You are on page 1of 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah Kasus pertama leukemia dilaporkan oleh velpeaupada tahun 1827.

Pasiennya seorang penjual limun berumur 63 tahun, jatuh sakit pada tahun 1825 dengan gejala pembengkaan perut, demam dan rasa lelah. Penderita tersebut meninggal segara sesudah masuk rumah sakit; pada autopsy ditemukan pembesaran hati dan limpa yang hebat. Darahnya kental, menyerupai ragi pembuat anggur merah, Velpeau meragukan apakah itu darah atau nanah. Leukemia adalah kanker anak yang paling sering. Mencapai lebih kurang 33% dari keganasan pediatrik. Leukemia limfoblasik akut (LLA) berjumlah kirakira 75% dari semua kasus. Dengan insidensi tertinggi pada umur 4 tahun. Leukimia mieloid akut (LMA) berjumlah kira-kira 20% dari leukimia. Dengan insidensi yang tetap dari lahir sampai umur 10 tahun. Meningkat sedikit pada masa remaja. Leukimia sisanya adalah bentuk kronis: leukimia limfositik kronis (LLK) jarang ditemukan pada anak. Insidensi tahunan keseluruhan dari leukimia adalah 42,1 tiap juta anak kulit putih dan 24,3 tiap juta anak kulit hitam. Perbedaan itu terutama disebabkan oleh rendahnya kejadian LLA pada kulit hitam. Gambaran klinis umum dari leukimia adalah serupa karena semuanya melibatkan kerusakan hebat fungsi sumsum tulang. Tetapi, gambaran klinis dan laboratorium spesifik berbeda dan ada perbedaan dalam respon terhadap terapi dan perbedan dalam prognosis. Dalam referat ini akan membahas lebih rinci mengenai klasifikasi, patofisiologi, etiologi, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, monitoring dan prognosis.

1.2. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan: 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Leukimia pada anak. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian Leukimia b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab Leukimia c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Leukimia d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan Leukimia

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Definisi Leukimia atau kanker darah adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan disertai infiltrasi ke organ-organ lain. ( Djoerban Zubairi,dkk.1990) Kata leukimia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.(Barbara C. Long,1996) Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darh putih yang berasal dari sumsum tulang, ditanadai dengan porifer sel-sel darah putih, denagn manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi.(Permono, Bambang.2005) 2.2. Klasifikasi Leukimia dapat dibagi menjadi : Leukimia limfositik akut (LLA) merupakan tipe leukimia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih. Leukimia mielositik akut (LMA) sering terjadi pada dewasa dari pada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukimia nonlimfositik akut. Leukimia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak

Leukimia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit. Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering terjadi pada anal-anak. 2.3. ANATOMI FISIOLOGI 1. Organ Pembentuk Darah Sebelum bayi lahir, hatinya berperan sebagai organ utama dalam pembentukan darah. Saat tumbuh menjadi seorang manusia, fungsi pokok hati adalah menyaring dan mendetoksifikasi segala sesuatu yang dimakan, dihirup, dan diserap melalui kulit. Ia menjadi pembangkit tenaga kimia internal, mengubah zat gizi makanan menjadi otot, energi, hormon, faktor pembekuan darah, dan kekebalan tubuh. Yang menyedihkan, umumnya kita hanya memiliki sedikit pemahaman tentang fungsi hati yang sedemikian rumit, vital, dan bekerja tiada henti. 2. Organ Yang Terlibat Dalam Sistem Kekebalan Tubuh 1. Nodus Limfe Sistem limfatik ini merupakan suatu keajaiban yang bekerja untuk kemanfaatan bagi umat manusia. Sistem ini terdiri atas pembuluh limfa-tik yang terdifusi di seluruh tubuh, nodus limfa yang terdapat di beberapa tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosit yang diproduksi oleh nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh limfatik, serta cairan getah bening tempat limfosit berenang di dalamnya, yang bersirkulasi dalam pembuluh limfatik. Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar pembuluh limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah melaku-kan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini diteruskan ke nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai merebak

