You are on page 1of 26

PABRIK KELAPA SAWIT SKALA KECIL

Di Susun Oleh : Ir. Dedy Setyo Oetomo,MBA. Engineering & Management Konsultan

1. PENDAHULUAN
1 . 1. LATAR BELAKANG
Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis), suatu spesies tropis yang berasal dari Afrika Barat, namun kini tumbuh sebagai hibrida di banyak belahan dunia, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Tengah. Minyak sawit menjadi minyak pangan yang paling banyak diperdagangkan secara internasional pada tahun 2007. Minyak yang relatif murah ini digunakan untuk berbagai tujuan. Permintaan dunia akan minyak sawit telah melonjak dalam dua dasawarsa terakhir, pertama karena penggunaannya dalam bahan makanan, sabun, dan produk-produk konsumen lainnya, dan belakangan ini sebagai bahan baku mentah bahan bakar nabati
.

Naiknya tingkat kemakmuran di India dan Cina, kedua negara importir terbesar di dunia, akan menambah permintaan akan minyak sawit dan minyak sayur yang dapat dimakan lainnya untuk berbagai kegunaan. Buah sawit adalah sumber bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti buahnya. Sebuah alternatif sumber bahan baku potensial yang cukup banyak tersedia telah muncul, yaitu produk samping biomassa non-kelas pangan buah kelapa sawit dan produksi minyak sawit. Ini bukanlah sekedar menggunakan minyak dari buah kelapa sawit, melainkan mengkonversi seluruh biomassa yang diambil dari perkebunan kelapa sawit menjadi sumber energi terbarukan. Dengan menggunakan biomassa dari perkebunan maupun sisa pengolahan dari produksi minyak sawit (serat, kulit, efluen pabrik minyak sawit, minyak sisa, dsb.), bioenergi dari perkebunan kelapa sawit dapat memberikan efek mengurangi emisi gas rumah kaca. Beberapa contoh teknik produksi ini telah didaftarkan sebagai proyek berdasarkan Kyoto Protocols Clean Development Mechanism (CDM). Produk-produknya antara lain: Minyak Sawit Mentah Berkadar Asam Lemak Tinggi = minyak non-kelas pangan produk samping yang dihasilkan dari buah brondol dan tandan

buah segar yang sudah terlalu matang. Minyak Kotor dan Minyak Efluen = Minyak dari proses sterilisasi, minyak sisa dalam air limbah dan minyak dari Filter Press cake atau Decanter Sludge. Distilat Asam Lemak Sawit (PFAD) = produk samping kelas rendah dari penyulingan CPO. SK = Serat Kosong dari proses Pabrik Minyak Sawit saat ini setelah memisahmisahkankan Biji Sawit. TKKS = Tandan Kosong Kelapa Sawit dari proses Pabrik Minyak Sawit saat ini setelah memisahkan Buah Minyak Sawit dari Tandan Buah di belakang thresher. Kulit Kelapa Sawit dari memecahkan biji kelapa sawit sebelum mengeluarkan Minyak Biji Kelapa, yang berguna sebagai bahan bakar biomassa padat Minyak Limbah Tangki Penyimpanan yang terkumpul di bawah kumparan pemanas. Minyak Jelantah dari restoran, hotel dan dapur besar

Tandan buah segar kelapa sawit harus diolah dalam waktu 24-48 jam sejak dipanen agar tidak mengalami penurunan kualiatas. Jika pengolahan tidak berjalan secara tepat waktu, maka produknya tidak lagi mememuhi persyaratan kelas pangan yaitu kandungan Asam Lemak Bebas (FFA) sekitar 5-6%. Bila dibandingkan dengan Malaysia, mengingat cepatnya perluasan lahan kelapa sawit di Indonesia dalam dua dasawarsa terakhir, investasi dalam infrastruktur industri khususnya pabrik minyak telah mengalami kesulitan mengimbangi produksi tandan buah segar. Hal ini terutama terjadi sementara penanaman diperluas jauh ke arah timur dari Sumatera ke wilayah-wilayah berlogistik kurang seperti Kalimatan, Sulawesi dan Papua. Jaringan jalannya buruk dan di beberapa daerah terpencil sarana angkutan untuk pengiriman tandan buah bersifat terbatas atau melalui sungai. Sebagai akibat langsungnya, tingkat insiden tinggi, terutama yang tidak dilaporkan secara resmi, atau tandan buah segar yang tidak terpanen tepat waktu dan dikirim ke pabrik dalam waktu 2448 jam agar kadar FFA-nya tidak naik.

