You are on page 1of 39

Laporan Kasus Ujian

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK (F25.0)

Oleh Alvina Ulfah Rusmayuni, S.Ked I1A009064

Pembimbing dr. H. Yulizar Darwis, Sp. KJ, MM

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unlam-RSUD ULIN Banjarmasin Agustus 2013

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

I.

IDENTITAS PASIEN Nama Usia Jenis Kelamin Penanggung Jawab Hubungan dengan Pasien Alamat : : : : : : Tn.F 24 tahun Laki-laki Ny. Sitawati Ibu Kandung Pasien Jl. Astambul Kota RT 007 RW 002 No.7 Martapura Pendidikan Pekerjaan : : MTs (tamat) Dekorator janur kuning dan Gabus acara pernikahan Agama Suku Bangsa Tanggal kunjungan ke poli : : : : Islam Banjar Indonesia 31 Juli 2013

RIWAYAT PSIKIATRIK Diperoleh dari alloanamnesa dengan ibu kandung pasien (Ny.Sitawati), sepupu pasien (Nn.Mawaddah), dan paman pasien (Tn.Bambang) pada tanggal 31 Juli 2013 pukul 10.10 WITA di Poliklinik RSJ Sambang Lihum dan dengan ibu pasien pada tanggal 3 Agustus 2013 pukul 15.00 WITA di Rumah pasien. Autoanamnesa dengan pasien pada tanggal 31 Juli 2013

pukul 11.15 WITA di Poliklinik RSJ Sambang Lihum dan tanggal 3 Agustus 2013 pukul 15.45 WITA di rumah pasien. KELUHAN UTAMA Bicara kacau KELUHAN TAMBAHAN Tertawa sendiri, mengaku mendapat wahyu, marah-marah, curiga dengan orang lain, keluyuran, dan susah tidur. A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Alloanamnesa Tahun 2009, pasien pernah keluyuran keluar rumah. Pasien berbohong dengan keluarganya, ia mengatakan hendak tadarusan ke mushola di kampungnya. Ternyata pasien pergi ke mushola di kampung lain, dan pasien ternyata tidak melakukan tadarus, melainkan hanya ngobrol-ngobrol saja dengan temannya di sekitar mushola. Pasien masih bisa makan dan mandi sendiri tanpa perlu diingatkan. Namun pasien lebih memilih mandi di sungai dibandingkan mandi di kamar mandi rumah. Sungai berada tak jauh dari tempat tinggal pasien, sehingga tidak ada kendala bagi pasien untuk mandi di sungai setiap hari. Pasien juga pernah melihat bayangan berwarna hitam besar kepada keluarganya saat berada dirumah, padahal keluarga tidak melihat adanya bayangan yang dimaksud. Akhir tahun 2009, pasien mulai menunjukkan

gejala-gejala aneh, seperti sering tertawa sendiri tanpa ada alasan yang jelas. Pada pertengahan tahun 2010, pasien memberikan beberapa pakaiannya dengan tetangganya. Alasannya tidak diketahui oleh keluarganya. Pasien juga pernah membagi-bagikan uang kepada tetangganya. Uang yang dibagi-bagikan tersebut adalah uang yang diberikan orangtuanya kepadanya, namun pasien membagi-bagikan dengan tetangganya walaupun tidak sampai habis. Keluarga tidak mengetahui alasan pasien melakukan hal tersebut. Selain itu, di tahun yang sama, pasien juga pernah membakar bajunya yang bergambarkan tengkorak. Alasan pasien melakukan hal tersebut adalah karena pakaian atau segala sesuatu yang bergambar tengkorak tidak diperkenankan dalam agama Islam. Apabila keadaan tersebut dibantah oleh keluarga pasien, maka pasien akan marah. Keadaan tersebut masih pernah berlanjut hingga kini. Tahun 2011, pasien pernah mendatangi polisi yang sedang melakukan razia dijalan. Pasien marah kepada polisi-polisi tersebut karena pasien menganggap bahwa mereka memakan uang rakyat kecil dengan cara razia tersebut. Pada awal bulan Maret 2012, pasien mulai bicara kacau. Pasien berbicara mengenai candi-candi dan putri junjung buih. Pasien mengatakan bahwa di sekitarnya banyak candi-candi yang berdiri tegak dan kokoh sampai sekarang dan banyak makhluk

yang memuja candi tersebut. Ketika keluarga menanyakan nama candi yang diceritakan pasien, pasien hanya tertawa dan meneruskan ceritanya. Pasien juga pernah mengatakan kepada keluarga bahwa dirinya dirasuki oleh putri junjung buih. Ia mengatakan bahwa dirinya memiliki kekuatan sakti yang dapat menghancurkan candi-candi tersebut apabila ada orang yang berusaha melawan dirinya. Satu minggu setelah itu, pasien mulai berjalan keluyuran hendak ke kampung lain tanpa ada tujuan yang jelas. Pasien hendak ke kampung sebelah dengan berjalan kaki. Apabila pasien dicegah oleh keluarganya, maka pasien akan marah. Pertengahan bulan Maret 2012, pasien memukuli