permusuhan, pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah bening. 2. Timus Selama bertahun-tahun timus dianggap sebagai organ vestigial atau organ yang belum berkembang sempurna dan oleh para ilmuwan evolusionis dimanfaatkan sebagai bukti evolusi. Namun demikian, pada tahun-tahun belakangan ini, telah terungkap bahwa organ ini merupakan sumber dari sistem pertahanan kita. 3. Sumsum Tulang Sumsum tulang janin di rahim ibunya tidak sepenuhnya mampu memenuhi fungsinya memproduksi sel-sel darah. Sumsum tulang mam-pu mengerjakan tugas ini hanya setelah lahir. Akankah bayi ini terkena anemia saat di dalam kandungan ? Tidak. Pada tahap ini, limpa akan bermain dan memegang kendali. Merasakan bahwa tubuh mem-butuhkan sel darah merah, trombosit, dan granulosit, maka limpa mulai memproduksi sel-sel ini selain memproduksi limfosit yang merupakan tugas utamanya. 4. Limpa Unsur menakjubkan lainnya dari sistem pertahanan kita adalah limpa. Limpa terdiri dari dua bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang baru dibuat di pulp putih mula-mula dipindahkan ke pulp merah, lalu mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenai tugas yang dilak-sanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen ini menying-kapkan gambaran luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah yang membuatnya sangat menakjubkan. Keterampilan limpa tidak hanya itu. Limpa menyimpan sejumlah ter-tentu sel darah (sel darah merah dan trombosit). Kata menyimpan mungkin menimbulkan kesan seakan ada ruang terpisah dalam limpa yang dapat dijadikan tempat penyimpanan. Padahal limpa adalah organ kecil yang tak memiliki tempat untuk sebuah gudang. Dalam kasus ini limpa mengembang supaya ada tempat tersedia untuk sel darah merah dan trombosit. Limpa yang mengembang

disebabkan oleh suatu penyakit juga memungkinkan memiliki ruang penyimpanan yang lebih besar.

3. Pembentukan Dan Perkembangan Sistem Imun dan Sel-Sel Darah Dari Janin Hingga Lansia a. Usia janin minggu pertama Kehidupan embrio sel darah premitif yang berinti diproduksi dalam yolk sac. b. Usia janin minggu kedua Pembentukkan terjadi pada pulau-pulau darah di sakus

vitelinus/yolk sac (kantung kuning telur). Pada minggu kedua ini terbentuk eritrosit premitif (sel yang masih berinti). c. Usia janin minggu ke-empat Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukkan otak,sumsum tulang dan tulang belakang serta jantung dan aorta. d. Usia janin minggu ke-lima Pada minggu ke lima terbentuknya 3 lapisan yaitu lapisan ectoderm,mesoderm, dan endoderm. Hati yang sebagai organ utama untuk memproduksi sel-sel darah merah terbentuk pada minggu-minggu ini yang termasuk dalam lapisan endoderm. e. Usia janin minggu ke-enam Pembentukkan terjadi pada hepar dan lien juga pada timus (pembentukan limfosit). Pada minggu-minggu ini juga terbentuk eritrosit yang sesungguhnya (sudah tidak berinti) juga terbentuk semi granulosit dan tromobosit. Selain itu juga limfosit (dari timus). f. Usia janin minggu ke-lima belas Pada minggu-minggu ini tulang dan sumsung tulang terus berkembang.

g.

