara, dengan ventilasi. Oleh karena itu, perencanaan
ventilasi merupakan masalah khas tambang batu bara bawah tanah yang perlu ditentukan
paling hati-hati.

1. Tujuan Ventilasi Dan Pokok Pertimbangan Mengenai Ventilasi


1.1 Tujuan Ventilasi
(1) Mengencerkan dan menyingkirkan berbagai macam gas, terutama metan, yang muncul
di dalam tambang bawah tanah.
(2) Menyediakan udara segar yang diperlukan untuk pernapasan pekerja.
(3) Menyediakan udara yang diperlukan untuk mengendalikan peningkatan temperatur
tambang bawah tanah akibat panas bumi, panas oksidasi dan lain-lain.
Di antara tujuan di atas, sudah barang tentu menyediakan udara yang diperlukan untuk
pernapasan pekerja adalah hal yang penting, namun pengaturan temperatur di dalam
tambang bawah tanah juga hal yang penting dilihat dari segi pelaksanaan pekerjaan. Akan
tetapi, dengan melakukan ventilasi yang cukup untuk menyingkirkan gas, tujuan tersebut
biasanya dapat tercapai dengan sendirinya.
Oleh karena itu, perancangan ventilasi dan struktur tambang bawah tanah, serta
manajemen pada waktu pengoperasian sebenarnya, harus dilakukan dengan meletakkan
titik berat pada jaminan keselamatan, sambil mempertimbangkan rencana ekstraksi dan
rencana pengangkutan di masa depan.
Ventilasi yang mencapai keseluruhan tambang bawah tanah disebut ventilasi utama,
sedangkan ventilasi secara lokal di dalam tambang bawah tanah disebut ventilasi lokal.
Dalam rangka penentuan rencana ventilasi, sebaiknya mempertimbangkan persyaratan
di bawah ini :
(a) Konstruksinya dibuat sedemikian rupa, agar ventilasi yang diperlukan untuk
pengembangan tambang bawah tanah dapat dilakukan dengan paling ekonomis, dan
konstruksinya dibuat memiliki kelonggaran (kelebihan) udara ventilasi secukupnya,
untuk menghadapi perkembangan tambang bawah tanah di kemudian hari, serta
peningkatan gas yang mungkin timbul.
(b) Struktur yang diinginkan untuk metode ventilasi adalah sistem diagonal pada ventilasi
utama (penjelasannya akan diberikan kemudian). Sedangkan menyediakan sumuran
tegak khusus untuk ventilasi tehadap penambangan bagian dalam, adalah tindakan
yang rasional. Di tempat yang sulit dilakukan penggalian sumuran tegak (misalnya di
tambang batu bara dasar laut), diharapkan memiliki sumuran miring khusus dengan
penampang berbentuk lingkaran. Selain itu, konstruksinya dibuat sedemikian rupa agar
tahanan ventilasi jalan udara (lorong ventilasi) utama menjadi sekecil mungkin, dan
memungkinkan mengambil ventilasi cabang sebanyak mungkin dari lorong ini.
(c) Dalam melaksanakan pengembangan tambang bawah tanah dan penambangan, maka
dilihat dari segi konstruksi tambang bawah tanah, adalah penting untuk membuat
ventilasi permuka kerja ekstraksi batu bara dan penggalian lubang bukaan menjadi
independen secara sempurna, dan ventilasi untuk zona yang luas diharapkan
mempunyai sistem ventilasi, baik udara masuk maupun udara buang, yang terpisah
dari daerah lain.

1.2 Penentuan Ventilasi Yang Diperlukan


Penentuan ventilasi yang diperlukan, harus dilakukan dengan mempertimbangkan hal-
hal di atas. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas, hal-hal yang dapat menjadi referensi
dalam perancangan yang konkrit.
(1) Jumlah udara masuk per ton produksi batu bara per hari
Dari prestasi di tambang batu bara Jepang, jumlah udara per ton produksi batu bara per
hari adalah sekitar 1~8(m3/min). Angka ini akan berbeda menurut jumlah emisi gas, tingkat
pemusatan permuka kerja dan jumlah aliran cabang, di mana pada tambang bawah tanah
yang jumlah emisi gasnya banyak, angka ini umumnya di atas 4(m3/min). Dari contoh di
lapangan batu bara Eropa dikatakan, bahwa tambang bawah tanah yang tidak ada masalah
dari segi emisi gas dan kondisi atmosfir tambang bawah tanah, angka ini adalah 2(m3/min),
tambang bawah tanah yang baru mulai konstruksi adalah 3(m3/min) dan tambang bawah
tanah yang mempunyai masalah dari segi kondisi atmosfirnya adalah sekitar 4(m3/min).
Catatan : Menurut hasil penelitian yang memplotkan jumlah emisi metan dan
kedalaman tambang rata-rata untuk tambang batu bara bawah tanah 8
negara penghasil utama batu bara, yaitu Amerika Serikat, Australia,
Inggris, Jerman, Polandia, RRC, Cekoslovakia dan bekas Uni Soviet, maka
Y = 4,1 + 0,023X
Y : jumlah emisi metan (m3/t)
X : kedalaman ekstraksi rata-rata (m)

(2) Hal yang ditentukan di dalam peraturan keselamatan tambang batu bara Jepang
Peraturan keselamatan tambang batu bara Jepang mengatur mengenai udara tambang
bawah tanah sebagai berikut :
 Kandungan oksigen pada udara di dalam tambang bawah tanah harus lebih besar
dari 19% dan kandungan gas karbon dioksida harus lebih kecil dari 1%.
 Kandungan gas mudah nyala di dalam udara buang aliran cabang utama serta di
lokasi kerja harus lebih kecil dari 1,5% dan di dalam aliran udara di tempat lalu
lintas di dalam tambang bawah tanah harus lebih kecil dari 2%.
 Temperatur udara di lokasi kerja di dalam tambang bawah tanah harus lebih rendah
dari 37°C.
 Jumlah udara ventilasi di portal udara masuk mengambil standar jumlah udara
maksimum untuk pekerja tambang yang bekerja dalam waktu bersamaan di dalam
tambang bawah tanah selama satu hari, dan untuk tambang batu bara kelas A harus
dibuat lebih besar dari 3m3 per menit per orang.
 Kecepatan udara ventilasi harus lebih rendah dari 450 m/menit. Kecuali pada
sumuran tegak dan lorong khusus untuk ventilasi boleh ditingkatkan sampai 600
m/menit.
Jadi, di Jepang, selama tidak ada alasan yang khusus, harus ditentukan jumlah udara
ventilasi yang membuat kondisi di dalam tambang bawah tanah memenuhi persyaratan-
persyaratan di atas tersebut.

1.3 Struktur Tambang Bawah Tanah Dilihat Dari Segi Ventilasi


1.3.1 Sistem Terpusat Dan Sistem Diagonal
Pada waktu pembangunan tambang batu bara, 2 buah sumuran miring atau sumuran
tegak digali saling berdekatan, misalnya sumuran miring utama dan sumuran miring
paralel, lorong kemajuan utama dan lorong kemajuan paralel, sumuran tegak udara masuk
dan sumuran tegak udara buang, di mana salah satunya dijadikan jalan udara masuk dan
satunya lagi udara buang, dan hingga tambang bawah tanah berkembang mencapai tahap
tertentu, ventilasi dilakukan melalui jalan udara masuk dan udara buang ini. Metode
ventilasi di mana jalan udara masuk dan jalan udara buangnya saling berdekatan
dinamakan ventilasi sistem terpusat.
Dengan berkembang dan meluasnya tambang bawah tanah, jalan udara menjadi
semakin panjang, tekanan ventilasi yang diperlukan juga semakin besar, sehingga pada
ventilasi sistem terpusat, tahanan ventilasinya membesar, dan selain itu, karena jalan udara
masuk dan udara buang berdekatan, bersamaan dengan meningkatnya tekanan ventilasi,
udara bocor semakin meningkat, hingga jumlah udara efektif berkurang. Oleh karena itu,
biasanya di tempat yang terpisah jauh digali jalan udara buang baru, sedangkan lorong
kemajuan utama dan lorong kemajuan paralel yang digunakan selama ini, keduanya
dijadikan jalan udara masuk. Metode ventilasi yang jalan udara masuk dan udara buangnya
terpisah jauh seperti ini disebut ventilasi sistem diagonal.
Keunggulan ventilasi sistem diagonal antara lain adalah :
(1) Perpanjangan jalan udara utama dapat dikurangi drastis. Jadi tahanan ventilasi dan
biaya perawatan lorong dapat berkurang.
(2) Karena jalan udara masuk dan jalan udara buang tidak berdekatan, kebocoran udara di
antaranya berkurang, dan pintu udara serta alur udara tidak perlu banyak.
(3) Seandainya terjadi kecelakaan seperti ledakan di dalam tambang bawah tanah,
pemulihan sistem ventilasi mudah dilakukan.
(4) Karena portal udara masuk dan udara buang terpisah jauh, tidak ada kekhawatiran
udara buang bercampur masuk ke dalam udara masuk akibat arah angin.

