You are on page 1of 10

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.

1 Januari 2012: 38-47

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG DIABETES DAN OBAT ANTIDIABETES ORAL


Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Korespondensi: Yunita Nita S.Si., M.Pharm. Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya, 60286, email: yunitanita@ff.unair.ac.id

ABSTRACT
The objective of this work was to determine patient knowledge regarding diabetes mellitus and oral antidiabetics drugs (OAD). Six pharmacies in Surabaya were chosen purposively in August 2009. The sample was DM patients who obtained OAD with prescription. Interviews were conducted using validated questionnaires. Result showed that 95.8% (69/72) of patients knew the aim of DM therapy. More than 90% of patients knew that medicine, exercise and diet are the therapy for DM. The correct time of taking the medication was known by 57.9% (22), 43.3% (13) and 0% of patients who received 1, 2 and 3 OAD respectively. A total of 64 patients received insulin secretagogues or sulfonylureas which have side effects of hypoglycemia. Only 9.5% (6) of patients knew the definition of hypoglycemia, and less than 21% of patients knew the signs of hypoglycemia. If forget to take medication, 95.8% (69/72) of patients knew that the OAD should not be taken double. To conclude, patients knowledge about diabetes and OAD must be improved. Keywords: patients knowledge, diabetes, oral antidiabetics drug

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang obat antidiabetes oral (OAD). Dilakukan di 7 apotek di Surabaya secara purposive sampling pada bulan Agustus 2009. Sampel adalah pasien DM yang menebus OAD dengan resep di apotek terpilih. Data diperoleh dari interview menggunakan daftar pertanyaan terstruktur yang telah divalidasi. Diperoleh 72 pasien sebagai responden dari penelitian ini. Dari hasil penelitian diperoleh 95,8% (69) responden mengetahui tujuan terapi DM. Lebih dari 90% responden mengetahui bahwa OAD, olah raga dan pengaturan diet adalah terapi untuk DM. Waktu yang benar dalam menggunakan obat diketahui oleh 57.9% (22), 43.3% (13) dan 0% responden yang mendapat 1, 2 dan 3 OAD. Sejumlah 64 responden memperoleh golongan insulin secretagogue atau sulfonylurea yang memiliki efek samping hipoglikemia. Hanya 9.5% (6) responden yang mengetahui definisi hipoglikemia, dan kurang dari 21% mengetahui tanda-tanda hipoglikemia. Sementara 70,8 % (51/72) mengetahui bahwa apabila mereka mengalami lemas, berkeringat dan akan pingsan sebaiknya mengkonsumsi gula. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasien tentang DM dan OAD masih harus ditingkatkan. Kata kunci: pengetahuan pasien, diabetes, obat antidiabetes oral

38

Pengetahuan pasien tentang diabetes dan obat antidiabetes oral (Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni)