Usia janin minggu ke-enam belas Pembentukkan terjadi pada sumsung tulang karena sudah terjadi

proses osifikasi(pembentukan tulang). Tapi ada juga yang menyebutkan kalau terjadi di medulolimfatik (di medulla spinalis dan limfonodi). Tapi limfonodi ini untuk maturasi. Dan pada minggu ke enambelas ini sudah terbentuk darah lengkap. Pada dasarnya sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah merah sampai seseorang berusia 5 tahun; tetapi sumsum dari tulang panjang, kecuali proksimal humerus dan tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi lagi setelah kurang lebih berusia 20 tahun. Di atas umur 20 tahun, kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, iga dan ilium. Sehingga bertambahnya usia tulang-tulang ini sumsum menjadi kurang produktif. 2.4. ETIOLOGI Walaupun pada sebagian besar penderita leukosit factor-faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa factor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia. Factor-faktor tersebut antara lain adalah factor genetic, sinar radioaktif dan virus. Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu : a. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV) b. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya c. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik. d. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol

e. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot f. Kelainan kromosom : Sindrom Blooms, trisomi 21 (Sindrom Downs), Trisomi G (Sindrom Klinefelters), Sindrom fanconis, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia.

Sebab sebab terjadinya leukimia belum diketahui secara pasti. Ada kemungkinan proses awal leukimia terjadi karena mutasi salah satu sel yang kemudian berproliferasi secara tidak terkendali, sebagai penyebab sering dihubungkan dengan radiasi, zat kimia, gangguan imunologik, virus dan faktor genetik. RADIASI Radiasi dapat meningkatkan frekuensi LMA dan LMA. Tidak ada laporan mengenai hubungan antara radiasi dengan LLK. Beberapa laporan yang mendukung : 1) Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukimia. 2) Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukimia. 3) Leukimia ditemui pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang Faktor Leukemogenik Terapi beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi leukimia : Racun lingkungan seperti benzena Bahan kimia inustri seperti insektisida Obat untuk kemoterapi

Epidemiologi

Di Afrika, 10-20% pwnsweita LMA memiliki kloroma di sekitar orbit mata. Di Kenya, Tiongkok, dan India, LMK mengenai penderita berumur 2040 tahun Pada orang Asia Timur dan India Timur jarang ditemui LLK.

HEREDITER Penderita sindrom Down memiliki insidemsi leukimia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.

VIRUS Virus dapat menyebabkan leukimia seperti retrovirus, virus leukimia feline, HTLV-1 pada dewasa. 2.5. PATOFISIOLOGI Gugus sel mengalami kelainan proliferasi, kelainan sitogenetik dan morfologi, kegagalan diferensiasi dan perbedaan biokimia terhadap sel normal. Sel-sel ini mendesak komponen normal sehingga terjadi kegagalan fungsi sumsum tulang. Disamping itu sel-sel abrovmal melalui peredaran darah melakukan infiltrasi keorgan-organ tubuh. Leukimia adalah jenis gangguan pada system hematopoietic yang fatal dan terikat dengan sumsum tulang dan pembuluh lymphe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasin dari leokocyre dan prosedirnya. Jumlah besar dari cell pertama-tama menggumpal pada tempat asalnya san menyebar ke organ hematopoetic dan lanjut ke organ yang lebih besar . Poriferasi dari satu jenis cellsering mengganggu produksi normal cell hemotopoetic lainnya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan cell yang cepat dan ke Cytopenias (penurunan jumlah). Pembelahan dari cell darah putih mengakibatkan menurunya immune Competence dengan meningkatnya kemungkinan mendapat infeksi. Penyebab