1.3.2 Pembagian Aliran Udara


Aliran cabang utama pada ventilasi tambang bawah tanah, pecah menjadi beberapa
aliran cabang, kemudian setiap aliran cabang terbagi lagi untuk menyapu permuka kerja
dan menjadi udara buang. Lama-lama aliran cabang udara buang lain juga berkumpul dan
bergabung dengan udara buang utama dan dibuang ke luar tambang bawah tanah. Berpecah
dan mengalirnya aliran udara seperti ini disebut pembagian aliran udara atau pencabangan
aliran udara.
Pembagian aliran udara mempunyai efek sebagai berikut :
(1) Tahanan ventilasi menjadi kecil karena pembagian, sehingga dengan memakai kipas
angin yang sama dapat dilakukan ventilasi udara lebih banyak.
(2) Dapat mengantarkan udara segar ke setiap permuka kerja di setiap zona.
(3) Apabila di jalan udara terjadi kerusakan seperti ambrukan (caving), pengaruhnya dapat
dibatasi pada satu zona saja.
(4) Pengaruh kecelakaan seperti kebakaran tambang bawah tanah, semburan gas,
swabakar dan ledakan dapat dibatasi pada satu zona.
(5) Dapat mengurangi kecepatan udara di lorong arteri.
(6) Dapat mengantarkan udara bertemperatur relatif rendah hingga ke dekat permuka
kerja.
Semua ini adalah efek utama dari pembagian aliran udara. Mengenai pembagian
aliran udara ini, terutama ventilasi di permuka kerja ekstraksi, peraturan keselamatan
tambang batu bara di Jepang mengatur sebagai berikut :
※ Pada tambang batu bara kelas A, udara buang dari lokasi ekstraksi batu bara sistem
lorong panjang atau gob tidak boleh dilalukan ke lokasi ekstraksi lain. (Kecuali ada
alasan khusus dan mendapat izin dari kepala bagian pengawasan keselamatan
tambang, maka diperbolehkan)
Demikianlah, setiap permuka kerja ekstraksi di Jepang harus mempunyai ventilasi
yang berdiri sendiri. Bukan saja di permuka kerja ekstraksi, tetapi di permuka kerja
penggalian lubang bukaanpun diharapkan menerapkan ventilasi independen dengan
mempertimbangkan gas yang muncul.
Metode pembagian aliran udara terdiri dari pembagian aliran alami dan pembagian
aliran proporsional. Pembagian aliran alami adalah metode pembagian aliran secara alam
tanpa menggunakan alat pembagi aliran ataupun kipas angin bantu. Sedangkan pembagian
aliran proporsional adalah metode pengaturan jumlah udara ventilasi dengan menggunakan
peralatan seperti tersebut. Tergantung dari tahapan pembagiannya, aliran cabang dapat
dibagi menjadi aliran cabang primer, aliran cabang sekunder dan aliran cabang permuka
kerja, seperti terlihat pada gambar di bawah.

Udara Aliran cabang Aliran cabang Ventilasi Aliran cbg Udara buang utama
masuk primer sekunder permuka kerja primer dan
utama sekunder

Hal penting yang berikutnya adalah strukturnya harus dapat mencegah udara bocor
untuk meningkatkan jumlah udara efektif. Masalah ini bukan saja untuk maksud
menyingkirkan gas di lokasi kerja yang merupakan tujuan utama, tetapi dilihat dari segi
pencegahan swabakar dan ekonomi daya ventilasi juga penting. Untuk mencapai tujuan
tersebut, jaringan ventilasi utamanya menggunakan sistem diagonal (mengenai sistem ini
akan dijelaskan kemudian) dengan menggali sumuran tegak ventilasi di bagian dalam,
sementara sebagai cara efektif pada konstruksi panel digunakan sistem struktur ruang.

2. Ventilasi Utama
2.1 Jenis Ventilasi Utama
Ventilasi utama terdiri dari jenis-jenis berikut.
(1) Klasifikasi berdasarkan metode pembangkitan daya ventilasi
………….. ventilasi alam ventilasi mesin
(2) Klasifikasi berdasarkan tekanan ventilasi pada ventilasi mesin
………….. ventilasi tiup ventilasi isap
(3) Klasifikasi berdasarkan letak jalan udara masuk dan udara buang
………….. ventilasi terpusat ventilasi diagonal
2.2 Ventilasi Alam
Setiap kenaikan atau penurunan temperatur sebesar 1°C, sumua jenis gas akan memuai
atau menyusut sebesar 1/273 kali volumenya pada 0°C. Dengan kata lain, berat per satuan
volume akan bertambah atau berkurang sebesar 1/273 kali.
Temperatur di permukaan (di luar tambang bawah tanah) berubah secara drastis
tergantung dari musim (terutama di negara 4 musim). Dalam satu hari, temperatur di luar
tambang bawah tanah juga mengalami perubahan kecil dari siang ke malam. Tetapi,
temperatur di dalam tambang bawah tanah pada ke dalaman tertentu hampir tidak ada
perubahan yang besar sepanjang 4 musim, atau antara malam dan siang. Temperatur di
dalam tambang bawah tanah yang panas buminya tidak tinggi, pada musim panas lebih
rendah dari pada temperatur udara luar, dan pada musim dingin lebih tinggi dari pada
temperatur udara luar. Sehingga, apabila terdapat perbedaan temperatur jalan udara masuk
dan jalan udara buang yang ketinggian portal udara masuk dan udara keluarnya berbeda,
akan timbul perbedaan kerapatan udara di dalam dan di luar tambang bawah tanah atau
udara di jalan udara masuk dan jalan udara buang akibat temperatur, sehingga
membangkitkan daya ventilasi. Penyebab yang dapat membangkitkan daya ventilasi adalah
sebagai berikut :
a) Perbedaan tinggi portal udara masuk dan udara buang
b) Perbedaan temperatur jalan udara masuk dan jalan udara buang
c) Perbedaan temperatur di dalam dan di luar tambang bawah tanah
d) Komposisi udara di dalam tambang bawah tanah
e) Tekanan atmosfir
Pada suatu tambang bawah tanah yang
mempunyai 2 buah portal yang ketinggiannya Musim Panas

berbeda seperti gambar kanan, di mana pada L

musim panas temperatur di dalam tambang


bawah tanah lebih rendah dari pada temperatur
Musim Dingin
luar, maka udara di dalam tambang bawah tanah
menjadi lebih berat dari pada udara di luar
L
tambang bawah tanah yang sama-sama
mempunyai tinggi L, sehingga portal bawah
menjadi udara buang. Pada musim dingin terjadi
kebalikannya.
Dalam kasus ini, daya ventilasi dapat dinyatakan dengan rumus berikut.
4,17
h= L( t − t a )
1.000
h : Tekanan ventilasi (mmaq)
L : Perbedaan tinggi (m)
t : Temperatur udara buang (°C)
ta : Temperatur udara luar (°C)

Contoh soal : Berapakah tekanan ventilasi alam, apabila perbedaan tinggi portal udara
masuk dan udara buang (L) 200m, temperatur di luar tambang bawah
tanah (ta) 10°C dan temperatur di dalam tambang bawah tanah (t) 25°C?
Jawaban :
4,17
h= × 200 × (25 o − 10 o ) = 12,5 , yakni menjadi 12,5mmaq
1.000

Seperti terlihat pada gambar kanan, walaupun


udara masuk dan udara buang berupa sumuran tegak,
ta L2 -
ventilasi alam tetap bekerja karena perbedaan
L1
temperatur dan kedalaman kedua sumuran tegak.
Dalam hal ini, rumus ventilasi alam dapat dinyatakan t1 L1 L2 t2

dengan persamaan berikut.