PENDAHULUAN Menurut hasil survei WHO, jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menduduki ranking ke 4 terbesar di dunia. DM menyebabkan 5% kematian di dunia setiap tahunnya. Diperkirakan kematian karena DM akan meningkat sebanyak 50% sepuluh tahun yang akan datang. Sebanyak 80% responden DM menderita DM tipe 2 dan mereka membutuhkan pengobatan secara terus menerus sepanjang hidupnya (1,2). Diabetes melitus merupakan kumpulan dari gangguan metabolik yang dicirikan dengan hiperglikemia yang disertai metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang abnormal yang berujung pada berbagai komplikasi kronik termasuk mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (3). Komplikasi tersebut dapat dihindari atau ditunda dengan cara memperbaiki kondisi hiperglikemia, hipertensi dan dislipidemia. Penelitian multicentre seperti the United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) telah menemukan bahwa kontrol ketat terhadap kadar gula dan tekanan darah pada pasien dengan DM tipe 2 yang baru didiagnosa dapat menurunkan kejadian komplikasi jangka panjang (35). Pengetahuan yang baik terhadap penyakit dan obat secara umum berhubungan dengan outcome terapi (6). Pengetahuan tentang obat diperlukan oleh pasien untuk dapat menggunakan obat dengan benar, dengan tujuan memperoleh terapi yang maksimal dan efek samping obat yang minimal (7,8). Untuk menghindari terjadinya komplikasi dari penyakit juga diperlukan pengetahuan tentang penyakitnya. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Dari pengalaman dan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (9). Bertolak dari uraian dan melihat fakta yang ditemukan di atas, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan pasien DM tentang DM dan OAD. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Dilakukan di 7 apotek di Surabaya. Sampel adalah pasien DM yang menebus OAD dengan resep di apotek terpilih di Surabaya. Pemilihan sampel ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria inklusi bersedia untuk menjadi sampel penelitian, menebus OAD dengan resep dokter pada bulan Agustus 2009, didiagnosa menderita DM oleh dokter, berusia diatas 18 tahun. Sedangkan kriteria eksklusi pasien adalah pasien yang pertama kali menerima OAD dengan resep dokter. Variabel penelitian meliputi: karakteristik responden, pengetahuan responden tentang penyakit DM meliputi definisi, penyebab, gejala, komplikasi, monitoring, faktor resiko dan bagaimana menghindari penyakit DM, pengetahuan responden terhadap penggunaan OAD meliputi tujuan terapi, nama obat, jumlah obat yang diminum, frekuensi penggunaan obat, waktu minum obat, efek samping yang penting untuk diketahui sehubungan dengan obat yang diminum dan cara untuk mengatasi efek samping tersebut, dan apa yang harus dilakukan bila lupa minum obat. Data diperoleh melalui interview menggunakan daftar pertanyaan kombinasi terbuka dan tertutup. Data diolah dan dianalisis secara deskriptif. Disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi (tabel atau grafik). Skor bagi
39

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.1 Januari 2012: 38-47

jawaban benar adalah 1, sedangkan skor bagi jawaban yang salah dan tidak tahu adalah 0. Untuk responden yang memperoleh lebih dari satu OAD, skor 1 diberikan apabila dapat menjawab dengan benar untuk semua OAD. HASIL DAN PEMBAHASAN Daftar pertanyaan diuji coba pada orang yang memiliki karakteristik sama dengan responden dan pada beberapa ahli yang berpengalaman. Daftar pertanyaan mengalami perubahan sebanyak 4 kali berdasarkan hasil uji coba sebagai bagian dari proses validasi instrumen. Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) dan validitas muka (face validity) (10).

Sampel yang terkumpul berjumlah 72 orang dengan rincian seperti yang tercantum dalam Tabel 1. Jumlah pasien DM yang memperoleh OAD dengan resep dokter di apotek yang tidak melayani ASKES dan tidak berlokasi di Rumah Sakit sangat sedikit, sehingga dipilih 3 apotek. Pasien yang memperoleh OAD dengan resep dokter sangat sedikit dibandingkan seluruh total resep di apotek. Hal ini bertolak belakang dengan data penderita diabetes Indonesia yang menduduki peringkat ke 4 di dunia (1). Salah satu penyebabnya adalah karena banyak pasien DM yang memperoleh OAD tanpa menggunakan resep dokter. Jumlah resep OAD lebih tinggi pada apotek A dan B dimana kedua apotek tersebut melayani pasien ASKES.