leukemia adalah belumdiketahui . Suatu peningkatan insiden eukimia dalam perkiraannya membawa ke Hypotesa predis posisi genetik atau viral origin. 2.6. Gejala klinis dan Pemeriksaan penunjang Pada anak yang sering ditemukan ialah leukimia limfositik akut (LLA). Jenis lain seperti leukimia mieloblastik akut (LMA), Leukimia limfositik kronik (LLK), leukimia mielositik kronik (LMK), mielosis eritremik (ME), eritroleukimia dan retikulosis jarang ditemukan. Karena yang terbanyak pada anak ialah LLA maka jenis ini akan dibahas lebih mendalam. Pada umumnya gejala klinis dari berbagai leukimia hampir sama, hanya berbeda apakah leukimia akut atau menahun, tetapi gejala hematologis selain dibedakan oleh jenis akut dan menahun, juga bergantung pada morfologi selnya. Gejala Klinis Gejala yang khas ialah pucat, panas dan perbedaan disertai splenomegali dan kadang-kadang hepatomegalia serta limfadenopatia. Penderita yang menunjukkan gejala lengkap seperti tersebut diatas, secara klinis dapat didiagnosis leukimia. Pucat dapat terjadi mendadak, sehingga bila pada seorang anak terdapat pucat yang mendadak dan sebab terjadinya sukar diterangkan, waspadalah terhadap leukimia. Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi dan sebagainya. Pada stadium permulaan mungkin tidak terdapat splenomegali. Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau tulang yang dapat disalah tafsirkan sebagai penyakit reumatik. Gejala lain dapat timbuk sebagai akibat infiltrasi sel leukimia pada alat tubuh, seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukimia serebral dan sebagainya. Anamnesis Anemia, sering demam, perdarahan, berat badan turun, anoreksia, kelemahan umum Keluhan pembesaran kelenjar getah bening dan perut. Gejala yang mudah dipahami adalah:

a. Pucat b. Lemah c. Penurunan beratbadan d. Pembesaran kelenjar lymfe e. Pembesaran organ limpa dan hati f. Nyeri tulang g. Jaundice (kekuning-kuningan) h. Gangguan penglihatan Pemeriksaan Fisik Anemis dan tanda perdarahan : mukosa anemis, perdarahan, ulsera, angina Ludwig Pembesaran kelenjar linfe general Splenomegali, kadang hepatomegali. Pada jantung terjadi gejala akibat anemia. Infeksi pada kulit, paru, tulang.

Pemeriksaan Penunjang Anemia normositik normokromik, kadang kadang dijumpai normoblas. Pada hitung jenis terdapat limfoblas. Jumlah limfoblas dapat menyampai 100%. Trombositopeni, uji tourniquet positif dan waktu perdarahan memanjang. Retikulositopenia. Kepastian diagnostic : fungsi sumsum tulang, terdapat pendesakan eritropiesis, trombopoesis, dan granulopoesis. Sumsum tulang di dominasi oleh limfoblas. Rontgen foto toraks AP dan lateral untuk melihat infiltrasi mediastinal.

Lumbal fungsi : untuk mengetahui ada infiltrasi ke cairan serebrospinal.

2.7. Penata Laksanaan 1) Penatalaksanaan medis a. Pelaksanaan chemotherapy Chemotherapy adalah merupakan model penyembuhan utama. Fase pertama dari chemotherapy diistilahkan dengan inductionchemotherapy dan terdiri dari chemotherapy kombinasi (menggunakan lebih dari satu larutan chemotherapeutic). Pemberian obat ini bias dalm tempo 2-3 minggu dan penyakit ini ada dalam sumsum. Contoh obatnya antara lain: Asparaginaze, busulfan, chlorambucil, cyclophas phamie dan lain-lain. b. Transplatasi sumsum tulang Transplatasi sumsum tulang adalah identik dengan sumsum tulang yang menggunakan HLA, telah digunakan dengan meningkatnya frekuensi untuk terjadinyapeningkatankemajuan dari AML. Bagi trasplatasi sumsum tulang diperlukan preparasi pretransplatasi. Pengambilan darah dan sumsum tulang dari donor sebanyak 500-800 ml, dicampurkan dengan heparin dan kultur jaringan dan kemudian menekan campuran tersebut melalui saringan stainlesstel untuk memecahkan partikel sumsum. Kemudian sumsum disimpan dalam kantung transfusidarah dan diberikan secara intravenous melalui cathere hickman dengan waktu yang sama dengan pemberian RBC (4 jam). c. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi : 1) Fase induksi

Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan Lasparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%. 2) Fase Profilaksis Sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

d. Konsolidasi Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk

mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi. 2) Penatalaksanaan Keperawatan Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan pisikososial harus diutamakan. Yang perlu dipersiapkan ruangan aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya.