L1 L2 .…. Kedalaman kedua sumuran tegak (m)


t1 t2 ….. Temperatur kedua sumuran tegak (°C)
4,17
h= {(L 2 − L 1 ) × ( t 2 − t a ) + L 1 ( t 2 − t 1 )}
1.000

Seandainya kedua sumuran tegak berada pada level yang sama, maka L1 – L2 menjadi
0, sehingga rumus ini menjadi
4,17
h= L 1 (t 2 − t 1 )
1.000
Ventilasi alam terutama terjadi karena perbedaan temperatur di dalam dan di luar
tambang bawah tanah, maka ketika perbedaannya kecil pada musim semi dan gugur, daya
ventilasi semakin berkurang, bahkan kadang kala di suatu hari atau karena siang dan
malam aliran ventilasi berbalik, atau kadang-kadang sama sekali tidak mengalir. Oleh
karena itu, selain tambang batu bara yang sama sekali tidak timbul gas metan, tambang
batu bara yang sedikit saja timbul gas, ventilasi yang dilakukan dengan metode ini dapat
berbahaya. Namun, karena pada ventilasi mesinpun daya ventilasi alam ini tetap bekerja,
maka harus dipikirkan untuk memanfaatkannya sedapat mungkin. Selain itu, apabila tidak
ada kipas angin cadangan pada waktu kipas angin utama sedang diperbaiki, sedapat
mungkin perbaikan dilakukan pada musim panas atau dingin, yaitu ketika daya ventilasi
alam bekerja kuat.
2.3 Ventilasi Mesin
Metode ventilasi yang menggunakan kipas angin untuk melakukan ventilasi dengan
menciptakan tekanan ventilasi (positif atau negatif) di portal udara masuk dan udara buang.
Pada metode ini, dipilih kipas angin yang paling sesuai dilihat dari jumlah udara ventilasi
yang diperlukan dan tekanan deferensial ventilasi untuk mengalirkan jumlah udara
tersebut.

2.4 Ventilasi Sistem Tiup dan Ventilasi Sistem Isap


Ventilasi sistem tiup adalah metode ventilasi yang membangkitkan tekanan di portal
udara masuk yang lebih tinggi (tekanan positif) dari pada tekanan atmosfir, untuk meniup
masuk udara ke dalam tambang bawah tanah. Apabila kipas angin utama dijalankan
dengan metode ini, gas metan akan terperangkap di dalam gob atau dinding batu bara,
sehingga seandainya kipas angin behenti beroperasi, ada bahaya gas tersebut mengalir ke
dalam lorong atau lokasi kerja dalam waktu bersamaan. Selain itu, pada sistem ini pintu
udara harus dibuat di portal udara masuk, sehingga menjadikannya sebagai lorong
pengangkutan akan merepotkan, dan juga banyak kebocoran udara. Untuk meniadakan
kelemahan ini, memang jalan udara buang bisa dijadikan sebagai lorong pengangkutan,
namun ditinjau dari segi keamanan terhadap fasilitas pengangkutan, sebaiknya hal ini
dihindari.
Kebalikan dari sistem tiup, maka pada sistem isap, kipas angin ditempatkan di portal
udara buang, membangkitkan tekanan yang lebih rendah (tekanan negatif) dari pada
tekanan atmosfir, untuk mengisap keluar udara dari dalam tambang bawah tanah. Karena
tidak ada kelemahan seperti ventilasi tiup yang ditulis di depan, maka saat ini ventilasi di
tambang batu bara menggunakan metode ini.

3. Teori Ventilasi
3.1 Tahanan Ventilasi
Pada waktu air lewat di dalam pipa besi, akan mengalami tahanan karena jumlah aliran
air, kecepatan, ukuran pipa besi dan sifat permukaan dalam pipa besi. Sama seperti kasus
air tersebut, aliran udara yang melewati lorong juga akan menerima tahanan yang berbeda
menurut jumlah aliran udara, kecepatan, ukuran lorong, panjang lorong, belokan dan
bentuk keliling lorong. Namun, karena sifat cairan dan gas sangat berbeda, sifat tahanan
yang diterima juga akan berbeda.
Untuk melakukan ventilasi, harus diberikan daya ventilasi yang dapat mengatasi
tahanan ini. Tahanan ini disebut tahanan ventilasi, yang mana akan mengalami perubahan
karena kecepatan, jumlah aliran udara dan keadaan tambang bawah tanah, seperti berikut
ini :
• Seperti dapat dilihat pada rumus di depan, untuk lorong yang sama, tahanan ventilasi
sebanding dengan kuadrat kecepatan aliran udara. Artinya, kalau kecepatan menjadi 2
kali, tahanan menjadi 2×2= 4 kali, dan kalau kecepatan menjadi 3 kali, tahanan menjadi
9 kali. Untuk lorong yang sama, jumlah aliran udara sebanding dengan kecepatan
udara, sehingga untuk jumlah aliran udara juga dapat dikatakan hal yang sama.
Misalnya, pada suatu lorong yang tiap menitnya dilewati 2.000m3 udara, apabila
jumlah aliran udaranya langsung dijadikan 4.000m3, maka tahanan yang diterima
menjadi 4 kali lipat.
• Tahanan ventilasi sebanding dengan panjang jalan udara.
• Tahanan ventilasi berbanding terbalik dengan luas penampang lorong dan berbanding
lurus dengan panjang keliling penampang lorong. Jadi, apabila luas penampang
lorongnya tertentu, maka makin pendek panjang keliling, makin kecil tahanannya.
Dengan demikian, bentuk lingkaran atau yang mendekatinya merupakan bentuk jalan
udara yang ideal.
• Tahanan ventilasi tergantung dari bentuk permukaan dinding dalam lorong. Besarnya
tahanan tersebut yang dinyatakan secara kuantitatif disebut koefisien gesek lorong.

3.2 Koefisien Gesek


Koefisien gesek berbeda menurut metode penyanggaan lorong. Tabel berikut adalah
koefisien gesek untuk tiap jenis lorong.
Tabel Koefisien Gesek Tiap Jenis Lorong
Jenis Lorong Besar Kecil Rata-rata
Tipe busur Lapis batu bata 0,00072 0,00030 0,00055
Lapis beton 0,00069
Penyangga baja 0,00140
Lorong telanjang Biasa 0,00130 0,00037 0,00081
Banyak tonjolan 0,00207
Penyangga kayu Biasa 0,00237 0,00087 0,00166
Tidak beraturan 0,00414
Permuka kerja 0,00264
Seluruh tambang bawah tanah 0,00424 0,00154 0,00222
Sumuran tegak 0,00240 0,00020 0,00130

3.3 Tahanan Belokan


Tahanan ventilasi meningkat drastis di belokan lorong, di tempat yang menyempit,
serta pada tempat terjadinya tabrakan aliran udara. Tahanan yang timbul di belokan
disebabkan oleh kerugian energi akibat aliran udara yang berlebih. Mengenai hal ini, Petit
dari Perancis telah mengukur tahanan belokan dengan saluran kayu berbentuk persegi
panjang, di mana tahanan tersebut dinyatakan dalam panjang saluran kayu yang lurus
dengan penampang yang sama. Hasilnya adalah seperti pada gambar kanan. Artinya,
belokan tegak lurus akan menimbulkan tahanan yang setara dengan 82,3m lorong lurus.
Sedangkan, apabila belokan dijadikan bentuk lingkaran, tahanannya menjadi hanya 7m.

3.4 Rumus Perhitungan Tahanan Ventilasi


Untuk melalukan jumlah udara yang sama, makin
besar tahanan ventilasi, diperlukan tekanan ventilasi 162.5m
yang makin besar. Untuk itu, tahanan ventilasi
dinyatakan dengan tekanan ventilasi.
Kalau hal-hal yang berhubungan dengan tahanan 82.3m
ventilasi seperti yang diuraikan di atas dinyatakan
dalam rumus, akan menjadi sebagai berikut.
uL 2
h=K v 23.3m
a
h : Tekanan ventilasi kolom air (mm)
K : Koefisien gesek lorong (tabel, satuan :
13.0m
Kgs2/m4)
u : Panjang keliling penampang lorong (m)
L : Panjang lorong (m) 7.0m
a : Luas penampang lorong (m2)
v : Kecepatan udara (m/sec)

Pada rumus di atas, kecepatan aliran adalah jumlah udara dibagi luas penampang,
Q
artinya v = (Q = jumlah udara). Dengan substitusi v ke dalam rumus di atas, maka
a
menjadi ;
uLQ 2
h=K
a3
Artinya, pada rumus yang tidak memasukkan kecepatan udara, tahanan ventilasi
berbanding terbalik dengan pangkat 3 luas penampang lorong.