Pengolahan buah sawit menjadi CPO sebetulnya memiliki teknologi proses yang sangat sederhana, yaitu : rebus, peras, dan pisah. Atas dasar tiga hal tersebut inilah

pengembangan pengolahan CPO dilaksanakan. Mulai dari yang paling sederhana sampai pada tingkat teknologi tinggi. Pengembangannya tentu dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk yang diinginkan sesuai kebutuhan pasar.

Dalam setiap proses industri, baik secara langsung maupun tidak langsung tentu akan menghasilkan limbah sebagai hasil samping. Oleh karena itu faktor ini tentunya juga tidak boleh diabaikan, semaksimal mungkin limbah yang dihasilkan dapat dioleh dan dimanfaatkan baik bagi industri itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Asas lingkungan ini sangat berperan penting bagi keberlangsungan (sustainability) suatu industri, untuk itu perlu mentaati aturanatuan yang berlaku.

2. DEFINISI
Pabrik kelapa sawit mini disini adalah pabrik yang kecil dalam investasi sederhana dalam operasional dan managemen. Apabila kita melihat pabrik kelapa sawit secara konvensional maka kita akan membayangkan peralatan peralatan yang sangat besar, luas tapak lokasi pabrik yang sangat besar, banyaknya truk pengangkut bahan baku yang menunggu giliran masuk untuk ditimbang dan dilakukan penyortiran buah. Pabrik kelapa sawit mini disini lebih kepada efisiensi diberbagai sektor, penyederhanaan proses, lebih kepada pemberdayaan bahan baku buah yang telah gugur yang dianggap sebagai bahan buangan yang tidak bernilai. Karena kualitas minyak yang dihasilkan mempunyai nilai yang lebih rendah dan tidak lagi menjadi sumber bahan baku yang layak untuk dimakan (nonedible oil). Dengan semakin krisisnya sumber energi minyak bumi maka bahan bakar berbasis bio energi lebih diminati untuk dikembangkan. Maka dipandang dari jenis minyak yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit mini ini sangat berpotensi

untuk menjadi alternatif bahan baku dan tidak akan menimbulkan persaingan dalam bahan yang diperuntukkan untuk bahan makanan. Peralatanperalatan yang digunakan dalam pabrik kelapa sawit ini akan lebih dicermati untuk tidak mengakibatkan banyaknya kehilangan minyak yang dihasilkan selama waktu proses. Dengan methode penyederhanaan proses maka pabrik kelapa sawit mini mempunyai peralatan pengolah yang lebih minim dan sederhana apabila dibandingkan dengan pabrik sekala besar. Bahan baku yang banyak tersedia saat ini di Natuna sangat berpotensi untuk dikembangkan tanpa harus ada ketakutan kita untuk perambahan hutan yang akan dikonversi menjadi perkebunan sawit. Secara skala perbandingan maka untuk bahan baku ini kita akan memerlukan peningkatan penambahan kebun sepuluh kali lipat dibanding dengan investasi pabrik besar yang berbahan baku Tandan buah segar. Apabila kita memandang terhadap lingkungan toleransi untuk bahan buangan limbah seperti limbah padat, cair dan kebisingan maka pabrik kelapa sawit mini ini sangat tidak berbahaya apabila kita membandingkan dengan besarnya jumlah bahan buangan yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit sekala besar. Dengan adanya revitasilasi di bidang ini diharapkan akan memberikan dampak kepada beberapa sektor mulai dari sumber energi sampai kepada

pemberdayaan lahan. Sehingga dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama Natuna khususnya akan mempunyai sumber energi terbarukan dari bahan bakan berbasis tumbuhan dan lahan perkebunan yang ditinggalkan selama masa konflik dan tsunami akan dapat memberikan dampak positif terhadap perkapita rakyat dan daerah sesuai dengan visi dan misi Natuna Green.