kerumunan warga yang sedang menyaksikan sebuah konser musik. Lalu ayah yang ikut dengannya segera membawa pasien ke rumah paman pasien yang berada di luar kampung tempat tinggal pasien. Setelah itu, pasien kemudian diobati oleh pamannya (yang dikatakan keluarga dapat mengobati masalah kejiwaan pasien). Pasien diobati oleh pamannya dengan cara kepala pasien dipijatpijat hingga pasien merasa lebih tenang. Namun setelah beberapa hari, pasien marah-marah tanpa sebab lagi kepada orang lain. Pada Bulan April tahun 2012, pasien dibawa ke IGD RSJ Sambang Lihum dengan keluhan utama keluyuran. Ayah pasien yang membawanya, menceritakan mengenai keadaan pasien yang

keluyuran, bicara kacau, dan memukuli kerumunan orang-orang yang sedang menonton konser. Ayah pasien mengatakan bahwa pasien sering tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas. Kemudian pasien diberikan 3 jenis obat oleh dokter yang sedang bertugas. Menurut keluarga pasien, obat yang diberikan tersebut adalah tablet yang berwarna oren besar, oren kecil, dan kuning. Satu bulan sejak awal pemberian obat, pasien masih mau minum obat secara rutin. Namun setelah itu, pasien sudah tidak mau lagi minum obat secara rutin, hingga ia menghentikan obat tersebut sama sekali. Pasien beralasan, bila ia minum obat tersebut, itu sama seperti memasukkan racun dalam tubuh. Hal tersebut dilarang oleh Islam, karena hukumnya sama dengan bunuh diri. Apabila dilakukan, maka yang meminum obat menjadi kafir karena berusaha membunuh dirinya sendiri. Ia juga marah apabila ada keluarganya yang mengingatkan bahkan memaksanya minum obat. Ia menganggap bahwa keluarganya tersebut ingin membunuhnya. Setelah beberapa bulan putus obat, menurut pengakuan keluarga pasien, pasien sudah jarang marah-marah dan keluyuran lagi. Walaupun terkadang masih bicara kacau. Pasien juga mudah menaruh curiga dengan orang lain. Apabila ada beberapa orang yang sedang berbicara di dekatnya, pasien merasa bahwa mereka sedang membicarakannya.

Bulan Mei 2013, pasien hendak membeli pulsa di kios ponsel dekat rumahnya, namun ia tiba-tiba menampar pembeli yang tidak dikenalnya sebelumnya yang berada di sebelahnya dengan alasan ia melihat aura buruk yang ada pada pembeli tersebut. Namun pembeli yang ditampar pasien tidak melawan. Sesampainya dirumah, pasien bercerita mengenai kejadian tersebut dengan keluarganya. Pasien mengatakan bahwa ia melihat pembeli tersebut seperti seekor monyet yang memiliki aura buruk. Pasien juga mengatakan Hati orang itu kotor, rigat, makanya aku muar. Keluarga pasien datang lagi ke RSJ Sambang Lihum pada akhir bulan Mei 2013 dengan alasan ingin meminta obat lagi oleh dokter dengan keluhan-keluhan tersebut. Awal bulan Juli 2013 (awal bulan Puasa), pasien mengalami kesulitan tidur. Pasien sulit saat memulai tidur. Apabila pasien sulit tidur, ia sering mendengarkan lagu sambil bernyanyinyanyi. Ketika ditanyakan oleh keluarganya mengapa ia tidak tidur, pasien mengatakan karena kepalanya pusing. Pasien sering diterapi pijat oleh pamannya apabila kepala pasien sakit dan pusing karena sulit tidur. Apabila kepala pasien dipijat-pijat oleh pamannya, pasien menjadi lebih tenang dan malam harinya dapat tidur, walaupun beberapa saat setelah itu pasien kambuh lagi. Pasien juga mengatakan kepada keluarga bahwa ada Jin Iprit yang merasuki tubuhnya dan mengendalikan segala perbuatannya.

Sehingga segala perbuatannya yang tidak tepat, selalu dikatakan bahwa hal tersebut yang melakukan adalah Jin Iprit, bukan dirinya. Pertengahan bulan Juli tahun 2013 (2 minggu sebelum masuk Rumah Sakit), pasien bicara kacau lagi. Kali ini pasien berbicara tentang keTuhanan dan ilmu keagamaan. Pasien menjelaskan tentang tasawuf dan ilmu agama lainnya. Pasien juga sering bicara sendiri dan tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas. Ketika ditanya oleh keluarga apa yang dibicarakan atau ditertawakan, pasien menjawab tidak apa-apa. Pasien sering marah-marah dengan keluarganya apabila ada orang yang tidak setuju dengan pembicaraan dan pemikirannya. Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien pernah marah-marah dengan adik kandungnya yang masih berusia 8 tahun. Ketika adiknya mengajaknya bermain dengan sebuah mainan, pasien tiba-tiba saja marah dan mengatakan Kalo pina ku hampas mainannya nih. Untung jua mun ku hampas. Mun ku bunuh ikam pang. Pasien seringkali lupa menaruh barang pribadi miliknya, dan sering bertanya dimana barang tersebut sambil marah-marah dengan anggota keluarga lainnya. Tak jarang pasien menuduh bahwa keluarganya yang menyimpan barang pribadi miliknya tersebut, padahal keluarga tidak ada menyentuh barang-barang pasien sama sekali. Pasien juga mengaku jika ia mendapat bisikan dari Tuhan bahwa ia mendapat wahyu secara langsung dari Tuhan. Pasien kini