3.5 Rumus Umum Atkinson


Sebagai rumus umum ventilasi untuk menghitung penurunan tekanan akibat gesekan
pada waktu udara mengalir di dalam lorong, ada rumus umum Atkinson yang masih
digunakan secara luas hingga kini. Rumus tersebut adalah sebagai berikut.
L ⋅ u ⋅ v2 L ⋅ u ⋅ Q2
h=K =K
a a3
h : Penurunan tekanan akibat gesekan (mm kolom air)
L : Panjang lorong (m)
u : Panjang keliling penampang lorong (m)
v : Kecepatan udara rata-rata (m/sec)
a : Luas penampang lorong (m2)
Q : Jumlah udara (m3/sec)
K : Koefisien tahanan gesek lorong

3.6 Tahanan Jenis


L ⋅u
K 3 dalam rumus Atkinson merupakan konstanta yang ditentukan oleh kondisi
a
lorong, dan disebut sebagai tahanan spesifik atau tahanan jenis lorong (R). Karena nilai R
mempunyai angka desimal yang sangat kecil, maka untuk aplikasinya digunakan murgue
dengan mengalikan 1.000. Jika M adalah murgue, maka
L⋅u
M = K 3 × 1.000 (murgue) ………… (1)
a
= R × 1.000 (murgue)

Sehingga rumus Atkinson menjadi seperti berikut.


L ⋅ u ⋅ Q2 M
h=K 3
= × Q 2 ………… (2)
a 1.000
Artinya, tahanan ventilasi (h) sebanding dengan kuadrat jumlah udara, dan makin
besar tahanan jenisnya makin besar pula tahanan ventilasinya.
Dewasa ini, perhitungan jaringan ventilasi hampir semuanya dilakukan dengan
komputer, namun apabila sebagai tahanan jenis yang menjadi dasar perhitungan digunakan
nilai tahanan jenis (M) yang dihitung dari persamaan (1), adakalanya menimbulkan
kesalahan pada hasil perhitungan, sehingga sebaiknya dilakukan pengukuran langsung
tahanan jenis dengan barometer tambang.

3.6.1 Penggabungan Tahanan Jenis


R1 R2
(1) Penggabungan seri
Andaikan jalan udara dengan tahanan jenis
R1 dan jalan udara dengan tahanan jenis R2
saling dihubungkan secara seri seperti (a) (a)

pada gambar di sebelah kanan, di mana di


R1
tengahnya sama sekali tidak ada cabang
jalan udara, baik memisah maupun
menggabung. Dalam hal ini, jumlah udara, (b) R2
V, di manapun sama. Penurunan tekanan yang terjadi di masing-masing jalan udara
adalah R1V2 dan R2V2, serta penurunan tekanan keseluruhan, h, sama dengan jumlah
R1V2 dan R2V2. Seandainya 2 buah jalan udara tersebut dianggap sebagai 1 buah jalan
udara, dan tahanan jenisnya R, maka
h = RV2
Seperti diuraikan di atas, karena
h = R1V2 + R2V2, h = (R1 + R2) V2
Maka sudah pasti
R = R1 + R 2
Dengan cara yang sama, apabila beberapa jalan udara dihubungkan secara seri, di
mana tahanan jenis masing-masing adalah R1, R2, R3, …, dan tahanan jenis
keseluruhan adalah R, maka
R = R1 + R 2 + R3 + …

(2) Penggabungan paralel


Andaikan 2 buah jalan udara dengan tahanan jenis masing-masing R 1 dan R2 saling
dihubungkan secara paralel seperti (b) pada gambar kanan atas, di mana di tengahnya
sama sekali tidak ada cabang jalan udara memisah maupun menggabung. Apabila
jumlah udara pada masing-masing jalan udara adalah V1 dan V2, maka penurunan
tekanan masing-masing adalah R1V12 dan R2V22. Namun, penurunan tekanan tersebut
seharusnya sama. Apabila nilai penurunan tekanan adalah h, maka
h = R1V12 = R2V22
Jadi,

h h
V1 = V2 =
R 1 dan R2

Apabila 2 buah jalan udara yang berhubungan secara paralel dianggap sebagai 1 buah
jalan udara, di mana jumlah aliran udaranya V.
Karena
V = V1 + V2
Maka terjadilah hubungan sebagai berikut.
 1 1 
V = h +
 R R 2 
 1

Persamaan di atas ditulis ulang dalam h, sehingga menjadi


−2
 1 1 
h= + V2
 R R 2 
 1
Apabila tahanan jenis keseluruhan adalah R, maka dari hubungan h = RV2, diperoleh
−2
 1 1 
R= +
 R R 2 
 1

atau
1 1 1
= +
R R1 R2

Dengan cara yang sama, apabila beberapa jalan udara dengan tahanan jenis R1, R2, R3,
…, dihubungkan secara paralel, di mana tahanan jenis pada waktu hubungan jalan
udara tersebut dianggap sebagai 1 buah jalan udara adalah R, maka
1 1 1 1
= + + + ...
R R1 R2 R3

Dan, karena h = RV2 = R1V12 = R2V22 = R3V32, maka

R R R
V1 = V , V2 = V , V3 = V R + …
R1 R2 3

3.7 Orifis Ekuivalen


Misalkan pada sebuah papan tipis dibuat lubang, di mana jumlah udara yang melalui
lubang tersebut dibuat ekuivalen dengan jumlah aliran udara pada suatu tambang bawah
tanah. Sekarang, andaikan ukuran lubang dapat diasumsikan sehingga perbedaan tekanan
di depan dan belakang lubang juga menjadi ekuivalen dengan tekanan ventilasi suatu
tambang bawah tanah, maka tahanan ventilasi tambang bawah tanah dapat dinyatakan
dengan ukuran lubang tersebut. Ukuran lubang yang diasumsi tersebut dinamakan orifis
ekuivalen.
Di berbagai negara, hingga sekarang orifis ekuivalen ini digunakan sebagai metode
untuk menyatakan tahanan ventilasi secara sederhana.
Apabila jumlah udara dan tekanan ventilasi diketahui, orifis ekuivalen dapat dihitung
dengan rumus di bawah ini.
Q
A = 0,38
h
A : Orifis ekuivalen (m2)
h : Tekanan ventilasi (mm kolom air)
Q : Jumlah udara (m3/sec)
Contoh soal :
Berapakah orifis ekuivalen pada tambang bawah tanah dengan tekanan negatif 94mm
dan jumlah udara 4.680 m3/menit (78 m3/detik)?
Q 78
Jawaban : A = 0,38 = 0,38 = 3,05
h 94
Jadi, orifis ekuivalen tambang bawah tanah ini menjadi 3,05 m2.
Memperbesar orifis ekuivalen, atau dengan kata lain memperkecil tahanan ventilasi di
dalam tambang bawah tanah adalah sangat penting untuk memperbaiki ventilasi. Berapun
besarnya jumlah udara teoritis suatu kipas angin, kalau orifis ekuivalennya tidak sesuai,
jumlah udara tidak akan bertambah. Dengan makin dalam dan jauhnya lokasi
penambangan pada tambang batu bara, tahanan ventilasi juga semakin meningkat,
sehingga terjadi kekurangan udara ventilasi. Dengan demikian akan timbul kebutuhan
untuk memperbesar orifis ekuivalen melalui penggalian sumuran tegak ventilasi, pelebaran
jalan udara utama serta penambahan aliran cabang.