3. BAHAN BAKU
Buah sawit merupakan buah yang paling produktif dalam produksi minyak sayur di dunia, dengan hasil minyak per hektar yang lebih besar dari komoditas biji minyak utama yang lain. Produksi minyak per satuan luas lahan dari kelapa sawit yang dipelihara dengan baik jauh lebih besar dari produksi minyak dari rapeseed dan kedelai yang ditanam secara komersial, yaitu dua bahan baku

bahan bakar nabati yang saat ini paling banyak digunakan. Kondisi ini menguntungkan bagi minyak sawit sebagai alternatif energi bahan bakar nabati terbarukan utama dalam waktu dekat, sampai teknologi selulosa telah mengalami kemajuan hingga tingkat yang dapat dioperasikan.

Buah sawit yang dikenal dengan bermacam jenis, mempunyai pola panen yang kita kenal sebagai tingkat kematangan. Kematangan buah sangat menentukan hasil rendemen minyak yang dihasilkan. Berbagai standart baku mutu buah tentunya akan menjadi tolak ukur dalam perancangan pengolahan Pabrik Minyak Kelapa Sawit Skala kecil (mikro). Dengan melihat pola panen yang sesuai akan mendongkrak tingkat mutu buah. Buah yang telah dipanen selayaknya secepatnya diidstribusikan ke pabrik pengolahan agar tidak teroksidasi oleh enzim dan udara yang meningkatkan nilai keasaman (salah satu parameter produk). Sistem distribusi, pola panen dan tidak tersedianya kapasitas pabrik pengolahan yang memadai mengakibatkan terjadinya buah restant (waste fruit) dan buah gugur (berondolan).

Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit Skala kecil ini lebih ditekankan dalam hal pemanfaatan buah restan dan buah berondolan yang kualitasnya tidak memenuhi standar bahan baku CPO standar bahan pangan. Buah sawit restan dan berondolan memiliki kandungan Asam lemak bebas lebih dari 6%. Hal ini akibat dari berlangsungnya proses oksidasi secara alami akibat lamanya buah diolah di Pabrik ataupun logistik dan transportasi yang tidak memadai di lapangan. Sebagaimana standar pengolahan buah adalah 24-48 jam pasca panen. Dengan kondisi asam lemak bebas yang tinggi ini tentu tidak memenuhi standar kualitas pangan yang disyaratkan.

Selain faktor asam lemak bebas yang tinggi, secara kualitas kadar minyak yang ada pada buah restan dan berondolan tidak jauh berbeda dibanding buah segar yang diolah untuk bahan pangan, hal ini berbeda jika buah restan dan berondolan yang ada merupakan buah mentah atau belum memenuhi syarat fisiologis untuk panen.

Tandan Buah Segar (TBS) dengan mutu yang baik akan menghasilkan : 1. 2. 3. 4. 5. Minyak sebanyak 20-25% Inti (kernel) sebanyak 4-6% Cangkang 5-9% Tandan kosong (empty fruit bunch) 20-22% Serat (fiber) 12-14%

Sedangkan Buah Berondolan akan menghasilkan: 1. 2. 3. 4. Minyak sebanyak 30-34% Nut (biji) 15-17% Serat (fiber) 14-30% Sampah 2-10%

Adapun kebutuhan buah berondolan dan restan bagi pabrik skala kecil ini dapat dilihat pada tebel berikut : Kebutuhan Bahan Baku Pabrik

No Kapasitas 1 2 3

PabrikLama

Operasional Bahan (jam/ hari) 20 20 20

Baku

(ton/ jam) 1 3 5

(ton/ hari) 20 60 100

Dengan kondisi perkebunan khususnya di Propinsi Natuna saat ini, dimana banyak buah yang tidak diproduksi secara tepat waktu akibat dari kurangnya sarana pengolahan serta proses distribusi yang lama, menjadikan satu potensi pengembangan pabrik yang berbahan baku berondolan dan buah restan.