mengubah model rambutnya, yang dinamakannya Model Rambut Datuk Badak. Menurut ibu pasien, pasien pernah mengatakan bahwa apabila ada seseorang yang mengganggunya, maka akan diseruduknya. Autoanamnesa Pasien mengaku bahwa dahulu ia memiliki pacar yang bernama Kurniawati Azizah, sekitar 7 tahun yang lalu (tahun 2006). Mereka berpacaran selama 1 tahun, namun kemudian Kurniawati memutuskan dirinya karena Kurniawati suka dengan pria lain. Ia mengelak bahwa ia sedih ditinggal pacarnya. Pasien mengatakan bahwa dirinya sedang garing hati, namun pasien mengatakannya sambil tertawa, seolah hal tersebut merupakan hal yang lucu. Pasien juga mengatakan bahwa ia sedang galau. Ketika ditanya apa masalah yang menyebabkan dirinya galau, pasien enggan menjawabnya, pasien hanya tertawa kecil. Pasien menyangkal pernah melihat bayangan-bayangan seperti candi-candi, dan lain-lain. Pasien mengelak bahwa sulit tidur. Ia mengatakan bahwa setiap hari ia dapat tidur dengan nyenyak. Pasien mengaku sering ke kampung lain untuk menghibur hati dan ia sering singgah ke warung-warung makan yang ada disana. Pasien mengatakan bahwa ia berkeinginan untuk melamar pekerjaan menjadi guru seni budaya, namun hingga saat ini pasien belum mencoba melamar pekerjaan tersebut. Pasien

mengatakan bahwa ia sering memberikan barang-barang miliknya maupun uang untuk Mushola dan tetangganya dengan alasan bahwa yang pertama manusia harus cinta kepada Allah, yang kedua cinta kepada Rasulullah, dan yang ketiga cinta kepada sesama. Jadi pasien mengutamakan orang lain dahulu baru dirinya sendiri. Pasien mengaku sering tertawa sendiri, ketika ditanya mengapa, pasien mengatakan memang ada hal yang lucu, maka dari itu ia tertawa. Namun untuk hal pastinya, ia tidak mau mengatakannya. Pasien juga mengiyakan bahwa ia pernah menampar orang lain. Namun ia tidak mengatakan alasannya. Pasien mengatakan bahwa ia mendengar bisikan yang mengatakan ia mendapatkan wahyu dari Allah, tapi ia enggan menjelaskan secara rinci. Dan ia juga mengaku mampu melihat mata batin seseorang. Dimana apabila hati orang yang dilihatnya buruk, maka ia akan melihat orang tersebut seperti monyet. Pasien mengaku sedang dirasuki oleh Jin Iprit, sehingga ia tidak berpuasa. Dikatakan olehnya bahwa Jin Iprit tersebut sedang lapar dan ingin merokok, sehingga ia makan dan merokok. Pasien juga mengaku malas untuk shalat. Pasien mengakui bahwa ia pernah marah-marah dirumahnya karena tidak memiliki uang. Pasien tidak mengakui bahwa sedang mengalami gangguan jiwa, dan pasien mengaku tidak lagi minum obat yang diberikan

10

karena ia menganggap obat yang diberikan oleh dokter Sp.KJ tersebut salah obat, karena menyebabkan ia tidur dengan nyenyak dan ketika bangun ia malah marah-marah. Diagram longitudinal history

Lahir

2007-2008

2009-2012

2013

B.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien tidak pernah dirawat inap di Rumah Sakit Umum maupun Rumah Sakit Jiwa sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat kejang demam dan trauma kepala. Pasien tidak pernah minum minuman beralkohol dan mengkonsumsi zat terlarang.

C.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI 1. Riwayat Prenatal & Antenatal Selama pasien dalam kandungan, ibu pasien tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang serius, ibu pasien merasa sehat, tidak ada mengeluh sakit ataupun mual-mual berlebihan.

11

Lahir cukup bulan 9 bulan 10 hari, spontan, tidak ada kesulitan saat dilahirkan dengan bantuan bidan di kampungnya. Lahir langsung menangis dan bayi dalam keadaan sehat. 2. Riwayat Masa Bayi dan Kanak-kanak Denver II Riwayat tumbuh kembang baik, sesuai dengan anak seusianya, anak sudah dapat mengucapkan papa/mama di usia 9 bulan, dan berjalan di usia 12 bulan. Anak tidak pernah kejang, panas tinggi atau sakit berat. Riwayat imunisasi lengkap hingga campak di usia 9 bulan. Basic Trust Vs Mistrust (0-1,5 tahun) Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya, tidak pernah kejang atau panas tinggi dan sakit berat. Menurut keluarga, pasien tidak ada keterlambatan tumbuh kembang. Pasien mendapat ASI hanya sampai usia 18 bulan. Ibu menghentikan memberikan ASI kepada pasien karena ibu pasien merasa sudah cukup memberikan ASI kepada pasien sampai dengan usia 18 bulan. Autonomy Vs Shame & Doubt (Usia 1,5-3 tahun) Pasien dibiarkan bermain sesukanya tetapi diawasi. Orang tua pasien jarang melarang dan membatasi pasien dalam bermain, tetapi pernah memarahi pasien bila pasien merusak mainan miliknya.