3.8 Daya Ventilasi


Seperti diuraikan di depan, untuk melakukan ventilasi harus dibangkitkan tekanan
ventilasi yang cukup untuk mengatasi tahanan ventilasi. Daya teoritis yang diperlukan
untuk mengatasi tahanan tersebut dinamakan daya ventilasi (atau daya penggerak udara),
yang dapat dinyatakan dengan rumus berikut.
hQ
N=
75
N : Daya penggerak udara (HP)
h : Tekanan ventilasi (mm)
Q : Jumlah udara ventilasi (m3/sec)
Kenyataannya, dengan mempertimbangkan efisiensi kipas angin serta motor, dan
perluasan tambang bawah tanah di kemudian hari, daya yang diperlukan untuk operasi
kipas angin biasanya diambil 1,5 ~ 3 kali daya penggerak udara menurut perhitungan di
atas.
Contoh soal :
Berapakah daya penggerak udara untuk melakukan ventilasi dengan tekanan ventilasi
150mm dan jumlah udara 150m3/sec?
150 × 150
Jawaban : N = = 300HP
75
Dalam hal ini, walaupun digunakan kipas angin dengan efisiensi terbaik, diperlukan
daya 300HP×1,5 = 450HP. Misalkan untuk melewatkan jumlah udara tersebut, tekanan
ventilasinya dapat dijadikan 100mm dengan cara memperbesar lorong, melakukan
penyanggaan yang tepat atau memperpendek lorong, maka daya penggerak udara menjadi
100 × 150
N= = 200HP
75
Sehingga daya kipas angin menjadi 200HP×1,5 = 300HP.
Jadi yang paling penting adalah memperkecil tahanan ventilasi sebisanya, di mana
kalau kita berpikir mengenai tahanan ventilasi, walaupun kita sudah mengenal rumus
umum Atkinson, namun secara umum dapat dinyatakan dengan rumus berikut.
L v2
h = f ⋅r ⋅ ×
Da 2g
h : Tahanan ventilasi dinyatakan dalam tekanan negatif (mm kolom air)
f : Koefisien gesek lorong
r : Berat jenis fluida (terutama udara)
L : Panjang lorong (m)
Da : Luas penampang (m2) / panjang keliling penampang (m)
v : Kecepatan aliran rata-rata (m/sec)
g : Percepatan gravitasi
Dalam rumus di atas, r dan g dapat dianggap hampir konstan, sehingga tindakan teknis
untuk mengurangi tahanan ventilasi dapat difokuskan pada 4 pokok, yaitu :
• Mengecilkan f
• Memendekkan L
• Mengecilkan v
• Membesarkan nilai Da
Ke-4 hal tersebut semuanya masalah yang berhubungan dengan konstruksi tambang
bawah tanah. Dalam hal ini, f yang paling kecil adalah konstruksi lorong dari beton.
Sedangkan untuk Da, lorong berbentuk lingkaran adalah yang paling ideal. Dalam artian
itulah, maka sumuran tegak berbentuk lingkaran dapat dikatakan tipe ideal. Akan tetapi,
menggunakan bentuk ini terhadap lorong yang umum adalah sulit secara ekonomi,
sehingga banyak digunakan lorong tipe setengah lingkaran yang memakai penyangga baja.
Jadi, karena alasan konstruksi tambang bawah tanah, seringkali yang menjadi metode
utama untuk mengurangi tahanan ventilasi adalah mengurangi L (memendekkan lorong
ventilasi) dan v (kecepatan ventilasi). Untuk mengurangi v terhadap jumlah udara ventilasi
yang konstan, cukup dengan memperbesar penampang lorong. Akan tetapi lorong
berpenampang besar ini mempunyai masalah, yaitu memerlukan biaya yang besar untuk
penggalian dan perawatannya. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan ekonomi
penampang lorong, dengan mempertimbangkan biaya untuk daya penggerak ventilasi,
serta biaya penggalian dan perawatan. Akan tetapi, karena pertimbangan, bahwa tahanan
ventilasi sebanding dengan kuadrat kecepatan ventilasi, serta peningkatan ventilasi yang
diperlukan terhadap perkembangan di masa depan, sudah barang tentu penampang lorong
ventilasi utama harus dibuat dengan kelonggaran yang cukup.
Metode yang paling efektif untuk menerobos kebuntuan ventilasi akibat perluasan
zona ekstraksi, perpindahan daerah ekstraksi ke tempat dalam dan peningkatan gas yang
timbul adalah menggali sumuran tegak ventilasi di bagian yang sedalam mungkin. Dengan
melakukan itu, seringkali semua masalah yang berhubungan dengan f, L, v dan Da dapat
diselesaikan.
Salah satu metode konstruksi tambang bawah tanah untuk mengurangi tahanan
ventilasi adalah jalan udara masuk dan udara buang utama dibuat berpenampang besar,
kemudian memperbanyak ventilasi cabang. Dengan demikian, bukan saja akan mengurangi
tahanan ventilasi, tetapi dapat menyuplai udara segar dan temperatur rendah ke setiap zona,
dan apabila ternyata terjadi kecelakaan seperti kebakaran tambang bawah tanah, dapat
mencegah perluasan zona yang terkena.
Seperti telah dijelaskan di atas, tahanan ventilasi merupakan hal yang sangat penting
bagi jumlah udara ventilasi. Oleh karena itu, kita teruskan pembahasan yang lebih rinci
lagi.
Sekarang, andaikan ada lorong berpenampang persegi panjang dengan lebar b dan
tinggi b/2, maka
u = 2b + b = 3b ……….. (1)
2
a = b×b/2 = b /2 …….. (2)
Apabila (1) dan (2) disubstitusi ke dalam rumus umum Atkinson, maka
L ⋅ 3b ⋅ Q 2 L ⋅ Q2
h=K = 24 K
b6 / 8 b5
Seperti diuraikan di depan, koefisien gesek lorong berlapis beton adalah ½ dari
koefisien gesek lorong dengan penyangga besi, sehingga apabila jumlah udara ventilasi
dan panjang lorongnya sama, maka dapat dikatakan lorong lapis beton dengan lebar 1
secara ventilasi nilainya ekuivalen dengan lorong penyangga besi dengan lebar 1,15.

3.9 Teori Kipas Angin


Kipas angin adalah mesin yang di sekitar porosnya dipasangi sejumlah sayap/sudu,
dan dengan memutarnya memberikan gaya sentrifugal atau gaya dorong kepada udara
untuk membangkitkan angin. Teorinya sangat sulit, dan dalam kesempatan ini akan
diuraikan secara ringkas mengenai tahanan kipas angin dan 3 kaidah kipas angin.

3.9.1 Tahanan Kipas Angin


Pada waktu kipas angin berputar dan udara melewati kipas, timbul tahanan karena
gesekan dengan sayap/sudu dan pelat luar, serta tabrakan udara. Besar tahanan ini berbeda
menurut tipe serta kapasitas kipas angin, di mana kipas angin yang tahanannya kecil berarti
kipas angin yang efisien.
Tahanan kipas angin adalah tahanan yang sifatnya sama dengan tahanan ventilasi di
dalam tambang bawah tanah. Sama seperti ketika melakukan ventilasi di dalam tambang
bawah tanah, di mana tahanan tambang bawah tanah tersebut dinyatakan dengan lubang
ekuivalen (orifis ekuivalen), maka tahanan kipas angin juga dinyatakan dengan orifis
ekuivalen, tetapi pada kipas angin disebut sebagai lubang lewat kipas angin (passage
orifice of fan), yang dinyatakan oleh rumus berikut.
(Orifis ekuivalen ……. Luas penampang lubang, di mana tahanan pada waktu fluida
mengalir diekuivalenkan dengan tahanan pada waktu melewati lubang tipis. Di tambang
batu bara biasanya digunakan pada waktu menunjukkan tahanan ventilasi di dalam
tambang bawah tanah)
Q
O = 0,38
h0

O : Passage orifice (m2)


Q : Jumlah udara ventilasi (m3/sec)
h0 : Tahanan kipas angin (mm kolom air)
Gabungan tahanan ventilasi tambang bawah tanah h dan tahanan kipas angin h 0
menjadi tekanan negatif (vakum) yang ditimbulkan kipas angin untuk melakukan ventilasi.
Gabungan tahanan h + h0 ini disebut tekanan negatif (vakum) mula, sedangkan tekanan
negatif di dalam tambang bawah tanah saja (h) disebut tekanan negatif efektif dan tekanan
negatif di dalam kipas angin (h0) disebut tekanan negatif tidak efektif.

3.9.2 Tiga Kaidah Kipas Angin


Antara jumlah putaran, jumlah udara, tekanan deferensial dan daya kipas angin
terdapat hubungan sebagai berikut. Hal ini dinamakan 3 kaidah kipas angin.
(1) Kaidah ke-1
Pebedaan tekanan efektif kipas angin berbanding lurus dengan kuadrat jumlah putaran.
Contoh soal :
Apabila kipas angin dengan putaran 200rpm, tekanan 80mm kolom air dan jumlah
udara 4.700m3, putarannya dijadikan 300rpm, berapakah tekanannya?
300 2
Jawaban : 80 mm × = 180mm
200 2

(2) Kaidah ke-2


Jumlah (kapasitas) udara pada kipas angin berbanding lurus dengan jumlah putaran.
Contoh soal :
Berapakah jumlah udara kipas angin di atas?
300
Jawaban : 4.700m × = 7.050m 3
3

200
(3) Kaidah ke-3
Daya penggerak udara kipas angin berbanding lurus dengan pangkat 3 jumlah putaran
atau jumlah udara.
Contoh soal :
Menjadi berapa kali daya penggerak kipas angin di atas?
300 3 27.000.000
Jawaban : 3
= = 3,375 , artinya menjadi 3,375 kali
200 8.000.000