Dengan demikian akan dapat menampung buah restan dan berondolan milik masyarakat dengan harga yang lebih pantas serta peruntukkan produksi yang lebih terarah. Meningkatkan peluang sumber lowongan pekerjaan,

meningkatkan keterampilan masyarakat dari segi pengetahuan pabrik, membuka peluang investasi yang dapat menggerakkan roda ekonomi masyarakat.

4. TEKNOLOGI PENGOLAHAN
Selama ini pengolahan CPO kebanyakkan dikuasai oleh para pemodal besar, karena investasi yang diperlukan untuk membangun satu unit PKS membutuhkan modal yang tidak sedikit. Setelah memobilisasi dana ratusan milyar rupiah untuk mega proyek puluhan ribu hektar perkebunan kelapa sawit, selanjutnya mengintegrasikan pengolahan CPO kedalamnya. Akibatnya terkesan bahwa Teknologi pengolahan CPO sangat padat modal, dan susah untuk membayangkan bahwa pabrik pengolahan kelapa sawit bisa dibuat sekecil dan sesederhana penggilingan padi. Pabrik kelapa sawit skala kecil (mikro) ini dimaksudkan untuk mempopulerkan prinsip prinsip teknologi tepat guna kepada pemodal kecil menengah, atau koperasi-koperasi petani sawit yang memiliki total lahan kurang dari 1000 ha. Proyek juga dimaksud untuk menyederhanakan mata rantai perdagangan buah dari petani kecil pengumpul agen PKS. Panjangnya rantai inilah yang selama ini melemahkan nilai tawar petani kecil. Prinsip Teknologi Tepat Guna adalah efisiensi modal dan bervisi berkembang sambil berjalan. Efisiensi modal bisa dilakukan pada beberapa pos, yaitu: infrastruktur dan beberapa mesin pelengkap seperti pesawat-pesawat angkatangkut lori. Bangunan pabrik kira-kira seluas 40 m x 40 m, diatas lahan seluas kira-kira 1/2 ha, tidak berdinding, dengan konstruksi kayu dan beratap seng. Tata letak pabrik dibuat sedemikian rupa, sehingga bisa meminimalisasi pekerjaan-pekerjaan memindahkan bahan produksi dari sutu mesin ke mesin lainnya. Penyederhanaan bahkan bisa dilakukan terhadap peralatan utama seperti bejana rebusan beserta pembangkit steamnya. Dalam pabrik besar, bejana rebusan dengan pembangkit steam (boiler) ditempatkan terpisah, dan terhubung melalui sistem pemipaan yang rumit. Disana, selain berfungsi sebagai pembangkit panas, boiler juga difungsikan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Boiler berikut turbin seperti ini bisa berharga sangat mahal.

Pabrik dirancang untuk memenuhi kapasitas 5 ton/jam Fresh Fruit Bunch (Tandan Buah segar TBS). Dari umpan 5 ton/jam didapatkan : 1. CPO sebanyak 1 ton/jam 2. Klatak (inti buah sawit dan terlindung batok/cangkang) sebanyak 500 kg/jam 3. Lain-lainnya adalah tandan kosong, dan sabut

Desain yang paling lazim untuk pabrik mikro umumnya menggunakan sistem pengolahan per gelombang (batch) dan bukan terus-menerus. Banyak komponen desain yang dipasang tersebut yang mirip dengan pabrik besar. Untuk melihat teknis yang lebih terinci tentang ujung bawah dan atas pabrik mikro, silahkan merujuk pada Lampiran 9.1: Gambar Skematik Pabrik Mikro Minyak Sawit 1 Ton/Jam dan Lampiran9.2: Gambar Skematik Pabrik Mikro Minyak Sawit 5 Ton/Jam yang berbahan baku kombinasi antara TBS dan Buah berondolan. Sistem efisiensi energi dan pengelolaan limbah pabrik-pabrik ini dapat diperbaiki dan dirampingkan dengan menggunakan tenaga ahli permesinan yang tepat dari pihak-pihak yang terlibat aktif dalam sektor pengolahan skala kecil di Sumatera Utara. Fasilitas-fasilitas ini dapat dirancang dan dibangun agar beroperasi dengan limbah nol dan sampai sedapat mungkin dijalankan dengan sumber energi terbarukan. Sebagai contoh, pabrik dapat menggunakan limbah industri kelapa sawit yang tersedia secara lokal seperti cangkang sawit dan serat lepas sebagai bahan bakar untuk ketel, sterilizer, dan digestor. Untuk mengatasi masalah limbah lingkungan, pabrik tersebut dapat menggunakan sistem kolam limbah pabrik minyak sawit (POME) yang baru dan diperluas. Sistem tersebut akan memperoleh kembali semua nutrisi serta mensirkulasikan ulang semua komponen limbah padat dan cair ke perkebunan-perkebunan di sekitarnya dan mengirimkan produk limbah sesuai kebutuhan.