12

Initiative Vs Guilt (Usia 3-6 tahun) Pasien sempat meniru pekerjaan orang tuanya seperti ingin ikut membersihkan lantai di masa kecilnya, oleh ibu anak kadang dibiarkan ikut berpartisipasi, kadang dibantu bila pekerjaan belum selesai. Pasien juga dekat dengan ayahnya. Satu minggu sekali pasien diajak bermain bola oleh ayahnya di lapangan luas di daerah kampungnya. 3. Riwayat Pendidikan Pasien mulai bersekolah di usia 5 tahun (Bulan Juni 1994) masuk Taman Kanak-Kanak selama 1 tahun. Pasien termasuk anak yang senang bermain bersama teman-temannya. Pasien memiliki banyak teman. School age (6-12 tahun) Industry vs inferiority Saat usia 6 tahun pasien masuk sekolah dasar di daerah Astambul. Pasien merupakan anak yang mandiri. Pasien pergi ke sekolah dengan berjalan kaki tanpa diantar orangtuanya. Kadang pasien sendirian ke sekolah, kadang bersama teman-temannya. Pasien merupakan anak yang bisa menerima pelajaran di sekolah. Pasien tidak pernah tinggal kelas, walaupun pasien tidak pernah mendapat peringkat kelas. Pasien memiliki kecenderungan unggul di bidang seni rupa ataupun seni lukis. Pasien sering dibelikan mainan yang berbentuk mobil, kapal, dan robot. Pasien tidak dimarahi oleh

13

orangtuanya ketika membongkar kemudian menyusun kembali mainannya tersebut. Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role diffusion Pada saat usia ini, pasien memang tidak pernah berkelahi dengan teman-temannya. Pasien merupakan anak yang pendiam. Pada saat berusia 14 tahun, pasien tamat MTs dengan nilai yang cukup baik, namun pasien tidak melanjutkan ke jenjang MAN. Hal ini disebabkan karena orangtua pasien tidak mampu, sehingga menyuruh pasien untuk langsung bekerja saja tanpa harus melanjutkan sekolah MAN. Pada tahun 2006, saat pasien berusia 17 tahun, pasien memiliki seorang pacar yang merupakan adik kelasnya ketika MTs dahulu. Pasien pacaran selama 1 tahun. Pacar pasien bernama Kurniawati. Keluarga hanya pernah melihat pacar pasien satu kali, ketika dibawa berkunjung ke rumah pasien. Pasien terlihat sangat menyayangi pacarnya tersebut. Setelah 1 tahun berpacaran dengan Kurniawati (Tahun 2007), pasien bercerita kepada pamannya bahwa ia baru saja diputuskan oleh pacarnya. Alasannya karena pasien diduakan olehnya. Kurniawati lebih memilih pria lain dibanding dirinya. Pasien tidak mengetahui siapa pria yang dipilih Kurniawati tersebut. Setelah diputuskan oleh sang pacar, pasien terlihat mengurung diri dikamarnya, dan terkadang terlihat menangis. Keadaan tersebut berlangsung selama 2 bulan. Namun

14

keluarga pasien tidak berani menanyakan lebih jauh kepada pasien karena takut hal tersebut akan membuat pasien semakin merasa terganggu. Pasien memang sedari kecil merupakan sosok yang pendiam, ketika putus dengan pacarnya, pasien semakin

menyendiri dan menutup diri dari lingkungan luarnya. 4. Riwayat Pekerjaan Pada tahun 2008, pasien bekerja sebagai pembuat janur kuning untuk pernikahan warga kampungnya saat berusia 19 tahun. Selain itu pasien juga pandai melukis gabus yang dapat diukir dengan berbagai macam tulisan. Hal tersebut dijadikan mata pencaharian oleh pasien, dimana gabus yang sudah dihias tersebut dapat dijual maupun disewakan. Pasien dikenal memiliki cita rasa seni rupa yang baik oleh keluarganya. Penghasilan yang didapatkannya ditabung olehnya. Awal meniti karir dengan modal Rp.50.000,untuk membuat hiasan dari gabus. Kemudian gabus tersebut dijual dengan harga Rp 150.000,-. Untuk biaya pembuatan janur kuning, pasien mengatakan seikhlasnya saja berapapun yang diberi oleh konsumen. Pada tahun 2008 pasien juga mulai rajin mengikuti pengajian yang diadakan di mushola kampungnya. Pasien mengatakan ingin mempelajari ajaran tasawuf dan ilmu tauhid. Sehingga setiap seminggu sekali pasien rutin mengunjungi mushola di dekat

15

rumahnya untuk menimba ilmu agama, atau bahkan sekedar mengobrol dengan teman-temannya.

D.

RIWAYAT KELUARGA Genogram:

Herediter (-) Keterangan : Laki-laki : Pasien : Perempuan : Meninggal :

Pasien merupakan anak kedua dari 5 bersaudara, dari perkawinan ayah dan ibunya. Dari riwayat keluarga ayah maupun ibunya, tidak ada yang menderita hal serupa.

E.

RIWAYAT SITUASI SEKARANG Pasien sekarang tinggal bersama kedua orang tua beserta adik perempuan nomer 4 dan adik laki-laki bungsunya dalam sebuah rumah beton milik sendiri yang terletak di daerah perumahan yang padat penduduk. Hubungan pasien dengan kedua adiknya baik, dan juga

16

terhadap kedua orangtuanya, pasien banyak bicara dan kadang mengamuk bila kehendaknya tidak dituruti. Pasien mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari kedua orang tuanya. Tempat tinggal pasien merupakan lingkungan padat penduduk dan dengan keadaan ekonomi terbatas. Kini pasien mengaku sering curiga dengan orang- orang disekitarnya. Pasien juga mengaku mengalami kesulitan untuk tidur. Pasien mengaku marah apabila ada sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya.

