You are on page 1of 11

ASKEP IBU POST PARTUM teori pra profesi(Perubahan Fisiologis)

ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM Oleh: Nurna Ningsih, SKp., M.Kes. Staf Pengajar Bagian Maternitas PSIK FK UNSRI I. PENDAHULUAN Masa post partum adalah masa sejak melahirkan sampai pulihnya alat-alat reproduksi dan alat tubuh lainnya yang berlangsung sampai sekitar 40 hari (kamus besar bahasa Indonesia, 1990). Peran perawat adalah membantu ibu beradaptasi baik fisiologis maupun psikologis sampai pada kondisi yg optimal tercapai. Bila adaptasi normal tidak tercapai, hal ini tidak hanya mengganggu ibu tetapi dapat juga mempengaruhi kesehatan bayi dan proses keluarga. Perawatan ibu post partum di RS hanya berlangsung singkat, maka perawat perlu menetapkan rencana yang efektif dari mulai pengkajian sampai evaluasi dan mempersiapkan ibu kembali ke masyarakat. Intervensi keperawatan meliputi perawatan fisik secara langsung, dukungan kpd ibu dan keluarga dalam menerima anggota baru dan pendidikan kesehatan utk ibu dan perawatan bayinya. Setelah ibu berada diruang post partum, baru dapat menentukan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu post partum, bayi dan keluarganya dan selanjutnya merujuknya kpd perawat komunitas. Post partum dibagi menjadi tiga fase yaitu: 1. Immediate pastpartum (24 jam pertama), 2. Early postpartum (berlangsung sampai minggu pertama) 3. Late postpartum (berlangsung sampai masa postpartum berakhir). Perubahan sangat besar dan dan sangat beresiko terjadi pada masa immediate dan early postpartum. II. ADAFTASI FISIOLOGIS POSTPARTUM 1. Tanda-tanda vital Suhu oral dalam 24 jam pertama meningkat </= 380C sebagai akibat adanya dehidrasi, peregangan muskuler dan perubahan hormonal.

Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes./PSIK FK Unsri / email: nani.kewet@gmail.com

Page 1 of 11

ASKEP IBU POST PARTUM teori pra profesi(Perubahan Fisiologis)

Jika setelah 24 jam didapatkan peningkatan suhu tubuh > 38 Celcius, selama 2 hari berturut-turut dalam 10 hari postpartum, dicurigai adanya sepsis puerperial, infeksi saluran kemih, endometritis, mastitis atau infeksi lainnya. Pembengkakan payudara biasanya timbul pd H+2 & H+3 dan tidak menimbulkan peningkatan suhu tubuh. Bila suhu tubuh meningkat maka tidak lebih dari 24 jam (milk faver). 2. Adaftasi sistem kardiovaskuler Tekanan darah ibu stabil. Apabila terjadi penurunan darah sisitolik 20 mmHg pd saat perubahan posisi dari tidur keduduk, disebut hipotensi ortostatik, yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan resistensi vaskuler di daerah panggul. Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau diastolik 155 mmHg dan bila disertai sakit kepala atau gangguan penglihatan maka harus dicurigai adanya pre ekslampsi post partum. Bila Segera setelah persalinan ibu menggigil. Kemungkinan disebabkan oleh instabilitas vasomotor, secara klinis tidak bermakna bila tidak disertai demam. Utk meningkatkan kenyamanan ibu berikan selimut dan minuman hangat. Diaphoresis, yaitu pengeluaran keringat yg berlebihan terutama pd malam hari sehingga ibu sering terbangun. Merupakan akibat pengeluaran sisa cairan dan pembakaran dalam tubuh. Jika tidak disertai demam maka hal ini tidak bermakna secara klinis. Berikan kenyamanan pd ibu dengan mengganti alas tidur dan pakaian sesering mungkin utk mencegah ibu menggigil dan mandi dengan pancuran. Jumlah komponen darah (hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah) seharusnya mendekati jumlah sebelum persalinan. Menurunnya hematokrit kemungkinan karena terjadi pendarahan dalam persalinan. Limfosit biasanya menurun, jika terjadi peningkatan 15000 30000 / mm3 maka merupakan hal yg tidak normal. Mekanisme pembekuan darah diaktifkan pd masa immediate postpartum dan kemungkinan menetap sampai beberapa hari, ini merupakan resiko terjadi thromboembolisme pd ibu postpartum. 3. Adaftasi sistem urinaria Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang dapat mengakibatkan edema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan cairan. Perubahan ini menyebabkan tekanan yg berlebihan dan pengosongan kandung kemih yg tidak tuntas. Biasanya ibu mengalami kesulitan BAK sampai 2 hari setelah postpartum. Penimbunan cairan dlm jaringan selama kehamilan dikeluarkan dgn diuresis, yg mulai dalam 24 jam pertama postpartum. Diuresis ini menyebabkan terjadinya penurunan berat badan kurang lebih 2,5 kg pd masa early postpartum. Hematuri pd masa early postpartum menandakan adanya trauma pd kandung kemih pd waktu persalinan, bila berlanjut dikhawatirkan ada ISK.

Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes./PSIK FK Unsri / email: nani.kewet@gmail.com

Page 2 of 11

ASKEP IBU POST PARTUM teori pra profesi(Perubahan Fisiologis)

Acetonuria dan proteinuria ringan juga timbul pd masa early postpartum menunjukkan adanya dehidrasi setelah partus yg lama, atau proteinuria juga dpt menunjukkan proses katabolis yg merupakan bagian dari proses involusio uteri. Fungsi ginjal akan kembali normal seperti sebelum hamil pd bulan pertama postpartum. 4. Adaftasi sistem endokrin Sistem endokrin mulai mengalami perubahan pd kala IV persalinan. Mengikuti lahirnya plasenta, terjadi penurunan yg cepat dari estrogen, progesteron dan prolaktin. Kadar prolaktin pd ibu tidak menyusui akan berada dalam batas normal sampai beberapa hari postpartum. Sedangkan pd ibu menyusui kadar prolaktin akan meningkat sbg respon terhadap rangsangan dari isapan bayi. Estrogen pada ibu tidak menyusui akan meningkat secara bertahap, ditemukan fase folikular dalam 3 minggu setelah melahirkan. Mentruasi biasanya terjadi pd 12 minggu postpartum dan pd ibu yg menyusui terjadi minggu ke 36. Siklus menstruasi yg pertama tidak terjadi ovulasi (anovulasi). Walaupun menyusui dapat memperlambat siklus menstruasi,namun menyusui bukan metode kontrasepsi yg efektif. Payudara telah dipersiapkan utk laktasi sejak kehamilan,dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Colostrum, cairan yg keluar mendahului ASI ada sejak kehamilan trimester ketiga dan berlanjut sampai minggu pertama postpartum. Colostrum bersifat cair,kuning terdiri dari protein,lemak dan antibodi. Produksi ASI mulai dari hari ketiga postpartum. Adanya pembesaran payudara terjadi karena peningkatan sistem vakuler dan limfatik yg mengelilingi payudara . Payudara menjadi besar, kenyal, kencang dan nyeri jika disentuh. Produksi ASI mulai dalam sel-sel alveolar atas pengaruh hormon prolaktin. Reflek let down (keluarnya ASI ke duktus laktiferus)yg disebabkan oleh kontraksi sel-sel mioepitel adalah tergantung banyaknya sekresi oksitosin yg distimulasi oleh isapan bayi. Jika laktasi mulai,ibu mengalami pembengkakan payudara karena distensi lobus dan peningkatan produksi ASI, hal ini berlangsung sampai laktasi berlangsung baik dan menetap. 5. Adaftasi sistem Gastrointestinal Pengembalian fungsi defekasi secara normal terjadi lambat pada minggu pertama postpartum. Hal ini berhubungan dengan penurunan motilitas usus, kehilangan cairan dan ketidaknyamanan perineal. Tindakan klisma pd kala I dan penurunan otot abdomen juga merupakan predisposisi konstipasi. Fungsi defekasi kembali normal pada akhir minggu pertama seiring pulihnya selera makan ibu, peningkatan cairan, makanan berserat serta berkurangnya ketidaknyamanan perineal.

Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes./PSIK FK Unsri / email: nani.kewet@gmail.com

Page 3 of 11

ASKEP IBU POST PARTUM teori pra profesi(Perubahan Fisiologis)

6. Adaftasi organ reproduksi Involusi uteri terjadi segera setelah lahir dan prosesnya berlangsung cepat (tabel-1). Setelah plasenta lahir fundus uteri dapat dipalpasi didaerah pusat. Kontraksi uterus pd masa immediate kira-kira sebesar buah anggur. Tabel-1 Tahap-tahap involusi uteri WAKTU POSISI FUNDUS UTERI SEJAK MELAHIRKAN 1-2 JAM PUSAT- SIMPISIS 12 jam 3 hari 1 cm bawah pusat 3cm bawah pusat(terus menurun 1 cm/hr) Tidak teraba Tidak teraba, sedikit lebih besar daripada multipara 500g BERAT UTERUS 1000g LOCHEA

Rubra Rubra Serosa

9 hari 5-6 minggu

Alba Tdk ada

7. Involusi uterus Dalam 12 jam setelah melahirkan fundus uterus teraba 1 cm dibawah pusat. Kontraksi terus berlanjut sampai plasenta dilahirkan. Pada primipara tonus uterus tinggi dan kontraksi jelas. Pada multipara kontraksi uterus secara periodik dan relaksasi biasanya sering menyebabkan afterpain yg menimbulkan ketidaknyamanan selama 2-3 hari dan sebanding dengan isapan bayi. Dalam 2-3 minggu postpartum kelenjar endometrium dan stroma dari jaringan konektif interglandular sudah melakukan proliferisasi,endometrium secara keseluruhan pulih,kecuali pada daerah bekas plasenta. 8. Involusio tempat menempelnya plasenta Diameter tempat menempelnya plasenta kurang lebih 8-9 cm. Pendarahan ditempat tersebut dapat berhenti dengan adanya kompresi pada pembuluh darah oleh kontraksi serat otot uterus. Pembuluh darah tsb mengalami pembekuan dan digantikan pembuluh darah yang lebih kecil. Tempat tersebut pulih oleh eksfoliasi, dimana pada tempat tersebut tumbuh jaringan endometrium yang baru yang dimulai dari pinggir dan proliferasi kelenjar endometrium pd lapisan basal. Jaringan menjadi nekrosis dan terlepas, biasanya sekitar 6 minggu postpartum. Proses tsb menyebabkan tidak adanya luka parut pd endometrium yang dapat menghambat implantasi berikutnya. Melambatnya atau gagalnya penyembuhan tempat menempelnya plasenta disebut subinvolusio tempat plasenta, mungkin menyebabkan lochea yg persisten dan pendarahan pervaginam tanpa nyeri.

Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes./PSIK FK Unsri / email: nani.kewet@gmail.com

Page 4 of 11

ASKEP IBU POST PARTUM teori pra profesi(Perubahan Fisiologis)

9. Lochia Setelah melahirkan uterus membersihkan dirinya sendiri dari debris dengan pengeluaran pervaginam yg disebut lochia. Jenis-jenis lochea terdiri dari 1) Lochea Rubra yaitu pengeluaran pervaginam pada 3 hari pertama postpartum berupa darah dan sedikit bekuan; 2) Lochea Serosa berwarna lebih terang, seperti pink atau kecoklatan,pengeluaran sampai hari kesembilan; 3) Lochea Alba yaitu pengeluaran mulai hari kesepuluh,warna kuning ,keputihan,mengandung banyak sel lekosit dan sel-sel debris. Bau lochea sedikit amis dan segar spt darah menstruasi. Bau busuk menunjukkan adanya infeksi dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut. Pengeluaran pervaginam yang terus berlangsung setelah 2-3 minggu mungkin disebabkan endometritis. Tabel 2. Karakteristik Lochea Batas Waktu Sejak Melahirkan Hari 1-3 Pengeluaran Tidak Normal Banyak bekuan bau busuk, pembalut penuh darah

Lochea Rubra

Pengeluaran Normal Darah dgn bekuan, bau amis, Meningkat dgn bergerak, meneteki, peregangan Pink atau coklat dgn Konsistensi, serosanguineous bau amis Kuning- putih, bau amis

Serosa

Hari 4-9

bau busuk, pembalut penuh darah

Alba

Hari 10

Bau busuk, pembalut penuh darah, lochea seosa menetap, kembali kepengeluaran pink atau merah, pengeluaran lebih dari 2-3 minggu

10.