Desain pabrik mini minyak sawit seringkali merupakan versi pabrik minyak sawit skala besar dalam versi yang diperkecil, dengan kapasitas normal 30-60 ton/jam yang tersebar luas di seluruh Asia Tenggara. Dalam tahun-tahun terakhir, pabrik-pabrik ini sudah mulai dihapuskan di Indonesia karena banyak dianggap menggunakan teknologi yang sudah kadaluwarsa dan tidak efisien. Dalam dasawarsa terakhir, telah ada upaya dari beberapa perusahaan Indonesia dan internasional untuk membuat terobosan teknis dengan merancang bagian komponen dan desain keseluruhan yang lebih efisien dan ekonomis.

4.1. SKEMA
Secara sederhana, proses pengolahan yang ada pada pabrik berondolan lebih sederhana di banding dengan proses yang ada pada pabrik kelapa sawit besar. adalah sebagai berikut :

Proses perebusan buah dapat dilakukan dengan dua cara, continious process dengan Boiler pembangkit stem, atau Batch process dengan menggunakan gasifikasi fiber sebagai bahan bakar (direbus langsung mengguankan rendaman air di vessel rebusan dengan menggunakan api langsung dari bawah biasanya rebusan ini juga disebut Boiling chamber.

Gambar 1: Boiling Chamber

Pada proses pengepressan buah perlakuannya hampir sama dengan yang ada pada pabrik kelapa sawit skala besar, pada pabrik berbahan baku buah berondolan ini biasanya hanya sampai pemisahan biji (nut) dengan serat (fiber). Biji (nut) tidak dipisahkan dari cangkangnya dan langsung dijual, karena hanya sangat sedikit jumlahnya apabila dipisahkan dengan inti (karnel). Pada proses pemurnian minyak hanya menggunakan continius settling tank. Peralatan seperti centrifuge, decanter tidak digunakan, apalagi dengan batch process.

Gambar 2: Continius Setling tank.

Blended (lumpur daging buah) sebelum dilepaskan ke kolam limbah beserta air, maka akan dipanaskan terlebih dahulu untuk menangkap minyak yang masih tersisa kira-kira 0,5 1 %. Juga akan diendapkan dibak Fat Fit dengan waktu tinggal kira-kira 24 jam, biasanya minyak akan muncul dipermukaan dan akan diambil secara manual untuk embali di masukkan ke tangki purifier. Unit Pengolahan limbah yang beruba bak-bak tanah atau juga di sebut kolam limbah seterusnya akan menampung blended (lumpur) ini, secara bertahap mengalir dari satu kolam ke kolam yang lain sesuai dengan pertambahan volume dengan waktu tinggal lebih kurang 72 jam, yang didukung dengan perpipaan T dengan pola aliran yang dibawah terlebih dahulu mengalir.