PEMANTAUAN 1. Terapi Komplikasi terapi adalah alopesia, depresi sumsum tulang, agranulositosis. Sepsis merupakan komplikasi selama pengobatan sitostatika. Pada pemberian kortikosteroid dapat terjadi perubahan perilaku, misalnya marah, dan nafsu makan yang berlebihan. 2. Tumbuh Kembang Pasien secepatnya masuk sekolah. Dalam jangka lama perlu diobservasi fungsi hormonal dan tumbuh kembang anak. 2.8. PROGNOSIS Sampai saat ini leukimia masih merupakan penyakit yang fatal, tetapi dalam kepustakaan dilaporkan pula beberapa kasus yang dianggap sembuh karena dapat hidup lebih dari 10 tahun tanpa pengobatan. Biasanya bila serangan pertama dapat diatasi dengan pengobatan induksi. Penderita akan berada dalam keadaan remisi untuk beberapa bulan. Pada stadium remisi ini secara klinis penderita tidak sakit, sama seperti anak biasa. Tetapi selanjutnya dapat timbuk serangan yang kedua (kambuh). Yang disusul lagi oleh masa remisi yang biasanya lebih pendek dari masa remisi pertama. Demikian seterusnya masa remisi akan lebih pendek lagi sampai akhirnya penyakit ini resistensi terhadap pengobatan dan penderita akan meninggal. Kenatian biasanya disebabkan perdarahan akibat trombositopenia, leukimia serebral atau infeksi (sepsis, infeksi jamur). Sebelum ada prednison, penderita leukimia hanya dapat beberapa minggu sampai 2 bulan. dengan pengobatan prednison jangka waktu hidup penderita diperpanjang sampai beberapa bulan. dengan ditambahkannya obat sitostatika (MTX,6-MP) hidup penderita dapat diperpanjang 1-2 tahun lagi dan dengan digunakannya sitostatika yang lebih poten lagi disertai cara pengobatan yang

mutakhir, usia penderita dapat diperpanjang 3-4 tahun lagi, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun. Leukimia monositik akut mempunyai prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan leukimia limfosistik akut dan juga lebih sukar diobati. Demikian pula halnya dengan mielosis eritremik. Woc terlampir

2.9. Komplikasi Berikut ini komplikasi yang timbul pada leukemia: a. Anemia (kurang darah). Hal ini dikarenakan produksi sel darah merah kurang atau akibat pendarahan. b. Terinfeksi berbagi penyakit. Hal ini dikarenakan sel darah putih yang ada kurang berfungsi dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan tetapi sudah berubah menjadi ganas sehingga tidak mampu melawan infeksi dan denda asing yang masuk kedalam tubuh. c. Perdarahan. Hal ini terjadi sebagai akibat penekanansel leukemia pada sumsum tulang sehingga sel pembeku darah produksinya pun kurang. d. Gangguan metabolisme : 1) Berat badan turun, 2) Demam tanpa infeksi yang jelas, 3) Kalium dan kalsium darah meningkat malah ada yang rendah, serta 4) Gejala asidosis sebagai akibat asam laktat meningkat.

2.10.

Pencegahan a. Pencegahan infeksi 1) Tempatkan pasien dalam ruangan tersendiri. 2) Tempatkan pasien di ruang isolasi. 3) Hindari dilakukan catherisasi. 4) Lengkapi kebutuhan personal hygien. 5) Jaga lingkungan tetap bersih. b. Pencegahan Hemmorrhage 1) Jaga seluluh sisi pendarahan. 2) Uij urin dalam stool untuk darah. 3) Jaga penyuntikan venpuncuture dan intra muscular seminim mungkin. 4) Berikan penekanan selama 5 menit pada bagian venpuncuture dan 10 menit sekali pada bagian arterial untuk perawatan. 5) Hindari pengambilan temperature rectal atau pamberian enemas. 6) Hindari prosedur yang berlebihan.