H.

PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA Pasien tidak sadar bahwa dirinya sakit.

III. STATUS MENTAL A. DESKRIPSI UMUM 1. Penampilan Pada saat datang ke Poli Jiwa RS ULIN pada tanggal 31 Juli 2013 Saat pasien datang, terlihat bahwa postur tubuh pasien gemuk, berlemak, dan muka yang kemerah-merahan. Pasien datang dengan menggunakan baju kaos berwarna biru tua yang ditutupi dengan jaket berwarna hitam, pasien menggunakan celana jeans berwarna hitam dan mengenakan alas kaki berupa sendal.

17

Penampilan pasien sesuai umur, cukup rapi, sesuai gender, dan nampak sehat. Penampilan Psikis pasien selalu terlihat gembira saat pemeriksaan, sesekali pasien bersenda gurau dan tertawa menceritakan tentang dirinya. Pasien mengatakan bahwa ia sedang garing hati, namun pasien mengatakan hal tersebut sambil tertawa seolah itu adalah hal yang lucu (maniacal). Pasien mengaku sering membagi-bagikan uangnya kepada tetangga. Pasien mengaku terkadang suka marah apabila tidak memiliki uang. Pasien mengaku mendapat wahyu langsung dari Tuhan (waham kebesaran). Pasien mengatakan bahwa dirinya sedang dirasuki oleh Jin Iprit dan dikendalikan oleh Jin Iprit (delusion of control). Pasien mengatakan tidak mau minum obat karena ia yakin obat yang diberikan untuknya itu malah membuatnya menjadi marah-marah. (waham curiga). 2. Kesadaran Jernih 3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor Hiperaktif 4. Pembicaraan Spontan, logore, irama nyaring. Perbendaharaan kata baik.

18

5. Sikap terhadap Pemeriksa Kooperatif. 6. Kontak Psikis Kontak ada dan wajar, namun sulit dipertahankan karena pasien sering melihat ke keluarga di sekitarnya.

B.

KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF KESERASIAN SERTA EMPATI 1. Afek (mood) 2. Ekspresi afektif 3. Keserasian 4. Empati : : : : Hyperthym (Maniacal) Sangat gembira Appopriate Tidak dapat dirabarasakan

FUNGSI KOGNITIF 1. Kesadaran 2. Orientasi Waktu Tempat Orang Situasi : : : : Baik Baik Baik Baik : Jernih

Saat ditanya tadi datang ke Poliklinik Jiwa dengan siapa, pasien menjawab dengan ibu, sepupu, dan pamannya; Dan pasien dapat menyebutkan nama ibu, sepupu, dan pamannya

19

dengan benar; Saat ditanya tempat pasien sekarang berada di mana pasien menjawab di RS jiwa Sambang Lihum; provinsinya apa, pasien menjawab Kalimantan Selatan. Saat ditanya ini hari apa, pasien menjawab hari Rabu, ditanya 3 hari sebelum hari Minggu hari apa, pasien mengatakan Kamis; saat ditanyakan hari ini tanggal berapa, pasien mengatakan tanggal 31 Juli 2013; saat ditanyakan di Pasar itu ramai apa sepi, pasien menjawab ramai. 3. Konsentrasi : Baik

Pasien diminta menyebutkan hasil 100 di kurang 7 sampai 5 kali pengurangan pasien bisa menjawab walaupun agak lambat. Jawaban pasien adalah 93, 86, 79, 72, dan 65. 4. Daya Ingat Segera Jangka pendek Jangka panjang : : : Baik Baik Baik

Saat disuruh untuk menghapal 3 benda (pulpen, buku, dan stetoskop) lalu dialihkan perhatiannya, pasien dapat menyebutkan kembali ke 3 benda tersebut dengan tepat dan cepat. Dan pasien dapat meletakkan kembali ketiga benda tersebut dengan benar. Saat pasien di tanya tadi pagi makan apa pasien menjawab dengan cepat dan tanpa ragu; Ditanyakan nama temannya saat SD, pasien menjawab Anto.

20

5. Intelektual, Intelegensia dan Pengetahuan Umum : Sesuai dengan taraf pendidikan dan usia. Saat ditanyakan siapa nama Gubernur Kalimantan Selatan, pasien menjawab Rudy Arifin; Saat ditanyakan menara Eiffel berada dimana, pasien menjawab berada di kota Paris dan di Negara Prancis. 6. Pikiran abstrak : Baik

Pasien diminta untuk menjelaskan makna Tong kosong nyaring bunyinya, pasien menjawab banyak bicara tapi tak ada isinya. GANGGUAN PERSEPSI 1. Halusinasi : Auditorik : (+) karena pasien mendengar bisikan dari Tuhan bahwa ia mendapatkan wahyu. Visual : (+) pernah melihat bayangan hitam besar di dalam rumahnya Ilusi : (+) visual, karena pasien pernah melihat monyet. 2. Depersonalisasi dan derealisasi : (- / +), karena pasien pernah melihat di sekelilingnya banyak candi-candi, padahal yang ada di sekelilingnya hanyalah rumah-rumah warga. seseorang seperti

21

PROSES PIKIR 1. Arus pikir a. Produktivitas b. Kontinuitas c.p berbahasa 2. Isi Pikir a. Preocupasi : Ingin mempelajari ilmu tasawuf dan tauhid. b. Waham : Kebesaran (pasien meyakini : : : Overabundance Irrelevan, Rambling, Logore Flight of ideas

bahwa ia mendapatkan wahyu secara langsung dari Tuhan, dan ia pernah mengaku sebagai Putri Junjung Buih yang dapat mengendalikan sekitarnya, serta ia dapat membaca pikiran atau mata batin orang lain), dan waham Curiga (pasien curiga apabila disuruh keluarga minum obat, pasien mengatakan bahwa keluarganya ingin membunuhnya, dan pasien mudah merasa dibicarakan oleh orang lain yang berada di sekitarnya). 3. Bentuk pikir Autistik, dimana cara berpikir pasien hanya berdasarkan halusinasi/waham pasien saja, yang ia yakini secara benar.