Apabila minyak pada kolam satu terlihat muncul dipermukaan maka akan bisa dipisahkan secara manual tidak akan terikut pada kolam berikutnya dan sangat mungkin diambil secara manual untuk dimasukkan kembali ke tangki purifier. Minyak yang berasal dari kolam limbah kembali jika dimasukkan ke tangki purifier tidak akan merusak kualitas minyak yang telah ada pada tangki purifier, karena kita juga akan menghasilkan minyak asam tinggi bukan untuk bahan makanan. Dengan pola ini maka minyak yang dihasilkan akan dapat diambil keseluruhan dengan, hal inilah yang dapat kita katakan bahwa pabrik kecil ini dapat berjalan dengan limbah nol

Pada Pabrik besar Tandan Buah Segar biasanya menggunakan lory-lori dan horizontal sterilizer yang sangat tinggi biaya perawatannya. Proses pemurnian minyak juga menggunakan banya peralatan seperti terlihat pada skema berikut ini

Gambar 2: Bagan Proses Pabrik Minyak

Berbeda dengan pada pabrik berondolan, minyak kotor yang dihasilkan tidak akan pernah biasa kita kembalikan lagi ke tangki purifier, ini akan merusak kualitas minyak CPO yang dihasilkan sebagai bahan baku pangan, dengan tingkat toleransi Asam Lemak Bebas harus kecil dari 5%.

4.2. DAFTAR MESIN


Mesin-mesin pengolah untuk pabrik kelapa sawit mini ini umumnya lebih kepada unsur pengolah penting. Berikut dalah daftar mesin- mesin pengolah beserta pengolah limbah yang sangat sederhana yang dapat diaplikasikan pada pabrik kelapa sawit mini Sterilizer (Rebusan) Untuk bahan baku yang berbasis buah tandanan maka untuk mematangkan buah dikenal dengan Sterilizer atau rebusan yang bertekanan. Dengan temperature operasi 1 30oC dan tekanan 3 bar g, buah sawit akan matang dalam waktu sekitar 45 menit. Dengan asumsi waktu yang dipergunakan untuk bongkar-muat boiling chamber adalah 45 menit, maka untuk memasak 1 batch buah sawit dibutuhkan waktu total 1.5 jam. Agar feeding kedalam digester dan screw press terjaga kontinyu, rebusan harus mampu memasak 7.5 ton tiap batch (=1.5 jam x 5 ton/jam). Dengan asumsi bulk density buah sawit brondolan adalah 0.5 ton/m3 maka, dibutuhkan boiling chamber sebesar 15 m3. Boiler dirancang bekerja kontinyu agar tekanan steam terjaga tetap 4 bar g. Kettle dirancang sebagai kettle pipa api, dimana api dan flue gas berada dalam tube (pipa), sedangkan air berada dalam shell. Steam yang

dibangkitkan kettle, selain untuk memasak buah sawit, juga dipergunakan untuk memanaskan CPO dalam purifier dan mempertahankan temperature tangki penyimpanan hasil CPO tetap 90 oC. Boiling Chamber (Rebusan) Untuk bahan baku yang berbasis waste fruit atau yang lebih dikenal dengan buah berondolan, maka untuk mematangkan buah dikenal dengan Sterilizer atau rebusan yang bertekanan dengan temperature operasi 130oC dan tekanan 3 bar g, buah sawit akan matang dalam waktu sekitar 45 menit. Dengan asumsi waktu yang dipergunakan untuk bongkar-muat boiling chamber adalah 45 menit, maka untuk memasak 1 batch buah sawit dibutuhkan waktu total 1.5 jam. Agar feeding kedalam digester dan screw press terjaga kontinyu, rebusan harus mampu memasak 3 ton tiap batch (=1.5 jam x 2 ton/jam). Dengan asumsi bulk density buah sawit brondolan adalah 0.75 ton/m3 maka, dibutuhkan boiling chamber sebesar 4 m3 . Dengan faktor koreksi 50 %, boiling chamber dirancang sebesar 8 m3. Boiler dirancang bekerja kontinyu agar tekanan steam terjaga tetap 4 bar g. Kettle dirancang sebagai kettle pipa api, dimana api dan flue gas berada dalam tube (pipa), sedangkan air berada dalam shell. Steam yang dibangkitkan kettle, selain untuk memasak buah sawit, juga dipergunakan untuk memanaskan CPO dalam purifier dan mempertahankan temperature tangki penyimpanan hasil CPO tetap 90 oC. Bahan bakar Kettle direncanakan akan memanfaatkan sabut hasil screw press yang diumpankan dengan menggunakan blower. Gas buang hasil pembakaran sabut, diisap dengan ex-house fan yang dilengkapi cyclone untuk menangkap abu sisa pembakaran Thresher (Bantingan) Thresher dipakai untuk melepaskan biji sawit dari tandan setelah dikeluarkan dari Sterilizer. Thresher berupa silinder horizontal berlubang, dengan poros