c. Pemeriksaan Diagnostik a. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml c. Retikulosit : jumlah biasaya rendah

d. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm) e. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur f. PTT : memanjang g. LDH : mungkin meningkat h. Asam urat serum : mungkin meningkat i. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik j. Copper serum : meningkat k. Zink serum : menurun l. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan m. CT scan n. Aspirasi sumsum tulang (di tusuk pakai jarum untuk melihat kandungan sumsum) o. Pemeriksaan elektrolit

BAB III ASKEP TEORITIS LEUKIMIA PADA ANAK

3.1. PENGKAJIAN I. Biodata Leukemia Limfositik Akut (LLA) paling sering menyerang anak-anak di bawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden antara 3-4 tahun. Penderita kebanyakan laki-laki dengan rasio 5:4 jika dibandingkan dengan perempuan. 3.2. Riwayat Keperawatan 1. Keluhan Utama Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala.

2. Riwayat Perawatan Sebelumnya Riwayat kelahiran anak : Prenatal Natal Post natal Riwayat Tumbuh Kembang Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.

3. Riwayat keluarga Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada kembar monozigot (identik). 3.3. Kebutuhan Dasar a. Cairan : Terjadi deficit cairan dan elektrolit karena muntah dan diare.

b. Makanan : Biasanya terjadi mual, muntah, anorexia ataupun alergi makanan. Berat badan menurun. c. Pola tidur : Mengalami gangguan karena nyeri sendi. d. Aktivitas : Mengalami intoleransi aktivitas karena kelemahan tubuh. e. Eliminasi : Pada umumnya diare, dan nyeri tekan perianal. 3.4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum tampak lemah Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi. b. Tanda-Tanda Vital Tekanan darah : dbn Nadi Suhu RR : : meningkat jika terjadi infeksi : Dispneu, takhipneu

c. Pemeriksaan Kepala Leher Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri), perdarahan gusi

Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP. d. Pemeriksaan Integumen Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi dehidrasi. e. Pemeriksaan Dada dan Thorax - Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae. - Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada

- Palpasi denyut apex (Ictus Cordis) - Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru. f. Pemeriksaan Abdomen - Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa. - Perkusi tanda asites bila ada. g. Pemeriksaan Ekstremitas Adakah cyanosis kekuatan otot. 3.4. Informasi Lain * Perangkat Diagnostik Temuan laboratorium berupa perubahan hitung sel darah spesifik. Pemeriksaan sumsum tulang memperlihatkan proliferasi klonal dan penimbunan sel darah. * Penatalaksanaan Kemoterapi dengan banyak obat Antibiotik untuk mencegah infeksi Tranfusi untuk mengatasi anemia

3.5. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat. 2. Resiko infeksi b/d menurunnya sistem pertahanan tubuh 3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat anemia

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian kemotrapi, radioterapy 5. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d adanya kontraksi 3.6. Perencanaan keperawatan ( Intevensi ) Diagnosa 1. Gangguan nutrisi kurang tubuh b/d intake yang tidak adekuat. Tujuan dan Kriteria hasil 1. Nafsu makan (+) 2. Muntah (-) Intervensi 1. Observasi dan catat masukan makanan klien 2. Timbang berat badan setiap hari. 3. Berikan makanan sedikit tapi sering. 4. Berikan penyuluhan pada orang tua klien pentingnya nutrisi yang adekuat. 5. Tingkatkan masukan cairan diatas kebutuhan minuman 6. Dorong anak untuk minum. 7. Ajarkan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi 8. Tekankan pentingnya menghindari panas yang berlebihan. Rasional 1. mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsimakanan 2. mengawasi penurunan berat badan. 3. makanan sedikit dapat meningkatkan pemasukan denganmencegah distensi lambung. 4. menambah pengetahuan klien dan orang tua tentang pentingnya makanan bagi tubuh dalam membantu proses penyembuhan. 5. guna mengkompensasi tambahan kebutuhan cairan. 6. meningkatkan kepatuhan. 7. menghindari keterlambatan therapi rehidrasi.

dari kebutuhan 3. Berat badan (+)