PENGENDALIAN IMPULS Terkendali.

22

DAYA NILAI 1. Daya nilai sosial : Baik. Saat ditanya mencuri itu baik tidak, pasien menjawab tidak baik. Saat ditanyakan zina itu boleh apa tidak, pasien

mengatakan bahwa hal tersebut haram dilakukan. 2. Uji daya nilai : Baik. Saat ditanyakan apa bedanya bohong menjawab dan khilaf, pasien

bahwa

berbohong

adalah sesuatu perkataan tidak benar yang disengaja, sedangkan khilaf adalah sesuatu hal yang tidak disengaja. 3. Penilaian realita : Terganggu, karena terdapat

waham kebesaran dan curiga, serta berprilaku aneh. TILIKAN T1 : Pasien tidak sadat bahwa dirinya sakit.

23

TARAF DAPAT DIPERCAYA Alloanamnesis Autoanamnesis : Dapat dipercaya : Tidak dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT 1. STATUS INTERNUS Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : : : Baik Komposmentis

TD = 140/90 mmHg N = 112 x/menit

RR = 24 x/menit T = 36,6oC : Gemuk : Sawo matang

Bentuk Badan Kulit Kepala : Rambut Bentuk Wajah Mata

: Rambut dengan model Tattooing. : Kepala normal : Simetris : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

Pupil

: Diameter 3 mm/3 mm, isokor, refleks cahaya +/+ normal.

24

Telinga Hidung Mulut

: Bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, sekret tidak ada : Bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak berdarah, lidah tidak tremor.

Leher

: Vena jugularis : pulsasi tidak terlihat, tekanan tidak meningkat, tidak ada pembesaran KGB, tidak kaku kuduk, tidak ada massa dan tortikolis.

Thoraks : Inspeksi Palpasi Perkusi Pulmo Cor : : : : : Sonor/Sonor Batas jantung normal Bentuk dan gerak simetris Fremitus vokal simetris normal

Auskultasi: Abdomen : Inspeksi Palpasi : : Simetris, tampak cembung Tidak nyeri tekan; hepar, lien, massa tidak teraba Perkusi Auskultasi : : Timpani Bising usus (+) normal Pulmo Cor : : Suara napas vesikuler S1=S2 tunggal, bising jantung (-)

25

Ekstremitas : Atas Bawah : tidak ada edema dan sianosis , parese (-) : tidak ada edema dan sianosis , parese (-)

STATUS NEUROLOGIKUS Nervus I-XII Gejala rangsang meningeal Gejala TIK meningkat Refleks fisiologis Refleks patologis : tidak ada kelainan : tidak ada : tidak ada : normal : tidak ada

V.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Alloanamnesa: Tahun 2006, pasien ditinggalkan pacarnya dan nampak depresif. Tahun 2009, pasien mengalami halusinasi visual (+) dengan melihat bayangan hitam besar. Tahun 2010, pasien memberikan uang dan pakaiannya kepada tetangganya. Tahun 2011, pasien pernah marah dengan polisi yang sedang melakukan razia dijalanan. Bulan Maret tahun 2012, pasien mengalami derealisasi (+) berupa melihat candi-candi berada di sekitar rumahnya dan pasien mengaku

26

dirasuki putri junjung buih. Satu minggu setelah itu, pasien mulai keluyuran ke kampung sebelah tanpa ada tujuan yang jelas. Pertengahan bulan Maret 2012, pasien memukul kerumunan orang yang sedang menonton konser musik tanpa ada penyebabnya. Bulan Juni 2012, pasien menunjukkan waham curiganya, dengan sudah tidak mau lagi minum obat dan mengatakan bahwa obat itu tidak pantas diberikan olehnya. Pasien juga mengatakan apabila ia dipaksa minum obat oleh keluarganya, apabila ia meminum obat tersebut, hukumnya sama dengan bunuh diri. Pasien menganggap obat itu seperti racun. Pada bulan Mei tahun 2013, pasien mengalami ilusi (+) menampar orang yang berada di sebelahnya karena ia dapat melihat aura buruk dari orang tersebut dan melihatnya seperti seekor monyet. Awal bulan Juli 2013, pasien mengalami delusion of control (+) mengatakan bahwa ada Jin Iprit yang merasuki tubuhnya. Pertengahan bulan Juli 2013, pasien logore (+) mulai bicara kacau mengenai ilmu tauhid dan tasawuf. Pasien juga marah-marah dengan adiknya dan mengatakan akan membunuh adiknya yang masih berusia 8 tahun kepada ibunya. Akhir Juli 2013, pasien mengalami waham kebesaran (+) mengaku mendapat wahyu dari Tuhan yang dibisiki langsung oleh Tuhan (halusinasi auditorik).