3.9.3 Kurva Karakteristik Kipas Angin


Untuk mengetahui sifat dan kemampuan kipas angin, hubungan antara jumlah udara
ventilasi dan tekanan deferensial efektif dicari melalui pengukuran langsung, kemudian
dinyatakan dalam grafik, yang disebut sebagai kurva karakteristik kipas angin.
Untuk memperoleh kurva karakteristik, putaran kipas angin dijaga konstan,
selanjutnya luas penampang jalan udara diubah-ubah dan dicari jumlah udara, daya poros,
tekanan udara dan efisiensi, untuk setiap luas penampang. Hubungan tersebut digambarkan
sebagai kurva pada grafik, dengan mengambil jumlah udara sebagai sumbu datar, serta
efisiensi, tekanan udara dan daya poros sebagai
sumbu tegak.
Gambar di samping adalah satu contoh
kurva karakteristik kipas angin.
Dari kurva karakteristik tersebut dapat
diketahui, pada jumlah udara berapa atau harus
dibuat berapa tekanan deferensial efektifnya,
agar kipas angin tersebut bekerja pada efisiensi
yang terbaik. Kurva karakteristik ini sangat
penting dalam manajemen kipas angin, dan
diperlukan sekali pada waktu pemilihan kipas
angin, perubahan jumlah putaran, operasi
gabungan dan perencanaan pembagian aliran.
Penjelasan mengenai operasi gabungan kipas .
angin utama tidak diberikan di sini.

Pf … tekanan negatif η … efisiensi PS … daya kuda poros

3.10 Perhitungan Ventilasi


3.10.1 Apabila Memungkinkan Penggabungan Tahanan Jenis
Apabila seluruh tahanan jenis jalan udara yang menyusun jaringan lorong dapat
dinyatakan dalam satu kesatuan jaringan jalan udara, yaitu dengan menggabungkan secara
seri dan paralel, maka perhitungan jumlah udara menjadi mudah. Yakni dapat dihitung dari
h=RV2 (catatan : telah dijelaskan di depan).
3.10.2 Apabila Diberikan Kurva Karakteristik Kipas Angin
Tekanan ventilasi alam PN boleh diasumsikan tidak berubah menurut jumlah udara
ventilasi. Namun, tekanan yang dibangkitkan kipas angin PF berubah besar tergantung
jumlah udara yang dihasilkan, sehingga tanpa mempertimbangkan hal ini, tidak dapat
diperoleh jumlah udara yang benar.
Untuk mencari jumlah udara dari kurva karakteristik kipas angin yang diberikan,
metode analisis grafik adalah cara yang praktis.
Pertama-tama, tekanan ventilasi alam
diasumsikan nol. Pada gambar kanan, kurva h
karakteristik kipas angin adalah I. Pada sumbu
tegak grafik ini, diambil kerugian tekanan (h), PF I II
dan pada grafik digambarkan kurva II yang
menunjukkan hubungan h = RV2. Kurva ini A
P F1
adalah setengah bagian sebelah kanan dari garis
parabola dengan sumbu tegak sebagai sumbu
simetris. Seluruh jumlah udara yang
diventilasikan sama dengan jumlah udara yang
V1 V
dihasilkan oleh kipas angin, dan tekanan yang
hilang karena ventilasi sama dengan tekanan
yang dibangkitkan oleh kipas angin. Sehingga, absis dari titik potong kurva I dan II
merupakan seluruh jumlah udara, V1, dan ordinat dari titik potong merupakan tekanan
kipas angin, PF1.

3.10.3 Rumus Dasar Perhitungan Ventilasi Yang Umum


Apabila jaringan jalan udara di dalam tambang bawah tanah tidak bisa disubstitusi
oleh satu jalan udara yang nilainya setara, dengan memanfaatkan rumus umum
penggabungan seri dan paralel tahanan jenis, maka perhitungan jumlah udara menjadi
repot. Dalam hal ini dihitung dengan menggunakan komputer dan berikut ini akan
dijelaskan pola pikir dasar untuk melakukan itu.
Ada 3 hubungan yang menjadi dasar perhitungan jumlah udara pada setiap jalan
udara di dalam jaringan sirkuit ventilasi yang diberikan, yaitu :
(1) Kerugian tekanan terhadap jalan udara manapun dapat dinyatakan oleh rumus berikut.
H = RV2 …………………….. (1)
Pertama-tama arah aliran udara pada setiap jalan udara diasumsikan sembarang.
Apabila udara ternyata mengalir ke arah tersebut, V diberi tanda positif, dan apabila udara
mengalir ke arah yang berlawanan, V diberi tanda negatif, maka rumus di atas dapat ditulis
kembali sebagai berikut.
h = RV V …………………….. (2)

(2) Untuk titik hubung (pertemuan) jalan udara manapun, seluruh jumlah aliran udara
yang mengalir menuju titik hubung sama dengan seluruh jumlah aliran udara yang
mengalir mejauhi titik tersebut. Artinya, di sini berlaku persyaratan kontinuitas.
Andaikan jumlah aliran udara yang menuju dan meninggalkan satu titik hubung adalah
V1, V2, V3, …, di mana jumlah aliran udara yang menuju titik hubung diberi tanda
posistif dan jumlah aliran udara yang menjauhi titik hubung diberi tanda negatif, maka
persyaratan kontinuitas dapat dinyatakan dengan rumus berikut.
V1 + V2 + V3 + … = 0 …….……. (3)
(3) Untuk sirkuit manapun, jumlah matematis kerugian tekanan yang terjadi di jalan udara
yang menyusunnya, sama dengan jumlah tekanan yang dibangkitkan kipas angin yang
berada di sirkuit tersebut dan ventilasi alam.

4. Ventilasi Lokal
Tujuan utama ventilasi adalah mengamankan tambang bawah tanah dengan
mengirimkan udara yang cukup ke lokasi kerja untuk menyingkirkan gas.
Di antara ventilasi permuka kerja, ada yang melakukan ventilasi dengan membawa
udara masuk secara langsung, seperti ventilasi permuka kerja penambangan, dan ada yang
mengirimkan udara yang dibangkitkan oleh kipas angin lokal, air jet dan lain-lain, dengan
menggunakan saluran udara (air duct), seperti pada ventilasi permuka kerja penggalian
lubang bukaan.
Ventilasi lokal termasuk ke dalam kelompok kedua, yang mana melakukan ventilasi
menggunakan kipas angin lokal, air jet dan lain-lain. Di sini akan diuraikan pokok-pokok
umum mengenai ventilasi lokal dan ventilasi permuka kerja ekstraksi batu bara.

4.1 Pokok Perhatian Terhadap Ventilasi Permuka Kerja


(1) Ventilasi permuka kerja ekstraksi batu bara yang mempunyai kemiringan, harus
dilakukan dengan mengalirkan udara dari bagian bawah ke bagian atas. (Mengenai hal
ini, peraturan keselamatan tambang batu bara Jepang menetapkan, bahwa di lokasi
kerja ekstraksi batu bara sistem lorong panjang pada tambang batu bara kelas A, tidak
diperbolehkan melakukan ventilasi mengarah ke bawah. Kecuali ada alasan khusus
seperti lapisan batu baranya landai, dan mendapatkan izin dari kepala bagian
pengawasan keselamatan tambang).
(2) Jalan udara masuk dan udara buang permuka kerja ekstraksi batu bara dapat
mengalami penyempitan dengan majunya permuka kerja, sehingga lorong tersebut
senantiasa harus dijaga pada ukuran yang telah ditentukan.
(3) Pada permuka kerja ekstraksi batu bara sistem mundur, ada kemungkinan gas pekat di
gob mengalir masuk ke bagian dangkal (up-dip) permuka kerja. Oleh karena itu,
ventilasi bagian dangkal terutama perlu hati-hati, dan gas pekat diencerkan dengan air
jet atau kipas angin lokal, atau dihantar ke tempat yang aman di dalam jalan udara
buang dengan saluran udara.
(4) Batuan ambruk dari atap (caving) dan silicified wood besar yang ada di permuka kerja
ekstraksi batu bara dapat meningkatkan tahanan ventilasi permuka kerja secara drastis,
sehingga harus disingkirkan secepatnya.