pemutar, berpenggerak motor. Setelah dipisah dari tandan, biji sawit selanjutnya diumpankan ke Digester Digester dan Screw Press Digester dirancang sebesar 1 m3, berbentuk silinder dilengkapi agitator propeller, dengan kecepatan putaran 100 rpm, berfungsi untuk melumatkan daging buah. Keluar dari digester, daging sawit yang sudah lumat ini langsung masuk ke screw press untuk diperas. Screw press meliputi dua batang screw (ulir) yang berputar saling berlawanan. Bubur sawit akan terdorong dan ditekan, sehingga menyebabkan sawit terperas. Pulp hasil perasan keluar lewat perforated strainer, dan selanjutnya ditampung dalam bak, sebelum dipompakan ke bak purifier/CST. Sabut akan keluar bersama klatak pada ujung screw press, yang kemudian dipisahkan antara klatak dan sabut secara manual. Klatak dikumpulkan untuk dijual, sedangkan sabut diumpankan kedalam tungku kettle sebagai bahan bakar. Purifier (Continuous Separation Tank/CST) Purifier adalah 5 buah tangki yang dipasang secara seri, dan masing masing dilengkapi dengan steam coil. Purifier dirancang cukup untuk menampung hasil proses selama 5 jam kerja (25 ton). Setelah dilakukan settling selama lebih kurang 5 jam, CPO murni dipompakan kedalam tangki penyimpanan. Pulp yang tertinggal adalah berupa butiran/serat sabut kecil, kotoran, dan air selanjutnya disebut blended. Blended ini selanjutnya dialirkan ke bak penampung limbah. Volume dari tangki settling yang pertama harus sebesar 5 kali kapasitas pengolahan per jam agar dapat waktu tinggal yang cukup untuk memisahkan minyak, air dan Lumpur berdasarkan berat jenis dengan pemanasan. Minyak dengan berat jeni (BJ) yang lebih kecil akan berada diatas, kemudian blended dan air. Trap dimaksudkan disini dilengkapi

dengan filter untuk mencegah masuknya bleded yang ringan terikut beserta minyak. Bak Penampung Limbah (Waste Water Treatment Plant / WWTP) Blended tidak boleh dibuang langsung karena selain mengganggu lingkungan, blended masih bisa diambil manfaatnya. Untuk itu, penampung limbah dibuat bersekat sekat sebanyak 4 bak. Sekatan pertama dibuat untuk menormalkan temperature buangan, sesuai dengan temperature lingkungan. Selain itu, dari bak ini diharapkan masih dapat diambil minyaknya. Keluaran dari bak pertama diatur sedemikian rupa sehingga hanya blended dan air yang masuk ke bak kedua. Di bak kedua juga diharapkan masih bisa mengambil kandungan minyaknya. Keluaran dari bak kedua juga diatur sedemikian hingga hanya air dan blended yang masuk ke bak ketiga. Sedemikian seterusnya, hingga keluaran dari bak ke empat hanya air yang keluar ke parit pembuangan. Blended diharapkan tetap tertinggal di keempat bak ini, dan setelah penuh, bak dikuras dengan mengangkat semua blended. Blended selanjutnya dikeringkan dengan dijemur. Blended kering kaya akan unsur hara dan sangat bagus untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organic untuk kebun sawit itu sendiri. Selain itu, blended kering juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar rebusan.