27

Status psikiatri - Perilaku dan aktifitas psikomotor : Hiperaktif - Pembicaraan - Afek - Ekspresi afektif Stabilitas : stabil Pengendalian : terkendali Sungguh-sungguh : (+) Empati : tidak dapat dirabarasakan Kedalaman : dangkal Arus emosi : cepat - Keserasian - Konsentrasi - Daya ingat * segera * jangka pendek * jangka panjang - Intelegensi - Halusinasi - Depersonalisasi derealisasi - Daya nilai - Waham : Appropriate : tidak terganggu : baik : tidak terganggu : tidak terganggu : tidak terganggu : sesuai tingkat pendidikan dan usia : auditorik (+), visual (+). : (-/+) : Baik : Kebesaran dan waham curiga : kecepatan normal, irama nyaring : Hyperthym

28

- Tilikan VI. EVALUASI MULTIAKSIAL 1. Aksis I

: derajat 1

: Gangguan Skizoafektif tipe Manik (F.25.0) DD. Skizofrenia Paranoid (F.20.0)

2. 3. 4.

Aksis II

: Ciri kepribadian siklotimik

Aksis III : Tidak ada (none) Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga tidak mampu menyekolahkan ke tingkat MAN.

5.

Aksis V

: GAF scale 80-71 (Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, dan lain-lain)

VII. DAFTAR MASALAH 1. ORGANOBIOLOGIK Tidak ada faktor keturunan 2. PSIKOLOGIK Pasien sulit percaya dengan orang lain. Pasien sangat ingin mendalami ilmu tasawuf dan tauhid, namun tidak pernah kesampaian. Terdapat waham kebesaran, waham curiga, ilusi, halusinasi auditorik dan visual, derealisasi, dan gangguan kepribadian. 3. SOSIAL/KELUARGA Pasien sering marah-marah dengan keluarganya, namun dengan tetangganya pasien sering memberikan uang dan pakaian miliknya.

29

VIII. PROGNOSIS Diagnosa penyakit Perjalanan penyakit Ciri kepribadian Stressor psikososial Riwayat herediter Usia saat menderita Pola keluarga Pendidikan Ekonomi Lingkungan sosial Organobiologik Kesimpulan IX. RENCANA TERAPI Psikofarmaka: Po. Haloperidol Tryhexyphenidyl Frimania Psikoterapi 5 mg 2 mg 400 mg 3x1 3x1 3x1 : : : : : : : : : : : : dubia ad malam dubia ad malam dubia ad malam dubia ad malam ad bonam dubia ad malam dubia dubia ad malam dubia ad malam dubia ad bonam tidak ada riwayat keluarga dubia ad malam

: Dukungan terhadap penderita dan keluarga. Dukungan

terhadap keluarga terutama dalam bentuk dukungan moril agar tidak meninggalkan pasien sendirian bersama penyakitnya. Yakinkan pasien bahwa dia tidak sendirian menghadapi kelainan tersebut. Terus ajak pasien agar beraktivitas teratur dan bersosialisasi seperti biasa.

30

Religius pengajian.

: Bimbingan dan ceramah agama, shalat berjamaah, serta

X.

DISKUSI Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah dikembangkan, yaitu (1) : 1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau

suatu tipe gangguan mood. 2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama

dari skizofrenia dan gangguan mood. 3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga

yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood. 4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah

kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang pertama. Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari (2). Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe

31

manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol. Gejala khas pada pasien skizofrenia berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif (2). Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR (3): a) Periode penyakit tidak terputus berupa, pada suatu waktu, episode

depresif mayor, episode manik, atau episode campuran yang terjadi bersamaan dengan gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia. b) Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi

selama sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol. c) Gejala yang memenuhi criteria episode mood timbul dalam jumlah

yang bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit d) Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau

keadaan kesehatan umum. Pada pasien ini terdapat waham kebesaran dan waham curiga. Selain itu didapatkan pula halusinasi berupa auditorik maupun visual. Juga didapatkan ilusi visual, dan derealisasi. Tak jarang pasien tertawa sendiri, banyak bicara dan bicara kacau, serta selama wawancara pasien selalu terlihat gembira. Pada pasien ini terdapat afek yang hipertim dan maniakal, sehingga memenuhi kriteria diagnosis Gangguan Skizoafektif tipe manik, yaitu adanya gejala khas skizofrenia ditambah dengan gangguan afektif (manik) yang sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan.

32

Menurut PPDGJ-III (4): 1. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif. 2. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda. 3. Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (depresi pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F 25.1) atau campuran dari keduanya (F 25.5). Pasien lain mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip diantara episode manik atau depresif (F30-33). 4. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0) Pedoman diagnostik: a. Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.