8. menghindari penyebab kehilangan cairan 2. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh 1. Demam (-) 2. Kemerahan (-) 3. Suhu kembali normal 1. Pantau suhu dengan teliti 2. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik 3. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif 4. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia 5. Berikan antibiotik sesuai ketentuan 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia 3. Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas 1. Anemia (-) 2. Kelemahan teratasi Klien dapat istirahat dengan nyaman 4. Klien dapat beraktifitas 1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari 2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan 3. Kaji kemampuan 1. menentukan derajat dan efek ketidakmampuan 2. menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan 3. mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi 4. memaksimalkan sediaan energi untuk tugas 1. untuk mendeteksi kemungkinan infeksi 2. untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif 3. untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi 4. untuk mendukung pertahanan alami tubuh 5. diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan 4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian kemotrapi, radioterapy Tujuan : setelah 1. Kaji secara dini tandatanda kerusakan intregitas kulit 2. Berikan perawatan kulit khususnya daerah perinial dan mulut 3. Ganti posisi dengan sering 4. Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang adekuat integitas kulit (-) 2. Kekurangan kalori dan protein teratasi 3. Dekubitus (-) Tujuan : setelah dilakukan tindakan 3x24 jam gangguan 5. Gangguan rasa rasa nyaman nyeri nyaman nyeri teratasi 1. Kaji skala nyeri 2. Palpasi abdomen 4.

perawatan diri

1. agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut 2. mencegah timbulnya infeksi 3. agar tidak terjadi kekakuan otot untuk memenuhi kebutuhan tubuh

dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit pemberian kemoterapi, radioterapy dapat teratasi K.H 1. Kerusakan

1. untuk mengetahui intensitas nyeri

b/d adanya kontraksi

Kriteria hasil : 1. KNyeri (-)

3. Atur posisi pasien

2. untuk mengetahui apakah ada masa atau tidak 3. memberikan kenyaman pada pasien.

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Leukimia atau kanker darah adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan disertai infiltrasi keorgan-organ lain. Sebab-sebab terjadinya leukimia belum diketahui secara pasti. Ada kemungkinan proses awal leukimia terjadi karena mutasi salah satu sel yang kemungkinan berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab sering dihubungkannya dengan radiasi, zat kimia, gangguan imunologik, virus dan faktor genetik. Penatalaksanaan leukimia menggunakan protokol pengobatan dan pengobatan suportif yang bertujuan untuk memusnakan sel leukimia sehingga memungkinkan sel darah normal tumbuh dan berkembang sebagai mana

mestinya. Pengobatan juga untuk memperpanjang usia, sekaligus mana mestinya. Pengobatan juga untuk memperpanjang usia, sekaligus mengupayakan penyembuhan. Sampai saat ini leukimia masih merupakan penyakit yang angka kematiannya masih tinggi. Adanya mediastinal mass dan infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang memperburuk perjalanan penyakit ini. 4.2. SARAN Sebagai Mahasiswa keperawatan kita harus mampu mengenali tanda tanda anemia dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan leukimia secara benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suriadi,Skp,MSN,Yulianni Rita,Skp,M.Psi.(2006).Asuhan Keperawatan Pada Anak(Ed 2).Jakarta:PT.PERCETAKAN PENEBAR SWADAYA 2. Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC 3. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC 4. Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.
5. http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-anakleukimia/ 6. WWW.SRIBD.COM

KATA PENGANTAR Assalamuallaikum.wr.wb Alhamdulilah hirabbilalamin,dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan hidayahNya maka dengan ini kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Terselesainya makalah ini berkat kerjasama dari berbagai pihak untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada Ibuk Ns cyntia S.Kep selaku dosen pembimbing kami serta rekanrekan yang memberikan masukan dan gagasan tentang makalah yang kami susun. Kami menyadari bahwa makalah kami banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun sistem penulisan,maka dari itu kami mohon maaf dan mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang kami sajikan pada makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Lubuk basung , 4 Januari 2013

Gemma alhamdy dan Risky heri yunanda

You might also like