Perubahan pada vagina Dinding vagina tampak edema dan memerah, serta sedikit daerah lecet. Rugae tidak ada. Hymen tampak tersisa pd beberapa tempat. Rugae akan kembali dalam tiga minggu. Mukosa vaginal atrofi sampai siklus mentruasi terjadi kembali. Labia mayora dan minora sedikit teregang dan kurang licin.

Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes./PSIK FK Unsri / email: nani.kewet@gmail.com

Page 5 of 11

ASKEP IBU POST PARTUM teori pra profesi(Perubahan Fisiologis)

11.

Perubahan pada perineum Tindakan episiotomi pd kala II persalinan dilakukan utk mencegah peregangan yang berlebihan pd perinium dan kelemahan otot perinium, yang merupakan faktor predisposisi ibu mengalami sistokel dan rektokel. Bila dilakukan episiotomi seharusnya pada daerah insisi sudah merapat dan tidak ekimosis yg dapat memperlambat pemulihan perinium. Ketidaknyamanan yg terjadi bergantung pd jenis dan besarnya luka, penekanan daerah perinium dan keefektifan penanganan, yang berlangsung selama masa postpartum. Latihan ringan dapat mempercepat penyembuhan di daerah perinium. 12. Adaftasi sistem muskuloskletal Selama masa kehamilan, otot abdomen terus menerus meregang, yang mengakibatkan berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa postpartum. Dinding perut sering terasa lembek,lemah dan kendor. Selama kehamilan otot-otot abdomen terpisah, disebut diastasis recti abdominis, sehingga uterus dan kandung kemih mudah dipalpasi melalui dinding abdomen bila ibu telentang. Ibu juga mengalami peregangan dan penekanan otot-otot akibat proses persalinan. Penurunan aktifitas dan peningkatan protrombin merupakan faktor predisposisi terjadi thromboplebitis. Jika terdapat edema selama kehamilan maka akan berkurang pd minggu pertama. Latihan ringan spt senam nifas akan membantu penyembuhan alamiah dan kembalinya otot-otot pada kondisi normal.

III. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POSTNATAL 1. PENGKAJIAN Pengkajian pd postpartum perlu merujuk pd catatan riwayat keperawatan pd masa prenatal dan intranatal. Dari masa prenatal perlu diketahui adanya masalah kesehatan selama kehamilan yang pernah timbul, seperti: anemia, hipertensi dalam kehamilan dan diabetes. Pada beberapa kasus kondisi yang demikian akan mempengaruhi kondisi bayi pd masa pospartum. Sedangkan dari proses persalinan yg perlu diperhatikan adalah lama dan jenis persalinan, kondisi selaput dan cairan ketuban, respon bayi terhadap persalinan, obat-obatan yg digunakan, respon keluarga khususnya ayah pd persalinan dan kelahiran. Selanjutnya pemeriksaan fisik dan pengkajian psikososial terhadap ibu, ayah dan anggota keluarga lain yang dianggap berpengaruh. Perawat harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang perubahanperubahan yang terjadi pada masa postpartum untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi yang normal. Pengkajian fisiologik ibu postpartum

Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes./PSIK FK Unsri / email: nani.kewet@gmail.com

Page 6 of 11

ASKEP IBU POST PARTUM teori pra profesi(Perubahan Fisiologis)

harus dilakukan segera pd masa immediate postpartum, spt observasi tanda vital, keseimbangan cairan, pencegahan kehilangan darah yg abnormal dan eliminasi urin. Pengkajian fisiologik meliputi : Tanda-tanda vital Harus dimonitor secara teratur pd masa early postpartum, terutama pengkajian terhadap adaftasi kardiovasikuler dan tanda-tanda infeksi. Biasanya tanda vital diukur setiap 4 jam selama 24 jam pertama dan selanjutnya setiap 8 jam.