33

b. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia). Berdasarkan pemeriksaan psikiatrik didapatkan penampilan pasien cukup terawat dan cukup rapi. Kontak positif wajar namun agak sulit dipertahankan, karena setiap pembicaraan, pasien melihat ke arah keluarganya sambil tertawa. Perilaku dan aktifitas psikomotor hiperaktif, pembicaraan logore atau banyak bicara, empati tidak dapat dirabarasakan, halusinasi audio (+) mendapat bisikan wahyu langsung dari Tuhan, halusinasi visual (+) melihat bayangan hitam di rumahnya, ilusi (+) pernah melihat seseorang berwujud seperti monyet, Derealisasi (+) pernah melihat candi-candi berada di sekeliling rumahnya. Dari fungsi kognitif didapatkan daya konsentrasi masih baik. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan jawaban singkat dan sesekali bersenda gurau dengan pemeriksa, namun terkadang pembicaraan tidak relevan dengan kenyataan. Stresor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menjadi halangan dalam aktivitas sehari-hari sehingga menimbulkan perubahan dalam kehidupan seseorang, melalui usaha penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi stressor (tekanan mental) yang timbul. Usaha penyesuaian diri tersebut dapat disebut stres (5). Apabila seseorang

34

tidak mampu melakukan adaptasi dan mampu menanggulanginya maka keluhan-keluhan kejiwaan antara lain skizofrenia dapat muncul (5). Pada umumnya jenis stresor psikososial dapat digolongkan menjadi : masalah perkawinan / percintaan, masalah dengan orang tua, hubungan interpersonal, pekerjaan, lingkungan hidup, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik atau cedera, faktor keluarga dan lain-lain. Stresor psikososial yang diduga turut berpengaruh terhadap kejiwaan pasien ini adalah faktor keagamaan, dimana pasien sangat terobsesi untuk bisa menguasai ilmu tasawuf dan ilmu tauhid. Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, karena dilihat dari diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, stressor psikososial, dan usia pasien terkena penyakit yang relatif masih muda. Selain itu, pengobatan psikiatri pasien yang sempat putus obat dan gejala mulai kambuh kembali walaupun sebelumnya pasien telah menunjukkan kemajuan. Tujuan umum pengobatan adalah mengurangi keparahan gejala, mencegah kekambuhan dari masa timbulnya gejala dan hal-hal yang berkaitan dengan kemunduran fungsi, dan memberikan dukungan untuk mencapai taraf hidup terbaik. Obat psikotik, aktivitas rehabilitasi dan komunitas pendukung dan psikoterapi adalah tiga komponen utama dalam pengobatan (6).

35

Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syaratsyarat antara lain sebagai berikut (7) : 1. Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat 2. Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil 3. Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat gejala positif maupun negatif skizofrenia. 4. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) 5. Tidak menyebabkan kantuk 6. Memperbaiki pola tidur 7. Tidak menyebabkan habituasi, adiksi, dan dependensi 8. Tidak menyebabkan lemas otot 9. Kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal (single dose) Adapun efek samping dari pemberian obat anti psikotik yaitu: (6) 1. Sedasi dan inhibisi psikomotor 2. Gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolenergik berupa mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, dan mata kabur). 3. Gangguan endokrin 4. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia dan sindrom Parkinson berupa : tremor, bradikinesia, rigiditas) 5. Hepatotoksik. Haloperidol 3 x 5 mg sebagai obat antipsikotik yang digunakan untuk menekan sindrom psikosis yang terjadi pada pasien. Titik tangkap kerjanya memblokade dopamine pada reseptor post sinaptik di otak khususnya

36

system limbik dan ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist), selain itu juga memiliki afinitas terhadap Serotonin 5 HT2 receptors (serotonin-dopamine antagonist) sehingga juga efektif terhadap gejala negative yang lebih menonjol pada kasus ini. Efek sekunder yang menguntungkan berupa sedatif yang kuat untuk mengatasi gangguan tidur dan kegelisahan. THP 3 x 2 mg/ hari (po) (Trihexilfenidiril) digunakan untuk sindrom Parkinsonism yang biasanya muncul ketika anti psikosis digunakan dalam jangka waktu panjang. Apabila sindrom parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson (4). Obat anti psikotik juga dikenal sebagai neuroleptik dan juga sebagai transquilizer mayor. Obat anti-psikotik pada umumnya membuat tenang dengan cara mengganggu kesadaran dan tanpa menyebabkan aksitasi paradoksikal. Penggunaan jangka panjang obat-obat ini memerlukan juga pemutusan obat secara hati-hati. Pasien dapat kembali apabila prosedur pemutusan obatnya kurang memadai. Kambuhnya penyakit dapat terjadi beberapa minggu kemudian sesudah pemutusan obat terjadi (4). Pada pasien ini juga diberikan terapi psikofarmaka Frimania (Lithium Carbonate) yang merupakan pilihan utama untuk meredakan gejala mania. Efek anti-mania dari Lithium disebabkan kemampuannya mengurangi dopamine receptor supersensitivity, dengan meningkatkan cholinergicmuscarinic activity, dan menghambat Cyclic AMP (Adenosine

monophosphate) & phosphoinositides. Karena mania sendiri disebabkan

37

oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik, yang berdampak terhadap dopamine receptor

supersensitivity (4). Psikoterapi, rehabilitasi, terapi religius dan perilaku juga perlu diberikan pada pasien ini. Perlu pemeriksaan psikologi terlebih dahulu untuk memilih metode yang cocok dengan minat dan bakat pasien. Semua terapi diatas sangat menunjang kesembuhan pasien (7).

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara, 2003. 2. Hodgkinson CA, Goldman D, Jaeger J, et al. Disrupted in schizophrenia 1 (DISC1): association with schizophrenia, schizoaffective disorder, and bipolar disorder. Am J Hum Genet, 2004: 75:86272. 3. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR. Arlington, VA: American Psychiatric Association, 2000. 4. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2002. 5. Maramis WF dan Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009. 6. Mansjoer Arief, et al. (editor). 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapis. 7. Hawari D. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia. Jakarta: FKUI, 2001.

39

You might also like