Tabel 1. Jumlah Responden No Kode Apotek Kriteria Apotek 1 A Melayani ASKES, tidak berada di Rumah Sakit 2 B Melayani ASKES, tidak berada di Rumah Sakit 3 C Tidak melayani ASKES, berada di Rumah Sakit 4 D Tidak melayani ASKES, berada di Rumah Sakit 5 E Tidak melayani ASKES, tidak berada di Rumah Sakit 6 F Tidak melayani ASKES, tidak berada di Rumah Sakit 7 G Tidak melayani ASKES, tidak berada di Rumah Sakit TOTAL Responden sebagian besar (40,2%) berusia antara 50-59 tahun. Perempuan sebanyak 69,4%, sementara laki-laki 30,6%. Sedangkan untuk distribusi tingkat pendidikan hampir merata yaitu 19,4% lulusan SD atau tidak lulus SD, 22,2% adalah lulusan SMP, sementara 26,4% adalah lulusan SMA dan 26,4% adalah lulusan Perguruan Tinggi (Tabel 2). Dari Tabel 3 tampak bahwa 44,4% responden telah menderita DM sejak 15 tahun. Sebagian besar responden, yaitu 72,2% memeriksakan dirinya
40

Jumlah 18 13 12 6 8 7 8 72

secara rutin ke dokter 1 kali dalam 1 bulan. Hal ini kemungkinan terjadi karena sebagian besar responden adalah pasien ASKES dimana untuk mendapatkan obat di apotek ASKES pasien harus mendapatkan resep dari dokter ASKES terlebih dahulu. Penyuluhan telah diterima oleh 62,5% responden sehingga mereka telah mendapatkan informasi tentang DM. Tetapi dalam hal ini tidak diketahui sampai sejauh mana informasi tersebut diterima oleh responden. Penyuluhan tentang DM tersebut diperoleh dari

Pengetahuan pasien tentang diabetes dan obat antidiabetes oral (Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni)

rumah sakit (7), dokter (5), mahasiswa Unair (2), poli gizi (2), talkshow radio (1), dan puskesmas (1). Sejumlah 55,6% responden memiliki berat badan normal sedangkan 30,6% termasuk Tabel 2. Data Demografi Responden Parameter Umur (tahun): 30-39 40-49 50-59 60-69 70 Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan Pendidikan: SD dan tidak tamat SD SMP SMA Perguruan Tinggi

kategori overweight (kelebihan berat badan) dan 4,2% termasuk kategori obese. Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan salah satu faktor risiko dari DM (11).

N 2 12 29 21 7 22 52 14 16 19 19

% 2,7% 16,6% 40,2% 29,2% 9,7% 30,6% 69,4% 19,4% 22,2% 26,4% 26,4%

Tabel. 3. Data Responden yang Berhubungan dengan Penyakit DM N % Lama Menderita DM < 1 tahun 9 12,5% 1 5 tahun 32 44,4% 6 10 tahun 14 19,4% > 10 tahun 17 23,6% Frekuensi ke Dokter Sebulan sekali 52 72,2% Dua bulan sekali 5 6,9% Tiga bulan sekali 4 5,6% Enam bulan sekali 2 2,8% Tidak teratur 5 6,9% Jenis Dokter Dokter Umum 33 45,8% Dokter Spesialis 23 31,9% Penyuluhan tentang DM Mendapat 45 62,5% Tidak Mendapat 20 27,8% BMI Starvation (<15) 0 0,0% Underweight (15-18,5) 3 4,2% Normal (18,5-25) 40 55,6% Overweight (25-30) 22 30,6% Obese (30-40) 3 4,2%
41

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.1 Januari 2012: 38-47

Pengetahuan tentang Diabetes Responden diberi pertanyaan yang meliputi tujuh aspek untuk melihat pengetahuan mereka tentang DM (tabel 4). Diperoleh data bahwa 88,9% mengetahui bahwa responden DM memiliki kadar gula darah tinggi. Diagnosis DM dapat ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria (12). Pemantauan DM secara terencana meliputi pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan kadar glukosa darah, pemeriksaan A1C, pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM), pemeriksaan glukosa urin, dan penentuan benda keton. Pemeriksaan glukosa urin memberikan penilaian yang tidak langsung dan hanya digunakan pada pasien yang tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah. Hasil pemeriksaan sangat tergantung pada fungsi ginjal dan tidak dapat digunakan untuk menilai keberhasilan