5. MANAGEMAN LINGKUNGAN HIDUP


Seperti umumnya PKS kecil, dalam pengoperasiannya masih menggunakan teknologi yang sangat sederhana serta penanganan limbah yang tidak baik sehingga memberi pengaruh negative terhadap lingkungan sekitar dimana PKS tersebut berada. Untuk menekan pengaruh negative dari limbah yang dihasilkan oleh sebuah PKS kecil, dimana diketahui sebuah pabrik yang mengolah brondolan Sawit limbahnya sangat banyak dan menghasilkan reaksi kimia yang mengubah menjadi asam tinggi, hal ini sangat berbahaya terhadap kesuburan tanah, tanaman dan manusia. Bila limbah tersebut dialirkan langsung ketanah maupun ke saluran air umum dan sungai, karena didalam limbah tersebut mengandung asam lemak tinggi bila bereaksi langsung ke tanah maka tanah menjadi gersang disebabkan terjadi penurunan PH pada tanah tersebut sehingga ekologi dari tanah tersebut menjadi mati dan efek berikutnya tanaman tidak akan tumbuh dengan baik dan sumber air dalam tanah akan tercemar dan semua ini akan memberi pengaruh bagi bumi terutama manusia yang menempati bumi ini. Sejalan dengan Environmental Service Program (ESP) yang didanai oleh Unitet States Agency for International Development (USAID) untuk peningkatan kesehatan melalui perbaikan sarana pengolahan sumber air dan pengembangan akses untuk air bersih. Sangatlah tepat program ESP tersebut turut mendukung mengembangkan dan memperbaiki sarana maupun prasarana proses produksi kelapa sawit kecil menjadi ramah lingkungan serta memberi pengaruh langsung terhadap

pertumbuhan ekonomi rakyat yang bergerak di sektor perkebunan rakyat kelapa sawit. Dilihat dari sisi pengembangan usaha perkebunan rakyat yang umumnya di kelola oleh masyarakat kecil dengan berbagai keterbatasan sangatlah tepat bila revitalisasi perkebunan diarahkan pada perkebunan rakyat dengan pendekatan keterkaitan antara perkebunan rakyat dengan PKS kecil yang dihimpun dalam suatu wadah guna menjalin komunikasi dan membahas hal hal yang menghambat kerjsama dan membangun peluang bersama seperti kesepakaan harga, qualitas TBS yang bisa diterima oleh PKS dan lain sebagainya. Apabila kita melihat dengan sederhana terhadap beberapa aspek terhadap beberapa dampak langsung maupun tidak langsung terhadap usaha industri sekala kecil ini apabila tidak ditangani secara baik adalah sebagai berikut. Dampak lingkungan yang akan timbul hanya dapat diperkirakan pada saat operasional, adapun beberapa dampak yang mungkin akan timbul dari adanya pengioperasian pabrik ini adalah sbb: 1. 2. 3. Penurunan kualitas udara ambient Pencemaran Air tanah Flora Fauna yang ada di sekitar pabrik pengolahan

6. PERIZINAN
Untuk pabrik kelapa sawit kecil (mikro) ini perizinan pemerintah tidaklah terlalu sulit, untuk legalitas usaha walau hanya berbadan hukum kecil sudah sangat baik. Perizinan yang harus sangat diperhatikan adalah tentang usaha kelayakan lingkungan dari limbah buangan hasil produksi. Beberapa surat yang harus dipersiapkan adalah sbb: 1. Akte Usaha yang berbadan hukum 2. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemerintahan setingkat Kecamatan

3. Izin Gangguan (HO) dari Pemerintah setingkat Kabupaten 4. Surat Keterangan Izin Tempat Usaha dari Pemerintahan setingkat Kabupaten 5. Surat Izin Usaha Industri dari Pemerintah setingkat Kabupaten 6. Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (DPPL) yang disetujui oleh instansi pemerintah tingkat lokal, dan Upaya Kelayakan Lingkungan (UKL) & Usaha Pengolahan Limbah (UPL) dari Dinas Lingkungan Hidup setingkat Kabupaten.

GAMBAR SKEMATIK PENGOLAHAN BERBAHAN BAKU BRONDOLAN 1 TON/JAM

GAMBAR SKEMATIK PENGOLAHAN BERBAHAN BAKU KOMBINASI TBS DAN BRONDOLAN

BEBERAPA GAMBAR BAGIAN MESIN DI PABRIK KELAPA SAWIT SKALA KECIL

You might also like