4.2 Jenis Metode Ventilasi Lokal


Sama seperti ventilasi utama, ada sistem tiup dan sistem isap, namun untuk penggalian
lubang bukaan pada prinsipnya harus menggunakan sistem tiup. Untuk menyingkirkan gas
yang timbul di permuka kerja penggalian lubang bukaan, secepatnya harus mengencerkan
gas tersebut sampai ke taraf yang tidak bahaya. Gas dan udara secara alamiah dapat
bercampur karena efek difusi gas, sehingga kalau kedua gas diaduk dengan ventilasi tiup,
segera bercampur dan menjadi encer. Tetapi, pada ventilasi isap tidak terjadi pengadukan,
sehingga gas di ujung permuka kerja tidak mudah disingkirkan.
Namun pada sistem tiup, udara buang yang terdifusi keluar ke bagian depan melalui
seluruh lorong, sehingga pada penggalian lubang bukaan di dalam batuan terjadi banyak
suspensi serbuk batuan yang membuat buruk keadaan lingkungan. Oleh karena itu, pada
penggalian lubang bukaan di dalam batuan yang sama sekali tidak timbul gas, penggunaan
sistem isap membuat udara lorong lebih bersih dan sehat. (Perhatikan gambar)

Dinding batubara
Saluran udara Saluran udara

Dilihat dari segi fasilitas peralatan, ventilasi lokal dapat dibagi menjadi ventilasi sekat
(brattice), air jet, saluran udara dan metode kipas angin lokal.
(1) Ventilasi sekat (brattice)
Ini adalah metode ventilasi pada sebuah lorong kemajuan dengan merentangkan papan
kayu dan plastik, di mana satu sisi dijadikan udara masuk dan sisi lainnya sebagai udara
buang. Di Jepang, pada zaman ekstraksi batu bara sistem ruang dan pilar, ventilasi
permuka kerja terutama dilakukan dengan ventilasi sekat. Namun karena banyak
kebocoran udara dan boros bahan papan kayu, serta memakan tenaga dan waktu, maka saat
ini tidak digunakan lagi. (Perhatikan gambar )
Sekat

Pintu
udara Arah Ventilasi

(2) Air jet


Ini adalah metode yang melakukan ventilasi melalui gaya yang dihasilkan
penyemprotan udara tekan dari nozel yang dipasang di dalam saluran udara. Karena daya
ventilasinya lemah, tidak bisa digunakan untuk ventilasi jarak jauh, tetapi digunakan secara
lokal pada penyingkiran gas di lokasi terjadi ambrukan (caving). Namun, karena bisa
menimbulkan listrik statik, penanganan terhadapnya harus dilakukan baik. (Perhatikan
gambar berikut)
Udara tekan atau air
tekan

Saluran udara

Air Jet Catatan: Nisbah induksi


A+ B
Pipa udara (Induction ratio) %
A

Air (A…udara primer)


Mover (B…Udara induksi)
(C…Udara yang ikut
pada aliran jet)

theo dßng khÝ)


(3) Ventilasi saluran udara
Ini adalah metode yang melakukan ventilasi dengan memanfaatkan perbedaan tekanan
udara di dalam tambang bawah tanah, dengan menggunakan saluran udara.
Pada waktu membuka pintu udara yang menghubungkan jalan udara masuk dan jalan
udara buang di dalam tambang bawah tanah, yang dialiri udara ventilasi yang cukup
banyak, harus dilakukan dengan tenaga yang lumayan besar, karena adanya perbedaan
tekanan di kedua lorong. Seandainya pintu udara dilubangi dan kepadanya dipasangi
saluran udara, maka akan mengalir udara di dalam saluran udara. Ventilasi saluran udara
adalah ventilasi yang memanfaatkan fenomena ini untuk melakukan ventilasi permuka
kerja. Ventilasi saluran udara juga terdiri dari sistem tiup dan sistem isap (perhatikan
gambar). Pada sistem tiup, ventilasi dilakukan dengan memperpanjang saluran udara dari
sisi udara masuk, sedangkan pada sistem isap, ventilasi dilakukan dengan menghubungkan
saluran udara ke sisi udara buang. Untuk penggalian lubang bukaan lebih cocok digunakan
sistem tiup.

Pintu udara
Saluran udara
Sistem hisap Pintu udara Saluran udara
Sistem tiup

Ventilasi saluran udara mempunyai keunggulan sebagai berikut :


• Karena memanfaatkan tekanan ventilasi pada ventilasi utama, selama ventilasi utama
tidak berhenti, ventilasi saluran udara juga tidak berhenti.
• Tidak menggunakan listrik dan udara tekan seperti pada kipas angin lokal. Terutama
karena tidak ada peralatan listrik, keamanannya terjamin.
• Pada kipas angin lokal atau jet, ada resiko terjadi resirkulasi udara tergantung posisi
pemasangan atau jumlah udara. Sedangkan pada ventilasi saluran udara sama sekali
tidak ada resirkulasi udara. (mengenai resirkulasi udara akan diuraikan di belakang)
• Pada kipas angin lokal timbul bunyi bising selama operasi, sehingga ada resiko terjadi
kecelakaan lori batu bara atau hal lain. Sedangkan ventilasi saluran udara sama sekali
tidak menimbulkan bunyi bising.
• Apabila diperlukan jumlah udara ventilasi yang cukup banyak, maka dengan
menggunakan beberapa buah saluran udara atau saluran udara berdiameter besar, dapat
dilakukan ventilasi dalam jumlah besar.

Sementara kelemahan ventilasi saluran udara adalah sebagai berikut :


• Apabila di dalam satu aliran cabang dilakukan ventilasi saluran udara lebih dari dua
secara seri, tahanan ventilasi akan meningkat, sehingga jumlah udara ventilasi
berkurang. Pada prinsipnya, ventilasi saluran udara harus dilakukan secara paralel.
• Di daerah terujung ventilasi utama, tekanan deferensial ventilasi antara udara masuk
dan udara buang semakin kecil, sehingga di daerah ujung yang gas timbulnya paling
banyak, pada umumnya akan kekurangan jumlah udara kalau menggunakan ventilasi
saluran udara.
• Apabila jalan udara masuk dan jalan udara buang terpisah jauh, ventilasi menjadi sulit
karena saluran udara menjadi panjang.
• Pada waktu membuka pintu udara di antara jalan udara masuk dan jalan udara buang
tempat saluran udara terpasang, ventilasi saluran udara akan terhenti.

(4) Metode ventilasi dengan kipas angin lokal


Ini adalah metode ventilasi lokal yang melakukan ventilasi dengan menyambung dan
memperpanjang kipas angin lokal dan saluran udara. Saat ini, untuk ventilasi lokal yang
dilakukan di Jepang, metode ini menjadi cara paling utama.
Pada metode kipas angin lokal juga terdapat sistem tiup dan sistem isap. (Perhatikan
gambar)

Saluran udara

Sistem tiup Sistem hisap

Kipas angin lokal Kipas angin lokal

Pada sistem isap, debu yang timbul di permuka kerja dapat diisap ke dalam saluran
udara tanpa menyapu dulu lorong di tengahnya, sehingga dari segi lingkungan kerja lebih
unggul dari pada sistem tiup. Namun, sistem isap mempunyai kelemahan sebagai berikut :
• Lingkup gerak aliran udara di ujung saluran udara kecil, sehingga gas yang timbul di
permuka kerja sulit disingkirkan.
• Karena perlu memperpanjang saluran udara sampai ke dekat permuka kerja, menjadi
gangguan kerja di permuka kerja, serta saluran udara mudah mengalami kerusakan
akibat peledakan atau hal lain.
• Saluran udara dari plastik sulit digunakan karena bisa mengempis.
• Apabila konsentrasi gas mudah nyala yang disingkirkan tinggi, penggunaan kipas angin
aksial menjadi berbahaya.
Karena kelemahan-kelemahan itu, hampir semua metode ventilasi kipas angin
menggunakan sistem tiup.
Di Jepang, sebagai kipas angin lokal, dahulu banyak digunakan mulai dari yang kecil
dengan daya 1 HP sampai tipe turbo atau tipe propeller dengan daya 5, 10, 20 HP. Namun
akhir-akhir ini, kipas angin lokal tipe besar yang dapat mengantisipasi penggalian maju
yang jaraknya lumayan panjang juga sudah digunakan.
Tenaga penggeraknya ada yang menggunakan tenaga listrik dan tenaga pneumatik
(udara tekan). Sistem penggerak listrik mempunyai efisiensi yang lebih baik, kebisingan
juga rendah dan biaya tenaga penggerak juga murah dibanding sistem pneumatik. Namun
karena memakai tenaga listrik, dahulu di tempat yang banyak gas, cenderung menghindari
penggunaannya. Tetapi, karena ada peningkatan manajemen terhadap gas dan peralatan
keamanan, saat ini hampir semuanya menggunakan sistem penggerak listrik.
Kondisi di mana udara yang sudah digunakan sekali (udara buang) bercampur masuk
ke mulut ventilasi lokal dan aliran udara yang sama berulang-ulang dialirkan, disebut
resirkulasi udara. Apabila keadaan ini berlanjut terus, gas tidak tersingkir dengan baik,
makin lama konsentrasi gas meningkat dan terjadi keadaan yang bahaya, sehingga harus
diusahakan agar tidak terjadi resirkulasi udara. Oleh karena itu, dalam penempatan kipas
angin lokal harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(a) Apabila letak kipas angin lokal tidak baik (perhatikan gambar)
Apabila letak kipas angin lokal dekat ke jalan udara buang, dapat menjadi penyebab
resirkulasi udara. Terutama pada waktu mengoperasikan kembali kipas angin lokal
yang sempat terhenti karena suatu sebab, gas dapat mengalir balik ke posisi kipas
angin lokal dan menjadi penyebab timbulnya kecelakaan. Pada waktu meletakkan
kipas angin, dipilih tempat yang kondisi atap dan dindingnya baik serta tidak ada
tetesan air, dan mengambil tempat di sisi udara masuk dengan jarak yang cukup dari
mulut jalan udara buang, agar tidak terjadi resirkulasi udara.