terapi (12). Sejumlah 86,1% responden mengetahui bahwa pemeriksaan kadar gula darah merupakan metode untuk pemantauan DM, sedangkan 81,9% responden mengetahui bahwa kadar gula urin dapat digunakan untuk pemantauan DM. Studi Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) menunjukkan bahwa penjagaan atau kontrol terhadap kadar gula darah mendekati normal dapat memperlambat onset dan progress perusakan mata, ginjal, dan saraf oleh diabetes. Berdasarkan DCCT, kontrol gula darah secara intensif menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap mata sebanyak 76%, ginjal sebanyak 50%, dan saraf sebanyak 60% (13). Penelitian lain menyebutkan bahwa kontrol gula darah secara intensif menurunkan resiko kejadian penyakit kardiovaskular apapun sebanyak 42%, dan serangan jantung yang tidak fatal, stroke, atau kematian terkait kardiovaskular sebanyak 57% (14).

Tabel 4. Pengetahuan pasien tentang Diabetes Pertanyaan Jawaban Benar Apa yang dimaksud dengan diabetes Kadar gula darah tinggi Metode pemantauan diabetes Mengecek kadar gula darah Mengecek kadar gula urin Komplikasi pada diabetes Jantung Luka pada kaki Ginjal Mata Neuropathy (syaraf) Pemantauan komplikasi diabetes Pemeriksaan mata Pemeriksaan kaki Pemeriksaan urin (untuk mikroalbumin) Pemeriksaan tekanan darah Pemeriksaan lemak darah (lipid)
42

Jawaban Salah atau Tidak Tahu

64 (88,9%) 61 (86,1%) 59 (81,9%) 63 (87,5%) 65 (90,3%) 57 (59,2%) 66 (91,7%) 48 (66,7%) 56 (77,8%) 48 (66,7%) 49 (68,1%) 55 (76,4%) 59 (81,9%)

8 (11,1%) 9 (12,5%) 13 (81,1%) 9 (12,5%) 7 (9,7%) 15 (20,8%) 6 (8,3%) 24 (33,3%) 16 (22,2%) 24 (33,3%) 23 (31,9%) 17 (23,6%) 13 (18,1%)

Pengetahuan pasien tentang diabetes dan obat antidiabetes oral (Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni)

Gambar 1 menunjukkan diagram skor total pengetahuan tentang diabetes. Nilai mean adalah 10,4 sedangkan nilai median dan nilai

modus adalah 12. Jumlah total pertanyaan adalah 13 buah, sehingga nilai minimal yang dapat diperoleh adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 13.

Gambar 1. Distribusi Skor Pengetahuan Responden tentang Diabetes


Keterangan: Jumlah total pertanyaan dalam kuesioner = 13, Nilai min = 0, Nilai maks = 13

Pengetahuan tentang Obat Anti Diabetes (OAD) Pengetahuan responden tentang OAD ditampilkan pada tabel 5 yang meliputi empat aspek dari OAD. Pengetahuan responden tentang tujuan terapi OAD cukup baik dimana 95,8% mengetahui bahwa tujuannya adalah untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Tetapi, terdapat 30,6% responden yang berpikir bahwa terapi OAD dapat menyembuhkan DM (Tabel 5). DM adalah penyakit metabolik yang berlangsung seumur hidup. Pemahaman yang benar tentang tujuan terapi DM akan membantu pasien dalam mengatur harapannya terhadap pengobatan penyakitnya. Dari Tabel 5 diperoleh data bahwa lebih dari 90% responden mengetahui bahwa OAD, olah raga dan diet adalah terapi untuk DM. Sementara hanya 23,6% tidak mengetahui bahwa insulin adalah bagian dari terapi untuk DM. Cukup