Perubahan payudara Sebelum terjadi laktasi, payudara terasa lembek. Bila pembesaran terjadi kaji tingkat kenyamanan ibu. Putting payudara juga perlu diperhatikan apakah ada lecet atau luka, menonjol atau tidak. Tonus, posisi dan tinggi fundus uterus Adanya involusio uterus akan teraba bulat dan keras, bila terasa lembek maka resiko pendarahan. Sedangkan posisi uterus yg tidak digaris tengah menunjukkan adanya distensi kandung kemih. Berpindahnya uterus karena kandung kemih yg penuh dan menjadi predisposisi atonia uterus dan pendarahan postpartum. Pd saat palpasi perawat harus mencatat adanya diastasis rectus abdominis, jika ada ukur panjang dan lebarnya dgn jari. Umumnya tonus, posisi dan tinggi fundus dikaji tiap 4 jam selama 24 jam postpartum. Jenis dan jumlah lochea Kaji jumlah, warna, bau dan adanya bekuan darah. Perawat harus menanyakan pd ibu berapa kali ganti pembalut dan tingkat saturasimya. Aliran lochea sifatnya banyak, sedang dan ringan. Jika ibu ganti pembalut tiap 2 jam berarti banyak. Jika spt mentruasi berarti ringan, jika kurang berarti sedikit. Jika lochea banyak makak dibutuhkan pengkajian lebih lengkap utk mengetahui penyebabnya. Kondisi perinium dan Rektum Dikaji tiap 4 jam selama 24 jam pertama selanjutnya tiap hari. Posisi ibu pd saat pengkajian adalah miring dgn posisi kaki ditekuk. Jika ibu dilakukan episiotomi, perawat mengkaji adnya kemerahan (redness), edema, ekimosis, pengeluaran (discharge) dan approximation pd luka (REEDA). Jika tidak di episiotomi, kaji adanya edema atau bruising. Tanyakan tingkat kenyamanan ibu. Adanya bruising, edema dan nyeri mungkin menunjukkan adanya hepatoma. Sedangkan utk rektum kaji adanya hemoroid, pastikan sejak kapan hemoroid timbul dan apakah menimbulkan gangguan thdp pola BAB. Fungsi kandung kemih

Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes./PSIK FK Unsri / email: nani.kewet@gmail.com

Page 7 of 11

ASKEP IBU POST PARTUM teori pra profesi(Perubahan Fisiologis)

Kaji adanya kesulitan BAK dan pengosongan kk yg tidak tuntas. Mungkin perlu tindakan kateterisasi ibu harus dimotivasi utk BAK setiap 3 atau 4 jam. Kaji adanya rasa spt terbakar bila BAK ini merupakan tanda infeksi saluran kemih. Fungsi gastrointestinal Kaji bising usus, adanya mual muntah,tanyakan apakah ibu sudah flatus atau BAB. Umumnya dikaji 2 kali sehari sampai kondisi kembali normal. Diet ibu postpartum tinggi protein dgn pemasukan cairan sekitar 3000 ml per hari utk membantu proses penyembuhan dan mencegah konstipasi. Ektremitas bawah Kaji sensainya, pergangan, edema dan tanda-tanda thromboembolishm pd masa immediate postpartum. Laporkan pd tim kesehatan jika terjadi : kemerahan, rasa hangat dan nyeri perasan berat pd ekstermitas,tanda homan positif

Kenyamanan dan istirahat Yg dikaji pola dan jumlah jam tidur, apa yg dpt dilakukan utk membantu ibu meningkatkan istirahat selama di RS. Kaji rasa tidak nyaman yg timbul. Aspek psikologis Yg perlu diperhatikan antara lain respon ibu terhadap persalinan, persepsi ibu terhadap respon klg dan status psikologi yg ditemukan pd saat ini. Penglkajian adaftasi klg meliputi : status psikologi ayah, kemampuan orang tua dlm perawatan anak, respon klg terhadap bayi, dukungan dan bantuan klg setelah pulang. 2. DIAGNOSA PERAWATAN Diagnosa keperawatan pd postpartum ttg kondisi ibu pd saat itu dan hal ini berkaitan dgn fase dimana ibu berada. Kemungkinan diagnosa keperawatan adalah sbb : 1). Resiko terjadi kekurangan cairan berhubungan dengan kehialngan darah, pengeluaran yang berlebihan melalui keringat, diuresis. 2). Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan ketidaknyamanan perineum , trauma saluran kemih 3). Perubahan eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan kurangnya mobilisasi, diet yg tidak seimbang, trauma persalinan. 4). Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan peregangan perinium , luka episiotomi, involusi uteri, hemoroid, pembengkakan payudara 5). Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir. 6). Harga Diri Rendah berhubungan dengan belum pengalaman dlm persalinan dan merawat bayi 7). Resiko perubahan parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ttg cara merawat bayi

Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes./PSIK FK Unsri / email: nani.kewet@gmail.com

Page 8 of 11

ASKEP IBU POST PARTUM teori pra profesi(Perubahan Fisiologis)

8). Proses laktasi yang tidak efektif berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai alat-alat kontrasepsi, manfaat, cara kerja dan kemungkinan efek sampingnya. Perawat juga harus selalu memonitor adanya komplikasi spt: pendarahan postpartum, gangguan mood, infeksi postpartum, dan komplikasi lain yg membutuhkan kolaborasi dgn tim kesehatan lainnya. 3. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI Kebutuhan klien tergantung dari kebutuhannya, perawat dalam membuat perencanaan tergantung pada kondisi ibu dan bayi, antisipasi lamanya perawatan (hospitalisasi) ibu dan bayi, kemungkinan ayah terlibat dlm perawatan dan pendidikan kesehatan. Tujuan perawatan ibu postpartum antara lain ibu bebas dari infeksi, menunjukkan fungsi eliminasi (BAB & BAK) yg normal, mendapat istirahat yg cukup, ungkapan verbal tentang kenyamannnya yang terpenuhi, bebas dari injuri, menunjukkan involusi yang normal dan perubahan pengeluaran lochea tanpa pendarahan, dapat mengungkapkan perasaannya tentang pengalaman persalinannya, mampu menyusui dengan benar, menunjukkan kemampuan dlm merawat bayi dan dirinya sendiri. Implementasi meliputi monitor dan perawatan secara langsung, spt: Monitor TTV dan pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki, Monitor dan meningkatkan tonus uterus secara optimal, bila ditemukan tonus uterus dan penurunan fundus uteri tidak optimal lakukan rangsangan dgn masase dan kolaborasi dengan tim medis jika diperlukan, Monitor pengeluaran lochea, Monitor ekstremitas dari thromboplebitis. Utk mencegah thrombophlebitis, ajarkan klien agar tidak menyilangkan kaki bila berbaring atau duduk. Bila klien mengeluh kram atau pegal pada kaki, rendam dengan air hangat dan penggunaan minyak kayu putih boleh dianjurkan. Ajarkan senam nifas secara teratur dan dorong klien utk melakukan sendiri dirumah utk membantu pemulihan semua fungsi tubuh. Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh, yaitu fungsi kandung kemih, gastrointestinal. Perlu dijelaskan pada klien tentang perlunya buang air kecil (BAK) secara teratur dan jika mengeluh kesakitan ajarkan utk BAK sambil menyiramkan air pada perineum sehingga air kemih tidak langsung mengenai luka episiotomi dan jika klien belum mampu utk posisi jongkok, anjurkan posisi duduk atau berdiri jika BAK. Jelaskan pada klien untuk mengamati warna urinnya dan minta untuk melapor jika ditemukan warna urin yg pekat atau kemerahan, atau jika dirasakan sakit saat berkemih. Sedangkan untuk meningkatkan pemulihan fungsi gastrointestinal diberikan diet tinggi serat dan TKTP pada klien, serta banyak minum. Untuk Meningkatkan istirahat dan kenyamanan, klien harus mulai diajarkan menyesuaikan pola istirahat dan tidur dengan kehadiran bayinya.

Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes./PSIK FK Unsri / email: nani.kewet@gmail.com

Page 9 of 11

ASKEP IBU POST PARTUM teori pra profesi(Perubahan Fisiologis)

Rasa nyaman sering terganggu dengan nyeri pada luka episiotomi sehingga perlu diajarkan teknik-teknik relaksasi dan mengompres air dingin pada perineum, rendam duduk dengan cairan hangat yang mengandung antiseptik akan sangat mengurangi rasa nyeri Memberikan perawatan perineum dan rektum. Perineum merupakan salah satu tempat masuknya bakteri yang dapat menyebabkan infeksi puerperalis. Ajarkan perawatan perineum yg mudah dilakukan dirumah dan murah. Meningkatkan perawatan payudara. Jika klein telah melakukan perawatan payudara sejak kehamilan maka perlu dilanjutkan. Ajarka cara mencegah putting lecet dan mempertahankan produksi ASI. Pemberian ASI yg benar dan efektif selain akan meningkatkan kesehatan bayi juga untuk mencegah pembengkakan payudara dan insiden pendarahan postpartum. Meningkatkan adaftasi psikologis ibu. Perawat harus memberikan kesempatan klien utk mengungkapkan perasaan dan pengalaman terhadap persalinan dan peran barunya, meningkatkan kemampuan sebagai orang tua. Rawat gabung merupakan cara yang efektif utk meningkatkan peran klien sebagai ibu. Libatkan suami klien dalam perawatan bayinya. Dalam meningkatkan adaftasi keluarga, Perawat berperan sebagai fasilitator dalam proses adaptasi keluarga. Berikan kelonggaran jam berkunjung kepada keluarga. Membantu kilen memilih penggunaan alat kontrasepsi yang sesuai perlu diberikan gambaran secara lengkap dan tepat kepada klien dan suaminya tentang manfaat KB dan alat-alat kontrasepsi. 4. EVALUASI Evaluasi merupakan proses yg berlangsung terus-menerus. Bayi, orang tua dan Keluarga secara konsisten dikaji dan menjadi indikator penetapan kesehatan keluarga setelah kelahiran bayi. Pemulihan kondisi fisiologis ibu merupakan hal yang utama. Pengkajian dan intervensi berfokus pd monitor pd perubahan fisiologis, peningkatan istirahat dan kenyaman, dan meningkatkan keberhasilan menyusui. Pengkajian dan intervensi keperawatan juga langsung mengidentifikasi kebutuhan akan informasi dalam rangka meningkatkan adaftasi individu dan keluarga yang optimal dan perawatan diri yg efektif. 5. KESIMPULAN Masa postpartum merupakan antiklimaks jika dibandingkan masa 9 bulan sebelumnya, seperti masa prenatal maupun intranatal. Walau demikian pada masa ini terjadi perubahan yang dramatis dan dalam waktu singkat pada seluruh sistem tubuh, terutama sistem reproduksi. Perubahan ini baik secara fisiologis maupun psikologis merupakan suatu hal yg normal. Namun dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan dari seorang perawat tentang hal ini. Dengan demikian perawat dapat dengan segera mengambil tindakan apabila ditemukan komplikasi yang mungkin terjadi yang sebelumnya pasti diawali dengan penyimpangan dari perubahan yg normal. Perawat postpartum berada dalam klasifikasi dengan kegiatan perawatan bersifat edukatif agar ibu dapat dan harus belajar melakukan perawatan mandiri.

Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes./PSIK FK Unsri / email: nani.kewet@gmail.com

Page 10 of 11

ASKEP IBU POST PARTUM teori pra profesi(Perubahan Fisiologis)

Pendidikan kesehatan kepada orang tua bayi sangat penting pada masa ini. Perawat memiliki sensitifitas, pengetahuan dan kemampuan utk memberi pengajaran secara efektif yang dapat membantu ibu dan keluarganya dalam menyelesaikan masalah dan melalui masa transisi secara optimal. 6. DAFTAR KEPUSTAKAAN Bobak, l. M.& Jensen, M. D. (1993). Maternity and Ginekology Care : The Nurse and the family.5 th. Ed.St Louis : C. V. mosby Company. May, K.A. & Mahlmeister, L. R. (1994). Comprehensive Maternity Nursing : Nursing process and childbearing family. 2 nd ed. Philadelpia : J. B. Lippincott. Orem, D. E. (1991). Nursing Concepts and Practice. 4 th, ed. St. Louis :Mosby. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Reeder, S. J., Martin, L. L., & Koniak Griffin, D. (1997). Maternity nursing : family, newborn and womens health care. Philadelpia : Lippincot.

Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes./PSIK FK Unsri / email: nani.kewet@gmail.com

Page 11 of 11

You might also like