Kekurangan
Letak kurang baik angin induk

(b) Apabila kekurangan angin induk


Walaupun letak kipas angin sudah baik, kalau jumlah angin induk (udara masuk) yang
melewati posisi peletakan kipas angin lebih sedikit dari pada jumlah udara yang
dibangkitkan oleh kipas angin, akan terjadi resirkulasi udara. Selain itu, adakalanya
resirkulasi udara dapat terjadi karena kekurangan angin induk yang disebabkan oleh
ambruknya jalan udara atau pembukaan pintu udara.

Mengenai hal ini, peraturan keselamatan tambang batu bara Jepang menetapkan
sebagai berikut :
※ Kipas angin lokal harus ditempatkan pada posisi di mana udara buang tidak tertarik
masuk ke udara masuk, dan jumlah udara ventilasi yang melalui posisi tersebut dibuat
melebihi kapasitas kipas angin yang dimaksud, agar tidak terjadi resirkulasi udara.

5. Pengukuran
Di tambang batu bara perlu dilakukan berbagai macam pengukuran untuk memeriksa
apakah di setiap tempat di dalam tambang bawah tanah telah dilakukan ventilasi udara
yang cukup, dengan maksud mendapatkan kesalahan ventilasi, atau untuk mendapatkan
bahan yang diperlukan untuk perencanaan ventilasi atau perbaikan ventilasi. Hal yang
harus diukur antara lain adalah temperatur udara, kelembapan, tekanan udara, kecepatan
udara, jumlah udara, penurunan tekanan, tekanan kipas angin, kadar gas, jumlah debu dan
derajat kata. Di sini akan dijelaskan mengenai pengukuran tekanan udara, kecepatan udara,
jumlah udara, penurunan tekanan dan tekanan kipas angin yang secara langsung diperlukan
untuk perencanaan ventilasi atau perbaikan ventilasi.

5.1 Kecepatan Udara


1) Anemometer
Untuk mengukur kecepatan udara di dalam tambang bawah tanah biasanya digunakan
anemometer. Ini adalah kincir angin yang sangat ringan dan gesekannya kecil, di mana
baling-balingnya terbuat dari pelat aluminium dan membentuk sudut 42~44o terhadap arah
poros. Untuk mengukur kecepatan udara, alat ini diletakkan di dalam aliran udara untuk
memutar baling-baling, di mana kecepatan udara atau jarak tempuh aliran udara per satuan
waktu dapat diperoleh dari jumlah putaran dalam waktu tertentu. Daerah kemampuan
ukurnya adalah 0,5~10m/s.

2) Tabung Pitot
Pada tabung Pitot terdapat lubang ukur tekanan total di depan dan lubang ukur tekanan
statis di samping. Perbedaan kedua tekanan tersebut, yakni tekanan dinamis, diukur dengan
manometer tabung U, kemudian kecepatan udara diperoleh dari persamaan di bawah.
∆P = γw2/2g
∆P : tekanan dinamis w : kecepatan udara
γ : berat jenis udara g : percepatan gravitasi

3) Pengukuran kecepatan udara rendah


Kecepatan udara di bawah 1m/s sulit diukur. Untuk itu ada anemometer kawat panas
yang memanfaatkan pelepasan panas dari kawat halus dan anemometer termistor yang
memanfaatkan koefisien temperatur tahanan semi konduktor.
Untuk mengukur kecepatan udara rendah secara sederhana, maka pada dua titik
berjarak 5~10m di dalam jalan udara diberi tanda titik start dan titik pengukuran.
Kemudian dengan stopwatch dilakukan pengukuran waktu yang diperlukan oleh asap
untuk melewati dua tanda tersebut, hingga diperoleh kecepatan udara. Karena asap akan
menyebar selama mengalir, maka bagian tengah dari asap menyebar yang diukur.

5.2 Jumlah Udara


Jumlah udara adalah perkalian kecepatan udara rata-rata dan luas penampang. Pada
umumnya, kecepatan udara terbesar terjadi di sekitar pusat penampang lorong. Oleh karena
itu, apabila mengukur kecepatan udara dengan anemometer, maka anemometer digerakkan
sepanjang penampang dengan kecepatan konstan untuk mengukur kecepatan udara rata-
rata. Kemudian nilai tersebut dikalikan dengan luas penampang lorong yang diukur untuk
menghitung jumlah udara.

5.3 Perbedaan Tekanan


Apabila tabung gelas ditekuk membentuk huruf U dan ke dalamnya dimasukkan air
atau cairan lain hanya setengah bagiannya, kemudian dua buah tekanan yang hendak
diukur masing-masing dihubungkan ke kedua ujung tabung gelas dengan pipa, maka
perbedaan tekanan dapat diukur sebagai perbedaan ketinggian cairan. Apabila mau
mengukur perbedaan tekanan yang kecil, cukup dengan memiringkan tabung U. Dengan
memiringkannya sebesar θo, sensitivitas akan meningkat 1/sinθ kali.

5.4 Tekanan Udara


1) Barometer air raksa
Mengetahui tekanan udara melalui pengukuran tinggi kolom air raksa yang terangkat
oleh tekanan udara. 1 atmosfir adalah 760mmHg. Alat ini cocok untuk pengukuran di
tempat tetap (diam), tetapi tidak cocok digunakan dengan membawanya di dalam tambang
bawah tanah.
2) Barometer aneroid
Wadah yang bagian dalamnya kedap dibuat dengan menempelkan 2 lembar logam
tipis berbentuk lingkaran bergelombang. Dengan adanya perubahan tekanan, wadah
tersebut mengembang dan mengempis, di mana deformasi yang kecil tersebut diperbesar
secara mekanis untuk ditunjukkan dengan jarum. Kurang memuaskan dari segi ketelitian,
tetapi cocok untuk dibawa.
3) Altimeter untuk pesawat terbang
Telah dilaporkan penggunaan alat ini untuk tambang bawah tanah. Cukup dapat
mencapai tujuan.

5.5 Penurunan Tekanan


1) Melakukan pengukuran penurunan tekanan yang terjadi karena mengalirnya udara di
dalam jalan udara adalah hal yang sangat penting. Apabila pada 2 titik pengukuran di
dalam jalan udara diletakkan tabung tekanan statis Pitot dan di tengah-tengahnya
diletakkan tabung U, kemudian dihubungkan dengan pipa (misalnya pipa karet), maka
perbedaan tekanan yang tampak pada tabung U adalah penurunan tekanan. Apabila 2
titik yang hendak diukur penurunan tekanannya berjarak jauh, selang jarak tersebut
dibagi menjadi beberapa bagian, kemudian penurunan tekanannya diukur dan nilai
penjumlahan untuk selang 2 titik tersebut boleh dianggap sebagai penurunan tekanan.
Pada waktu melakukan pengukuran mulai dari portal udara masuk, kemudian
mengelilingi tambang dan sampai ke portal udara buang, maka nilai penjumlahan
penurunan tekanan selama itu setara dengan jumlah tekanan kipas angin dan tekanan
ventilasi alam. (Perhatikan gambar bawah)

2) Pipa karet
Manometer tabung miring M
e laku
k an
≒100m

pengukuran nilai mutlak tekanan udara dengan menggunakan barometer aneroid,


kemudian dari perbedaan tekanan tersebut menghitung penurunan tekanannya.

You might also like