banyak responden DM (77,8%) yang mengetahui bahwa terapi DM harus dilanjutkan selama seumur hidup. Responden telah memiliki pengetahuan yang baik dalam hal tindakan yang harus dilakukan apabila mereka lupa minum obat. Yaitu tidak minum obat dua kali lebih banyak dari takaran yang seharusnya dan tetap minum obat seperti biasa. Dari seluruh pasien yang menjadi responden penelitian ini, 38 orang memperoleh 1 macam OAD (Tabel 6), sementara 30 orang mendapat 2 macam OAD (Tabel 7) dan 4 orang mendapat 3 macam OAD (Tabel 8). Pengetahuan tentang nama OAD yang dikonsumsi cukup rendah. Hal ini harus ditingkatkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penggunaan obat. Kesadaran dan pengetahuan pasien tentang obat seharusnya dimulai dari mengenali nama OAD yang secara rutin mereka gunakan.
43

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.1 Januari 2012: 38-47

Tabel 5. Pengetahuan tentang OAD Jawaban Benar Tujuan terapi diabetes Menurunkan kadar gula dalam darah Menyembuhkan diabetes Terapi untuk diabetes Suntik insulin Oral anti diabetes (OAD) Olah raga Pengaturan diet Selama terapi, penggunaan obat diabetes Dapat dihentikan saat itu juga Dapat dihentikan saat merasa lebih baik Dilanjutkan selama seumur hidup Apabila lupa minum obat dan ingat pada waktu minum obat berikutnya, apa yang anda lakukan Minum obat seperti biasa Minum obat dua kali lebih banyak Jawaban Salah atau Tidak Tahu 3 (4,2%) 22 (30,6%) 17 (23,6%) 5 (6,9%) 3 94,2%) 2 (2,8%)

69 (95,8%) 50 (69,4%) 55 (76,4%) 67 (93,1%) 69 (95,8%) 70 (97,2%)

55 (76,4%) 44 (61,1%) 56 (77,8%)

17 (23,6%) 28 (38,9%) 16 (22,2%)

70 (97,2%) 69 (95,8%)

2 (2,8%) 3 (4,2%)

Tabel 6. Pengetahuan tentang obat yang diperoleh pada pasien yang memperoleh 1 macam OAD (N=38) Pertanyaan Jawaban Benar Jawaban Salah Atau Tidak Tahu Nama obat diabetes yang 23 (60,5%) 15 (39,5%) dikonsumsi Waktu yang benar untuk 27 (81,1%) 11 (28,9%) mengkonsumsi obat Saat minum obat diabetes 22 (57,9%) 16 (42,1%) yang benar

Tabel 7. Pengetahuan tentang Obat yang Diperoleh pada Pasien yang Memperoleh 2 macam OAD (N=30) Pertanyaan Jawaban Benar Jawaban Benar untuk 2 OAD untuk 1 OAD Nama obat diabetes yang 15 (50%) 7 (23,3%) dikonsumsi Waktu yang benar untuk 21 (70%) 5 (16,7%) mengkonsumsi obat diabetes Saat minum obat diabetes 13 (43,3%) 13 (43,3%) yang benar
44

Jawaban Salah atau Tidak Tahu 8 (26,7%) 4 (13,3%)

4 (13,3%)

Pengetahuan pasien tentang diabetes dan obat antidiabetes oral (Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni)

Waktu yang benar untuk mengkonsumsi OAD (pagi, siang, sore atau malam hari) diketahui oleh lebih dari 50% responden. Sementara pengetahuan tentang saat minum OAD yang benar (sebelum, saat atau

sesudah makan) cukup rendah dan harus ditingkatkan. Beberapa OAD absorbsinya dipengaruhi oleh makanan sehingga saat minum yang benar perlu diketahui oleh pasien.

Tabel 8. Pengetahuan tentang Obat yang Diperoleh pada Pasien yang Memperoleh 3 macam OAD (N=4) Pertanyaan Jawaban Jawaban Jawaban Benar Benar Benar untuk 3 untuk 2 Untuk 1 OAD OAD OAD Nama obat diabetes yang 0 (0%) 2 (50%0 1 (25%) dikonsumsi Waktu yang benar untuk 2 (50%) 2 (50%) 0 (0%) mengkonsumsi obat diabetes Saat minum obat diabetes 0 (0%) 2 (50%) 2 (50%) yang benar

Jawaban Salah atau Tidak Tahu 1 (25%) 0 (0%)

0 (0%)

Tabel 9. Pengetahuan tentang Hipoglikemia Jawaban Benar Yang dimaksud dengan hipoglikemia Kadar gula darah rendah Kadar gula darah tinggi Yang dimaksud dengan gejala hipoglikemia Lemas Berkeringat Pingsan Cara mengatasi gejala lemas, berkeringat, pingsan Makan gula (minum air gula) Minum obat Suntik insulin Hipoglikemia adalah efek samping dari OAD golongan sulfonilurea dan short-acting insulin secretagogues (15). Sangat penting bagi pasien untuk mengetahui tanda-tanda hipoglikemia dan bagaimana cara untuk mengatasinya. Jawaban Salah atau Tidak Tahu

7 (9,7%) 7 (9,7%)

65 (90,3%) 65 (90,3%)

15 (20,8%) 12 (16,7%) 9 (12,5%)

57 (79,2%) 60 (83,3%) 63 (87,5%)

51 (70,8%) 42 (58,3%) 35 (48,6%)

21 (29,2%) 30 (41,7%) 37 (51,4%)

Gambar 2 menunjukkan diagram skor total pengetahuan tentang OAD. Nilai mean adalah 13,54 sedangkan nilai median adalah 13,50 dan nilai modus adalah 13. Jumlah total pertanyaan adalah 22 buah, sehingga nilai minimal yang dapat diperoleh adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 22.
45

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.1 Januari 2012: 38-47

Gambar 2. Distribusi Skor Pengetahuan Responden tentang OAD


Keterangan: Jumlah total pertanyaan dalam kuesioner = 22 Nilai min = 0, Nilai maks = 22

Hepler and Strand pada tahun 1990 merumuskan paradigma Asuhan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) yaitu the responsible provision of drug therapy for the purpose of achieving definite outcomes that improve a patients quality of life (16). Apoteker diharapkan memberikan asuhan kefarmasian untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien. Kegiatan asuhan kefarmasian meliputi pengamatan gejala pasien, konseling terhadap pasien sehubungan dengan obat-obatan yang digunakan, penyelesaian masalah terkait obat, fasilitasi komunikasi dengan dokter, dan pemberian intervensi terhadap pasien apabila diperlukan. Asuhan kefarmasian adalah sebuah konsep apoteker berusaha mencapai terapi obat yang maksimal, meminimalkan masalah terkait obat, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Dalam kaitannya dengan pasien DM, asuhan kefarmasian di apotek telah terbukti memberikan outcome klinik yang positif (17-20). Pasien DM di komunitas secara teratur mengunjungi dokter dan kemudian apotek untuk
46

mendapatkan obatnya dengan resep. Apoteker di apotek memiliki kesempatan untuk bertemu dan memberikan asuhan kefarmasian terhadap penggunaan obat pada pasien DM di komunitas khususnya dalam memberikan informasi dan konseling tentang penggunaan obat. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes baik, sedangkan pengetahuan pasien tentang obat antidiabetes oral (OAD), yaitu nama OAD yang dikonsumsi, waktu yang benar saat minum OAD dan tanda-tanda hipoglikemia serta cara mengatasinya perlu untuk ditingkatkan. Farmasis dapat meningkatkan perannya dalam memberikan informasi obat pada pasien DM. DAFTAR PUSTAKA 1.
WHO. Diabetes Fact Sheet No 312: World Health Organization; 2008.

Pengetahuan pasien tentang diabetes dan obat antidiabetes oral (Yunita Nita, Ana Yuda, Gesnita Nugraheni)

2.

Campbell RK, Martin TM. The Chronic Burden of Diabetes. American Journal of Managed Care 2009; 15: S248S254. 3. Campbell RK, White JR. More Choices than Ever Before: Emerging Therapies for Type 2 Diabetes. The Diabetes Educator 2008; 34(3): 518-534. 4. UKPDS Group. Intensive BloodGlucose Control with Sulphonylureas or Insulin Compared with Conventional Treatment and Risk of Complications in Patients with Type 2 Diabetes (UKPDS 33). Lancet 1998; 352: 837853. 5. UKPDS Group. Effect of Intensive Blood-Glucose Control with Metformin on Complications in Overweight Patients with Type 2 Diabetes (UKPDS 34). Lancet 1998; 352(9131): 854-865. 6. Ambigapathy R, Ambigapathy S, Ling HM. A Knowledge, Attitude and Practice (KAP) Study of Diabetes Mellitus Among Patients Attending Klinik Kesihatan Seri Manjung. NCD Malaysia 2003; 2(2): 6-16. 7. Armor BL, Britton ML, Dennis VC, Letassy NA. A Review of Pharmacist Contributions to Diabetes Care in the United States. Journal of Pharmacy Practice 2010; 23: 250-264. 8. Mitchell B, Armour C, Lee M, Song YJ, Stewart K, Peterson G, Hughes J, Smith L, Krass I. Diabetes Medication Assistance Service: The Pharmacists Role in Supporting Patient SelfManagement of Type 2 Diabetes (T2DM) in Australia. Patient Education and Counseling 2011; 83: 288-294. 9. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. 10. Portney LG, Watkins MP. Foundations of Clinical Research: Applications to nd Practice. 2 Ed. New Jersey: Prentice Health; 2000. 11. Levy SB, Cohen H. Screening, Diagnosis, and Pharmacotherapy for Type 2 Diabetes Mellitus. Journal of Pharmacy Practice 2003;16:127-137. 12. PB Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni; 2006. The Diabetes Control and Complications Trial/Epidemiology of Diabetes Interventions and Complications (DCCT/EDIC) Study Research Group. Intensive Diabetes Treatment and Cardiovascular Disease in Patients with Type 1 Diabetes. The New England Journal of Medicine 2005; 353(25): 2643-2653. Martin, CL, Albers, J, Herman, WH, Cleary, P, Waberski, B, Greene, DA, Stevens, MJ, Feldman, EL. Neuropathy Among the Diabetes Control and Complications Trial Cohort 8 Years After Trial Completion. Diabetes Care 2006; 29(2): 340-344. DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7th ed. New York: McGraw Hill; 2008. Hepler CD, Strand LM. Opportunities and Responsibilities in Pharmaceutical Care. American Journal of Hospital Pharmacy 1990; 47: 533-543. Fornos JA, Andres F, Andres JC. A Pharmacotherapy Follow-up Program in Patients with Type-2 Diabetes in Community Pharmacy in Spain. Pharmacy World & Science 2006; 28: 65-72. Clifford RM, Davis WA, Batty KT, Davis TME. Effect of Pharmaceutical Care Program on Vascular Risk Factors in Type 2 Diabetes: The Fremantle Diabetes Study. Diabetes Care 2005; 28(4): 771-776. Wermeille J, Bennie M, Brown I, McKnight J. Pharmaceutical Care Model for Patients with Type-2 Diabetes: Integration of the Community Pharmacist into the Diabetes Team - A Pilot Study. Pharmacy World & Science 2004; 26 (1): 18-25. Lamberts EJF, Bouvy ML, Hulten RP. The Role of the Community Pharmacist in Fulfilling Information Needs of Patients Starting Oral Antidiabetics. Research in Social and Administrative Pharmacy 2010; 6: 354364. 47

You might also like